ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) YASMIN DI PT. JAYA LESTARI SEJAHTERA. Hilmy Pandu Oktapriana

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) SBQUA (STUDI KASUS di PT SINAR BOGOR QUA, PAJAJARAN - BOGOR)

Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 1, April 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1)

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Water Treatment Air sungai dan Sumur Bor menjadi Air Bersih Proses pengolahan air (water treatment system)

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut (Wardhana, 2004).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara, Kelurahan Heledulaa Selatan, Kelurahan Ipilo, Kelurahan Moodu, Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan baku produk ataupun air konsumsi. Tujuan utama dari pengolahan air ini

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat di bumi dan sangat penting bagi kehidupan. Suatu molekul air terdiri atas

Kalau anda punya masalah, pertanyaan, atau saran, silahkan hubungi kami di

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari antara lain sumur dangkal,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

UJI & ANALISIS AIR SEDERHANA

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB I PENDAHULUAN. air. Demikian juga dengan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia maupun binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu air adalah

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

III. METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN KADAR Fe (BESI) PADA AIR TANAH DANGKAL (SUMUR) DI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG TAHUN 2012 ABSTRAK

jatuh ke gelas ukur. Hal ini yang membuat hasil pengukuran kurang akurat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

Transkripsi:

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) YASMIN DI PT. JAYA LESTARI SEJAHTERA Hilmy Pandu Oktapriana Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan, Bogor Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui proses produksi air minum dalam kemasan di PT. Jaya Lestari Sejahtera. (2) Menganilisis pengendalian mutu pada proses produksi air minum dalam kemasan. (3) Mengidentifikasi sebab-sebab potensial yang mempengaruhi mutu air minum dalam kemasan di PT. Jaya Lestari Sejahtera. (4) Mengetahui apakah proses pengendalian mutu pada proses produksi tersebut terkendali atau tidak terkendali. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan melalui wawancara dengan pihak perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data perusahaan, bahan pustaka yang berkaitan dengan kebutuhan penelitan. Analisis data menggunakan diagram sebab akibat dan grafik kendali. Data kuantitafi diperoleh diolah dengan bantuan alat pengolahan data IBM SPSS Statistic 23. Faktor-faktor yang menyebabkan produksi mendurun adalah proses produksi yang tidak terkendali, seperti : 1. Kondisi bahan baku. 2. Mesin yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga operator harus melakukan backwash. 3. Filter Cartridge tidak berfungsi dengan baik atau tersumbat, sehingga operator harus melakukan penggantian filter tersebut. 4. Terjadi kesalahan pengujian yang disebabkan oleh daya fungsi alat uji yang sudahk maksimal atau kesalahan metode dari petugas QC. 5. Lingkungan yang tidak steril dan bersih. Kata kunci : Pengendalian Mutu, Proses Produksi PENDAHULUAN Persaingan perusahaan saat ini sangat kompetitif, salah satunya perusahaan di bidang industri. Sehingga kelangsungan perusahaan harus memberikan dampak terhadap berbagai perubahan. Salah satunya adalah perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan, dimana industri ini berkembang pesat seiring dengan munculnya berbagai merk produk air minum dalam kemasan yang beredar di seluruh Indonesia. Hal itu menyebabkan konsumen lebih selektif dalam memilih suatu produk. Oleh karena itu perusahaan harus menjaga dan meningkatkan suatu produk yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan suatu konsumen, sehingga perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Saat ini masyarakat mulai sadar akan kebutuhan air minum dengan kualitas yang baik, memungkinkan masyarakat hidup secara sehat. Sebagian besar kebutuhan air minum

masyarakat selama ini dipenuhi dari air sumur atau dari air permukaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Air yang dihasilkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum memenuhi standar air minum yang sehat dan bisa langsung di minum, melainkan harus dimasak terlebih dahulu untuk membunuh bakteri yang mungkin tidak mati oleh zat kimia (kaporit). Oleh karena itu pemakaian air minum dalam kemasa (meningkat), hal ini mendorong pertumbuhan industri air minum dalam kemasan (AMDK). Bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, merupakan bisnis yang menguntungkan. Hal ini disebabkan kebutuhan air minum meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. BATASAN MASALAH PT. Jaya Lestari Sejahtera adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK), melakukan produksi secara terus menerus. Tabel 1.2 Produksi (AMDK) Merk Yasmin Bulan Jumlah Produksi Maret 2017 249.350 Karton April 2017 242.500 Karton Mei 2017 233.240 Karton Sumber : PT. Jaya Lestari Sejahtera Jumlah produksi PT. Jaya Lestari Sejahtera menurun dari bulan maret 2017 hingga bulan mei 2017. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan jumlah produksi adalah proses produksi yang tidak terkendali atau tidak maksimal. Perusahaan ini selalu berkomitmen dalam mengedepankan kualitas produk mereka karena kepuasan konsumen adalah yang paling utama. Untuk meningkatkan produksi, PT. Jaya Lestari Sejahtera harus mengadakan pengendalian mutu dalam produksinya, sesuai dengan pedoman Badan Standarisasi Nasional (BSN), bahwa pemasok harus mengidentifikasi dan merencanakan produksi yang dapat langsung mempengaruhi mutu serta harus menjamin bahwa proses-proses tersebut dilakukan dalam kondisi terkendali. Selain berpedoman pada SNI yang sudah ditetapkan perusahaan harus

