SURVEI PERBANKAN * perkiraan

dokumen-dokumen yang mirip
(%, SBT) (%, qtq)

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

(%, SBT) (%, qtq)

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

Grafik 3. Pertumbuhan Per Jenis Kredit Konsumsi. Grafik 2. Perkembangan NPL Per Jenis Kredit (%) 3.0. (%, yoy)

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

KONDISI TRIWULAN II-2007

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I II III IV I

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

% yoy. Jan*

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN II I II III IV I II III IV I II III IV I II

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

RENCANA PEMBERIAN KREDIT KEPADA DEBITUR INTI 1)

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

meningkat % (yoy) Feb'15

Perkembangan Uang Beredar (M2)

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Halaman ini sengaja dikosongkan.

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016


Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015

Transkripsi:

SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pertumbuhan kredit baru sebesar 94,3%, lebih tinggi dari 77,9% pada triwulan sebelumnya yang didorong baik oleh faktor musiman maupun non-musiman berupa peningkatan permintaan dan penawaran kredit. Di sisi permintaan kedit, peningkatan permintaan kredit tertinggi terjadi pada sektor konstruksi sejalan dengan berlanjutnya perbaikan kinerja sektor ini pada triwulan IV-217. Sementara itu di sisi penawaran kredit, peningkatan penawaran bank terindikasi dari meningkatnya promosi penawaran kredit dan penurunan suku bunga kredit, yang mencerminkan lebih longgarnya kebijakan penyaluran kredit pada triwulan IV-217. Meski demikian, perbankan tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru sebagaimana tercermin dari rata-rata persentasi jumlah permohonan kredit yang tidak disetujui oleh bank sebesar 21,7%, meningkat dari 18,1% pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan triwulanan (qtq) kredit diperkirakan berlanjut pada triwulan I-218 meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT pertumbuhan kredit baru untuk triwulan I-218 sebesar 92,8%, sedikit lebih rendah dari SBT untuk triwulan IV- 217. Berlanjutnya pertumbuhan kredit didukung oleh kebijakan penyaluran kredit yang diperkirakan lebih longgar sebagaimana tercermin dari Indeks Lending Standard untuk triwulan I-218 sebesar,9, lebih rendah dibandingkan 14,4 pada triwulan sebelumnya. Pelonggaran terutama pada aspek suku bunga kredit yang lebih rendah, jangka waktu kredit lebih panjang, dan biaya persetujuan kredit yang lebih murah. Di sisi suku bunga, rata-rata suku bunga kredit diperkirakan turun pada triwulan I-218 untuk hampir semua jenis kredit. Rata-rata suku bunga kredit modal kerja diperkirakan turun 5 bps menjadi 12,24%, sementara suku bunga kredit konsumsi turun 8 bps menjadi 15,8%. Namun demikian, rata-rata suku bunga untuk kredit investasi diperkirakan naik 2 bps menjadi 11,89%. Hasil Survei Perbankan juga mengindikasikan menguatnya optimisme terhadap meningkatnya penyaluran kredit pada tahun 218. Optimisme tersebut didukung oleh perkiraan terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik, penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit, dan penurunan risiko likuiditas perbankan. Untuk keseluruhan tahun 218, pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai 11,8% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan 7,7% (yoy) pada tahun 217 (posisi November) KONDISI TRIWULAN IV-217 Pertumbuhan kredit baru menguat pada triwulan IV-217 Grafik 1. Pertumbuhan Kredit Baru (%, SBT) (%, qtq) 75 5 25 31.3-18.3 78.8 62.6-4. -5.2 85.6 24.9 52.9-32.2 83.4 77.9 2.9-2.3 94.3 92.8 I II III IV I II III IV I* 216 217 218 SBT Kredit Baru - Survei Perbankan (lhs) Realisasi Kredit Baru - LBU (rhs) * perkiraan 4. 2.. -2. -4. Pertumbuhan triwulanan (qtq) kredit baru diindikasikan menguat pada triwulan IV-217 sesuai dengan polanya, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 94,3%, lebih tinggi dari 77,9% pada triwulan sebelumnya (Grafik 1). Hal tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan pembiayaan nasabah, penurunan suku bunga kredit, dan peningkatan promosi penawaran kredit. Meski meningkat, perbankan tetap selektif dalam penyaluran kreditnya yang tercermin dari rata-rata persentasi jumlah permohonan kredit yang tidak disetujui oleh bank yaitu sebesar 21,7%, meningkat dari 18,1% pada triwulan sebelumnya (Grafik 2). Metodologi Survei Perbankan (sebelumnya dinamakan Survei Kredit Perbankan) dilaksanakan secara triwulanan sejak triwulan III 1999 untuk memperoleh informasi dini mengenai kebijakan perbankan dalam penyaluran kredit, pendanaan dan penentuan suku bunga, perkembangan permintaan dan penawaran kredit baru serta melengkapi informasi tentang perbankan yang tidak diperoleh dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). Sampel dipilih secara purposive terhadap 4 Divisi bank umum Statistik yang Sektor berkantor Riil pusat di Jakarta dengan pangsa kredit sekitar 8% dari nilai total kredit bank umum secara nasional. Pengolahan 1 data dilakukan dengan menggunakan metode ), yakni jawaban responden dikalikan dengan bobot kreditnya (total %), selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan menurun.

