BAB I PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit adalah jenis minyak goreng yang paling mendominasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahan pengolah bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Lemak dan minyak digolongkan

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP ANGKA ASAM DAN PEROKSIDA MINYAK JELANTAH DARI KREMES YANG DITAMBAHKAN TEPUNG KUNYIT

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... iv ABSTRACT... KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. xiii DAFTAR LAMPIRAN..

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipilih sebagai cara pengolahan makanan karena mampu meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Cyclea barbata Meer), cincau hitam (Mesona palustris), cincau minyak

BAB I PENDAHULUAN. goreng segar, 15% pada daging ayam/ikan berbumbu, 15-20% pada daging

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Makanan gorengan menjadi hal yang tidak terlepas dari konsumsi masyarakat

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan medium penggoreng bahan pangan yang banyak

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. kuliner Indonesia ini mayoritas diolah dengan menggunakan minyak goreng. Dari

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI MINYAK GORENG NABATI

Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

Buah pepaya kaya akan antioksidan β-karoten, vitamin C dan flavonoid. Selain itu buah pepaya juga mengandung karpoina, suatu alkaloid yang dapat

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

1/14/2014 ANTIOKSIDAN PENGGOLONGAN ANTIOKSIDAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter, kloroform, dan

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menggoreng makanan. Dalam proses menggoreng makanan, minyak goreng

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari seduhan tanaman teh ( Camelia sinensis ). Secara umum teh

POTENSI SENYAWA FENOLIK BAHAN ALAM SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI MINYAK GORENG NABATI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

;:: :~~~~~~~- /". . /- -:;...~ "' 1: :~~~;~. --~ -._ - ;:~~\~i~ -.::--;:;;-

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

Recovery Minyak Jelantah Menggunakan Mengkudu Sebagai Absorben

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak kelapa sawit adalah jenis minyak goreng yang paling mendominasi dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Penggunaan minyak goreng tidak lepas dari kehidupan masyarakat khususnya sebagai alat pengolah bahan-bahan makanan. Minyak goreng kelapa sawit dapat berupa minyak goreng kelapa sawit yang bermerek dan yang tidak bermerek atau curah (Elmatris, 2006). Data yang diperoleh pada tahun 2011, konsumsi minyak goreng curah sebanyak 63%, sedangkan konsumsi minyak goreng kemasan hanya sebanyak 37 % (Titis, 2011). Salah satu faktor pemilihan minyak goreng curah ini dikarenakan faktor harga yang lebih murah. Minyak goreng curah ini dijual dengan harga sekitar 6.000 per kilogram sedangkan minyak goreng bermerek dijual dengan harga 7.000 sampai 8.500 per liter (Istasius, 2007). Minyak goreng curah selama ini didistribusikan dalam bentuk tanpa kemasan yang berarti bahwa minyak goreng curah sebelum digunakan banyak terpapar oksigen. Penggunaan minyak goreng dalam praktik penggorengan di rumah tangga maupun pedagang kecil dilakukan secara berulang-ulang, hal tersebut sangat memungkinkan terjadinya reaksi oksidasi yang lebih tinggi. Penanganan minyak goreng curah yang tidak langsung dari produsen ke konsumen, juga dapat menyebabkan penurunan kualitas minyak goreng. 1