mempunyai laboratorium yang memadai untuk menguji kandungan air, agar selama proses produksi kandungan air sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Seperti apa proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK) Yasmin pada PT. Jaya Lestari Sejahtera dalam menghasilkan air minum yang layak untuk dikonsumsi? 2) Seperti apa pengendalian mutu dalam proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK)? 3) Apakah pengendalian mutu pada proses produksi terkendali atau tidak terkendali? 4) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi mutu air minum dalam kemasan (ADMK) Yasmin? TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui seperti apa proses produksi air minum dalam kemasan (ADMK) Yasmin pada PT. Jaya Lestari Sejahtera dalam menghasilkan air minum yang layak untuk dikonsumsi. 2) Mengetahui seperti apa PT. Jaya Lestari Sejahtera mengendalikan mutu dalam proses produkis air minum dalam kemasan (ADMK) Yasmin. 3) Mengetahui apakah pengendalian mutu dalam proses produksi terkendali atau tidak terkendali. 4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mutu air minum dalam kemasan (AMDK) Yasmin. METODE PENELITIAN Untuk membantu dan menunjang penulisan tugas akhir ini, metode yang digunakan yaitu dengan metode studi lapangan dengan cara observasi langsung ke lapangan untuk

mendapatkan informasi mengenai proses produksi air minum, dan data yang diperlukan lainnya. Serta mengacu pada metode : 1. Studi Literatur Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, dan bacaan lainnya guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dan berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) yang dilakukan dengan cara : a. Observasi Mengadakan Pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti mengenai: proses produksi dan hasil produksi, bahan baku, serta tentang cara pengendalian mutu yang telah dilakukan. b. Wawancara Melakukan tanya jawab langsung yang ditujukan kepada Manajer bagian operasional, staff bagian persediaan untuk memperoleh gambaran tentang obyek penelitian tersebut. LANDASAN TEORI Proses produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi input produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sendangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingnya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. Rosnani Ginting (2007: 1) Pengendalian kualitas adalah suatu sistem verifikasi dan penjagaan atau perawatan dari suatu tingkat atau derajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan perencanaan seksama, pemakian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus menerus serta tindakan korektif apabila diperlukan. Rosiana Ginting (2007: 301)