Grafik 2. Persentasi jumlah permohonan kredit yang tidak disetujui (%) 24 22 2 18 16 14 12 15.2 14. 14.3 14.1 11.6 18.1 18.1 I II III IV I II III IV 216 217 21.7 Grafik 3. Penjualan Kendaraan Bermotor (ribu unit) 8 7 6 5 4 93. 94.6 9.1 95.3 83.2 (ribu unit) 8 588. 66.5 55.8 6 496.6 465.3 4 I II III IV I II III IV I II III IV* 12 Pada triwulan IV-217, menguatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi pada semua jenis penggunaan kredit. Pada periode tersebut, SBT kredit modal kerja meningkat dari 71,1% menjadi 84,3%, SBT kredit investasi naik dari 69,8%% menjadi 84,2%, dan SBT kredit konsumsi naik dari 2,5% menjadi 35,% (Tabel 1). Menguatnya pertumbuhan kredit konsumsi terutama didorong oleh meningkatnya permintaan kartu kredit, Kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA), dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Peningkatan KKB tersebut sejalan dengan rata-rata penjualan sepeda motor dan mobil pada triwulan IV- 217 (Oktober-November) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3). 215 216 217 Mobil (rhs) * Rata-rata bulan Oktober-Nvember 217 Sepeda Motor (lhs) Sumber: AISI, GAIKINDO (diolah) Pertumbuhan permintaan kredit baru pada 12 sektor ekonomi menguat pada IV- 217, tertinggi pada sektor konstruksi dengan kenaikan SBT sebesar 38,7% dari triwulan sebelumnya menjadi 8,8%, kemudian diikuti oleh sektor pertanian, perburuan & kehutanan (SBT naik 25,7%) dan sektor perantara keuangan (SBT naik 23,7%%). Sementara berdasarkan orientasi penggunaan, menguatnya permintaan kredit baru terjadi pada kredit ekspor dengan kenaikan SBT dari 27,8% menjadi 56,6%, sebaliknya permintaan kredit impor mengalami perlambatan yang tercermin dari penurunan SBT dari 2,9% menjadi 7,4% (Tabel 1). Jenis Kredit Menurut Kredit Konsumsi Sektor Ekonomi Golongan Debitur Orientasi Tabel 1. Permintaan Kredit Baru Berdasarkan Jenis Kredit (SBT, %) Rincian Kredit 217 I II III IV IV - III Kredit Modal Kerja 51.9 95.6 71.1 84.3 13.2 Kredit Investasi 65.9 4.8 69.8 84.2 14.4 Kredit Konsumsi 4.5 65.7 2.5 35. 14.5 KPR/KPA 49.1 7.7 21.5 6.3 38.8 Kendaraan Bermotor 18.6.3 8. 37.7 29.7 Kartu Kredit.2 9.1-7. 46.3 53.4 Multiguna 21.1 2. 29.1 3.4 1.3 Kredit Tanpa Agunan 15.6 29.4 -.1 23.8 23.9 Pertanian, Perburuan & Kehutanan 39.1 49.5 33.9 59.6 25.7 Perikanan 14.8 25.7 36.1 37.4 1.3 Pertambangan & Penggalian -19.7-17. -29.1-2. 9.1 Industri Pengolahan 54.7 45.7 7.2 64. -6.2 Listrik, Gas & Air 15.9 37.2 37.4 53.5 16.1 Konstruksi 9.6 22.5 42.2 8.8 38.7 Perdagangan Besar & Eceran 4.9 66.8 56.1 63.3 7.2 Penyediaan Akomodasi & Penyediaan Makan Minum 32. 14.9 35.6 55. 19.4 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 29.2 46.8 4.9 53.9 13. Perantara Keuangan -7.8 7. -2.8 2.9 23.7 Real Estate, usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 24.1 3. 25.2 11.5-13.7 Adm. Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib -8.5 -.2 -.5-8.3-7.8 Jasa Pendidikan. -9.2-17.4 2. 19.4 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial -2.9-5.2 8.6.7-7.9 Jasa Kemasy. Sos. Budaya, Hiburan & Perorangan Lainnya 22.5 38.4 27.1-1.1-28.3 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga -11. -6. -28.7-9.4 19.3 Badan Internasional & Badan Ekstra Internasional Lainnya 12.5 3. 3.4-8.7-12.1 Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya 35.7 43.7 23.4 34.4 11. UMKM (KUR) 32.9 36. 4. 41.4 1.3 UMKM (Non KUR) 24.2 4.3 31.4 71.6 4.2 Non UMKM 37.2 54.8 29.7 77.7 48. Kredit Ekspor 28.5 13.8 27.8 56.6 28.8 Kredit Impor 14.9 21.9 2.9 7.4-13.4 Kredit Lainnya 35.9 83. 61.2 64.9 3.8 TOTAL 52.9 83.4 77.9 94.3 16.4 Divisi Statistik Sektor Riil 2