2 Minyak goreng yang mengalami oksidasi menjadi lebih mudah tengik dan berbahaya bagi kesehatan, karena mengandung radikal bebas yang dapat mengakibatkan tubuh mudah terserang berbagai macam penyakit. Hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM RI Mataram),serta kajian dari pakar kesehatan terhadap penggunaan minyak jelantah sebagai minyak goreng akan memberikan dampak pada gangguan kesehatan. Pemanasan minyak goreng yang berulang kali (lebih dari 2 kali) pada suhu tinggi (160ºC sampai dengan 180ºC) akan mengakibatkan hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan membentuk asam lemak trans yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (Anjelina, 2012). Salah satu cara mencegah proses oksidasi tersebut, maka perlu ditambahkan antioksidan pada minyak goreng sebelum digunakan dalam proses penggorengan (Dengi & Mulyandari, 2009) Reaksi oksidasi dapat terjadi melalui tiga tahap yaitu permulaan (inisiasi) yang merupakan awal terbentuknya radikal bebas. Tahap penyebaran (propagasi) adalah tahap perpanjangan radikal berantai, yaitu terjadi reaksi antara radikal dengan senyawa lain yaitu triplet oksigen dan menghasilkan radikal baru. Tahap penghentian (terminasi) adalah tahap akhir, terjadinya pengikatan suatu radikal bebas yang lain sehingga menjadi tidak reaktif lagi. Proses tersebut terjadi maka siklus reaksi radikal telah berakhir (Ketaren, 1986; John, 1997 ). Peran penambahan antioksidan untuk menghentikan reaksi berantai adalah menjadi hydrogen donors yang akan bereaksi dengan radikal bebas (radikal peroksida) pada tahap inisiasi. Efek antioksidan utamanya disebabkan oleh adanya senyawa

3 flavonoids dan fenolat. Senyawa yang aktif sebagai antioksidan terdapat senyawa dari fenol dapat membentuk kuinon dengan mudah (John, 1997). Menurut Dengi & Mulyandari (2005) minyak goreng bermerek maupun tidak bermerek (curah) yang dipasarkan umumnya telah adanya penambahan antioksidan. Antioksidan sintetis (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) cenderung digunakan sebagai antioksidan minyak goreng karena tergolong murah dan cukup efektif untuk digunakan sebagai antioksidan. Pemakaian antioksidan sintetik masih diperbolehkan sepanjang pemakaiannya sesuai dengan dosis yang diperbolehkan meskipun antioksidan sintetik memiliki efek toksik (Branen, 1983 dalam Maya, 2007) serta penggunaan dalam waktu lama dan dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan karsinogenik maupun kanker pada hewan percobaan tikus tetapi tidak pada marmut (Madhavi et. al, 1996 dalam Maya, 2007). Berdasarkan percobaan tersebut, efek penggunaan antioksidan sintetik terhadap tubuh manusia masih belum jelas sehingga belum dapat diambil kesimpulan antioksidan sintetik dapat berbahaya bagi manusia. Penelirtian lain menyebutkan bahwa Penggunaan zat antioksidan sintetik tertentu misalnya BHT (Butylated Hydroxytoluene) dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kesehatan konsumen seperti gangguan fungsi hati, paru, mukosa usus dan keracunan. Beberapa negara maju seperti Jepang dan Kanada, penggunaan antioksidan sintetis telah dilarang (Iqbal, 2005; Sultana dkk, 2007). Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia : 722/ MENKES/PER/ IX/ 88 tentang Bahan Tambahan Makanan, jumlah BHT dan BHA yang diperbolehkan untuk lemak dan minyak makan maksimum 200 mg/kg. Namun tentu saja batas

4 maksimum pemakaian Bahan Tambahan Makanan di tiap negara bervariasi penggunaannya (Gordon 1990 dalam Maya, 2007). Zat antioksidan alami dapat diperoleh dari ekstrak bagian-bagian tanaman tertentu terutama yang banyak mengandung senyawa-senyawa flavonoid yang tersusun dari gugus-gugus fenol (Suryo dan Tohari, 1995). Penelitian terdahulu (Aring dkk,2011) bahwa kadar fenolat ekstrak tongkol jagung yang diperoleh dalam penelitian adalah dengan uji total phenolic compound (TPC) ini sebesar 1,8894 g GAE (Gallic Acids Equivalent) per100 g ekstrak tongkol jagung. Sedangkan untuk kulit petai, kadar fenolat yang diperoleh sebesar 2,7237 g GAE per 100 g kulit petai. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak tongkol jagung dan kulit petai berpotensi untuk dikembangkan sebagai antioksidan alami karena memiliki kemampuan menghambat proses oksidasi yang lebih baik dibandingkan dengan antioksidan sintetis TBHQ (Tert-butyl Hydroquinone), di mana nilai PV (Peroxide Value) lebih rendah (Aring dkk, 2011). Penelitian mengenai total phenolic compound (TPC) pada daun jambu biji diketahui bahwa kadar fenolat sebanyak 8,4 g GAE per100 g ekstrak daun jambu biji (Oruma et al, 2007). Sehingga, ekstrak daun jambu diharapkan dapat pula ditambahkan sebagai antioksidan alami yang dapat menghambat reaksi kimia oksidasi pada minyak goreng. Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan baik sebagai sumber obat ataupun bahan pangan. Beberapa tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai sumber makanan sehari-hari, mengandung senyawa kimia yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Tumbuhan bahan pangan yang