[Type text] HASIL Analisis grafik kendali untuk ph, TDS, dan Turbidity menggunakan grafik kendali X-bar dan Range. Grafik kendali X-bar dan Range digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga grafik kendali X-bar dan R sering disebut sebagai grafik kendali untuk data variabel. Pengambilan sampel untuk grafik kendali ini adalah sebanyak tiga kali sehari dalam 30 kali observasi, yakni pagi, siang dan sore. Analisis grafik kendali ini menggunakan IBM SPSS Statistics 23. a. Grafik Kendali Derajat Keasaman (ph) Tabel 4.2 ph Air Pada Proses Produksi No X1 X2 X3 X max X min R 1 7.00 7.10 6.90 7.10 6.90 7.00 0.20 2 6.70 6.90 7.00 7.00 6.70 6.87 0.30 3 6.90 6.60 7.00 7.00 6.60 6.83 0.40 4 6.60 6.50 6.70 6.70 6.50 6.60 0.20 5 6.40 6.40 6.40 6.40 6.40 6.40 0.00 6 7.40 7.30 7.30 7.40 7.30 7.33 0.10 7 6.80 6.90 7.10 7.10 6.80 6.93 0.30 8 6.80 6.90 7.30 7.30 6.80 7.00 0.50 9 7.10 7.00 7.10 7.10 7.00 7.07 0.10 10 6.80 6.80 7.10 7.10 6.80 6.90 0.30 11 6.80 6.50 7.10 7.10 6.50 6.80 0.60 12 6.90 6.20 6.80 6.90 6.20 6.63 0.70 13 7.10 7.00 7.10 7.10 7.00 7.07 0.10 14 7.10 7.00 6.70 7.10 6.70 6.93 0.40 15 7.50 7.40 7.60 7.60 7.40 7.50 0.20 16 7.10 6.70 7.40 7.40 6.70 7.07 0.70 17 7.20 7.30 7.60 7.60 7.20 7.37 0.40 18 7.20 7.10 6.70 7.20 6.70 7.00 0.50 19 7.00 6.40 7.40 7.40 6.40 6.93 1.00 20 7.20 7.00 6.70 7.20 6.70 6.97 0.50 21 7.00 6.70 7.40 7.40 6.70 7.03 0.70 22 7.20 6.90 6.90 7.20 6.90 7.00 0.30 23 7.00 7.30 6.50 7.30 6.50 6.93 0.80 24 6.40 6.60 6.50 6.60 6.40 6.50 0.20 25 7.20 6.70 7.20 7.20 6.70 7.03 0.50 26 7.00 7.20 7.20 7.20 7.00 7.13 0.20 27 7.00 7.20 7.20 7.20 7.00 7.13 0.20 28 7.40 7.20 7.30 7.40 7.20 7.30 0.20 29 6.80 6.40 7.00 7.00 6.40 6.73 0.60 30 7.50 7.40 7.50 7.50 7.40 7.47 0.10 6.98 0.38

Peta Kontrol CL = 6,98 UCL = + = 6,98 + (1,023) 0,38 = 7,36 LCL = - = 6,98 (1,023) 0,38 = 6,59 Peta Kontrol Range CL = 0,38 = 0,97 LCL = = (0) 0,38 = 0 ph adalah derajat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen ( ) yang terlarut. UCL = = (2,574) 0,38 Gambar 4.3 Grafik Kendali X pada ph

ph yaitu 6,98 masuk dalam standar yang telah ditetapkan perusahaan yaitu 6,5-8,5. Nilai UCL sebesar 7,36 dan LCL sebesar 6,59. Hal ini berarti ph berada pada kisaran 6,59 sampai 7,36, dengan rata-rata ph 6,96. Gambar 4.4 Grafik kendali R untuk ph menunjukan proses tidak terkendali, dengan adanya titik yang melibihi batas atas. Nilai UCL sebesar 0,96 dan nilai LCL sebesar 0. Hal ini berarti variasi ph berada pada kisaran 0 sampai 0,96, dengan rata-rata ph 0,37. Proses produksi terihat masih tidak terkendali, dan menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Grafik Kendali R pada ph

[Type text] Grafik Kendali TDS (Total Disolved Solid) Tabel 4.3 TDS Air Pada Proses Produksi No X1 X2 X3 X max X min R 1 62.00 60.00 61.00 62.00 60.00 61.00 2.00 2 66.00 66.00 70.00 70.00 66.00 67.33 4.00 3 61.00 61.00 60.00 61.00 60.00 60.67 1.00 4 56.00 59.00 60.00 60.00 56.00 58.33 4.00 5 56.00 59.00 59.00 59.00 56.00 58.00 3.00 6 62.00 64.00 64.00 64.00 62.00 63.33 2.00 7 62.00 64.00 71.00 71.00 62.00 65.67 9.00 8 62.00 62.00 60.00 62.00 60.00 61.33 2.00 9 62.00 69.00 60.50 69.00 60.50 63.83 8.50 10 65.00 63.00 58.00 65.00 58.00 62.00 7.00 11 58.00 55.00 57.00 58.00 55.00 56.67 3.00 12 57.00 61.00 59.50 61.00 57.00 59.17 4.00 13 62.00 59.00 69.00 69.00 59.00 63.33 10.00 14 62.00 62.00 59.00 62.00 59.00 61.00 3.00 15 61.00 68.00 60.00 68.00 60.00 63.00 8.00 16 65.00 61.00 62.00 65.00 61.00 62.67 4.00 17 63.00 70.00 61.00 70.00 61.00 64.67 9.00 18 61.00 74.00 62.00 74.00 61.00 65.67 13.00 19 63.00 64.00 62.00 64.00 62.00 63.00 2.00 20 65.00 71.00 62.00 71.00 62.00 66.00 9.00 21 68.00 63.00 61.00 68.00 61.00 64.00 7.00 22 59.00 62.00 60.00 62.00 59.00 60.33 3.00 23 56.00 55.00 57.00 57.00 55.00 56.00 2.00 24 63.00 62.00 70.00 70.00 62.00 65.00 8.00 25 62.00 65.00 61.00 65.00 61.00 62.67 4.00 26 61.00 60.00 59.00 61.00 59.00 60.00 2.00 27 64.00 65.00 64.00 65.00 64.00 64.33 1.00 28 61.00 57.50 60.00 61.00 57.50 59.50 3.50 29 62.00 64.00 64.00 64.00 62.00 63.33 2.00 30 61.00 62.00 60.00 62.00 60.00 61.00 2.00 62.09 4.73