Tabel 2. Persentase Responden yang Memiliki Realisasi Kredit Baru di Bawah Target (deviasi >5%) Jenis Kredit Menurut Kredit Konsumsi Sektor Ekonomi* Golongan Debitur Orientasi Rincian Kredit 217 I II III IV IV - III Kredit Modal Kerja 37.5 37.5 42.5 22.5-2. Kredit Investasi 42.5 45. 47.5 4. -7.5 Kredit Konsumsi 5. 35. 35. 3. -5. KPR/KPA 35. 27.5 3. 3.. Kendaraan Bermotor 25. 27.5 27.5 22.5-5. Kartu Kredit 15. 15. 15. 17.5 2.5 Multiguna 2.5 22.5 22.5 22.5. Kredit Tanpa Agunan 12.5 22.5 17.5 17.5. Pertanian, Perburuan & Kehutanan 22.5 12.5 42.5 3. -12.5 Industri Pengolahan 27.5 22.5 37.5 3. -7.5 Penyediaan Akomodasi & Penyediaan Makan Minum 27.5 22.5 3. 3.. Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 42.5 4. 32.5 25. -7.5 Real Estate, usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 27.5 25. 3. 27.5-2.5 UMKM (KUR) 5. 15. 15. 17.5 2.5 UMKM (Non KUR) 37.5 37.5 37.5 27.5 -. Non UMKM 27.5 27.5 3. 15. -15. Kredit Ekspor 22.5 25. 25. 22.5-2.5 Kredit Impor 2. 17.5 27.5 17.5 -. Kredit Lainnya 25. 15. 22.5 15. -7.5 TOTAL 77.3 82.5 77.5 62.5-15. * 5 sektor ekonomi yang mengalami deviasi terbesar pada triwulan terakhir Sejalan dengan meningkatnya permintaan kredit baru, persentase jumlah responden yang memiliki realisasi kredit baru dibawah target (deviasi diatas 5%) juga menurun dari 77,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 62,5% pada triwulan IV-217. Penurunan tersebut terjadi pada semua jenis penggunaan kredit, tertinggi pada kredit modal kerja (Tabel 2). Pada kredit konsumsi, meningkatnya permintaan kredit kendaraan juga berdampak pada menurunnya jumlah bank yang mengalami deviasi target kredit pada triwulan IV-217. PERKIRAAN TRIWULAN I-218 Pertumbuhan kredit baru triwulan I-218 diperkirakan tidak setinggi triwulan sebelumnya Kebijakan penyaluran kredit baru semakin longgar pada triwulan I-218 Tabel 3. Prioritas Target Pemberian Kredit Baru Jenis Kredit Menurut Kredit Konsumsi Sektor Ekonomi Golongan Debitur Orientasi Rincian Kredit Triwulan Tahun IV-17 I-18 217 218 Kredit Modal Kerja 1 1 1 1 Kredit