P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B A N D U N G D I N A S P E R T A N I A N

dokumen-dokumen yang mirip
RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

Lampiran 4.b Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Pagu Indikatif Urusan Pertanian Kabupaten Bandung KONDISI AWAL 2015

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

.000 WALIKOTA BANJARBARU

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017

2. RENSTRA SKPD (Ringkasan) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

LAPORAN KINERJA (LKJ)

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

PERUBAHAN RENCANA KERJA TAHUN (Sesuai Perubahan RKPD)

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

Renstra BKP5K Tahun

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan

BAB II RENCANA STRATEJIK

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN URUSAN PILIHAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Tahun Anggaran 2016

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

PENGANTAR. Ir. Suprapti

DINAS PERTANIAN KOTA MADIUN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

BELANJA LANGSUNG DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA DENPASAR URUSAN PEMERINTAHAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

BUPATI MANDAILING NATAL

Transkripsi:

Lakip Disnakan TA 2010 1 P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B A N D U N G D I N A S P E R T A N I A N 2 0 1 7

KATA PENGANTAR P uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala, yang telah memberikan Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2016 dapat diselesaikan. Dokumen LKIP ini merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan secara kinerja dan anggaran, yang meliputi Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan. Penyusunan laporan ini dilaksanakan melalui rekapitulasi dan pengumpulan data serta informasi dari berbagai sumber, yaitu dokumen Lakip dan data penunjang Tahun 2016 pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan serta Badan Ketahanan Panan dan Pelaksana Penyuluhan. Laporan ini berisikan tentang perbandingan target kinerja dan anggaran yang sudah ditetapkan pada dokumen perencanaan dinas dengan realisasi kinerja dan anggaran pada tahun 2016. Selain itu, LKIP ini juga membandingkan data realisasi kinerja pada kurun tahun tertentu. Laporan ini juga bisa dijadikan sebagai evaluasi dan bahan dasar pengambilan kebijakan pembangunan peternakan dan perikanan pada waktu yang akan datang. Demikian penyusunan Laporan ini, semoga bermanfaat bagi yang berkepentingan Soreang, Maret 2017 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Ir H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda NIP 196409231992031005 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii IKHTISAR EKSEKUTIF... viii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Maksud dan Tujuan...2 1.3. Tugas Pokok dan Fungsi...3 1.4. Isu-isu Strategis...4 BAB II PERENCANAAN KINERJA...6 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 16 3.1 Capaian Kinerja Organisasi... 16 3.2 Analisis Capaian Kinerja Organisasi... 18 3.2.1. Sasaran Strategis 1: Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing... 18 3.2.2. Sasaran Strategis 2: Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan... 77 3.2.3. Sasaran Strategis 3: Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam 80 3.3 Realisasi Anggaran (Pendukung Kinerja Dinas)... 83 BAB IV P E N U T U P... 89 4.1. Kesimpulan... 89 4.2. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut... 89 LAMPIRAN... 91 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 ii

DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Tabel 2-2. Tabel 2-3. Tabel 3-4. Sasaran Strategis, Indikator dan Target serta Perjanjian Kinerja Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun 2016... 7 Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Distanbuhut, Disnakan dan BKPPP Tahun 2016... 8 Sebaran Kegiatan yang menunjang pencapaian target kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan... 10 Target dan realisasi indikator kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun 2016... 16 Tabel 3.5. Capaian dan Perkembangan produktivitas padi s/d Tahun 2016... 19 Tabel 3-6. Produktivitas dan perkembangan komoditas bawang merah dan kopi s/d Tahun 2016... 20 Tabel 3-7. Pekembangan produksi komoditi bawang merah... 21 Tabel 3-8. Pertumbuhan komoditas kopi... 22 Tabel 3-9. Perbandingan realisasi kinerja komoditas padi, bawang merah dan kopi terhadap target Renstra... 22 Tabel 3-10. Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2016 dengan target provinsi dan nasional... 23 Tabel 3-11. Tingkat kehilangan hasil komoditas padi... 24 Tabel 3-12. Komoditas Produksi Tanaman Pangan/Palawija Unggulan... 27 Tabel 3-13. Realisasi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2016... 30 Tabel 3-14. Perbandingan Produksi Komoditi Perkebunan... 34 Tabel 3-15. Alokasi dan Realisasi Pupuk Tahun 2016... 37 Tabel 3-16. Mesin Pertanian yang Dihibahkan Kepada Masyarakat... 39 Tabel 3-17. Pestisida Pengendalian OPT Tahun 2016... 41 Tabel 3-18. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung... 43 Tabel 3-19. Pengelolaan Air Irigasi Tersier di Wilayah Kecamatan di Kab. Bandung... 44 Tabel 3-20. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Besar Tahun 2016... 46 Tabel 3-21. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Kecil Tahun 2016... 47 Tabel 3-22. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Unggas Tahun 2016 47 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 iii

Tabel 3-23. Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun 2016-2020... 49 Tabel 3-24. Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Target Jawa Barat... 50 Tabel 3-25. Stimulan ternak Tahun 2010-2016... 52 Tabel 3-26. Perbandingan target dan realisasi jumlah penyediaan produk ternak tahun 2016... 53 Tabel 3-27. Capaian Indikator produksi daging, telur dan susu terhadap Renstra 2016-2020... 54 Tabel 3-28. Perbandingan produksi daging, telur dan susu dengan target Jawa Barat Tahun 2016... 55 Tabel 3-29. Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Produksi Peternakan TA 2016... 56 Tabel 3-30. Perbandingan target dan realisasi indikator status kesehatan hewan tahun 2016... 57 Tabel 3-31. Hasil Surveilance Penyakit Brucelosis 2012-2016... 60 Tabel 3-32. Perbandingan target dan realisasi produksi daging HAUS pada RPH tahun 2016... 65 Tabel 3-33. Perkembangan jumlah pemotongan ternak di RPH... 67 Tabel 3-34. Fasilitasi teknologi peternakan tahun 2016... 70 Tabel 3-35. Dukungan Program pada Indikator Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan... 71 Tabel 3-36. Target dan Realisasi Hasil Uji pada PAH tahun 2016... 71 Tabel 3-37. Hasil Uji laboratorium Kesmavet Tahun 2016... 73 Tabel 3-38. Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk Menjamin Keamanan Pangan... 75 Tabel 3-39. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Peningkatan Produksi Olahan Ternak tahun 2016... 75 Tabel 3-40. Peningkatan capaian produk olahan ternak... 76 Tabel 3-41. Tabel program kegiatan penunjang capaian indikator kinerja... 76 Tabel 3-42. Capaian indikator strategis Sasaran Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Tahun 2016... 77 Tabel 3-43. Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya... 78 Tabel 3-44. Kegiatan penunjang capaian kinerja kepenyuluhan... 79 Tabel 3-45. Pengukuran Sasaran strategis Tahun 2016... 80 Tabel 3-46. Kegiatan Vegetasi Penanaman Hutan Rakyat Tahun 2016... 82 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 iv

Tabel 3-47. Realisasi Anggaran Kegiatan yang mendukung Pencapaian Target Kinerja pada Tahun 2016... 84 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 v

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Perkembangan produktivitas padi... 21 Grafik 2. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia dapat dilihat pada grafik dibawah ini.... 48 Grafik 3. Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2016... 49 Grafik 4. Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2016... 54 Grafik 5. Perkembangan status kesehatan hewan di Kabupaten Bandung... 58 Grafik 6. Perkembangan Vaksinasi AI/ND Tahun 2008-2016... 59 Grafik 7. Perkembangan vaksinasi brucellosis... 61 Grafik 8. Perkembangan vaksinasi Rabies... 63 Grafik 9. Perbandingan Target dan Realisasi kumulatif produksi daging di RPH s/d Tahun 2016... 66 Grafik 10. Perbandingan target dan realisasi fasilitasi alat/sarana teknologi peternakan di Kabupaten Bandung 2011-2015... 70 Grafik 11. Peningkatan Kualitas PAH (Produk Asal Hewan) yang HAUS Tahun 2012-2016... 72 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 vi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016... 77 Hal Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 vii

IKHTISAR EKSEKUTIF Terdapat 20 Indikator utama yang ditetapkan pada tahun 2016, 18 indikator diantaranya dapat memenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan, sedangkan 2 indikator lainnya belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Indikator utama yang mencapai target bahkan melebihi ialah Produktifitas Komoditas Padi, Produktifitas Komoditas Bawang Merah, Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi, Jumlah Produksi Daging, Jumlah Produksi Telur dan Jumlah Produksi Susu serta beberapa indikator yang lain. Pencapaian ini tidak terlepas dari peran serta stakeholders peternakan/perikanan dan seluruh masyarakat peternakan dan perikanan yang didukung pula oleh peran aktif pemerintah Kabupaten Bandung pada proses pembangunan. Indikator lain yang belum mencapai target yaitu Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar, Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya). Realisasi Capaian tertinggi terdapat pada indikator Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan sebesar 226,25%, sedangkan terendah pada indikator Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) sebesar 68,42%. Berdasarkan kondisi tersebut maka khusus untuk beberapa indikator yang belum mencapai target yang ditetapkan haruslah mendapatkan prioritas agar pada akhir rencana strategis target yang tidak tercapai dapat terkompensasi Anggaran belanja langsung yang dialokasikan pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan pada Pembangunan Kabupaten Bandung untuk mendukung pencapain indikator tersebut pada tahun 2016 ialah sebesar Rp. 38.439.956.024,- dengan realisasi sebesar Rp. 36.401.806.471,- atau 94,70%. Jumlah anggaran tersebut dipergunakan untuk mencapai beberapa target indikator yang telah ditetapkan di dalam Renstra, dimana turunannya dibuat Renja dan Dokumen Anggaran sebagai target tahunan dari dinas masing-masing. Permasalahan utama yang dihadapi ialah sebagai berikut: - Ancaman alih fungsi lahan yang mengancam produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan hijauan makanan ternak - Semakin berkurangnya jumlah penyuluh pertanian sebagai akibat masa karja yang telah habis Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 viii

- Masih terbatasnya penerapan teknologi dan perlunya peningkatan pengetahuan petani. - Masih rendahnya daya saing produk pertanian sehingga belum memberikan nilai tambah untuk pelaku usaha Adapun penanggulangan permasalahan yang dihadapi pada tahun 2016 ialah sebagai berikut : - Penerapan teknologi, proses budidaya serta mekanisasi pertanian yang dapat mendorong produktivitas pertanan. - Menambah tenaga penyuluh swadaya dan Tenaga bantu penyuluh dalam pembinaan kelompok tani. - Proses budidaya pertanian yang terintegrasi antara sub sektor sehingga saling mendukung dalam memenuhi kebutuhan sumberdaya yang memadai. - Peningkatan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan pelaku usaha pertanian dalam mendorong penyediaan pangan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2007 2027, alokasi kawasan budidaya pertanian dalam rencana pola ruang Kabupaten Bandung mencakup 93.797,73 Ha atau seluas 53, 22 % dari total seluruh area Kabupaten Bandung. Meskipun demikian, sektor pertanian bukan merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bandung. Tahun 2014, sektor pertanian hanya menyumbang sekitar 7,78 % terhadap total PDRB Kabupaten Bandung. Nilai tersebut jauh lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi sekitar 55,65 %. Isu food security dan food safety merupakan hal yang menjadi perhatian utama baik pada level daerah, nasional maupun dunia. Dewasa ini kekurangan penyediaan produk pangan menjadi masalah utama di level internasional terutama untuk beberapa negara berkembang dan negara tertinggal. Selain isu ketersediaan pangan keamanan pangan juga menjadi isu yang cukup penting untuk diperhatikan mengingat banyaknya kasus produk pangan yang tidak layak konsumsi baik secara kondisi produk atau aturan etika yang ada. Pada tahun 2016 pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan berat antara lain: (1) dampak perubahan iklim pada sektor pertanian berupa: meningkatnya serangan OPT dan penyakit hewan, menurunnya produktivitas dan menurunnya kualitas hasil panen; (2) meningkatnya harga pangan yang berkorelasi pada tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan; (3) ketersediaan produksi kedelai, gula dan daging dalam negeri serta internasional terbatas, di sisi lain kebutuhan konsumsi domestik untuk ketiga komoditas tersebut meningkat; (4) kenaikan impor bahan pangan dan pakan akan mengurangi devisa negara; (5) terbatasnya pembiayaan pertanian yang mudah diakses petani/peternak; (6) terbatasnya infrastruktur lahan dan air; (7) sistem penyuluhan pertanian yang belum efektif, dan (8) belum optimalnya peran dan dukungan pemerintah daerah (RKT Kementerian Pertanian, 2014), maka dilakukan penyelarasan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementerian Pertanian Tahun 2016. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 1

Guna menghadapi isu strategis tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dengan membuat instansi yang berkaitan dengan ketersediaan dan keamanan pangan produk produk pertanian melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung dibentuk Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan. Sehubungan dengan adanya perubahan SOTK yang diuraikan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2016 Nomor 12), dan Peraturan Bupati Bandung Nomor 60 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah, yang mengatur tentang pembentukan Dinas Pertanian yang mengelola Urusan Pertanian, di dalamnya antara lain meliputi fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan penyuluhan.selanjutnya berkenaan dengan penyusunan dokumen pelaporan perangkat daerah diatur dalam Peraturan Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2016 tentang Kebijakan Transisi Dalam Rangka Penataan Perangkat Daerah, yang ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Sekretaris Daerah Nomor 130.01/187/org tentang Penyusunan Perjanjian Kinerja Tahun 2017dan LKIP Perangkat Daerah Tahun 2016. Dalam hal ini dokumen LKIP Dinas Pertanian Tahun 2016perlu disusun berdasarkan kolaborasi dari capaian kinerja Urusan Pertanian yang sebelumnya dikelola oleh tiga SKPD berbeda.laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian berisikan analisis terhadap capaian kinerja yang direncanakan oleh instansi berbeda, yaitu: - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, yang meliputi fungsi tanaman pangan, hortikulturan, perkebunan dan kehutanan. - Dinas Peternakan dan Perikanan, yang meliputi fungsi peternakan - Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, yang meliputi fungsi penyuluhan pertanian. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penyusunan LKIP Dinas Pertanian adalah memberikan informasi atas capaian kinerja melalui pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, fungsi peternakan pada Dinas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 2

Peternakan dan Perikanan, serta fungsi kepenyuluhan pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, yang akuntabel sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi ke tiga SKPD tersebut selama tahun 2016. Dengan demikian terkait dengan adanya informasi tentang keberhasilan maupun kegagalan dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing SKPD, diharapkan akan dapat menjadi tolok ukur dan bahan penting dalam menyusun perencanaan, menentukan kebijakan serta pembuatan keputusan untuk masa yang akan datang. 1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas pokok Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, serta Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 20 tahun 2007. Adapun tugas pokok masing-masing perangkat daerah sebagaimana Peraturan Bupati tersebut adalah sebagai berikut: - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) yaitu, merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta melaksanakan ketatausahaan Dinas. - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) yaitu, Merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang pelayanan dan pengembangan peternakan dan perikanan yang meliputi peternakan, perikanan, kesehatan hewan dan pembinaan usaha peternakan dan perikanan serta melaksanakan ketatausahaan dinas. Dalam hal ini yang berkaitan dengan LKIP Dinas Pertanian meliputi fungsi peternakan, kesehatan hewan dan pembinaan usaha peternakan. - Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) yaitu, melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang peningkatan ketahanan pangan dan koordinasi pelaksanaan penyuluhan yang meliputi ketahanan pangan, programa penyuluhan, ketenagaan, sarana dan prasarana penyuluhan serta melaksanakan ketatausahaan Badan. Dalam hal ini yang berkenaan dengan LKIP Dinas Pertanian yaitu fungsi pelaksanaan kepenyuluhan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 3