5 terbukti kaya antioksidan adalah takokak (Solanum tarvum), petai (Parkia speciosa), dan daun muda jambu biji (Psidium guajava L.). Ketiga bahan pangan itu memiliki aktivitas pembersih superoksida yang tinggi, yakni diatas 70% (Vimala, 1999). Daun jambu biji merupakan bagian dari tanaman jambu yang multifungsi dan telah sejak lama digunakan untuk pengobatan tradisional. Menurut Sudarsono dkk (2002), daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin (17,4 %), fenolat (575,3 mg/g) dan minyak atsiri. Setelah menemukan fakta serta pernyataan diatas, peneliti melihat perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan antioksidan alami pada minyak goreng dengan menggunakan tanaman yang berada di Indonesia. Alternatif penggunaan antioksidan alami sebagai pengganti antioksidan sintetis diharapkan agar respon dan dampak negatif mengenai antioksidan berubah sehingga dapat dipercaya lebih aman dan baik pada minyak goreng. Standar mutu dari minyak goreng di Indonesia telah diatur dalam SNI 3741 2013. Adapun beberapa kriteria uji mutu minyak goreng adalah bau, warna, bilangan peroksida dan bilangan asam, sehingga dengan parameter menggunakan beberapa kriteria uji mutu minyak goreng diharapkan menjadi indikator kualitas dari suatu minyak goreng. Perlu kiranya dilakukan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) terhadap Kualitas Minyak Goreng sebagai Bahan Ajar IPA Proses pemanfaatan daun jambu biji terhadap kualitas minyak goreng dapat dijadikan bahan ajar biologi di SMP Kelas VII Semester I khususnya pada Kompetensi Dasar 3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan

6 kimia pada zat yang dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari (misalnya pemisahan campuran). Penentuan kualitas minyak goreng dari proses penambahan antioksidan alami dari daun jambu biji (Psidium guajava L.) dapat dijadikan bahan ajar dalam bentuk LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk menjadi media informasi yang menarik mengenai proses perubahan kimia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan dari latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap kualitas minyak goreng? 2. Bagaimana bau dan warna minyak goreng yang telah dilakukan pemberian ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)? 3. Pada konsentrasi berapakah ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) dapat menghasilkan kualitas syarat mutu minyak goreng berdasarkan bilangan peroksida yang sesuai Standarisasi Nasional Indonesia (SNI)? 4. Pada konsentrasi berapakah ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) dapat menghasilkan kualitas syarat mutu minyak goreng berdasarkan bilangan asam yang sesuai Standarisasi Nasional Indonesia (SNI)? 5. Bagaimana penerapan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap kualitas minyak goreng sebagai bahan ajar IPA?