Investasi 2 2 2 2 Kredit Konsumsi 3 3 3 3 KPR/KPA 1 1 1 1 Kendaraan Bermotor 2 2 2 2 Kredit Tanpa Agunan 3 3 3 3 Industri Pengolahan 2 2 2 2 Perdagangan Besar & Eceran 1 1 1 1 Perantara Keuangan - 3-3 Real Estate, usaha Persewaan, Grafik 4. Kebijakan Penyaluran Kredit 1 Lebih Longgar Lebih Ketat 4 3 2-3 - 3 - & Jasa Perusahaan UMKM (KUR) 3 3 3 3 UMKM (Non KUR) 2 2 2 2 Non UMKM 1 1 1 1 Kredit Ekspor 2 2 2 2 Kredit Impor 3 3 3 3 Kredit Lainnya 1 1 1 1 24.3 21. 29.1 28.8 15.5 27.1 19.8 14.4 I II III IV I II III IV I*.9 216 217 218 * perkiraan Perkiraan Kredit Pada triwulan I-218, pertumbuhan triwulanan (qtq) kredit diperkirakan masih meningkat, meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT permintaan kredit baru sebesar 92,8%, lebih rendah dari 94,3% pada triwulan sebelumnya (Grafik 1). Meski tidak setinggi triwulan sebelumnya, namun SBT triwulan I-218 masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 217 (SBT 52,9%) dan 216 (SBT 31,3%). Perkiraan menguatnya pertumbuhan ekonomi, rencana penurunan suku bunga kredit, dan penurunan risiko penyaluran kredit menjadi faktor utama yang mendorong optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit triwulan I- 218. Prioritas utama perbankan dalam penyaluran kredit baru triwulan I-218 adalah kredit modal kerja, terutama nasabah yang bergerak pada sektor perdagangan besar & eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor perantara keuangan (Tabel 3). Sementara untuk jenis kredit konsumsi, prioritas utama perbankan adalah penyaluran kredit untuk KPR/KPA, KKB dan Kredit Tanpa Agunan (KTA). 1 Pengolahan data Indeks Kebijakan Penyaluran Kredit menggunakan Saldo Bersih Tertimbang (Weighted Net Balance) berdasarkan bobot kredit responden terhadap total kredit responden dan bobot jawaban (Lebih ketat (1), Sedikit lebih ketat (,5), Tidak berubah (), Sedikit lebih longgar (-,5), Lebih longgar (-1)), dengan Nilai SBT minimum - dan maksimum. Nilai SBT > berarti lebih ketat, SBT = berarti tidak berubah, dan SBT < berarti lebih longgar. Divisi Statistik Sektor Riil 3