Adapun dalam pengelolaan Urusan Pertanian pada Tahun 2016, sebagaimana Struktur Organisasi pada masing-masing dinasadalah sebagai berikut: - Pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan meliputi 4 bidang, yaitu: Bidang Tanaman Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang Perkebunan dan Bidang Kehutanan. - Pada Dinas Peternakan dan Perikanan meliputi 3 bidang, yaitu: Bidang Peternakan, Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet, serta Bidang Bina Usaha (peternakan). - Pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan meliputi Bidang Programa Penyuluhan, serta Bidang Ketenagaan, Sarana dan Prasarana Penyuluhan. 1.4. Isu-isu Strategis Ketersediaan luas areal pertanian tersebut merupakan absolute advantage bagi Kabupaten Bandung yang berpotensi sebagai sektor unggulan.sebagai upaya pengembangan sektor pertanian Kabupaten Bandung kedepan, dilakukan identifikasi terhadap persoalan sektor pertanian beserta faktor penyebab permasalahannya.berdasarkan hasil kajian, persoalan utama dalam sektor pertanian di Kabupaten Bandung yaitu belum adanya jaminan mengenai kuantitas, kualitas produk pertanian serta belum adanya jaminan mengenai kontinuitas ketersediaan produk pertanian di pasar. Jika dikaji lebih rinci, persoalan tersebut timbul akibat beberapa faktor, baik dalam proses produksi maupun dalam proses distribusi produk pertanian. Dalam proses produksi, rendahnya produktivitas pertanian kemungkinan besar diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan petani mengenai penguasaan teknologi pertanian serta pengetahuan terhadap pola dan waktu tanam. Selain daripada itu, belum meratanya penggunaan bibit unggul dan pupuk berkualitas dapat pula menjadi faktor penyebab.pada intinya, hal ini perlu diantisipasi dengan intensifikasi penyuluhan dan pelatihan oleh pemerintah daerah terhadap petani. Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu strategis dan mendasar yang harus tertangani dan esensial untuk menunjang terciptanya pembangunan pertaniandan kehutanan yang berkelanjutan, memiliki competititveness dan comparativeness adalah (1) identifikasi dan penguatan potensi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 4

sumberdaya lokal; (2) menciptakan kemitraan dan konsolidasi yang solid di antara para pelaku usaha, stakeholders, dan pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan kuantitas yang konsisten, berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan SOP; serta (4) membangun infrastruktur dasar pembangunan pertaniandan kehutanan. Selain itu, penguatan kelembagaan dinas, aparatur dan institusi, menjadi isu strategis yang harus secara konsisten ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan fasilitatori. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 5

BAB II PERENCANAAN KINERJA Proses pembangunan pertanian tidak terlepas dari program pembangunan pemerintah Kabupaten Bandung. Tahun 2016 merupakan tahun awal pembangunan pada rencana jangka menengah Kabupaten Bandung yaitu tahun 2016-2021.Sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu menengah maka disusun Renstra Tahun 2016-2021 sesuai dengan yang diamanatkan dalam peraturan maupun perundang-undangan.tujuan dari penyusunan Renstra itu sendiri ialah sebagai acuan pelaksanaan kebijakan dan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada dinas-dinas yang menangani Urusan Pertanian. Berdasarkan peraturan perundangan yang baru maka Visi dan Misi hanya dibuat pada level kepala daerah (Kabupaten/Kota), sehingga Dinas peternakan dan Perikanan juga menggunakan Visi Misi Kepala daerah terpilih yaitu: Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan. Misi : 1. Misi Pertama : Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan 2. Misi Kedua : Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan 3. Misi Ketiga : Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah dengan memperhatikan aspek kebencanaan 4. Misi Keempat : Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat 5. Misi Kelima : Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif 6. Misi Keenam : Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup 7. Misi Ketujuh : Meningkatkan Kemandirian Desa 8. Misi Kedelapan : Meningkatkan reformasi birokrasi 9. Misi Kesembilan : Meningkatkan Kemanan dan Ketertiban Wilayah Adapun Dinas Pertanian termasuk pada misi ke-lima dimana yang menjadi sasaran utamanya yaitu : Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing. Sebagai upaya pencapaian target daerah Tahun 2016, pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan, ditetapkan beberapa sasaran indikator utama dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU). Sedangkan sebagai bentuk nyata upaya pencapaian indikator tersebut dituangkan dalam suatu dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2016 SKPD terkait dalam pelaksanaan urusan tersebut.berdasarkan hasil rekapitulasi Perjanjian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 6

Kinerja ke tiga dinas yang menangani Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan, terdapat 3 sasaran kinerja yang diurai ke dalam 20 indikator kinerja, dimana... indikator merupakan Indikator Kinerja Utama dan sisanya... indikator merupakan indikator tambahan. Adapun uraian Perjanjian Kinerja Tahun 2016 pada Urusan Pertanian dan Kehutanan diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 2-1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target serta Perjanjian Kinerja Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun 2016 SASARAN Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing Meningkatkan kualitas SDM Petugas INDIKATOR KINERJA Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) Produktifitas Komoditas Bawang Merah (Kwt/Ha) Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi (Kwt/Ha) Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar (ekor) Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Kecil (ekor) Jumlah Populasi Ternak Unggas (ekor) TARGET Perangkat KINERJA Daerah KET. 63,12 Distanbunhut IKU 121,6 Distanbunhut IKU 5,3 Distanbunhut IKU 63.234 Disnakan Indikator Tambahan 270.938 Disnakan Indikator Tambahan 6.563.820 Disnakan Indikator Tambahan Jumlah Produksi Daging (ton) 31.512 Disnakan IKU Jumlah Produksi Telur (ton) 8.783 Disnakan IKU Jumlah Produksi Susu (ton) 65.006 Disnakan IKU Persentase Status Kesehatan Hewan (%) 70.5 Disnakan IKU Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan (%) Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS (%) Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) Persentase Peningkatan Produksi Olahan Ternak (%) Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan 2.81 Disnakan Indikator Tambahan 77 Disnakan Indikator Tambahan 2100,6 Disnakan Indikator Tambahan 8 Disnakan IKU 845 BKPPP Indikator Tambahan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 7

SASARAN Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam INDIKATOR KINERJA Jumlah kelompok peternakan yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi peternakan Jumlah kelompok tani yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi Pertanian/Perkebunan Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) Jumlah kelompok yang terbina melalui penyuluhan kehutanan Prosentase Luas Lahan Kritis yang ditanami (%) TARGET KINERJA Perangkat Daerah KET. 176 BKPPP Indikator Tambahan 740 BKPPP Indikator Tambahan 380 BKPPP Indikator Tambahan 275 BKPPP Indikator Tambahan 62,47 Distanbunhut IKU Guna menunjang pencapaian tersebut di atas, didukung dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan.Uraian program tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2-2. Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Distanbuhut, Disnakan dan BKPPP Tahun 2016 NO PROGRAM ANGGARAN (Rp) Perangkat Daerah A URUSAN PERTANIAN 1 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 100.000.000 Distanbunhut 2 Program Peningkatan Ketahanan Pangan 5.354.727.124 Distanbunhut (Pertanian/Perkebunan) 3 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi 1.913.000.000 Distanbunhut Pertanian/Perkebunan 4 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan 8.118.315.000 Distanbunhut 5 Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 2.811.665.400 Distanbunhut 6 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit 1.656.404.000 Disnakan ternak 7 Program peningkatan produksi hasil peternakan 4.126.822.500 Disnakan 8 Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan 2.342.662.000 Disnakan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 8

NO PROGRAM ANGGARAN (Rp) Perangkat Daerah 9 Program peningkatan penerapan teknologi 517.855.000 Disnakan peternakan 10 Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak 3.059.604.900 Disnakan 11 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 300.000.000 BKPPP 12 Program Pemberdayaan Penyuluhan 1.104.640.000 BKPPP Pertanian/Perkebunan Lapangan 13 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan 357.010.000 BKPPP B. URUSAN KEHUTANAN 1 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan 515.000.000 Distanbunhut 2 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 3.808.894.000 Distanbunhut 3 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya 350.000.000 Distanbunhut Hutan 4 Program Perlindungan dan konservasi sumber daya 240.000.000 BKPPP hutan 5 Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan 100.000.000 Distanbunhut Adapun sebaran kegiatan yang menunjang pencapaian target kinerja dijabarkan dalam tabel berikut: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 9

Tabel 2-3. Sebaran Kegiatan yang menunjang pencapaian target kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN PROGRAM Perangkat Daerah A. URUSAN PERTANIAN Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) 63,12 1. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis 2. Pengembangan Intensifikasi tanaman Padi Palawija 3. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil pertanian Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut 4. Pengembangan Diversifikasi Pangan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut 5. Pengembangan Perbenihan/ dan Pembibitan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut 6. Penyusunan Database potensi Produk Pangan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut 7. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Tepat Guna Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut 8. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/perkebunan tepat Guna Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 10

SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN 9. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna (Peningkatan manajemen pengelolaan air WISP II-LOAN) 10. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna (DAK) PROGRAM Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Perangkat Daerah Distanbunhut Distanbunhut Produktifitas Komoditas Bawang Merah (Kwt/Ha) 121,6 Penelitian dan Pengembangan Sumber daya pertanian Distanbunhut Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi (Kwt/Ha) 5,3 1. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/ Perkebunan Unggulan Daerah Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut 2. Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan 3. Penyusunan database produk pangan 4. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering 5. Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan 6. Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi Pertanian/Perkebunan 7. Pengembangan bibit unggul pertanian/ perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 11

SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar (ekor) 63.734 1. Pembangunan sarana dan prasarana pembibitan ternak Jumlah Populasi Ternak 270.938 2. Pembibitan dan perawatan Ruminansia Kecil (ekor) ternak Jumlah Populasi Ternak 6.563.820 3. Pengembangan agribisnis Unggas (ekor) pertenakan Jumlah Produksi Daging 31.512 4. Kegiatan Penguatan ekonomi (ton) masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau melalui bantuan peternakan Jumlah Produksi Telur (ton) 8.783 5. Pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi hasil peternakan PROGRAM Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Perangkat Daerah Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Jumlah Produksi Susu (ton) 65.006 Persentase Status Kesehatan Hewan (%) 70.5 1. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak 2. Pemusnahan ternak yang terjangkit penyakit endemik 3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah 4. Pelayanan Kesehatan Hewan dan Laboratorium 5. Peningkatan Sarana Prasarana Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratoirum ( DAK ) 6. Penyusunan legislasi rancangan peraturan perundang-undangan keswan/kesmavet/kesrawan Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 12

SASARAN INDIKATOR KINERJA Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan (%) TARGET KINERJA KEGIATAN 2.81 Pengadaan sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna PROGRAM Program peningkatan penerapan teknologi peternakan Perangkat Daerah Disnakan Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS (%) 77 Pengawasan dan pembinaan penerapan Kesmavet dan Kesrawan Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Disnakan Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) 2.100,6 1. Kegiatan Pelayanan Rumah Potong Hewan 2. Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Ruminansia ( DAK ) Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Disnakan Disnakan 3. Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Unggas Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Disnakan Persentase Peningkatan Produksi Olahan Ternak (%) 8 1. Promosi Atas Hasil Produksi Peternakan Unggulan Daerah 2. Pengembangan Pemasaran dan Pengolahan Hasil Produksi Peternakan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Disnakan Disnakan Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Jumlah kelompok peternakan yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi peternakan 3. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundangundangan Peternakan Pasca Panen 176 Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat guna Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Disnakan BKPPP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 13

SASARAN Kehutanan. INDIKATOR KINERJA Jumlah kelompok tani yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi Pertanian/Perkebunan Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan Jumlah kelompok yang terbina melalui penyuluhan kehutanan TARGET KINERJA KEGIATAN 740 Penyuluhan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan tepat guna 380 1. Pelatihan penerapan teknologi pertanian/perkebunan modern bercocok tanam 845 2. Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna 3. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan 4. Penyuluhan dan pendampingan bagi pertanian/perkebunan 5. Peningkatan kesejahteraan tenaga penyuluh pertanian/perkebunan (Swadaya) 6. BOP penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan (Bangub) 275 Penyuluhan kesadaran masyarakat mengenai dampak perusakan hutan PROGRAM Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Perangkat Daerah BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP B. URUSAN KEHUTANAN Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam Prosentase Luas Lahan Kritis yang ditanami (%) 62,47 1. Pengembangan hasil hutan non kayu 2. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Distanbunhut Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 14

SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN Rehabilitasi Hutan dan Lahan PROGRAM Perangkat Daerah 3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Distanbunhut Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 15

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja, yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program/ kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Kabupaten Bandung sebagaimana tertuang dalam RPJMD yang teknis pelaksanaan sasaran tersebut diturunkan pada Renstra SKPD serta setiap tahunnya ditetapkan dalam perjanjian kinerja pimpinan SKPD.Pada tahun 2016 Terdapat 20 indikator sasaran prioritas Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan. Adapun uraian realisasi tiap indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3-4. Target dan realisasi indikator kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun 2016 SASARAN Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing INDIKATOR KINERJA 1. Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) 2. Produktifitas Komoditas Bawang Merah (Kwt/Ha) 3. Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi (Kwt/Ha) 4. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar (ekor) 5. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Kecil (ekor) 6. Jumlah Populasi Ternak Unggas (ekor) 7. Jumlah Produksi Daging (ton) 8. Jumlah Produksi Telur (ton) 9. Jumlah Produksi Susu (ton) TARGET KINERJA Realisasi Persentase Perangkat Daerah 63,12 63,64 100,82 Distanbunhut 121,6 122 100,33 Distanbunhut 5,3 10,52 197,00 Distanbunhut 63.734 62.130 97,48 Disnakan 270.938 290.647 107,27 Disnakan 6.563.820 6.805.764 103,68 Disnakan 31.512 38.709 122,84 Disnakan 8.783 8.836 100,60 Disnakan 65.006 98.420 148,32 Disnakan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 16