Peta Kontrol CL = 62,09 UCL = + = 62,09 + (1,023) 4,73 = 66,92 LCL = - = 62,09 (1,023) 4,73 = 57,25 keluarga, pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan sumber unorganik berasal dari batuan dan udara yang mengandung kasium bikarbonat, nitrogen, besi fosfor, sulfur, dan mineral lain. Semua benda ini berbentuk garam, yang merupakan perpaduan kandungan antara logam dan non logam. Peta Kontrol Range CL = 4,73 UCL = = (2,574) 4,73 = 12,17 LCL = = (0) 4,73 = 0 Total Dissolved Solid (TDS) adalah benda padat yang yang terlarut yaitu mineral, garam, logam serta kationanion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut di luar molekul air murni Benda-benda padat di dalam air tersebut berasal dari berbagai sumber, organik seperti daun, lumpur, plankton, serta lembah industry dan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dari limbah

Gambar 4.5 Grafik Kendali X pada TDS Dapat dilihat pada grafik diatas menandakan bahwa proses tidak terkendali, mesikipun demikian nilai TDS yaitu 62,09 masuk dalam standar yang ditetapkan perusahaan yaitu 50-90 mg/l. Nilai UCL sebesar 66,93 dan LCL sebesar 57,25, hal ini berarti TDS berada pada kisaran 67,25 sampai 66,93, dengan rata-rata TDS 62,09. Gambar 4.6

Grafik Kendali R pada TDS Grafik kendali R untuk TDS menunjukan proses tidak terkendali, karena adanya titik yang meleibihi batas atas. Nilai UCL sebesar 12,18 dan nilai LCL sebesar 0, hal ini berarti variasi TDS berada pada kisaran 0 sampai 12,18, dengan rata-rata 4,733. Proses produksi masih terlihat tidak terkendali dan menandakan terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Variasi penyebab khusus dapat berupa :

[Type text] Grafik Kendali Turbidity (Kekeruhan) Tabel 4.4 Turbidity Air Pada Proses Produksi No X1 X2 X3 X max X min R 1 0.00 0.12 0.09 0.12 0.00 0.07 0.12 2 0.11 0.14 0.14 0.14 0.11 0.13 0.03 3 0.20 0.16 0.13 0.20 0.13 0.16 0.07 4 0.10 0.22 0.13 0.22 0.10 0.15 0.12 5 0.11 0.14 0.09 0.14 0.09 0.11 0.05 6 0.10 0.14 0.09 0.14 0.09 0.11 0.05 7 0.11 0.05 0.13 0.13 0.05 0.10 0.08 8 0.20 0.16 0.17 0.20 0.16 0.18 0.04 9 0.32 0.18 0.03 0.32 0.03 0.18 0.29 10 0.81 0.99 0.56 0.99 0.56 0.79 0.43 11 1.37 1.79 1.39 1.79 1.37 1.52 0.42 12 0.53 0.59 1.00 1.00 0.53 0.71 0.47 13 0.49 0.53 0.49 0.53 0.49 0.50 0.04 14 0.30 0.33 0.11 0.33 0.11 0.25 0.22 15 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.00 16 0.22 0.13 0.22 0.22 0.13 0.19 0.09 17 0.19 0.22 0.19 0.22 0.19 0.20 0.03 18 0.10 0.21 0.19 0.21 0.10 0.17 0.11 19 0.05 0.16 0.04 0.16 0.04 0.08 0.12 20 0.11 0.14 0.15 0.15 0.11 0.13 0.04 21 0.07 0.28 0.33 0.33 0.07 0.23 0.26 22 0.14 0.12 0.07 0.14 0.07 0.11 0.07 23 0.20 0.08 0.14 0.20 0.08 0.14 0.12 24 0.14 0.15 0.16 0.16 0.14 0.15 0.02 25 0.22 0.15 0.06 0.22 0.06 0.14 0.16 26 0.19 0.31 0.24 0.31 0.19 0.25 0.12 27 0.26 0.28 0.17 0.28 0.17 0.24 0.11 28 0.41 0.45 0.44 0.45 0.41 0.43 0.04 29 0.55 0.52 0.92 0.92 0.52 0.66 0.40 30 1.43 1.66 1.45 1.66 1.43 1.51 0.23 0.33 0.15