Tabel 4. Optimisme Perkiraa n Pertumbuhan DPK Kelompok Jenis Triwulan Tahun Bank Simpanan IV-17 I-18 217 218 Giro 93. 25. 88. 93.4 Tabungan 96.6 3.1 89.4 66.4 Bank Besar Deposito 88.9 18.5 56.6 96.5 Total 91.2 27.1 9.8 95.7 Giro 69.5 65.6 77.3 87.7 Bank Tabungan 56.6 71.6 76.8 83.5 Menengah Deposito 88.9 81.9 59.6 81.9 Total. 92.2 62.1 92.2 Giro.. -.. Bank Kecil Tabungan.... Deposito.... Total.... Giro 92.5 25.5 87.7 93.1 Gabungan Tabungan 88.9 3.6 56.7 66.5 Deposito 95.9 19.5 89.2 95.9 Total 91.4 6. 9.3 63.1 Sejalan dengan perkiraan meningkatnya penyaluran kredit pada triwuan I-218, kebijakan penyaluran kredit diperkirakan lebih longgar sebagaimana tercermin dari Indeks Lending Standar sebesar,9, lebih rendah dibandingkan 14,4 pada triwulan IV-217 (Grafik 4). Kebijakan yang lebih longgar terutama pada aspek suku bunga kredit yang lebih rendah, jangka waktu kredit lebih panjang dan biaya persetujuan kredit yang lebih murah. Dana Pihak Ketiga Pada triwulan I-218, Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 6,%, lebih rendah dibandingkan 91,4% pada triwulan sebelumnya (Tabel 4). Melambatnya pertumbuhan DPK diperkirakan terjadi pada semua jenis simpanan, terutama dipengaruhi risiko likuiditas perbankan yang diperkirakan lebih baik dari triwulan sebelumnya. Grafik 5. Realisasi Suku Bunga Dana (Rupiah) (%, per tahun) (%, per tahun) 3. 8. 7. 2.5 6. 2. 5. 1.5 4. 1. 3. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 216 217 Giro (lhs) Tabungan (lhs) Deposito (rhs) DPK Total (rhs) Sumber: Bank Indonesia Grafik 6. Realisasi Suku Bunga Kredit (Rupiah) (%, per tahun) 15. 14. 13. 12. 11.. 9. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 216 217 Kredit Modal Kerja (lhs) Kredit Investasi (lhs) Kredit Konsumsi (rhs) Kredit Total (lhs) Sumber: Bank Indonesia Perkiraan Suku Bunga Dana dan Kredit Pada triwulan I-218, rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh bank atas dana nasabah yang ditempatkan atau Cost of Fund (CoF) dalam Rupiah diperkirakan stabil pada level 5,77%. Sementara itu, biaya dana yang dioperasionalkan (ditempatkan) oleh perbankan untuk memperoleh pendapatan atau Cost of Loanable Fund (CoLF) diperkirakan naik 2 bps menjadi sebesar 9,26% (Tabel 5). Sementara itu, sebagian besar rata-rata suku bunga kredit diperkirakan menurun pada triwulan I-218. Rata-rata suku bunga kredit modal kerja diperkirakan turun 5 bps menjadi 12,24% dan suku bunga kredit konsumsi turun 8 bps menjadi 15,8%, sedangkan untuk kredit investasi naik 2 bps menjadi 11,89% (Tabel 5). Pada jenis kredit konsumsi, penurunan suku bunga kredit terjadi pada semua jenis kredit, dengan penurunan terbesar pada suku bunga kartu kredit (-18 bps), kemudian kredit multiguna (-17 bps) dan KPR/KPA (-5 bps). Sementara itu, seiring dengan perkiraan kenaikan CoLF dalam USD sebesar 11 bps pada triwulan I-218, suku bunga kredit modal kerja dalam USD dan kredit konsumsi diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 2 bps dan 15 bps. Di sisi lain, suku bunga kredit investasi diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2 bps pada triwulan I-218. Divisi Statistik Sektor Riil 4