SASARAN Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Terselenggaran ya Konservasi Sumber Daya Alam INDIKATOR KINERJA 10. Persentase Status Kesehatan Hewan (%) 11. Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan (%) 12. Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS (%) 13. Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) 14. Persentase Peningkatan Produksi Olahan Ternak (%) 1. Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan 2. Jumlah kelompok peternakan yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi peternakan 3. Jumlah kelompok tani yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi Pertanian/Perkebunan 4. Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) 5. Jumlah kelompok yang terbina melalui penyuluhan kehutanan Prosentase Luas Lahan Kritis yang ditanami (%) TARGET KINERJA Realisasi Persentase Perangkat Daerah 70.5 74,6 105,82 Disnakan 2.81 3,10 110,32 Disnakan 77 84,10 110,52 Disnakan 2100,6 2.742,7 130,57 Disnakan 8 8,42 105,25 Disnakan 845 1910 226,04 BKPPP 176 308 175,00 BKPPP 740 781 105,54 BKPPP 380 260 68,42 BKPPP 275 275 100,00 BKPPP 62,47 67,08 107,38 Distanbunhut Tabel 3-1, menunjukkan bahwa dari 20 indikator capaian yang ditetapkan, terdapat 18 indikator yang melampaui target, dan sisanya 2 indikator yang tidak Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 17

memenuhi target. Capaian tertinggi terdapat pada indikator Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan sebesar 226,25%, sedangkan terendah pada indikator Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) sebesar 68,42%. 3.2 Analisis Capaian Kinerja Organisasi Analisis akuntabilitias kinerja dilakukan dengan cara membandingkan tiap indikator sasaran yang menjadi kewenangan dinasyang mengelola Urusan Pertanan dan Urusan Kehutanan dengan target pada tahun bersangkutan. Selain itu dilakukan penelahaan secara komprehensif dengan membandingkannya pada realisasi tahun sebelumnya serta pada target tahun yang akan datang. Adapun analisa sasaran pada masing-masing sasaran strategis untuk tahun 2016 ini ialah sebagai berikut: 3.2.1. Sasaran Strategis 1: Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing A) Produktivitas Komoditas Padi, Bawang Merah dan Kopi (Kwt/Ha) 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target - Komoditas Padi Sebagaimana Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, bahwa produktivitas diperoleh dari capaian produktivitas komoditas padi diperoleh dari akumulasi produksi padi (kwt) terhadap luas panen (Ha) selama kurun waktu Tahun 2016. Capaian Tahun 2016 menunjukkan bahwa realisasi sebesar 63,64 kwt/ha dapat melebihi yang ditargetkan sebesar 63,12 kwt/ha atau 100,82%.Capaian produksi padi Kabupaten Bandung Tahun 2016 mencapai 606.162 ton dengan luas panen sebesar 95.249 Ha, sedangkan ditargetkan produksi padi sebesar 533.212 ton dengan luas panen sebesar 84.476 Ha.Poduktivitas padi diperoleh dari akumulasi capaian komoditas padi sawah dan padi gogo, dimana produktivitas padi sawah mencapai 64,45 kwt/ha dan padi gogo sebesar 40,06kwt/ha, namun sangat dominannya budidaya padi sawah di Kabupaten Bandung secara kumulatif sangat berpengaruh terhadap capaian produktivitas komoditas padi secara umum (63,64 kwt/ha). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 18

Tabel 3.5. Capaian dan Perkembangan produktivitas padi s/d Tahun 2016 No A PADI 1 Padi Sawah Uraian Komoditi Realisasi 2014 Realisasi 2015 2016 Target Realisasi % Luas Tanam (ha) 86.651 83.836 80.499 94.250 117,08 Luas panen (ha) 81.759 82.727 79.279 92242 116,35 Produksi (ton) 524.355 535.475 510.794 594.533 116,39 Produktivitas (kwt/ha) 64,13 64,73 64,43 64,45 100,03 2 Padi Gogo Luas Tanam (ha) 2.810 2.961 5.303 3.102 58,50 Luas panen (ha) 4.622 2.561 5.197 2.903 55,86 Produksi (ton) 18.723 11.119 22.418 11.629 51,87 Produktivitas (kwt/ha) 40,51 43,42 43,14 40,06 92,87 JUMLAH PADI Luas Tanam (ha) 89.461 86.797 85.802 97.352 113,46 Luas panen (ha) 86.381 85.613 84.476 95.249 112,75 Produksi (ton) 543.078 546.594 533.212 606.162 113,68 Produktivitas (kwt/ha) 62,87 63,84 63,12 63,64 100,82 Pencapaian realisasi serta keberhasilan dalam melampaui target Tahun 2016 dari yang telah ditetapkan ini karena adanya perlakuan khusus serta langkah strategis dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi antara lain penerapan teknologi terkini baik itu dari segi komoditas misalnya penggunaan benih unggul bermutu maupun tehnik penanaman atau pemanenan sehingga mampu menurunkan persentase kehilangan hasil akibat proses panen, pasca panen dan pengolahan hasil. - Komoditas Bawang Merah dan Kopi Seperti halnya padi, penghitungan produktivitas komoditas bawang merah merupakan akumulasi dari produksi dan luas panen, sedangkan produktivitas komoditas kopi berasal dari jumlah produksi terhadap Luas Tanaman yang Menghasilkan (TM). Pada Tahun 2016 produktivas bawang merah mencapai 122 kwt/ha atau 100,33% dari yang ditargetkan sebesar 121,6 kwt/ha. Sedangkan produktivitas kopi sebesar 10,5 kwt/ha atau 197% dari yang ditargetkan sebesar 5,3 kwt/ha. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 19

Lebih lengkap capaian produktivitas dan variabel-variabel penunjangnya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3-6. Produktivitas dan perkembangan komoditas bawang merah dan kopi s/d Tahun 2016 No B Uraian Komoditi Bawang Merah Realisasi 2014 Realisasi 2015 2016 Target Realisasi % Luas Tanam (ha) 3.086 2.377 2.959 3.597 121,56 Luas panen (ha) 3.027 3.254 2.780 3.636 130,79 Produksi (kwt) 327.699 395.650 338.048 443.595 131,22 Produktivitas (kwt/ha) 108,26 121,59 121,6 122 100,33 C Kopi Produksi (kwt) 68.030 34.779,1 40.353,1 70.358,8 174,36 Luas areal Tanaman Menghasilkan (Ha) 6.686,5 6.688 7.556,8 6.686,5 88,48 Produktivitas (kwt/ha) 10,17 5,2 5,3 10,5 197,00 Tabel 3-6 menunjukkan bahwa caaian produktivitas bawang merah ditunjang oleh capaian produksinya sebesar 443.595 kwintal atau 131,22% dari yang ditargetkan sebesar 338.048 kwintal. Sedangkan capaian luas panen sebesar 3.636 ha atau 130,79% dari yang ditargetkan sebesar 2.780 Ha. Adapun capaian produktivitas kopi ditunjang dengan produksi sebesar 70.358,8 kwintal atau 174,36% dari target sebesar 40.353,1 kwintal. Sedangkan capaian luas areal tanaman menghasilkan sebesar 6.686,5 Ha atau 88,48 dari yang ditargetkan seluas 7.556,8 Ha. 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya - Komoditas Padi Capaianproduktivitas padi setiap tahunnya berfluktuatif. Tahun 2014 produktivitas padi sebesar 62,87 kwt/ha meningkat di Tahun 2015 menjadi 63,84 kwt/ha kemudian turun menjadi 63,64 kwt/ha (Grafik 1). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 20

Grafik 1. Perkembangan produktivitas padi 64 63,8 63,6 63,4 63,2 63 62,8 62,6 63,84 63,64 62,87 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Produktivitas (kwt/ha) Grafik 1 menunjukkan penurunan capaian pada Tahun 2016 dari Tahun 2015 sebesar 0,2 kw/ha. Meskipun demikian dari segi produksi (Tabel 3-2) terdapat lonjakan yang cukup signifikan, dimana laju peningkatan produksi Tahun 2014-2015 sebesar 3.516 ton, meningkat menjadi 59.568 ton pada periode Tahun 2015-2016. Laju peningkatan ini tidak terlepas dari luas panen pada periode tahun tersebut, dimana terdapat selisih luas panen yang cukup besar periode Tahun 2015-2016 yaitu seluas 9.636 ha. - Komoditas bawang merah dan kopi Laju pertumbuhan produktivitas komoditas bawang merah produktivitas meningkat dari 108,26 kwt/ha pada Tahun 2014 meningkat menjadi 122 kwt/ha. Capaian tersebut ditunjang dengan meningkatnya produksi dari 327.699 kwintal (2014) menjadi 338.048 kwintal (2016), dengan luas panen dari 3.027 Ha (2014) menjadi 3.636 Ha (2016). Tabel 3-7. Pekembangan produksi komoditi bawang merah Uraian Realisasi Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016* Luas Tanam (ha) 2.827 3.116 2.911 3.086 2.377 3.597 Luas panen (ha) 1.799 3.265 2.915 3.027 3.254 3.636 Produksi (ton) 20.887 39.222 31.699 32.770 39.565 443.595 Provitas (Ton/ha) 116,1 120,13 108,74 108,26 121,59 122 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 21

Sedangkan pada komoditas kopi produktivitas meningkat dari 10,17 kwt/ha pada Tahun 2014 menjadi 10,5 kwt/ha pada Tahun 2016. Pertumbuhan tersebut ditandai dengan meningkatnya produksi dari 68.030 kwintal (2014) menjadi 70.358,8 kwintal (2016), dengan luas baku lahan yang relatif stagnan yaitu 10.273 ha. Tabel 3-8. Pertumbuhan komoditas kopi Uraian 2014 2015 2016 Luas/ Baku Lahan (Ha) 10.273 10.273 10.273 Produksi Hasil Olahan (Ton) 6.803 6.872 7.035,88 Produksi Bahan Mentah (Ton) 27.212 27.489 28143,51 3. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas Pertanian Tahun 2016-2020.Gambaran variabel-variabel yang menunjang terhadap capaian indikator kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut: Tabel 3-9. Perbandingan realisasi kinerja komoditas padi, bawang merah dan kopi terhadap target Renstra Indikator Kinerja Produksi Komoditas Padi (ton) Produksi Komoditas Bawang Merah (ton) Produksi Tanaman Perkebunan Kopi (ton) Target 2016 Realisasi Target Target Target Target 2016 2017 2018 2019 2020 533.212,00 606.162,00 581.033 581.033 587.424 593.886 33.804,80 44.359,50 41.163 41.987 41.987 42.826 4.035,31 7.035.88 7.150 7.293 7.293 7.439 Tabel 3-9 menunjukkan bahwa realisasi capaian produksi padi dan bawang merah sudah melebihi target akhir tahun Renstra. Produksi padi mencapai 102% Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 22

dan bawang merah sebesar 103,58%. Meskipun demikian perlu dianalisis factor atau variable pendorong capaian produksi dan dilakukan koreksi terhada target renstra ke depan. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Perbandingan indikator kinerja yang dibandingkan dengan target provinsi dan nasional, diwakili oleh data produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2016. CapaianProduksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2016 dibandingkan dengan target produksi Jawa Barat dan Nasional. Tabel 3-10. Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2016 dengan target provinsi dan nasional Indikator Kinerja Produksi Komoditas Padi (ton) Produksi Komoditas Bawang Merah (ton) Produksi Tanaman Perkebunan Kopi (ton) Target Kinerja Kab. Bandung 2016 Realisasi Kab. Bandung 2016 Target Jawa Barat Target Nasional % thd Provinsi % thd Nasional 533.212,00 606.162,00 12.418.727,00 76.226.000 4,88 0,80 33.804,80 44.359,50 134.099,00 1.172.663 33,08 3,78 4.035,31 7.035,88 18.150,00 738.110 38,77 0,95 Sumber: Renstra kementan Tahun 2015-2019, diolah. Tabel 3-10 menunjukkan bahwa posisi produksi padi Kabupaten Bandung dapat menyumbang 4,88% terhadap target provinsi Jawa Barat dan 0,8% terhadap produksi nasional. Sedangkan produksi bawang merah menyumbang 33,08% terhadap target provinsi dan 3,78% terhadap target nasional. Adapun Produksi kopi Kabupaten Bandung dapat mensuplai 38,77% target provinsi dan 0,95% terhadap target nasional. Suplai bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung yang rata-rata di atas 30% dari target Jawa Barat (27 Kabupaten/kota) menunjukkan bahwa pertanian komoditi tersebut memegang peranan penting. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 23

5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Upaya peningkatan produksi padi di Kabupaten Bandung melalui efisiensi produksi saat ini menjadi alternatif yang penting, dimana alternatif secara ekstensifikasi perluasan areal semakin sulit ditempuh.efisiensi produksi yang dapat ditempuh melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi pada penggunaan sarana produksi maupun peningkatan kualitas infrastruktur. Selain itu efisiensi produksi juga dapat dilakukan dalam rangka mengurangi tingkat kehilangan hasil, diantaranya melalui perbaikan pada proses pasca panen, pengendalian OPT dan penggunaan benih unggul. Tingkat kehilangan hasil produksi padi dari tahun ke tahun dapat dikurangi. Pada Tahun 2011 tingkat kehilangan mencapai 11,52% dan pada Tahun 2016 dapat ditekan menjadi 9,99% (Tabel 3-7). No Tabel 3-11. Tingkat kehilangan hasil komoditas padi Komponen Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi pada Tahun (%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 Panen 2,35 0,58 0,51 0,50 0,50 0,48 2 Perontokan 3,35 3,33 3,28 3,15 3,12 3,11 3 Pengeringan 3,03 3,83 3,82 3,75 3,75 3,75 4 Pengilingan 2,42 3,01 2,86 2,67 2,65 2,65 JUMLAH 11,52 10,75 10,47 10,07 10,02 9,99 Tabel 3.11memperlihatkan bahwa tingkat kehilangan hasil dari tahunketahun terus mengalami penurunan. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas panen padi tiap tahun terus meningkat, beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil padi adalah : (1) Varietas padi, varietas unggul padi yang telah dilepas dan diadopsi oleh petani sebagaian besar termasuk yang mudah rontok, sehingga padi tidak banyak lagi yang tertinggal malainya, serta petani dalam pemanenan (ngarit padi) telah melakukan penumpukan sementara dengan memakai alas; (2) Umur panen padi, umur panen padi sangat berpengaruh terhadap besarnya kehilangan hasil. Bila panen muda atau belum masuk optimum maka mutu gabah yang dihasilkan akan rendah, banyak bulir hijau. Sebaliknya padi yang dipanen terlalu tua atau terlewat masak, hasil akan turun karena gabah banyak yang rontok; (3) Alat panen, dengan diintroduksinya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 24