7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diata, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap kualitas minyak goreng. 2. Untuk mengetahui bau dan warna minyak goreng dengan adanya penambahan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.). 3. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang dapat menghasilkan kualitas syarat mutu minyak goreng berdasarkan bilangan peroksida yang sesuai Standarisasi Nasional Indonesia (SNI). 4. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang dapat menghasilkan kualitas syarat mutu minyak goreng berdasarkan bilangan asam yang sesuai Standarisasi Nasional Indonesia (SNI). 5. Untuk mengetahui penerapan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap kualitas minyak goreng sebagai bahan ajar IPA dalam bentul LKS (Lembar Kerja Siswa). 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang ada dan memberikan solusi sehingga memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat praktis Hasil penelitian ini secara umum dapat dijadikan sebagai sebuah pengetahuan serta sumber informasi baru. Penggunaan tanaman yang

8 berasal dari Indonesia yang dapat secara maksimal digunakan oleh masyarakat. Hal ini membuka peluang bagi para petani lokal untuk terus membudidayakan tanaman jambu biji, sedangkan untuk perusahaan minyak goreng dapat memberi informasi baru untuk memanfaatkan sumber daya hayati yaitu tanaman jambu Indonesia untuk menjadi antioksidan alami pada produknya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan ajar IPA SMP dalam materi bentuk LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai informasi tambahan mengenai karakteristik zat, serta perubahan kimia pada zat yang dimanfaatkan untuk kehidupan seharihari. 2. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pengetahuan dan membuka peluang penelitian bagi para peneliti di bidang biologi yang ingin menggali lebih dalam kandungan yang dimiliki oleh tanaman jambu yang kaya manfaatnya. 1.5 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah sesui dengan tujuan penelitian, perlu kiranya diberi batasan masalah sebagai berikut : a. Daun jambu biji diperoleh dalam bentuk serbuk/bubuk dari Metaria Medica Batu b. Minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng tidak bermerek atau curah yang berasal dari pusat perbelajaan tradisional (Pasar Merjosari Malang).

9 c. Minyak goreng curah yang diperoleh akan dilakukan penggorengan sebanyak sepuluh kali. d. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang digunakan dilakukan uji senyawa fenolat untuk mengetahui Total Phenolic Content (TPC). e. Ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi dengan pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun jambu biji adalah etanol 96 %. f. Setiap perlakuan dan kontrol akan diambil ekstraknya dan ditambahkan pada minyak goreng curah. g. Konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm h. Parameter kualitas minyak goreng curah yang diteliti adalah bau, warna, bilangan peroksida dan bilangan asam dari minyak goreng i. Bahan Ajar IPA yang akan dibuat adalah LKS (Lembar Kerja Siswa) khusus materi pemisahan campuran pada kelas VII SMP. 1.6 Definisi Istilah Agar tidak terjadi kesalahan konsep serta pemahaman, perlu kiranya ditampilkan definisi operasional sebagai berikut : a. Ekstrak merupakan suatu proses penarikan keluar atau proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan menggunakan pelarut (Isnaini, 2010).

10 b. Daun jambu biji merupakan bagian dari tanaman jambu yang berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat dan tepi rata. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung berbagai macam komponen, diantaranya kelompok senyawa tanin dan flavonoid (Dalimartha, 2001). c. Konsentrasi adalah angka banding volume zat terlarut terhadap volume zat pelarut atau larutan yang dinyatakan secara khusus (Surahman, 2012). d. Kualitas minyak goreng merupakan standar mutu untuk menentukan minyak goreng yang bermutu baik (Budiyanto dkk, 2008). e. Warna minyak atau lemak diketahui dengan membandingkan warna contoh dengan warna standar. Perubahan warna minyak goreng menjadi warna gelap dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan (Ketaren, 2005). f. Bau merupakan salah satu indikator bahwa minyak atau lemak bersifat mudah menyerap bau. Bau secara alami terjadi karena pembentukkan asam asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak (Ketaren, 2005). g. Bilangan Asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran lemak (Ketaren, 2005). h. Bilangan peroksida merupakan jumlah prosuk hasil oksidasi primer berupa senyawa peroksida dan hidroperoksida yang diukur

11 berdasarkan banyaknya iodida yang dilepaskan dari kalium iodida pada titrasi iodometri. Bilangan peroksida umumnya digunkan untuk menyatakan tingkat kerusakan minyak yang dinyatakan sebagai miliekuivalen peroksida tiap kg minyak (Roshetko et al, 2008).