DANA A. Dalam Rupiah : Tabel 5. Perkembangan dan Perkiraan Suku Bunga Dana (Rupiah dan Valas) Selisih (I-18) - (IV-17) Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Rata-rata Kisaran 1. Cost of Funds 5.77% 3.95%-7.6% 5.77% 4.7%-7.47%.% 5.75% 4.9%-7.42% 2. Cost of Loanable Funds 9.24% 6.25%-12.22% 9.26% 6.29%-12.22%.2% 9.21% 6.17%-12.24% B. Dalam Valas (USD):.% 1. Cost of Funds 1.58%.56%-2.6% 1.69%.55%-2.84%.11% 1.78%.62%-2.93% 2. Cost of Loanable Funds 3.77% 1.6%-5.94% 3.88% 1.51%-6.25%.11% 4.25% 1.3%-7.21% KREDIT A. Dalam Rupiah : 1. Kredit Modal Kerja 12.29% 9.3%-15.55% 12.24% 9.7%-15.42% -.5% 12.17% 9.1%-15.32% 2. Kredit Investasi 11.87% 9.74%-14% 11.89% 9.79%-13.98%.2% 11.75% 9.41%-14.8% 3. Kredit Konsumsi 15.16% 9.84%-2.49% 15.8% 9.78%-2.39% -.8% 15.% 9.81%-2.38% B. Dalam Valas (USD): 1. Kredit Modal Kerja 6.1% 3.97%-8.5% 6.3% 4.2%-8.4%.2% 6.5% 4.7%-8.3% 2. Kredit Investasi 6.49% 3.46%-9.53% 6.47% 3.46%-9.47% -.2% 6.5% 3.52%-9.48% 3. Kredit Konsumsi 7.65% 5.4%-.26% 7.8% 5.21%-.39%.15% 8.25% 5.29%-11.21% C. Kredit Konsumsi Dalam Rupiah : 1. KPR / KPA 11.83% 9.55%-14.11% 11.78% 9.53%-14.2% -.5% 11.76% 9.53%-14% 2. KKB 13.29% 8.68%-17.9% 13.26% 8.65%-17.88% -.3% 13.24% 8.63%-17.86% 3. Kartu Kredit 22.77% 14.76%-3.79% 22.59% 14.63%-3.55% -.18% 22.57% 14.58%-3.56% 4. Kredit Multiguna 15.18%.6%-2.31% 15.1%.19%-19.84% -.17% 14.72% 9.86%-19.58% 5. Kredit Tanpa Agunan (KTA) 21.7% 12.9%-29.24% 21.3% 12.98%-29.8% -.4% 2.65% 12.2%-29.28% Keterangan: SUKU BUNGA 1) Triwulan IV-217 2) Triwulan I-218 3) 1) Rata-rata merupakan rata-rata sederhana suku bunga dana/kredit seluruh responden Survei Perbankan Kisaran merupakan batas bawah dan batas atas suku bunga dana/kredit seluruh responden Survei Perbankan Tahun 218 4) Survei Triwulan IV-217 2) Suku bunga dana/kredit Triwulan IV-217 merupakan angka realisasi seluruh responden, hasil Survei Perbankan Triwulan IV-217 3) Suku bunga dana/kredit Triwulan I-218 merupakan angka perkiraan seluruh responden, hasil Survei Perbankan Triwulan IV-217 4) Suku bunga dana/kredit Tahun 218 merupakan rata-rata angka perkiraan responden, hasil Survei Perbankan Triwulan IV-217 PERKIRAAN TAHUN 218 Kredit tahun 218 diperkirakan tumbuh sebesar 11,8% (yoy) Grafik 7. Perkiraan Pertumbuhan Kredit 218 (% yoy) 14. 12.. 8. 6. 4. 2. - 11.6.4 7.9 7.7 214 215 216 217 (Nov) Angka Realisasi (LBU) 11.8 Perkiraan 218 Survei Triwulan IV-217 Perkiraan Kredit Responden optimis pertumbuhan kredit 218 menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata responden memperkirakan kredit 218 tumbuh sebesar 11,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 7,7% (yoy) pada tahun 217 (posisi November). Optimisme penyaluran kredit tersebut terutama didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi tahun 218 yang lebih baik dari tahun sebelumnya, penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit dan penurunan risiko likuiditas perbankan dari tahun sebelumnya. Grafik 8. Perkiraan Arah Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 218 (%, SBT) (%, YOY) 96. 95.2 14 12.3 9.3 9 85.9 12 8 7 6 5 7.3 9.6 9.8 63.1 214 215 216 217 (Nov) 218 Realisasi Pertumbuhan DPK - LBU (rhs) SBT Perkiraan Pertumbuhan DPK - Survei Perbankan (lhs) 8 6 4 Perkiraan Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan DPK tahun 218 masih meningkat, namun diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT perkiraan penghimpunan DPK tahun 218 sebesar 63,1%, lebih rendah dari 9,3% pada tahun sebelumnya (Grafik 8). Perkiraan melambatnya pertumbuhan kredit tersebut terutama disebabkan oleh penurunan risiko likuiditas perbankan dan suku bunga dana yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Divisi Statistik Sektor Riil 5