varietas-varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke sabit. Sabit harus tajam agar saat pemotongan padi tidak terjadi goyangan yang kuat, sehingga tidak menyebabkan gabah rontok, ataupun sekarang sudah banyak kelompok tani yang menggunakan powerthraser; (4) Sistem panen, pemanenan padi sistem individual (keroyokan) dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas, mendorong pemanen untuk berebut memotong padi sebanyakbanyaknya. Akan lebih baik jika pemanenan padi menggunakan alat perontok pedal Thresher atau power thresher; (5) perontok padi dapat dilakukan dengan cara diinjak-ijak, dipukul, dibanting, pedal thresher, dan mesin perontok, proses perontokan padi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kehilang hasil padi secara keseluruhan.sebagian besar petani melakukan perontokan dengan cara dibanting terlalu keras maka banyak gabah yang terlempar keluar dari alas. Sebaliknya jika dibanting terlalu lemah dan hanya beberapa kali membanting, maka banyak gabah yang tidak rontok menempel pada malainya dan ikut terbuang bersama jeraminya.masalah terakhirr inilah yang menyebabkan kehilangan hasil cukup besar. Penanganan pasca panen tidak akan terlepas dari interaksi faktor-faktor yang membentuk sistem pascapanen. Dengan demikian untuk memperbaiki sistem pascapanen diperlukan pendekatan yang menyeluruh terhadap komponen-komponen sistem untuk memperbaiki struktur dan manajemen sistem sehingga diperoleh berbagai alternatif perbaikan keluaran sistem yang diperbaiki.strategi penanganan pasca panen harus ditempatkan sebagai bagian integral dari program pengembangan sistem usahatani padi.berdasarkan keragaan lingkungan, strategi perbaikan penanganan panen dan pascapenen harus dilaksanakan dengan prinsip location spesifik dengan tetap mengacu pada asas selektif.dengan mengacu pada aspek selektif, perbaikan penanganan pascapenen padi tidak terbatas pada penanganan perbaikan teknologi saja tetapi juga perbaikan dari aspek sosial ekonomi dan kelembagaan. Secara umum tujuan perbaikan pascapanen padi yaitu (1) menekan kehilangan hasil, mulai dari tahap pemanenan sampai dengan penggilingan, (2) meningkatkan rendemen dan mutu beras giling, (3) menekan biaya pascapanen, mulai dari pemanenan sampai dengan penggilingan, (4) meningkatkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 25

pendapatan petani pemilik dan buruh pemanen, (5) meningkatkan kelayakan ekonomi dan finansial jasa alsintan pascapanen mulai panen sampai dengan penggilingan, (6) merekayasa sistem kelembagaan jasa pemanenan dan pasca panen yang efektif dan efisien. Program perbaikan penanganan panen dan pasca panen dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, (1) pendekatan wilayah, (2)pendekatan teknologi.pendekatan wilayah didasarkan atas pertimbangan persepsi petani sebagai dominan, faktor sosial budaya dan ekonomi dan kelembagaan panen di tingkat petani, termasuk buruh tani. Pendekatan teknologi merupakan top down approach yang lebih didasarkan pada kriteria teknis, seperti peningkatan kapasitas dan efisiensi kerja, serta perbaikan teknologi alat dan proses untuk meningkatkan rendemen dan mutu beras. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi, melalui perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi sawah baru.peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan produktivitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman). Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2,01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013; 2,51 pada tahun 2014;2,43 pada Tahun 2015 dan tahun 2016 (MT. 2015/2016 mencapai 2,65. Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 26

yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat. Selain komoditi-komoditi pertanian (pangan), hortikultura dan perkebunan strategis Kabupaten Bandung tersebut di atas (padi, bawang merah dan kopi), terdapat komoditi-komoditi ekonomis lain yang dapat menunjang ketersediaan pangan. Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam diseminasi teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.berikut pada tabel 3.12 disajikan data komoditas produksi tanaman pangan unggulan. Tabel 3-12. Komoditas Produksi Tanaman Pangan/Palawija Unggulan Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Perkembangan realisasi Thdp target 2016 Perkembangan realisasi Thdp realisasi 2015 Jagung Luas Tanam (ha) 8.506 13.139 13742 104,59 161,56 Luas Panen (ha) 6.646 12.154 11078 91,15 166,71 Produksi (ton) 43.494 85377 77935 91.28 179.19 Produktivitas (kwt/ha) 65,45 70,25 70.35 100.15 107.48 Kedelai Luas Tanam (ha) 425 880 1060 120,45 249,41 Luas Panen (ha) 335 836 801 95,81 239,10 Produksi (ton) 432 1122 1122 100,00 259,72 Produktivitas (kwt/ha) 12,90 13,42 14,01 104,38 108,62 Kacang Tanah Luas Tanam (ha) 1.054 1545 634 41,04 60.15 Luas Panen (ha) 1.050 1468 692 47.15 65.90 Produksi (ton) 1.629 2.183 1036 47.46 63.59 Produktivitas (kwt/ha) 15,51 14,87 14.97 100.66 96.49 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 27

Uraian komoditi Ubi Kayu Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Perkembangan realisasi Thdp Perkembangan realisasi Thdp Luas Tanam (ha) 5.171 6483 4637 71,53 89.67 Luas Panen (ha) 5.326 6159 3893 63,21 73.09 Produksi (ton) 105.724 129.853 82286 63.37 77.83 Produktivitas (kwt/ha) 198,51 210,84 211.37 100.25 106.48 Ubi Jalar Luas Tanam (ha) 1.476 2140 1507 70.40 102.07 Luas Panen (ha) 1.449 2033 1354 66.60 93.44 Produksi (ton) 19.825 27527 18347 66.65 92.55 Produktivitas (kwt/ha) 136,82 135,40 135.50 100.07 99.04 Realisasi produksi jagung mencapai 77.935 ton (Jagung pipilan kering) atau sebesar 91,28% dari total target Tahun 2016 dengan produktivitas mencapai 70,35 Kwt/ha, dalam hal provitas jagung bisa melampaui target yang telah ditetapkan namun dalam produksinya hanya mencapai 91,28 persen hal ini bila dibandingkan dengan luas pertanaman diantaranya disebabkan oleh banyak jagung yang dipanen muda, apalagi pada bulan-bulan di akhir tahun sebagai persiapan tradisi masyarakat menjual jagung bakar pada awal tahun, selain itu juga untuk mempercepat perguliran modal petani, serta panen muda yang disebabkan oleh kebutuhan pakan ternak. Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk yaitu jagung dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering.selain itu menurut pengamatan di lapangan jagung yang dipanen berhasil pada umumnya adalah kelompok tani/petani yang mendapatkan bantuan dari pemerintah saja sehingga otomatis menurunkan produksi komoditas tersebut. Produksi kedelai pada tahun 2016 telah memenuhi target 100% yaitu sebesar 1.122 ton. Tercapainya target produksi kedelai pada tahun 2016 dikarenakan produktivitas yang meningkat yaitu sebesar 14,01 kwt/ha telah melebihi target produktivitas sebesar 13,42 kwt/ha dan adanya bantuan juga dari pemerintah, meskipun disisi lain realisasi luas panen tidak terpenuhi yaitu 801 ha dari yang ditargetkan 836 ha. Komoditas Ubi Kayu pada tahun 2016 tidak bisa melampui target dengan realisasi sebesar 82.286 ton atau hanya 63,37% dari target tahun 2016, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 28

walaupun produksi belum melapaui target akan tetapi produktivitas ubi kayu mengalami peningkatan yaitu 211,37 Kwt/Ha atau 100,25%. Hal ini cenderung disebabkan oleh jangka waktu panen dari ubi kayu sendiri yang relatif lama, bahkan ada yang hampir mencapai 1 tahun, komoditas ini dapat menjadi alternatif tabungan petani, dengan tanaman selingan yang lebih cepat perputaran modalnya. Produksi kacang tanah pada tahun 2016 belum melampaui target dengan realisasi sebesar 1.036 ton. Produksi kacang tanah hanya memenuhi target sebesar 47,46%, dengan produktivitas mencapai 14,97 kwt/ha atau sebesar 100,66%. Produksi kacang tanah tidak tercapai disebabkan luas panen kacang tanah tidak memenuhi target yaitu 692 ha (47,15%). Ketidak berhasilan pencapaian produksi tidak mengindikasikan kegagalan panen karena jika dilihat dari produktivitasnya terus meningkat.hal ini menunjukkan bahwa praktek budidaya yang dilakukan oleh petani sudah sesuai, namun ini lebih disebabkan oleh kekurang tertarikan petani terhadap komoditas tersebut sehingga dari indeks pertanaman pun dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Produksi ubi jalar tahun 2016 belum melampaui target dengan realisasi sebesar 18.347 ton. Produksi ubi jalar hanya memenuhi target sebesar 66,65%, dengan produktivitas mencapai 135,50 atau sebesar 100,07%. Produksi ubi jalar tidak tercapai disebabkan oleh luas panen yang tidak memenuhi target yaitu 1.354 ha (66,60%).Ketidak berhasilan pencapaian dalam produksi tidak mengindikasikan kegagalan panen karena jika dilihat dari produktivitasnya terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa praktek budidaya yang dilakukan oleh petani sudah cukup sesuai dengan teknologi yang ada dan diadopsi. Selain tanaman pangan, produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas hortikultura dan perkebunan unggulan di Kabupaten Bandung Tahun 2016 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 29

pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi. Sayuran Lima komoditas utama sayuran di Kabupaten Bandung adalah kentang, tomat, cabe, dan kubis.disamping itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran eksklusif jepang.komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari. No Tabel 3-13. Realisasi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2016 1 Kentang Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) Luas Tanam (ha) 4051 5.791 5.428 93,73 133,99 Luas panen (ha) 4136 5.726 5.074 88,61 122,68 Produksi (kwt) 844.140 1.213.855 1.025.000 84,44 121,42 Produktivitas (kwt/ha) 204,1 211,99 202,01 95,30 98,97 2 Kubis 3* Cabe Luas Tanam (ha) 3484 4.828 5.256 108,86 150,86 Luas panen (ha) 3390 4.833 4.766 98,61 140,59 Produksi (kwt) 781.120 1.159.388 1.074.219 92,65 137,52 Produktivitas (kwt/ha) 230,4 239,89 225,39 93,95 97,82 Luas Tanam (ha) 660 726 892 122,87 135,15 Luas panen (ha) 821 748 2.022 270,32 246,29 Produksi (kwt) 262.380 72.279 184.941 255,87 70,49 Produktivitas (kwt/ha) 319,6 96,63 91,46 94,65 28,62 4* Tomat Luas Tanam (ha) 1.184 1.513 1.016 67,15 85,81 Luas panen (ha) 1.254 1.290 2.814 218,14 224,40 Produksi (kwt) 644.740 330.756 594.847 179,84 92,26 Produktivitas (kwt/ha) 514,1 256,40 211,39 82,44 41,12 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 30

No Uraian komoditi 5 Bawang Daun Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) Luas Tanam (ha) 4.003 3.371 5.616 166,60 140,29 Luas panen (ha) 3.970 3.383 4.994 147,62 125,79 Produksi (kwt) 577.830 537.423 846.831 157,57 146,55 Produktivitas (kwt/ha) 145,5 158,86 169,57 106,74 116,54 6 Kembang Kol Luas Tanam (ha) 427 462 327 70,78 76,58 Luas panen (ha) 449 468 354 75,64 78,84 Produksi (kwt) 86.820 84.666 77.010 90,96 88,70 Produktivitas (kwt/ha) 193,4 180,91 217,54 120,25 112,48 7 Petsai/Sawi/Sosin Luas Tanam (ha) 2.775 3.184 3.615 113,54 130,27 Luas panen (ha) 2.758 3.053 3.218 105,40 116,68 Produksi (kwt) 572.090 679.079 659.729 97,15 115,32 Produktivitas (kwt/ha) 207,43 222,43 205,01 92,17 98,83 8 Wortel Luas Tanam (ha) 1.775 2.172 2.491 114,69 140,34 Luas panen (ha) 1.658 2.041 2.437 119,40 146,98 Produksi (kwt) 375.870 459.613 535.383 116,49 142,44 Produktivitas (kwt/ha) 226,70 225,19 219,69 96,91 96,91 9 Lobak Luas Tanam (ha) 418 425 448 105,41 107,18 Luas panen (ha) 412 370 456 123,24 110,68 Produksi (kwt) 92.810 81.752 105.747 129,35 113,94 Produktivitas (kwt/ha) 225,3 220,95 231,90 104,96 102,93 10 Kacang Merah Luas Tanam (ha) 1.072 1.688 871 51,60 81,25 Luas panen (ha) 1.488 3.563 1.278 35,87 85,89 Produksi (kwt) 148.780 338.485 126.176 37,28 84,80 Produktivitas (kwt/ha) 99,99 95,00 98,73 103,92 98,74 11* Kacang Panjang Luas Tanam (ha) 99 153 120 78,43 121,21 Luas panen (ha) 116 159 301 189,31 259,48 Produksi (kwt) 26.340 18.554 35.152 189,46 133,45 Produktivitas (kwt/ha) 227,1 116,69 116,78 100,07 51,42 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 31

No 12* Jamur Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) Luas Tanam (m 2 ) 58.408 16.319 90.135 552,33 154,32 Luas panen (m 2 ) 50.618 16.870 288.365 1.709,34 569,69 Produksi (ku) 64.391 68.661 979.153 1.426,07 152,06 Produktivitas (kg/m 2 ) 12,72 4,07 3,40 83,54 26,69 13* Terung Luas Tanam (ha) 134 160 112 70,00 83,58 Luas panen (ha) 139 277 332 119,86 238,85 Produksi (kwt) 47.630 37.414 42.054 112,40 88,29 Produktivitas (kwt/ha) 342,66 135,07 126,67 93,78 36,96 14* Buncis Luas Tanam (ha) 584 698 473 67,77 80,99 Luas panen (ha) 592 726 1.153 158,82 194,76 Produksi (kwt) 175.290 91.273 145.111 158,99 82,78 Produktivitas (kwt/ha) 296,09 125,72 125,86 100,11 42,50 15* Ketimun Luas Tanam (ha) 591 513 607 118,32 102,71 Luas panen (ha) 562 459 1.517 330,50 269,93 Produksi (kwt) 245.320 102.903 326.257 317,05 132,99 Produktivitas (kwt/ha) 436,51 224,19 215,04 95,92 49,27 16* Labu Siam Luas Tanam (ha) 28 342 373 109,06 1.332,14 Luas panen (ha) 41 227 2.849 1.255,07 6.948,78 Produksi (kwt) 611.030 50.871 591.470 1.162,69 967,99 Produktivitas (kwt/ha) 1.490,32 224,10 207,61 92,64 13,93 17* Kangkung Luas Tanam (ha) 366 306 395 129,08 107,92 Luas panen (ha) 371 288 555 192,71 149,60 Produksi (kwt) 81.610 36.279 69.560 191,74 85,23 Produktivitas (kwt/ha) 219,97 125,97 125,33 99,49 56,97 18* Bayam Luas Tanam (ha) 169 186 192 103,23 113,61 Luas panen (ha) 162 201 252 125,37 155,56 Produksi (kwt) 20.220 19.224 26.147 136,01 129,31 Produktivitas (kwt/ha) 124,8 95,64 103,76 108,49 83,14 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 32

No Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) 19* Seledri Luas Tanam (ha) 1.675 1.525 2.460 161,31 11.844,01 Luas panen (ha) 1.750 1.512 2.126 140,61 121,49 Produksi (kwt) 363.470 324.218 434.319 133,96 119,49 Produktivitas (kwt/ha) 207,70 214,43 204,29 95,27 98,36 20* Cabe Rawit Luas Tanam (ha) 352 392 604 154,08 171,59 Luas panen (ha) 457 339 1.559 459,88 341,14 Produksi (kwt) 12.890 28.039 106.447 379,64 825,81 Produktivitas (kwt/ha) 61,27 82,71 68,28 82,55 111,44 21* Strowberry**) Luas Tanam (ha) 137 87 63,50 Luas panen (ha) 78 1.252 1.605,13 Produksi (ton) 50.101 147.207 293,82 Produktivitas (kwt/ha) 642,32 117,58 18,31 Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2016 Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim Berdasarkan tabel 3.13 diatas, realisasi produksi sayuran yang melebihi target tahun 2016 adalah bawang merah, cabe, tomat, bawang daun, wortel, lobak, kacang panjang, jamur, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, seledri, dan cabe rawit. Sedangkan komoditas sayuran yang realisasi produksi tahun 2016 melebihi realisasi produksi tahun 2015 adalah kentang, kubis, bawang daun, petsai, wortel, lobak, kacang panjang, jamur, ketimun, labu siam, bayam, seledri, cabe rawit, dan strowberry (komoditas tanaman buahbuahan semusim). Adapun Komoditi unggulan perkebunan selain kopi di Kabupaten Bandung diantaranya cengkeh, tembakau dan teh. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 33

Tabel 3-14. Perbandingan Produksi Komoditi Perkebunan No Uraian komoditi Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2015 2016 2015 2016 1 Teh 1818,98 3.551,20 1,131 2,15 2 Cengkeh 53,71 133,82 0,095 0,236 3 Tembakau 1358,49 1.362,13 0,891 0,89 Tabel 3-14 Menunjukkan bahwa Kabupaten Bandung merupakan daerah potensial penghasil komoditi perkebunan utama di Jawa Barat, terutama komoditi teh. Produksi teh Kabupaten Bandung yang mencapai 3.551,20.. Pengembangan budidaya komoditi ini terdapat di wilayah Rancabali dan Pangalengan terutama pada kawasan budidaya perkebunan nasional.. 6. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Sebagaimana Tabel 3-5 dan Tabel 3-6, bahwa capaian produktivitas padi sebesar 100,82% dari yang ditargetkan, sedangkan capaian produktivitas bawang mencapai 100,33% dan kopi sebesar 197%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini pelaksanaan kegiatan (penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau tidak langsung menunjang capaian kinerja, masingmasing adalah: - Produktivitas padi:ditunjang melalui pelaksanaan 10 kegiatan. Dari pagu sebesar Rp.11.072.438.000 dapat direalisasi sebesar Rp.10.585.946.814 atau 95,6%. Disisi lain capaian produktivitas padi mencapai 100,82%. Dengan kata lain tingkat efisiensi capaian indikator ini sebesar 1,05 (100,82% / 95,6%) (efisien). Dengan capaian efisiensi tersebut, dapat menggambarkan efektivitas pelaksanaan program kegiatan, yaitu setiap Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan 1,05 satuan hasil kinerja. - Produktivitas bawang merah (komoditas sayuran) dan kopi (komoditas perkebunan) ditunjang melalui pelaksanaan 8 kegiatan. Dari pagu sebesar Rp.7.225.269.524 dapat direalisasi sebesar Rp.7.043.619.135 atau sebesar 97,48%. Di sisi lain capaian produktivitas rata-rata bawang merah dan kopi sebesar 148,66%. Dengan kata lain tingkat efisiensi capaian indikator ini sebesar 1,52 (efisien). Dengan capaian efisiensi tersebut, dapat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 34

menggambarkan efektivitas pelaksanaan program kegiatan, yaitu setiap Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan 1,52 satuan hasil kinerja. 7. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produksi dan produktivitas melalui peningkatan kapasitas sumberdaya pada seluruh sub sistem yang ada, diantaranya: a) Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya. b) Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian. c) Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui diseminasi teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang. d) Peningkatan sarana prasarana pasca panen. e) Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan. Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2,01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013; 2,51 pada tahun 2014;2,43 pada Tahun 2015 dan tahun 2016 (MT. 2015/2016 mencapai 2,65. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya: Pupuk Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan tetapi pada Tahun 2016 ini penggunaan pupuk kimia telah banyak berkurang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 35

dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan kata lain untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara sedikit demi sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi maupun kimia tanahnya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman. Cara yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos maupun buatan pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan cara melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk anorganik dan pupuk organik. Lebih lanjut sebagai upaya penerapan pupuk organik, dilakukanlah prioritas utma yaitu pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah kompos.disamping mensosialisasikan penggunaan kembali pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis. Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2016, adalah: 1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan memfasilitasi alat-alat pengolahan pupuk organik. 2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha. 3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk di Kabupaten Bandung (KP3) Selain mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik, dengan adanya bantuan fasilitasi rumah kompos beserta Alat Pembuat Pupuk Organiak (APPO) ini diharapkan dapat mengurangi sampah dari sisa panen serta mengurangi pula tingkat pencemaran yang disebabkan oleh limbah ternak. Berikut pada Tabel 3-15 disajikan data Alokasi dan Realisasi Pupuk Tahun 2016. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 36

BULAN Tabel 3-15. Alokasi dan Realisasi Pupuk Tahun 2016 UREA SP 36 ZA NPK ORGANIK Alok Real Alok Real Alok Real Alok Real Alok Real 1 1925 3087,05 611 642.30 546 482.50 1471 1883.00 65 83.90 2 1792 2124.50 566 761.05 514 563.85 1404 2134.35 63 48.80 3 1819 1703.19 520 569.25 493 638.15 1315 1621.10 66 56.58 4 1721 1797.91 486 591.30 499 542.60 1270 1992.50 65 77.40 5 1825 2181.56 475 561.40 475 492.50 1301 1973.70 68 69.88 6 1828 2523.25 469 673.25 473 504.75 1227 1611.10 68 68.72 7 1863 1853.09 505 370.95 488 358.95 1194 1506.05 70 50.78 8 1850 1531.80 469 388.40 467 411.90 1344 1533.65 68 59.58 9 1765 1624.75 457 317.10 480 408.30 1401 2163.90 86 88.54 10 1825 1902.90 513 653.85 501 529.60 1555 2163.90 78 65.66 11 2064 2271.65 557 497.75 584 498.05 1737 1244.95 82 118.18 12 3874 1837.00 652-648 - 1781 923.20 83 47.40 JMLH 24151 24438.65 6280 6026.60 6168 5431.15 4.916,55 20751.20 862 835.42 ket : Alok (Alokasi), Real (Realisasi) Pengelolaan Benih Kegiatan tahun 2016 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan tetap hanya sebagai fasilitator untuk BKPPP dan BPSB dalam melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih.selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada musim tanam 2015/2016, diantaranya telah dapat menyalurkan benih padi lebih kurang sebanyak 525 Ton untuk kegiatan GPPTT/UPSUS (Upaya Khusus), cadangan Benih Daerah dan Bantuan Penggantian Bencana lebih kurang sebanyak 11,5 Ton dari APBD Kabupaten Bandung.Tahun 2016, dalam upaya mengejar penyerapan teknologi pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas Ciherang sekitar 73%, Sintanur (2%), Mekongga (9%), IR-64 (12%) dan benih Lokal sebanyak 4%. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 37

Lebih lanjut, pengelolaan benih/bibit tanaman lainnya seperti hortikultura, perkebunan dan kehutanan sebelum disebar ke lapangan dikontrol dan dikendalikan kualitasnya melalui upaya penyertaan sertifikasi benih/bibit tersebut.penyaluran benih harus melalui uji lapangan dan adaptasi sehingga tidak berdampak negative terhadap pertanaman lainnya di lapangan. Upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal mulai menempati prioritas target kinerja, sejak dari tahun anggaran sebelumnya beberapa komoditi unggulan kabupaten dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama dengan balai penelitian. Jeruk besar cikoneng di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi menjadi sasaran pertama dikarenakan komoditi ini memiliki spesifik unik.krisan dan tanaman hias lainnya dilaksanakan melalui pengembangan kebun percobaan dengan berbagai sarana prasarana yang telah dibangun untuk menunjang pengembangan penangkaran dan uji adaptasi khusus tanaman hias di Kecamatan Pasirjambu.Penangkaran kentang dan stroberi juga mulai dikelola secara intensif dan tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Rancabali dan Pasirjambu. Kemudian tahun 2015 pengembangan jeruk dekopon di kecamatan ciwidey yang diajukan untuk sertifikasi benih/varietas dan Alhamdulillah pada tahun 2016 ini telah selesai didaftarkan dan mendapat pengakuan/sertifikasi dari kementrian, walaupun jeruk ini hasil kloning dari jepang tapi dengan berbagai pengembangan serta adaptifnya sehingga jeruk ini bias menjadi murni khas Kabupaten Bandung, dan pada tanggal 6 Oktober 2016 oleh Bupati Bandung dan Kepala Distanbunhut Kab. Bandung telah launching Jeruk dekopon dengan Varietas (DN) Sabilulungan. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun keterampilan operator. Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 38

terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada Tahun 2016 ini jumlah jenis mesin yang dihibahkan kepada petani mengalami peningkatan dengan jumlah yang mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun sebelumnya masih ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan untuk pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut. Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak merasa minder dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan terus bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga. Pada Tahun 2016, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat mesin pertanian di Kabupaten Bandung, dilakukan pengadaan mesin pertanian yang dihibahkan kepada masyarakat yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 3-16. Mesin Pertanian yang Dihibahkan Kepada Masyarakat No Traktor Jumlah 1 TR-2 Kubota RD 85 DI-2S QUICK G 3000 ZEVA 167 Unit 2 TR-2 Kubota RD 65 DI-2S QUICK IMPALA 22 Unit 3 TR-2 Yanmar TF 65 LYS-DI Yanmar YM-70 SX 49 Unit 4 TR-2 Yanmar TF 85 MLY Yanmar YST PRO-XL 220 Unit 5 TR-4 Kubota L 4400 Kubota L 4400 2 Unit 6 TR-4 Yanmar E-393 T Yanmar E-393 T 10 Unit Sumber Dana 458 unit APBN 12 unit APBN No Pompa Air Jumlah PA-4 Inchi Kubota RD 85 DI- 1 GTO Niagara 195 Unit 1S 357 unit APBN PA-4 Inchi Yanmar TF 85 2 Ebara 100 SQPB 162 Unit MLYS-di No Rice Transplanter Jumlah Pubang Puerwo 10 unit Indojarwo 5 unit 1 Rice Taransplanter Gunung Biru 25 unit APBN Jajar Legowo 2:1 10 unit Yamaha MZ175 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 39

No Traktor Jumlah Sumber Dana No Hand Sprayer Jumlah 1 Hand Sprayer Maspion MH 14L 275 Unit 557 unit APBN Dragos Star 14l Deluxe 282 Unit No Backpack Sprayer Jumlah 1 Backpack Sprayer Honda WJR4025T GCS R280 4 Unit APBD No Cultivator Jumlah 1 Cultivator Husqvarna TF 434P EP176.0 Robin 10 Unit APBD Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA. Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat. Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 40

petani di desa dan kecamatan se-kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati. Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjasama dengan BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut pada tabel 3.17 disajikan data rencana pestisida yang disalurkan untuk pengendalian OPT tahun 2016, yang berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN. Tabel 3-17. Pestisida Pengendalian OPT Tahun 2016 No Nama Formulasi Satuan kg/liter 1 Applaud 10 WP 100 2 Bassa 500 EC 100 3 Mipcinta 50 Wp 130 4 Starfidor 5 WP 100 5 Petrofur 3 GR 17.000 6 Montaf 400 SL 100 7 Topsin 500 SC 1.200 8 Sultricob 93 WP 1.300 9 Petrokum 0,005 RMB 3.750 Jumlah 23.780 Sumber: Distanbunhut 2016 Selain dengan memberikan pestisida diatas, juga dilakukan pembinaan sumberdaya manusia melalui beberapa kegiatan Bimbingan teknis, yaitu: 1. Bimbingan Teknis Pengembangan Desa PHT telah dilaksanakan 2. Bimbingan Teknis Teknologi Tepat Guna telah dilaksanakan 3. Bimbingan Teknis penerapan Teknologi Pertanian telah dilaksanakan 4. Bimbingan Teknis Agen Hayati telah dilaksanakan 5. Sekolah Lapang bagi masyarakat dan penyuluh Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 41

Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian: Pengelolaan Infrastruktur Pengairan Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah volume keseluruhan dalam setahun.namun apabila ditinjau dari periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, sedang dan rendah.potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah hujan.untuk pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan pengambilan utama berupabendungan, embung dan bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik. Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 42

Tabel 3-18. Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung No Lokasi Nama Sungai/ Volume Kecamatan Desa DAM (Juta m 3 ) 1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947 - Buninagara - Leuwikuya 97,4462 2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya - 3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745 4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326 - Parungserab - Leuwikuya 18,6567 5 Katapang - Banyusari - Kiarawuyeuh 8,7039 - Juntigirang - Juntihilir 6,5847 - Banyusari - Baros 2,1192 6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63,8793 7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105 8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452 9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848 10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125 11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811 Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada melalui JIDES dan JITUT, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur pantek serta embung.tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana alam diantaranya kekeringan dan banjir.upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN. Pada Tahun 2016, beberapa kegiatan pengelolaan air irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung disajikan pada tabel berikut. Selain itu juga terus dibina kelompok-kelompok pengguna air melalui Gabungan Kelompok Pengguna Air (GP3A). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 43

Tabel 3-19. Pengelolaan Air Irigasi Tersier di Wilayah Kecamatan di Kab. Bandung Kegiatan Kecamatan Desa Volume Dam Parit Rumah Pompa Majalaya Biru 1 unit Arjasari Pinggirsari 1 unit Cimaung Cempaka Mulya 1 unit Pasir huni 1 unit Pangalengan Lamajang 1 unit Margamulya 1 unit Cikancung Sri rahayu 1 unit Cikancung 1 unit Nagreg Ciaro 1 unit Drawati 1 unit Paseh Mekarpawitan 1 unit Loa 1 unit Margaasih 1 unit Cicalengka Narawita 1 unit Dampit 1 unit Nagrog 1 unit Ciparay Cikoneng 1 unit Sagaracipta 1 unit Mandalahaji 1 unit Pacet Nagrak 1 unit Cikawao 1 unit Ciwidey Rawabogo 1 unit Rancabali Cipelah 1 unit Pasirjambu Tenjolaya 1 unit Sukamulya 1 unit Kopo 1 unit Kutawaringin Cibodas 1 unit Cilame 1 unit Padasuka 1 unit Cangkuang Nagrak 1 unit Buah-batu 1 unit Bojongsoang Lengkong 1 unit Bojongsari 1 unit Jelekong 1 unit Baleendah Jelekong 1 unit Wargamekar 1 unit Rancaekek Tegal Sumedang 1 unit Haurpugur 1 unit Mekarsari 1 unit Ciparay Sumbersari 1 unit Ciparay 1 unit Cicalengka Cikuya 1 unit Babakan Peuteuy 1 unit Solokanjeruk Langensari 1 unit Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 44