bahwa kekeruhan adalah ukuran kejernihan sampel bukan warna. Peta Kontrol CL = 0,33 UCL = + = 0,33 + (1,023) 0,15 = 0,48 LCL = - = 0,33 (1,023) 0,15 = 0,17 Peta Kontrol Range CL = 0,15 UCL = = (2,574) 0,15 = 0,38 LCL = = (0) 0,15 = 0 Kekeruhan (Turbidity) dilihat pada konsentrasi ketidaklarutan, keberadaan partikel pada suatu cairan yang diukur dalam satuan Nephelometric Turbidity Units (NTU). Penting untuk diketahui Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat dipastikan memeliki tingkat atau kadar kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang pasti memeliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan oleh partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material organic. Berdasarkan keterangan diatas, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel akan tetapi merupakan suatu ukuran bagaimana sebuah partikel menghamburkan cahaya dalam satu cairan. Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat penting dalam proses industry, seperti pada produksi air minum atau minuman, pengolahan makanan, dan instalasi pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air bersih. Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat dijadikan sebagai indikator keberadaan bakteri pathogen, atau partikel yang dapat melindungi oragnisme berbahaya dari

proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kekeruhan sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan kebersihannya. Pada proses industry, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality Control untuk memastikan efisiensi dalam pengolahan atau proses industry terkait. Gambar 4.7 Grafik Kendali X pada Turbidity

Turbidity 0,33 NTU masuk dalam standar perusahaan yaitu maksimal 2,5 NTU. Nilai UCL sebesar 0,47 dan nilai LCL sebesar 0,17, hal ini berarti kekeruhan berada pada kisaran 0,17 sampai 0,47 dengan rata-rata kekeruhan 0,33 NTU. Gambar 4.8 Grafik kendali R pada Turbidity

Grafik kendali R pada Turbidity menunjukan proses tidak terkendali, karena adanya titik yang melebihi batas UCL atau batas atas. Nilai UCL sebesar 0,37 nilai LCL sebesar 0, hal ini berarti variasi Turbidity berada pada kisaran 0 sampai 0,37, dengan rata-rata Turbidity 0,14. Proses produksi masih terlihat tidak terkendali dan menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Variasi penyebab khusus dalam produksi : 1. Kondisi sumber air bahan baku yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca terutama pada musim hujan dimana kekeruhan air meningkat, sehingga bagian QC harus melakukan pengecekan dengan baik pada bahan baku air tersebut. 2. Tanki penampungan baha baku belum dikuras, sehingga air dalam tanki menjadi keruh, oleh karena itu operator harus rutin melakukan pengurasan pada tanki. 3. Terjadi kesalahan pengujian yang disebabkan daya fungsi alat sudah tidak maksimal atau kesalah dari petugas QC, sehingga metode dari pengujian harus lebih dipahami agar tingkat kekeruhan air yang diuji sesuai dengan kenyataan. 4. Kebersihan ruang pengujian masih kurang, sehingga air yang diuji tercemar oleh debu-debu ataupun kotoran yang ada di dalam ruangan yang mengakibatkan tingkat kekeruhan air yang diuji menjadi bervariasi dan tidak sesuai dengan kenyataan. 5. Mesin filtrasi tidak berfungsi dengan baik sehingga operator harus melakukan backswash atau pemutar balikan arus air.

Lingkungan Bahan Air 1. Suhu 2. Kebersihan 3. Sterilisasi Cuaca Penyimpanan Tanki Suhu ph TDS Mikrobiolo gi Chloride Kekeruhan Suhu 1. Pengetahuan 2. Kedisiplinan 1. Filler 2. Filter Catride 3. Carbon Active Filler 4. Ressin Filler 5. Ozon Generator 6. Ozon Ractor 7. Pump 8. Alat Uji Lab 9. Alat Pencuci Kemasan 10. Sinar UV Mutu Air Minum Dalam Kemasan 1. Perawatan mesin atau alat 2. Analisa Mutu Air 3. Sanitasi Kemasan Karyawan Alat Produksi Metode