BOKS: Kebijakan Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah* Grafik 9. Kebijakan Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah Lebih Longgar Lebih Ketat 25 2 15 5-5 - 14.4 Bank Umum.9 IV-217 I-218 Grafik. Kebijakan Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah per Jenis Pembiayaan 12 8 6 4 2 8.3 8.3 8.3 8.3 Grafik 11. Aspek Perubahan Kebijakan Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah 8.3 Bank Syariah 8.3 4.3 4.3 2.7 Investasi Modal Kerja Pemilikan Rumah/ Apartemen Plafon pembiayaan Agunan Premi yang dibebankan Perjanjian pembiayaan Jangka waktu pembiayaan Persyaratan administrasi Biaya persetujuan pembiayaan Bagi hasil pembiayaan -19.5 IV-217 I-218-1.6 IV-217 I-218 4.3 Konsumsi Lainnya 6.5 6.5 3.2 5.6 3. 4.7 4.3 3. 2.3.7.. 12.3 12.3 Pada November 217, penyaluran pembiayaan perbankan syariah mencapai Rp277,6 triliun, atau sekitar 6,% dari total penyaluran kredit bank umum. Pada periode tersebut, pertumbuhan pembiayaan bank syariah sebesar 15,% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 14,9% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-218, Indeks lending standar perbankan syariah sebesar 8,3, atau termasuk lebih ketat dibandingkan triwulan sebelumnya (indeks > ). Meski demikian, Indeks lending standar perbankan syariah tersebut masih lebih rendah dibandingkan 14,4 pada bank umum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah tidak seketat yang dilakukan perbankan secara umum. Pada triwulan I-218, kebijakan pengetatan penyaluran pembiayaan perbankan syariah diperkirakan relatif sama dengan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin dari indeks lending standar sebesar 8,3 (Grafik ). Indeks lending standar untuk sebagian besar jenis pembiayaan relatif sama dengan triwulan sebelumnya, kecuali untuk pembiayaan pemilikan rumah/ apartemen yang mengalami penurunan dari 4,3 menjadi 2,7 pada triwulan I-218. Kebijakan penyaluran pembiayaan perbankan syariah yang akan diperlonggar adalah aspek bagi hasil pembiayaan, tercermin dari indeks sebesar -19,5, lebih rendah dibandingkan -1,6 pada triwulan sebelumnya (Grafik 11). Selain itu, kebijakan terkait jangka waktu pembiayaan dan persyaratan pembiayaan juga diperkirakan tidak seketat triwulan IV-217, terindikasi dari penurunan masing-masing indeksnya dari 4,3 menjadi 3, dan dari 2,3 menjadi,7 pada triwulan I- 218. Pelonggaran kebijakan penyaluran pembiayaan tersebut terutama dipengaruhi oleh perkiraan kondisi ekonomi yang lebih baik, penurunan risiko penyaluran pembiayaan, dan rencana penambahan modal bank. -3-2 - 2 Lebih Longgar Lebih Ketat Survei Indeks Lending Standar Perbankan Syariah dilakukan pada Desember 217 kepada 9 bank syariah, dengan pangsa pembiayaan sebesar 88,9% dari total pembiayaan bank syariah. Pengolahan data Indeks Lending Standar menggunakan Saldo Bersih Tertimbang (Weighted Net Balance) berdasarkan bobot pembiayaan responden terhadap total pembiayaan responden dan bobot jawaban (Lebih ketat (1), Sedikit lebih ketat (,5), Tidak berubah (), Sedikit lebih longgar (-,5), Lebih longgar (-1)), dengan Nilai SBT minimum - dan maksimum. Nilai SBT > berarti lebih ketat, SBT = berarti tidak berubah, dan SBT < berarti lebih longgar. Divisi Statistik Sektor Riil 6