Kegiatan Kecamatan Desa Volume Bojongemas 1 unit Bojongemas 1 unit Solokanjeruk 1 unit Pompa Air 6 Inch Tersebar di Kabupaten Bandung 36 unit Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu.pengembangan Kawasan Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan memperkenalkan unsurunsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah. Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RT-RW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki peluang komparatif dan kompetitif. Peningkatan usaha agribisnis produk perkebunan tidak hanya dilakukan pada sektor hulu saja, tetapi juga pada sektor hilir yaitu pengelolaan pasca panen dan pemasaran mendapatkan fasilitasi guna meningkatkan nilai tambah produk sekaligus taraf hidup petani (pelaku usaha).di antara komoditi tersebut, kopi merupakan salah satu andalan yang menunjukkan perkembangan yang signifikan.pada usaha budidaya tanaman kopi petani difasilisi pembinaan mulai dari pembibitan, pemeliharaan dan perlindungan tanaman, dalam pencapaian produksi dan produktivitas budidaya. Produktivitas kopi pada Tahun 2016 sebesar 1,05 Ton/Ha dan pada akhir tahun dapat mencapai produksi sebesar 7.034,68 Ton dengan luas baku lahan sebesar 10.273 Ha. Adapun pada sektor hilir difasilitasi pembinaan pengelolaan pasca panen, pendampingan dan fasilitasi pemasaran melalui berbagai promosi.pada Tahun 2016, kopi yang berasal dari Kabupaten Bandung khususnya Pangalengan memiliki prestasi yang membanggakan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 45

Dalam ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 di Atlanta, kopi yang berasal dari Pangalengan/Cimaung atau yang ditanam di sekitar Gunung Puntang menjadi yang terbaik dalam uji cita rasa dan harga lelang, dengan mendapat nilai 86,25 dengan harga lelang $55/kg greenbean atau setara Rp 700,000/kg greenbean, sehingga apabila telah diroasting harganya dapat melebihi Rp.1.000.000/kg. Kopi dari daerah Gunung Puntang memiliki keunggulan dibanding kopi-kopi lain dari daerah Indonesia yang lebih dulu populer seperti kopi dari Manggarai, Flores, Gayo, Toraja dan Temanggung, Kopi Gunung Puntang terpilih sebagai salah satu dari 20 kopi terbaik Indonesia, B) Jumlah Populasi Ruminansia Besar, Ruminansia Kecil dan Unggas (ekor) 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator ini merupakan indikator pendukung dari indikator utama berupa produksi daging, susu yang telah ditetapkan. Adapun ruminansia besar yang dijadikan sebagai indikator ialah sapi perah dan sapi potong. Indikator untuk sasaran ini terurai seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 3-20. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Besar Tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2015 Jumlah Populasi Ternak 63.734 62.130 97,48 62.116 Ruminansia Besar (ekor) 1. Sapi perah (ekor) 34.006 33.764 99,88 33.824 2. Sapi potong (ekor) 29.728 28.366 94,78 28.292 Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2016 Tabel 3-20 menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak ruminansia besar tidak dapat memenuhi target dengan capaian total sebesar 97,48%. Populasi sapi perah dari 34.006 ekor yang ditargetkan apat terealisasi sebanyak 33.764 ekor (99,98%), sedangkan populasi sapi potong dari 29.728 ekor yang ditagetkan terealisasi sebanyak 28.366 ekor (94,78%). Ternak Ruminansia kecil yang diperhitungkan dalam indikator ini ialah ternak domba dan kambing dimana didalamnya termasuk kambing perah. Perbandingan target dan realisasi ternak ruminansia kecil untuk tahun 2016, tersaji pada tabel dibawah ini: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 46

Tabel 3-21. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Kecil Tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2015 Jumlah Populasi Ternak 270.938 290.647 107,27 282.530 Ruminansia Kecil (ekor) 1. Domba (ekor) 244.617 264.586 108,16 256.219 2. Kambing (ekor) 26.321 26.061 99,01 26.311 Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2016 Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pencapaian target untuk ternak domba dapat memenuhi apa yang telah ditetapkan yaitu mencapai 108,16% dari target, sedangkan populasi kambing tidak dapat memenuhi target yaitu dengan capaian 99,01%. Adapun Ternak unggas yang dihitung menjadi indikator dalam hal ini ialah khusus untuk jenis unggas yang secara umum biasa dipelihara oleh peternak serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi (ayam buras, ayam ras petelur, ayam pedaging). Jenis unggas lain seperti itik manila (entog), puyuh, dan unggas lainnya tidak dimasukan dalam indikator selain karena populasinya yang masih sedikit juga secara pemeliharaan oleh peternak di Kabupaten Bandung masih sangat terbatas. Uraian target dan realisasi perjenis unggas pada tahun 2016 seperti tersaji pada tabel 3-22 dibawah ini: Tabel 3-22. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Unggas Tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah Populasi Ternak Unggas (ekor) Capaian (%) Realisasi tahun 2015 6.563.820 6.805.764 103,69 6.586.513 a. Ayam Buras 2.001.917 2.003.859 100,10 1.996.021 b. Ayam Ras Petelur 523.683 515.695 98,47 487.508 c. Ayam Pedaging 3.856.013 3.847.576 99,78 3.665.767 d. Itik 438.849 438.634 99,95 437.217 Pada tabel terlihat bahwa pencapaian target populasi unggas untuk beberapa jenis unggas seperti ayam pedaging dan ayam petelur belum dapat mencapai angka yang ditargetkan. Capaian Populasi ayam ras petelur sebesar 98,47% yaitu dari 523.683 ekor yang ditargetkan dapat terealisasi sebanyak 515.695 ekor, sedangkan populasi ayam pedaging dari 3.856.013 ekor yang ditargetkan dapat terealisasi 3.847.576 ekor. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 47

Populasi ternak ruminansia (ekor) 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak ruminansia dapat dilihat pada Grafik dibawah ini: Grafik 2. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia dapat dilihat pada grafik dibawah ini. 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000-2010 Sapi Perah 29.702 Sapi Potong 16.658 Domba 223.437 Kambing 20.542 2011 36.045 36.849 232.107 26.769 2012 31.937 28.067 234.795 24.979 2013 32.358 28.745 241.910 25.101 2014 33.643 28.198 251.099 26.301 2015 33.824 28.292 256.219 26.311 2016 33.764 28.366 264.586 26.061 Sumber: Laporan Tahunan 2010-2015 dan Data Bidang Peternakan 2016 diolah. Berdasarkan grafik 2 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan untuk ternak ruminansia tertinggi hasil perbandingan antara tahun 2016 dengan 2010 dicapai oleh ternak sapi potong yang mencapai 70,28%. Pertumbuhan terendah dalam kurun waktu 2010-2016 ialah ternak sapi perah sebesar 13,68%. Adapun ratarata pertumbuhan untuk ternak ruminansia selama 5 tahun mencapai 41,98%. Populasi ternak unggas, secara umum mengalami peningkatan dimana rata-rata peningkatan populasi sebesar 0,14% pertahun pada rentang tahun 2010-2016. Penurunan terjadi pada populasi ayam broiler yang mengalami penurunan sebesar -2,03% pertahun. Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada populasi ternak ayam buras mengalami pertumbuhan sebesar 7,65% pertahun. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 48

Populasi Unggas (ekor) Grafik 3. Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2016 4.500.000 4.000.000 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000-2010 Ayam Buras 1.373.201 Ayam Petelur 501.917 Ayam Pedaging 4.383.865 Itik 438.561 2011 1.644.558 443.951 4.420.976 477.430 2012 1.863.970 414.129 2.443.390 389.739 2013 1.881.491 436.663 2.584.390 409.861 2014 1.990.142 453.832 3.484.907 435.591 2015 1.996.021 487.508 3.665.767 437.217 2016 2.003.859 515.695 3.847.576 438.634 Sumber: Data Bidang Peternakan 2010-2016 diolah. 3. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas Pertanian Tahun 2016-2020. Gambaran capaian indikator kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut. Tabel 3-23. Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun 2016-2020 Indikator Populasi ternak ruminansia besar (ekor) Populasi ternak ruminansia kecil (ekor) Populasi unggas (ekor) 2016 (realisasi) 2017 2018 2019 2020 65.794 62.859 63.330 63.805 64.283 290.647 293.105 298.554 304.114 309.787 6.805.764 7.066.991 7.326.814 7.600.682 7.889.304 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 49

Tabel di atas menunjukkan bahwa populasi ternak ruminansia besar dalam posisi 102,35% dari target akhir tahun renstra (2020). Sedangkan untuk populasi ternak ruminansia kecil Tahun 2016 pada posisi 93,82% dari target akhir renstra (2020), dan populasi unggas pada posisi 86,26% dari target akhir renstra (2002). Capaian Tahun 2016 masih dalam kisaran wajar, mengingat Tahun 2016 merupakan tahun pertama periode Renstra. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Perbandingan capaian populasi ternak ruminansia besar, ruminansia kecil dan unggas Kabupaten Bandung dengan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 disajikan dalam Tabel Berikut: Tabel 3-24. Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Target Jawa Barat Komoditi Realisasi Populasi Kab. Bandung (ekor) Target Populasi Jawa Barat (ekor) SAPI POTONG 28.366 466.272 6,08 SAPI PERAH 33.764 143.774 23,48 KERBAU 3.664 143.594 2,55 KAMBING 26.061 2.477.171 1,05 DOMBA 264.586 12.285.690 2,15 AYAM BURAS 2.003.859 28.939.719 6,92 AYAM RAS PET 515.695 13.941.114 3,70 AYAM RAS PED 3.847.576 131.860.302 2,92 ITIK 438.634 10.207.731 4,30 Sumber pusdalitbang.jabarprov.go.id, diolah Tabel 3-24 menunjukkan bahwa sumbangan populasi ternak Sapi Perah terhadap target Jawa Barat merupakan tertinggi dibandingkan dengan jenis ternak lainnya, yaitu sebesar 23,48%. Persentase terkecil yaitu pada populasi ternak kambing sebesar 1,05%, mengingat ternak kambing yang dibudidayakan di Kabupaten Bandung umumnya merupakan kambing perah. 5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Realisasi populasi ternak ruminansia besar sebagaimana Tabel 3-20 di atas masih berada dibawah angka target yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya: % Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 50

-Terhambatnya dukungan pemerintah terutama dikarenakan adanya UU 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang mengharuskan penerima bantuan berbentuk badan hukum sehingga beberapa bantuan serta pengadaan ternak tidak dapat dilaksanakan, adapun Permendagri yang menjadi petunjuk teknis dari undang-undang tersebut baru diterbitkan pada Bulan Maret 2016 dimana anggaran sudah ditetapkan. -Tingginya harga bakalan ternak yang berpengaruh pada jumlah ternak yang dipelihara oleh peternak pada budidaya sapi perah, tingginya harga bakalan juga dapat mendorong peternak untuk menjual pedet keluar wilayah Kabupaten Bandung. Capaian populasi ruminansia kecil sebagaimana Tabel 3-21 melebihi target. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: - Beralihnya beberapa peternak ternak ruminansia besar khususnya ternak sapi perah ke usaha tani dan memelihara domba sebagai pekerjaan sampingan. - Peran aktif peternak dalam mencoba jenis usaha yang dianggap menguntungkan serta adanya stimulan, pembinaan serta pendampingan dari pemerintah. Sebagaimana Tabel 3-22 terdapat indikator terdapat target yang tidak tercapai yaitu pada populasi ayam ras petelur dan pedaging, hal ini lebih dikarenakan oleh : - Masih tingginya harga pakan ternak terutama untuk pakan ayam petelur dana yang pedaging, yang berakibat kepada biaya produksi tinggi sehingga para peternak menahan untuk menambah populasi ternak yang dipelihara. - Sistem pemeliharaan ayam broiler dan ayam petelur yang di dominasi dan diatur oleh perusahaan besar tertentu, dimana peternak hanya bertindak sebagai pemelihara membuat sistem pemasaran serta supply demand di tentukan oleh perusahaan tersebut. - Pada jenis unggas lain seperti ayam buras dan itik capain pada tahun 2016 melebihi angka yang direncanakan yaitu 100,10% untuk ternak ayam buras dan 101,30% untuk ternak itik. Salah satu pendukungnya yaitu karena sistem pemeliharaan yang masih didominasi oleh masyarakat serta system pemeliharaan yang tidak terlalu tergantung pada harga pakan buatan membuat proses budidaya ayam buras dan itik relative bertahan jika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 51

dibandingkan dengan ungags lainnya. Selain itu, pangsa pansar yang cukup spesifik dan berkelanjutan pula mendukung pembudidaya untuk meningkatkan populasi dan proses budidayanya. 6. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Sebagaimana Tabel 3-20, 3-21 dan Tabel 3-22, bahwa capaian populasi ruminansia besar sebesar 97,48% dari yang ditargetkan, sedangkan capaian populasi ternak ruminansia kecil mencapai 107,27% dan populasi unggas sebesar 103,77%. Dengan kata lain persentase rata-rata capaian indikator populasi ternak rata-rata sebesar 102,84%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini pelaksanaan kegiatan (penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau tidak langsung menunjang capaian indikator kinerja. Upaya pencapaian indikator ini ditunjang dengan 2 program dan 5 kegiatan dengan penggunaan anggaran sebesar Rp.5.471.872.008 dari yang ditargetkan sebesar Rp.1.766.404.000, atau 92,05. Sehingga dengan demikian tingkat efisiensi pencapaian indikator-indikator populasi ternak mencapai 1,12 (efisien). 7. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung untuk mendukung peningkatan populasi ternak ruminansia besar, ruminansia kecil dan unggas, secara langsung memberikan beberapa stimulan dengan sumber anggaran Kabupaten diantaranya seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini: Tabel 3-25. Stimulan ternak Tahun 2010-2016 Jenis ternak 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Sapi potong (ekor) 6 10 36 134 25 14 20 245 Sapi perah (ekor) 12 15 20 45 36 50 66 244 Domba (ekor) 163 125 360 415 306 497 330. 1.866 Kambing (ekor) 20 36 165 53 10 22 0 306 Kelinci (ekor) 200 260 618 946 1.175 762 0 3.961 ayam buras (ekor) 100 1600 5.405 300 1.760 210 170 9.545 Itik (ekor) 0 0 1.100 3.990 9.600 4400 0 19.090 ayam pelung (ekor) 147 102 285 138 135 93 0. 900 Sumber: DPA Disnakan TA 2010-2016 diolah. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 52

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa tiap tahunnya stimulan ternak mengalami peningkatan. Khusus ternak itik akumulasi paling banyak dimana sampai 2016 mencapai sebanyak 19.090 ekor. Komoditas lainnya yang mendapat alokasi anggaran yang cukup tinggi yaitu ternak sapi potong dan ternak domba. C) Indikator Jumlah Produksi Daging, Telur dan Susu (ton) 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator ini merupakan indikator kinerja utama pada Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2016. Sesuai dengan kewenangan dan Tupoksigoal akhir dari semua proses pembangunan peternakan di Kabupaten Bandung ialah untuk penyediaan produk peternakan. Indikator ini ditetapkan untuk menggambarkan tentang proses dukungan pemerintah dalam proses penyediaan produk peternakan. Adapun indikator yang digunakan untuk sasaran ini terurai sebagai berikut: Tabel 3-26. Perbandingan target dan realisasi jumlah penyediaan produk ternak tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2015 a. Jumlah Produksi Daging (Ton) 31.512 38.709 122,84 26.761 b. Jumlah Produksi Telur (Ton) 8.783 8.836 100,60 8.819 c. Jumlah Produksi Susu (Ton) 65.006 98.420 148,32 71.602 Sumber Laporan Kegiatan Bidang Peternakan 2016 Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa pencapain penyediaan daging, telur dan pada tahun 2016 dapat melebihi angka target yang ditetapkan. Selisih produksi daging sebesar 7.197 ton, telur sebesar 53 ton dan susu 33.414 ton. Pada penghitungan produksi susu terdapat perubahan standard perhitungan dari Provinsi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 53

