BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern yang ditandai oleh pesatnya perkembangan bahasa tulis menuntut pendukungnya supaya dapat mengembangkan tradisi menulis dan membaca. Tradisi menulis dan membaca sebagai aktivitas komunikasi ibarat mata logam yang sisi-sisinya saling melengkapi. Dalam menulis dan membaca terdapat hubungan yang saling menunjang dan melengkapi, bahkan kebiasaan membaca dapat dipandang sebagai bagian pembelajaran bahasa indonesia yang menekankan kepada keterampilan berbahasa (Yulianto,2008:3). Pesan yang disampaikan oleh penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan. Menurut Tierney (dalam Suparno, 2007: 17) baca tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis. Definisi menulis yakni sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi menggunakan bahasa tulis sebagai alat untuk medianya (Suparno, 2007: 13). Dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, membaca dan menulis adalah dua dari empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru mempunyai tugas untuk memotivasi, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa supaya menguasai keterampilan berbahasa tersebut dengan baik. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa menjadi sangat penting kedudukannya untuk dipelajari. Karena itulah 1
2 pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Tulisan yang baik memiliki ciri-ciri yang bermakna, jelas, merupakan satu kesatuan, singkat dan padat, serta memenuhi kebahasaan. Pada jenjang sekolah dasar kegiatan menulis sudah mulai diberikan oleh guru kepada siswa di kelas rendah, yang kita kenal dengan menulis permulaan. Keterampilan menulis permulaan merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa sekolah dasar sejak dini, karena keterampilan menulis permulaan merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi siswa sekolah dasar. Menulis permulaan merupakan keterampilan menulis diajarkan pada kelas rendah, yaitu kelas I dan II sekolah dasar sebagai pembelajaran menulis pada tingkat dasar. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa pada pembelajaran menulis permulaan tersebut akan menjadi dasar dalam peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang selanjutnya. Apabila pembelajaran menulis permulaan yang dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat, maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat selanjutnya akan menjadi baik pula.(yulianto,2008:3) Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa seharusnya menjadi hal yang diperhatikan oleh guru sehingga apapun kegiatan guru di kelas seharusnya ditujukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan menggugah motivasi belajar siswa. Seorang guru harus selalu melakukan inovasi dalam pembelajarannya sehingga materi yang diberikan kepada siswa dapat sepenuhnya diterima oleh siswa dengan baik. Dalam proses belajar mengajar seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas
3 pembelajarannya. Salah satu cara mempertinggi kualitas pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Dari hasil observasi di kelas II SD Mandala I Surabaya dalam melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia yang penulis lakukan, salah satu masalah yang muncul adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menulis permulaan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kemampuan mereka dalam materi menyusun katakata acak menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar. Kemampuan yang rendah tersebut dapat dilihat dari nilai siswa pada materi ini sebanyak 20 siswa dari 22 siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II yaitu 68. Jadi 90% siswa yang mendapat nilai di bawah kriteria ketentuan minimal. Dari hasil refleksi diri yang penulis lakukan sumber permasalahan terletak pada kurang menariknya proses pembelajaran yang disajikan oleh guru bagi siswa. Kurang menariknya materi pembelajaran karena guru tidak menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Guru hanya memberi contoh cara menyusun katakata acak menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar. Dalam hal ini guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran(yulianto,2008:3). Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam menyusun kata acak menjadi sebuah kalimat yang benar, penulis yang dalam hal ini adalah guru di sekolah dasar yang bersangkutan mencoba untuk menerapkan media kartu kata berwarna untuk digunakan siswa dalam menyusun sebuah kalimat. Pemilihan warna yang harmonis dan menarik diyakini penulis memberikan kesan tersendiri pada diri siswa sehingga mereka lebih tertarik untuk mempelajari materi menyusun kata acak menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar.
4 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan dengan Tema Peristiwa melalui Media Kartu Kata Berwarna Siswa Kelas II SD Mandala I Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan media kartu berwarna untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada siswa kela II SD Mandala I Surabaya? 2. Bagaimanakah kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas II SD Mandala I Surabaya setelah menggunakan Media Kartu kata berwarna? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penerapan media kartu kata berwarna untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas II SD Mandala I Surabaya. 2. Mendeskripsikan kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas II SD Mandala I Surabaya setelah menggunakan Media kartu kata berwarna. 1.4 Manfaat Hasil Penelitian Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Bagi guru a. Menambah informasi tentang penggunaan media pada umumnya dan media kartu kata berwarna pada khususnya yang dapat diterapkan dalam
5 kegiatan pembelajaran di kelas rendah. b. Menjadi salah satu pertimbangan dalam menciptakan iklim dan suasana belajar yang menyenangkan sehingga pembelajaran lebih bermakna. 2. Bagi siswa a. Siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran karena kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. b. Membantu siswa agar lebih mudah memahami dan menerima materi pelajaran Bahasa Indonesia. c. Tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai. 3. Bagi penulis a. Menambah pengetahuan tentang penggunaan media kartu kata berwarna untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan bagi siswa di kelas rendah. b. Menambah pengetahuan bagaimana menciptakan iklim dan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. 1.5 Batasan Istilah Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Media kartu kata berwarna adalah media pembelajaran yang terbuat dari kertas karton berwarna dan diberi hiasan menarik, berbentuk persegi panjang, dengan ukuran panjang kurang lebih 15 cm dan lebar kurang lebih 10 cm dan di salah satu sisinya terdapat tulisan kata-kata. Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa
6 tulis sebagai alat atau medianya. Menulis permulaan adalah keterampilan menulis yang diajarkan dan dilatihkan di kelas rendah dan menjadi dasar bagi penguasaan keterampilan menulis di kelas-kelas selanjutnya. Siswa kelas II di SD Mandala I Surabaya pada tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 22 siswa terdiri dari 8 anak laki-laki dan 14 anak perempuan dengan usia sekitar 7 sampai 8 tahun.
7