Produksi (ton) 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Grafik data produksi Daging, Telur dan Susu di Kabupaten Bandung dari tahun 2010 sampai 2016 dapat dilihat dibawah ini: Grafik 4. Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun 2010-2016 100.000 90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 - Daging Telur Susu 2011 57.356 7.823 67.429 2012 27.839 7.297 59.157 2013 28.799 7.639 59.937 2014 29.095 7.795 61.516 2015 26.761 8.819 71.602 2016 38.774 8.836 98.420 Sumber: Data Bidang Peternakan Tahun 2010-2016. 3. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas Pertanian Tahun 2016-2020. Gambaran capaian indikator kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut: Tabel 3-27. Capaian Indikator produksi daging, telur dan susu terhadap Renstra 2016-2020 Indikator 2016 (Realisasi) 2017 2018 2019 2020 Produksi Daging 38.709 29.820 30.959 32.153 33.406 (Ton) Produksi Telur (Ton) 8.836 9.553 9.960 10.395 10.860 Produksi Susu (Ton) 98.420 65.017 65.668 66.324 66.988 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 54

Tabel 3-27 menunjukkan terdapat indikator kinerja yang telah melebihi target Renstra, yaitu produksi daging (115,87%) dan susu (146,92%). Sedangkan untuk produksi telur mash berada di 87,46% dari target Tahun 2020. Tingginya produksi daging dan susu di antaranya disebabkan oleh adanya penetapan koefisien baru dalam penghitungan produksi komoditi tersebut. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Perbandingan realisasi produksi daging, telur dan susu dapat diperbandingkan dengan target produksi tingkat Jawa Barat. Perbandingan tersebut disajikan dalam table berikut: Tabel 3-28. Perbandingan produksi daging, telur dan susu dengan target Jawa Barat Tahun 2016 Uraian Produksi Kab. Target Produksi Bandung Jawa Barat % Daging (ton) 38.709 768.495 5,04 Produksi Telur (ton) 8.836 217.235 4,07 Produksi susu (ton) 98.420 268.797 36,61 Tabel 3-28 menunjukkan bahwa Produksi susu Kabupaten Bandung pada Tahun 2016 dapat menyumbang sebesar 36,61% terhadap produksi Jawa Barat. 5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Capaian penyediaan telur dan susu yang dapat melebihi target yang ditetapkan ditunjang oleh beberapa hal yaitu: - Peningkatan penerapan teknologi pakan serta adanya perbaikan dari kualitas pakan pada koperasi membuat produktivitas sapi perah cukup meningkat - Terjadinya peningkatan populasi ternak unggas terutama ayam buras, ayam petelur dan ternak itik sebagai penyumbang produksi telur utama di wilayah Kabupaten Bandung. Khusus untuk produksi daging pencapaiannya tidak sesuai dengan target yang ditetapkan hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya : - Belum terdapatnya sentra pembibitan sapi potong di Kabupaten Bandung - Kebiasan budidaya sapi potong di Kabupaten Bandung yang lebih senang untuk penggemukan daripada pembibitan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 55

Upaya tindaklanjut yang perlu dilakukan pada masa yang akan datang terutama untuk mengoreksi produksi pada masa yang akan datang diantaranya sebagai berikut: - Merubah sistem pemeliharaan ternak penghasil daging dari system penggemukan ke system penyediaan bibit dan bakalan dengan cara memprioritaskan pengadaan ternak sapi potong bakalan ke sapi potong betina. - Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak. - Peningkatan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan - Peningkatan kualitas pakan ternak dengan introduksi jenis HMT baru atau sumber pakan lainnya 6. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Nilai rata-rata capaian kinerja indikator-indikator yang mencapai 103,66%, didukung oleh beberapa program seperti Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ternak, Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, dan Program Peningkatan penerapan teknologi peternakan.sumbangsih anggaran pemerintah tentunya hanya stimulan untuk masyarakat. Partisipasi nyata masyarakat dilapangan dalam proses pembangunan tetap yang paling utama dan paling mendongkrak capain target yang ditetapkan. Sasaran ini didukung oleh beberapa program yaitu seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel 3-29. Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Produksi Peternakan TA 2016 Program Kegiatan TA 2016 Dukungan ke Pencapain Indikator Sasaran TA 2016 a. Peningkatan 1. Pembangunan Sarana - Diiseminasi teknologi kepada masyarakat Hasil Produksi dan Prasarana - Penyediaan produksi susu asal sapi perah Peternakan Perbibitan Ternak 2. Perbibitan Dan - Peningkatan Pengetahuan mengenai Perawatan Ternak Recording, IB dan Reproduksi untuk 3. Pengembangan agribisnis peternakan masyarakat - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak, Peningkatan sararana budidaya. - Distribusi ternak sapi perah kepada masyarakat melalui koperasi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 56

Program Kegiatan TA 2016 Dukungan ke Pencapain Indikator Sasaran TA 2016 4. Penguatan Ekonomi - Distribusi ternak ruminansia besar, Masyarakat di Ruminansia kecil, dan Unggas kepada Lingkungan Industri masyarakat petani tembakau di Kabupaten Hasil tembakau Bandung melalui Bantuan - Peningkatan keahlian mengenai budidaya Peternakan ternak b. Program Peningkatan penerapan teknologi peternakan Peningkatan sarana dan prasarana teknologi Rumah Potong Hewan - Penyediaan sarana prasarana pemotongan ternak yang sesuai standar sebagai upaya untuk menjamin Food Security D) Indikator Persentase Status Kesehatan Hewan 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam pelayanan kesehatan hewan. Adapun uraian indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3-30. Perbandingan target dan realisasi indikator status kesehatan hewan tahun 2016 Capaian Realisasi Indikator Kinerja Target Realisasi (%) 2015 Persen peningkatan status 70,50 74,60 105,82 69,40 kesehatan (%) Sumber: laporan bidang Keswan 2015 diolah Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa capaian pada tahun 2016 untuk indikator ini mencapai 105,82 jika dibandingkan antara target sebesar 70,50% dengan realisasi yang mencapai 74,60%. 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Status kesehatan hewan di Kabupaten Bandung setiap tahun mengalami peningkatan. Pada Tahun 2011 Status Kesehatan Hewan berada pada kisaran 60%, dan pada Tahun 2016 mencapai 74,16%. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya pelayanan kesehatan hewan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 57

Grafik 5. Perkembangan status kesehatan hewan di Kabupaten Bandung 80 70 60 50 60 62,5 63,75 67,4 69,4 2011 2012 2013 2014 2015 74,6 2016 Peningkatan Status Kesehatan Hewan (%) Berdasarkan grafik peningkatan status kesehatan hewan tertinggi dapat dicapai pada rentang tahun 2015-2016 yang peningkatannya mencapai 5,2%. Sedangkan realisasi terendah dicapai pada rentang tahun 2011-2013 yang hanya mencapai 1,25%. Hal ini tentunya berbanding lurus jumlah pelayanan dan jumlah vaksinasi pada tahun bersangkutan. 3. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Status peningkatan kesehatan hewan merupakan angka yang diperoleh dari perhitungan persentase penyakit yang dilakukan penanggulangan atau pelayanan oleh bidang kesehatan hewan maupun oleh UPTD Puskeswan serta masyarakat relawan yang terlibat pada tingkat desa. Beberapa program kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian staus kesehatan hewan di antaranya pengendalian dan pencegahan melalui vaksinasi PHMS: AI/ND, Rabies, Brucellosis,dan pengawasan lalulintas ternak. Selain itu capaian ini juga didukung oleh beberapa faktor diantaranya: - Adanya bantuan berupa vaksin dan sarana penangulangan penyakit dari pemerintah provinsi Jawa Barat melalui Dinas Peternakan. - Fasilitasi pelayanan, peralatan, sarana dan prasarana kesehatan hewan dari pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas peternakan dan Perikanan - Adanya petugas tambahan/ partisipasi dari masyarakat desa dengan petugas bantuan dari Kementrian Pertanian untuk penanganan penyakit dilapangan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 58

Axis Title a) Pengendalian AI dan ND Penyakit AI dan ND merupakan penyakit yang menyerang pada unggas yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Khusus untuk penyakit AI (Avian Influenza) penyakit ini dapat menular pada manusia dan dapat menyebabkan kematian. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka penting sekali dilakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit ini. Masyarakat pada umumnya memiliki pengetahuan dan pengalaman terhadap penyakit ND sehingga kematian yang disebabkan oleh penyakit AI masih dianggap disebabkan oleh penyakit ND. Fakta di lapangan pun memperlihatkan bahwa kejadian AI disertai dengan penyakit ND sehingga pengendalian yang dilakukan tidak hanya untuk AI tetapi juga untuk ND. Pada tahun 2016 vaksinasi AI dan ND dilaksanakan di 18 kecamatan 28 Desa, berkurang 6 desa dari tahun sebelumnya dengan pengulangan 1 bulan dan 3 bulan kemudian. Pengendalian AI/ND ini dilakukan terutama pada wilayah yang dikhawatirkan berpotensi terjadi penyakit tersebut seperti di Rancaekek, Majalaya, Solokanjeruk, Paseh, Cikancung, Cicalengka dan lainnya. Pada tahun 2016 ini dilakukan vaksinasi pada beberapa komoditas unggas dengan uraian sebagai berikut: Grafik 6. Perkembangan Vaksinasi AI/ND Tahun 2008-2016 Vaksinasi Unggas ( AI ND ) 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Ayam 500570 321040 18956 66032 36278 30312 24188 19762 21609 Itik 20912 91805 48427 16128 9193 13281 36518 19822 13455 Entog 68711 37861 24947 16522 622 622 3171 1882 1294 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 59

Berdasarkan grafik terjadi penurunan dalam jumlah vaksinasi pada tiap tahunnya hal ini dikarenakan target vaksinasi dilakukan pada daerah kasus saja yang setiap tahunnya menurun. Melihat kondisi tersebut perlu ditingkatkan kembali kebersihan yang mencakup pada pemeliharaan unggas seperti kebersihan kandang (Good Farming Practice), kebersihan lingkungan kandang ataupun kebersihan penjaga kandang dan hal yang tak kalah penting adalah metode vaksinasi yang memperhatikan handling vaksin (dari mulai persiapan sampai aplikasinya), ternak serta metode pengambilan sampelnya. b) Pengendalian Brucellosis Pengendalian brucellosis di Kabupaten Bandung sangat penting untuk dilakukan terutama untuk ternak sapi perah mengingat Kabupaten Bandung merupakan wilayah pengembangan ternak sapi perah.penyakit brucellosis ialah jenis penyakit yang menyerang pada sistem reproduksi sapi yang dapat mengakibatkan keguguran pada sapi yang terkena penyakit ini. Bahaya lain dari penyakit ini ialah dapat menular pada manusia sehingga penyakit ini sangat strategis untuk dicegah dan ditanggulangi. Tabel 3-31. Hasil Surveilance Penyakit Brucelosis 2012-2016 Jumlah Tahun Kecamatan Desa Positif CFT 2012 Cilengkrang Ciporeat 4 Melatiwangi 2 Cileunyi Cibiru wetan 1 Cimenyan Mekarmanik 5 Kertasari Cibeureum 2 Cihawuk 2 Sukapura 1 Tarumajaya 9 Pangalengan Margamekar 1 Margamukti 3 Margamulya 2 Pasirjambu Cibodas 1 2013 Tidak ada kasus 2014 Kertasari Santosa 1 Pangalengan Margamukti 9 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 60

Jumlah Tahun Kecamatan Desa Positif CFT Warnasari 2 Pasirjambu Cisondari 1 Pasirjambu 11 2015 Pangalengan Pangalengan 2 2016 Cilengkrang 6 Cileunyi 4 Jumlah 69 Pada tahun 2016, vaksinasi Brucellosis dilakukan pada bulan Februari dan April di 7 kecamatan dipilih berdasarkan hasil surveillance sebelumnya yang bahwa di lokasi tersebut ada kasus CFT positif. Adapun uraian realisasi pelayanan vaksinasi pada tahun 2016 ialah sebagai berikut: Grafik 7. Perkembangan vaksinasi brucellosis VAKSINASI BRUCELOSIS Tahun Jumlah ( ekor ) 1074 2917 1696 1129 3268 946 1666 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 2 3 4 5 6 7 Vaksinasi brucellosis pada tahun 2016 ini terjadi peningkatan realisasinya jika dibanding dengan tahun 2015 yang mencapai 1666 ekor hal ini lebih dikarenakan karena lokasi positif brucellosis, sementara test dan slaughter tidak dilaksanakan sehingga pengendalian Brucelosis dilakukan tidak hanya dengan pengawasan lalu lintas namun juga dengan vaksinasi tertarget. Adapun jika digambarkan vaksinasi selama 5 tahun maka terjadi fluktuasi sesuai dengan kasus dan kejadian dari penyakit itu sendiri. Perkembangan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 61

vaksinasi brucellosis dari tahun 2010-2016 dapat digambarkan sebagai table diatas c) Pengendalian Rabies Penyakit rabies ialah salah satu penyakit zoonosis (penyakit hewan yang bisa menular ke manusia).penyakit ini sering disebut juga penyakit anjing gila.penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian untuk korban yang digigit oleh Hewan Pembawa Rabies (HPR). Penyakit rabies ialah salah satu penyakit zoonosis (penyakit hewan yang bisa menular ke manusia).penyakit ini sering disebut juga penyakit anjing gila.penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian untuk korban yang digigit oleh Hewan Pembawa Rabies (HPR). Pada tahun 2016, melaksanakan kegiatan pada daerah yang vaksinasi, yaitu daerah resiko tinggi atau pernah ada laporan kasus penggigitan, daerah perbatasan dengan Kabupaten/Kota yang resiko tinggi rabies dan populasi HPR yang tinggi, dimana selama 3 tahun terakhir belum diintervensi dengan kegiatan vaksinasi. Berdasarkan hasil kegiatan di tahun sebelumnya dan adanya asumsi penambahan populasi, maka vaksinasi rabies Tahun 2016 terealisasi sebanyak 4651 ekor yang dilakukan di 25 kecamatan di 49 desa pada bulan Mei, Agustus dan November Adapun rekapitulasi kegiatan vaksinasi dari tahun 2010-2016 dapat terlihat pada tabel dibawah ini: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 62

Axis Title 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Grafik 8. Perkembangan vaksinasi Rabies Vaksinasi Rabies 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Anjing 5090 4314 3449 2941 3837 3354 3843 Kucing 765 681 1751 2059 1433 1202 881 Kera 45 5 0 0 14 0 0 Lain-lain 0 0 0 0 74 26 6 Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2016 Upaya pengendalian rabies selain vaksinasi dilakukan juga dengan pengendalian populasinya melalui eliminasi terhadap HPR (Hewan Pembawa Rabies) dan dengan pengendalian angka kelahiran melalui tindakan operatif terhadap hewan tersebut ( kastrasi pada hewan jantan ). Tahun 2016 ini dilaksanakan eliminasi HPR yang dilakukan oleh masyarakat ( berdasarkan permintaan ) mereka mengajukan permohonan stichine untuk diberikan kepada anjing liar yang biasa mengganggu sapi-sapi yang baru beranak. Berdasarkan permohonan masyarakat, sebanyak 150 ekor yang diklaim untuk dieliminasi, walaupun jumlah sebenarnya yang mati karena dieliminasi tidak terlaporkan karena HPR tersebut tidak ditemukan bangkainya. Sementara pelakasanaan kastrasi dilakukan terhadap 150 ekor kucing-kucing liar. Berdasarkan table maka pada tiap tahunnya (2010 ke 2016) jumlah eliminasi pada HPR ini mengalami penurunan hal ini lebih dipengaruhi oleh pengalihan prioritas penanggulangan penyakit dari pencegahan ke pengendalian pengendalian populasi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 63

d) Pengendalian Anthraks, IBR,Helminthiasis dan Parasit Darah ( babesiosis) Kabupaten Bandung merupakan daerah bebas anthraks sehingga tindakan yang dilaksanakan adalah surveillance pada ternak yang masuk ke Kabupaten Bandung terhadap kondisi fisik dan titer antibody yang dimilikinya. Menjelang Idul Qurban dimana lalu lintas ternak dari luar daerah meningkat. Sebanyak 60 sampel darah diambil dari sapi dan diuji dengan metode elisa. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa 60 sampel titernya dibawah 60 yang menandakan bahwa hewan tersebut belum pernah divaksin atau terpapar oleh bakteri anthraks sehingga hewan tersebut aman untuk dipelihara maupun dipotong sehingga secara umum, ternak yang ada di wilayah Kabupaten Bandung aman dari penyakit anthraks. 4. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Capaian indikator kinerja pada Tahun 2016 ini sebesar 105,82%, disisi lain realisasi anggaran penunjang pencapaian indikator mencapai 96,38%. Sehingga diperoleh efektivitas kinerja sebesar 1,09. Dengan kata lain Rp.1,- digunakan untuk memperoleh 1 satuan indikator kinerja. 5. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Uraian pencegahan dan penanggulangan penyakit yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan ielah sebagai berikut: Tabel 34.Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Hewan/ Ternak TA 2016. Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program Kegiatan TA 2016 1. Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak 2. Pemusnahan Ternak yang terjangkit Penyakit Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran 2016 - Pelayanan Vaksinasi dan Pengobatan pada penyakit ternak/hewan - Pengawasan kesehatan hewan - Peningkatan SDM petugas dan masyarakat mengenai kesehatan hewan melalui bimbingan teknis dan sosialisasi pengendalian penyakit hewan/ ternak - Survailance serta pengedalian melalui URC penyakit hewan dan ternak di Kabupaten Bandung - Pengendalian penyakit ternak/ hewan dengan sterilisasi dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 64

Program Kegiatan TA 2016 Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran 2016 endemik depopulasi unggas yang berpenyakit - Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan hewan dengan Sosialisasi dan pembuatan demplot 3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah - sosialisasi persyaratan lalu lintas ternak antar daerah kepada stakeholder 4. Pelayanan Kesehatan Hewan dan Laboratorium - Penyediaan sarana prasarana pengendalian pencegahan penyakit hewan/ ternak - Pelayanan kesehatan dan pengendalian penyakit ternak dan hewan E) Indikator Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator jumlah pemotongan di RPH dipergunakan sebagai indikator untuk mengukur kemampuan pelayanan dinas dalam penyediaan daging sapi dengan standar yang telah ditentukan. Tabel 3-32. Perbandingan target dan realisasi produksi daging HAUS pada RPH tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Realisasi tahun 2015 2.100,60 2.742,73 130,57 3.952,80 - Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) Sumber laporan kegiatan bidang peternakan 2016 Berdasarkan tabel diatas terlihat pencapaian indikator produksi daging asal hewan yang HAUS pada RPH Pemerintah tercapai dengan nilai yang cukup tinggi mencapai 130,57% dari target yang sudah ditetapkan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 65

Produksi Daging (Ton) 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Adapun perbandingan target dan realisasi produksi daging di RPH dari tahun 2010-2016 dapat digambarkan pada Grafik dibawah ini: Grafik 9. Perbandingan Target dan Realisasi kumulatif produksi daging di RPH s/d Tahun 2016 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000-2011 2012 2013 2014 2015 2016 Target (Ton) 1.656 3.996 6.683 9.368 12.043 12.045 Realisasi (Ton) 1660,68 4047,48 6783,48 11069,1 15021,9 17764,63 Sumber Data: Laporan Tahunan UPTD RPH Tahun 2011-2016 diolah Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa secara keseluruhan realisasi produksi daging sapi di RPH berada jauh diatas target yang telah ditetapkan. Capaian yang cukup tinggi ini merupakan dampak dari peningkatan sarana prasarana pemotongan khususnya RPH Baleendah, serta RPH lainnya secara terus-menerus sehingga dapat memenuhi standar pemotongan untuk sapi import.selain itu, tarif pemotongan yang cukup murah menjadi daya tarik tersendiri untuk para bandar memotong di RPH Kabupaten Bandung. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 66

3. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Indikator Jumlah daging HAUS yang dipotog pada RPH Pemerintah diperoleh dari hasil formulasi terhadap jumlah pemotongan ternak di RPH Pemerintah. Perkembangan jumlah pemotongan ternak tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3-33. Perkembangan jumlah pemotongan ternak di RPH 2016 (T) 2016 (R) 2017 2018 2019 2020 Jumlah pemotongan di RPH Pemerintah (ekor) 11.670 15.769 12.253 12.863 13.506 14.181 Realisasi pemotongan ternak Tahun 2016 sudah melebihi target Renstra, namun demikian pemotongan ternak khususnya sapi potong di RPH Pemerintah didominasi oleh sapi potong impor. Dalam hal ini para pelaku usaha yang melakukan pemotongan di RPH pemerintah umumnya dipengaruhi oleh kuota import sapi potong dari pemerintah yang diterimanya. Di sisi lain pelayanan pemotongan di RPH juga bersaing dengan RPH-RPH swasta yang ada di daerah, sehingga perlu ditingkatkan kualitas pelayanan dan kerjasama dengan para Bandar agar ketersediaan daging HAUS di masyarakat dapat lebih terjamin. Pada Tahun 2017, pemotongan unggas di RPHU khususnya RPHU pemerintah mulai dilaksanakan, oleh karena itu kaitan dengan indikator dan target kinerja jumlah produksi daging di RPH Pemerintah untuk tahun-tahun ke depan perlu dilakukan analisis dan direvisi. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Capaian produksi daging di RPH Pemerintah di Kabupaten Bandung sebesar 2742,73 ton pada Tahun 2016 hanya mensuplai 0,35% produksi daging tingkat Provinsi Jawa Barat sebesar 768.495 Ton. Namun demikian produksi daging Jawa Barat tersebut merupakan hasil akumulasi dari seluruh komoditi penghasil daging, seperti sapi potong, sapi perah, kerbau, domba, kambing dan unggas. 5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Capaian indikator yang cukup tinggi ini lebih didorong oleh beberapa hal yaitu: - Adanya peningkatan sarana dalam pelayanan pemotongan di RPH kabupaten Bandung terutama di RPH MBC Baleendah. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 67

- RPH di Kabupaten Bandung khususnya MBC tidak mengintervensi pengaturan jual beli karkas dan kulit (ditentukan oleh bandar dan pedagang) sehingga pelaku pemotongan tertarik untuk memotong di RPH MBC. - Letak geografis yang strategis dekat dengan jalur utama transportasi yang menghubungkan berbagai kota. 6. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Jika dibandingkan antara capaian kinerja dengan capaian anggaran pada tahun 2016 maka diperoleh angka efektivitas untuk indikator ini yaitu sebesar 1,35. Perhitungan tersebut didapat dengan membandingkan antara capaian kinerja yang mencapai 130,57% dengan persentase realisasi anggaran yang sebesar 96,53%. 7. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Keberhasilan capaian indikator kinerja tersebut tidak terlepas dari peran serta pengelola RPH Pemerintah, yaitu UPTD Rumah Potong Hewan dan feedloter yang berkontribusi melakukan pemotongan ternak (sapi import) di RPH Pemerintah. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemotongan, perlu ditingkatkan status RPH Pemerintah yang harus memiliki NKV (Nomor Kontrol Veteriner) yang merupakan sertifikasi sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan. NKV tidak hanya pada RPH MBC Baleendah, tetapi khususnya di RPH-RPH lainnya. F) Indikator Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam penerapan teknologi peternakan. Teknologi merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk mempermudah atau membantu suatu proses pekerjaan, sehingga penerapan teknologi merupakan salah satu kegiatan yang selalu diprioritaskan oleh Dinas Peternakan. Adapun indikator yang digunakan ialah: Tabel 38. Perbandingan Target dan Realisasi indikator Pemanfaatan Teknologi Tahun 2015 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 68

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Persen Realisasi 2015 Persentase fasilitasi teknologi peternakan dan perikanan ( %) 2,81 3,10 110,32 3,09 Sumber: :Laporan bidang peternakan dan perikanan 2015 diolah Persentase fasilitasi teknologi peternakan merupakan angka yang didapat dengan membagi jumlah RTP peternakan yang mendapat bantuan teknologi sampai dengan tahun bersangkutan dibagi jumlah RTP peternakan total yang ada di kabupaten Bandung yaitu sebanyak 27.885 RTP. Sampai dengan 2016 dari tahun 2010 direncanakan sebanyak 783 satuan (2,81%) alat/sarana teknologi peternakan didistribusikan ke peternak dan pengolah peternakan. Realisasi pada tahun 2016 sebanyak 4 satuan sehingga realisasi sampai dengan tahun 2016 mencapai 865 satuan (3,10% jika dibagi jumlah RTP peternakan). Realisasi tersebut lebih tinggi sebanyak 0.29% dari target yang sudah di tetapkan sebesar 2,81%. Khusus untuk tahun 2016 sendiri jumlah stimulan peralatan/sarana yang diberikan kepada masyarakat peternakan dan perikanan Kabupaten Bandung sebanyak 4 satuan. Jumlah distribusi peralatan yang sangat sedikit ini disebakan oleh oleh adanya aturan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 298 ayat (5) huruf d dinyatakan bahwa hibah diberikan kapada badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia. Uraian stimulan peralatan yang diberikan pada tahun 2016 seperti pada tabel dibawah ini: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 69

Satuan teknologi Tabel 3-34. Fasilitasi Teknologi Peternakan Tahun 2016 NO JENIS BARANG VOLUME 1 Sosialisasi kegiatan biogas 60 Orang 2 Sosialisasi kegiatan HMT 30 Orang Pelatihan penerapan pakan ternak 30 Orang 3 ruminansia 4 Jumlah demplot pupuk organik 1 Paket 5 Fasilitasi kontes peternakan 5 Kali 6 Jumlah jenis teknologi pakan 2 jenis 7 Pelatihan pakan ternak unggas 20 Orang Sumber: laporan Bidang Peternakan, Perikanan dan Binus diolah Perbandingan bantuan sarana teknologi dari tahun 2011-2016 seperti terlihat pada grafik dibawah ini: Grafik 10. Perbandingan target dan realisasi fasilitasi alat/sarana teknologi peternakan di Kabupaten Bandung 2011-2015 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 Jumlah stimulan teknologi peternakan dan perikanan 0 2011 2012 2013 2014 2015 2016 381 548 666 827 861 865 Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa kenaikan pada tiap tahunnya sarana penerapan teknologi yang didistribusikan kepada pelaku usaha peternakan cukup tinggi. Terutama pada tahun 2012 dan 2014 yang mengalami kenaikan sekitar 167 satuan dan 161 satuan. Nilai efektivitas untuk indikator yang didukung oleh 1 program pada tahun 2016 ini ialah sebesar 1,12 satuan. Angka ini didapat dari perbandingan nilai capaian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 70

kinerja sebesar 110,32% dibagi dengan nilai rata-rata capaian realisasi anggaran program sebesar 97,72%. Tabel 3-35. Dukungan Program pada Indikator Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan Program Kegiatan TA 2016 a. Peningkatan penerapan teknologi peternakan Pengadaan sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran 2016 - Fasilitasi sarana teknologi budidaya, pakan, HMT, Pengolahan Limbah untuk peternak - Peningkatan SDM mengenai penerapan teknologi G) Indikator Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS 1. Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam menjamin penyediaan Pangan asal hewan yang sehat. Dimana komoditas produk peternakan yang diukur terdiri ndari daging ayam, telur ayam, daging olahan, dan daging sapi.adapaun jenis uji laboratorium yang dilakukan ialah uji cemaran mikroba (slamonella, E. coli, Coliform, Stahylococus dan TPC), Uji Boraks (pengawet), Elisa daging sapi, uji fisik dan kimia produk. Adapun indikator yang ditetapkan ialah sebagai berikut: Tabel 3-36. Target dan Realisasi Hasil Uji pada PAH tahun 2016 Indikator Kinerja Utama Persentase produk Pangan asal hewan yang HAUS (%) Target Realisasi Persen Realisasi 2015 77 84,10 110,52 82,60 Sumber Laporan Bidang Keswan 2016 diolah Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa realisasi produk yang sesuai standar sebesar 84,10%, dari 66 sampel, sedangkan target yang ditetapkan ialah sebesar 77% produk asal hewan yang dipasaran sesuai dengan standar. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka hasil ini menunjukan peningkatan sebesar 1,8%. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 71

Persen 2. Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka trend kualitas produk ini nampaknya meningkat walaupun secara perlahan. Adapun gambaran peningkatan kualitas PAH yang HAUS seperti tersaji pada Grafik dibawah ini: Grafik 11. Peningkatan Kualitas PAH (Produk Asal Hewan) yang HAUS Tahun 2012-2016 62,5 70 72,6 82,6 85,1 Persen Kualitas PAH yang HAUS 2012 2013 2014 2015 2016 62,5 70 72,6 82,6 85,1 Sumber Data : laporan Bidang Keswan Tahun 2010-2015 diolah Berdasarkan Grafik maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan rata-rata tiap tahun mencapai 3,8%. Dan peningkatan tertinggi terjadi pada rentang tahun 2012 ke tahun 2013 dimana peningkatannya mencapai 7,5%. 3. Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator Capaian yang cukup tinggi ini didukung oleh beberapa hal diantaranya: - Adanya peran aktif dari para penjual dengan mengikuti mekanisme pemasaran yang sesuai standar. - Stimulan, Pengawasan dan pelatihan dari pemerintah melalui Disnakan. - Semakin tingginya pengawasan dan kontrol dari masyarakat, media membuat penjualan produk peternakan perikanan semakin terawasi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 72