Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) TK Pertiwi Wonosari Siwalan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode proyek dapat meningkatkan kemampuan anak dalam memahami konsep warna. Subyek penelitian ini yaitu anak kelompok B TK Pertiwi Wonosari Kecamatan Siwalan. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Sedangkan instrumen penelitian menggunakan lembar penelitian anak, lembar kinerja guru, lembar observasi. Analisis yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dalam bentuk prosentase. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan. Simpulan pada penelitian ini bahwa penggunaan pembelajaran dengan metode proyek cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran konsep warna. Kata Kunci: Memahami; Konsep Warna; Metode Proyek 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia PENDAHULUAN Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa. Anak selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti belajar. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Walaupun Taman Kanak-kanak bukan syarat untuk masuk ke jenjang sekolah dasar namun orang tua memandang perlu memasukkan anak-anaknya ke Taman Kanak-kanak, hal ini terbukti banyak sekolah-sekolah PAUD formal dan non formal berdiri. 31
Sebagai guru atau orang tua, hendaknya memperhatikan pola perkembangan anak, baik perkembangan kognitif, motorik, fisik maupun yang lainnya. Walaupun pada kenyataannya perkembangan seorang anak berbeda satu dengan yang lainnya, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Mengembangkan kemampuan kognitif anak dapat dilakukan dengan belajar sambil bermain. Sebagai guru TK harus dapat mengarahkan dan mengawasi apa yang dilakukan oleh anak. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah belajar sambil bermain, tetapi terkadang ada guru yang enggan melakukan hal tersebut, karena guru merasa malas melakukan kegiatan, misalnya eksperimen atau pencampuran warna. Karena anak-anak merasa kesulitan untuk mengetahui warnawarna yang diperlihatkan oleh guru, sehingga membuat suasana kelas menjadi gaduh dan kotor akhirnya guru kurang menyukai kegiatan eksperimen atau mencampur warna. Untuk itu guru mencoba memberikan motivasi dan dorongan agar anak mau mencoba bereksperimen pada kegiatan mencampur warna, sehingga kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuanb kognitif anak. Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik meneliti Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Dengan Metode Proyek Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Wonosari Kecamatan Siwalan Kab. Pekalongan. Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya, Depdiknas (2007: 1809). Dalam bahasa Indonesia, warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsure yaitu cahaya, obyek, dan observer (dapat berupa mata kita ataupun alat ukur). Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang warna. Prawira menjelaskan bahwa : Warna adalah salah satu unsur keindahan seni dan desain selain unsure-unsur visual lainnya. Kemudian Sanyoto mendefinisikan, Warna adalah secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Nugraha mengatakan bahwa Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Sains atau ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang pokok bahasanya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab akibat, hubungan kausal dari kejadiankejadian yang terjadi di alam. Menurut Powler (dalam Winataputra 1993), sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi. Untuk anak TK obyek tersebut meliputi benda-benda disekitar anak dan bendabenda yang sering menjadi perhatian anak, misal : air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri merupakan obyek-obyek sains yang sering menjadi perhatian anak. Gejala alam seperti hujan, angin, petir, kebakaran, hewan yang beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik bagi anak. Obyek-obyek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah, yang bagi anak TK perlu disederhanakan. Produk sains untuk anak TK lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan gejala peristiwa tentang benda-benda alam. Menurut NSTA (National Science Teacher Association) (2005) salah satu standar sains untuk TK adalah sains sebagai cara penyelidikan (science as inquiry). Standar ini menyatakan pentingnya melatih anak melakukan penyelidikan terhadap berbagai fenomena alam. Sains adalah produk dan proses. Sebagai produk, sains adalah pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik alami. Sebagai proses, sains mencakup kegiatan menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan. Kegiatan bermain sains sangat penting diberikan untuk anak usia dini karena multi manfaat, yakni dapat mengembangkan kemampuan: a) eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam; b) mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya; c) mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan; d)memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya. 32 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)
Berikut ini disajikan contoh kegiatan sains untuk anak usia dini : Bidang Pengembangan: kemampuan dasar kognitif; Tingkat Capaian Perkembangan: siswa dapat mengenal berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari; Capaian Perkembangan: siswa dapat mengenal konsep sains sederhana METODE PENELITIAN Metodelogi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan (Narbuko, 2003 : 17), Suharsini, 2006 : 2, penelitian adalah kegiatan mencermati subyek atau obyek dengan menggunakan cara atau aturan tertentu. Menurut Sukmadinata, 2010 : 2, ada beberapa sebab mengapa orang melakukan penelitian, pertama : karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan yang terbatas, kedua : manusia memiliki dorongan untuk mengetahui, ketiga : manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan pada masalah, tantangan dan kesulitan baik dalam dirinya, masyarakat, keluarga, serta lingkungan kerjanya, keempat : manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai dan dimilikinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi Wonosari Kecamatan Siwalan pada anak kelompok B, salah satu yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan pencampuran warna. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode proyek. Penelitian dilaksanakan di TK Cempaka Mejasem Kecamatan Siwalan. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelompok B yang berjumlah 25 anak yang terdiri dari 15 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berupa instrumen tes pemberian tugas pada anak untuk melipat kertas sedangkan instrumen non tes berupa hasil observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes untuk mengukur ranah kognitif dan kreativitas hasil belajar siswa. Observasi untuk mengukur perkembangan siswa, dokumentasi untuk melakukan supervisi pembelajaran dan hasil kegiatan belajar siswa dari masing-masing individu sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian, dan wawancara untuk memberikan informasi pendukung yang dipandang perlu. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan diskripsi data yaitu mendiskripsikan data melalui instrumen yang telah disediakan pada refleksi dari setiap siklus tindakan. Untuk data yang bersifat kualitatif validasinya mengacu pada tingkat antusias anak terhadap kegiatan pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif diketahui dari hasil prosentase tingkat keberhasilan anak. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Tahap perencanaan pembelajaran dilakukan untuk mendapatkan hasil pembelajaran sesuai dengan keinginan yang akan dicapai yaitu dengan membuat suatu perencanaan berupa rencana kegiatan pembelajaran maupun mempersiapkan kelengkapan belajar lainnya seperti : media serta alat penilaian dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 33
2. Pelaksanaan Tindakan Peneliti melaksanakan pengembangan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana ataupun skenario pembelajaran yang telah dibuat. 3. Observasi Peneliti melaksanakan pengamatan menggunakan lembar observasi anak yang telah direncanakan. 4. Refleksi Peneliti melakukan analisis data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan pembelajaran melalui lembar penilaian yang ada dan melaksanakan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siklus II 1. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan persiapan pembelajaran yaitu dengan membuat satuan kegiatan harian dan skenario kegiatan pengembangan pembelajaran. Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran atau alat peraga berupa air, ember dan pewarna, lembar penilaian kemampuan anak terhadap kegiatan pengembangan, lembar pengamatan anak, dan lembar wawancara anak. Sehingga diharapkan akan diperoleh data yang lebih akurat. 2. Pelaksanaan Tindakan Peneliti melaksanakan kegiatan pengembangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak yang lebih baik. Peneliti melakukan apersepsi, menyiapkan materi (penjelasan materi) dengan metode bervariatif dengan tujuan agar anak tidak bosan terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh anak didik. Peneliti memberi kesempatan untuk bertanya jawab terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Peneliti juga memberikan suatu penghargaan baik berupa sanjungan ataupun acungan jempol agar anak lebih termotivasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian diharapkan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 3. Observasi Melaksanakan pencatatan terhadap segala hal selama proses pembelajaran yaitu menggunakan lembar observasi anak yang telah direncanakan. 4. Refleksi Peneliti melakukan analisis mengenai hasil observasi anak, hasil penilaian kemampuan anak, dan hasil wawancara sesuai dengan data yang diperoleh. Hal ini untuk mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan pembelajaran Peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Nilai Jml.Anak (Pra Siklus) Jml.Anak (Siklus I) Jml.Anak (Siklus II) Pra Siklus (%) Siklus I (%) Siklus II (%) 7 14 22 28 56 88 5 4 1 20 16 4 ᴑ 13 7 2 52 28 8 34 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)
Keterangan : = Anak mampu mengerjakan tugas tanpa bantuan. = Anak mampu mengerjakan tugas tetapi sedikit dibantu. ᴑ = Anak sama sekali tidak mampu mengerjakan tugas. Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat pada grafik I berikut: Gambar 1. Grafik Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional Anak Hasil yang diperoleh dari pengembangan kegiatan pembelajaran pada Siklus I, prosentase anak yang mendapat nilai tanda lingkaran penuh ( ) 56%, sedangkan prosentase anak yang mendapat nilai tanda ceklis ( ) 12%, prosentase anak yang mendapat nilai tanda lingkaran (ᴑ) 28%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan melipat kertas mendapat respon yang baik yaitu ditandai dengan adanya peningkatan keberhasilan anak dalam kegiatan tersebut. Sedangkan hasil dari pengembangan kegiatan pada siklus II prosentase anak yang mendapatkan lingkaran penuh ( ) 88%, prosentase anak yang mendapatkan tanda ceklis ( ) 4%, prosentase anak yang mendapatkan tanda lingkaran (ᴑ) 8%. SIMPULAN Dalam pengenalan warna melalui kegiatan pencampuran warna yang diberikan peneliti pada anak didik dengan menggunakan pewarna makanan, dan metode yang tepat anak lebih tertarik. Pencapaian hasil pada pra siklus yang mendapatkan nilai baik sebanyak 7 anak atau 28 %, sedangkan anak mampu tapi sedikit dibantu 5 anak atau 20 %, sedangkan anak sama sekali tidak mampu 13 anak atau 52 %. Pada siklus I yang mendapatkan nilai baik ada 14 anak atau 56 %, sedangkan anak mampu tetapi sedikit dibantu 4 anak atau 16 %, sedangkan anak sama sekali tidak mampu 7 anak atau 28 %. Pada siklus II yang mendapatkan nilai baik tanpa bantuan guru 22 anak atau 88 %, anak mampu tapi sedikit bantuan guru 1 anak atau 4 %, dan 2 anak sama sekali tidak mampu atau 8 %. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kegiatan pencampuran warna dengan menggunakan metode proyek dapat meningkatkan pengenalan warna pada anak TK Pertiwi Wonosari khususnya pada kelompok B. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: (a) Hendaknya dalam pengenalan berbagai macam warna guru harus sabar dalam memberikan penjelasan. (b) Bagi orang tua, pengenalan berbagai macam warna dikenalkan sejak dini sehingga anak bisa dengan jelas mengetahui berbagai macam warna. (c) Guru seharusnya lebih kreatif memilih atau menambah media untuk meningkatkan kreativitas anak dalam pencampuran warna. 35
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih, peneliti tujukan kepada Dosen Pembimbing, Guru, Observer, dan Anak Didik TK Pertiwi Wonosari DAFTAR PUSTAKA Ahmad Sugandi, 2004 (cetakan I). Teori pembelajaran, Semarang : MKK UNNES Ali Nugroho, 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains PAUD, Jakarta : Depdiknas. Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Reneka Cipta., 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Reneka Cipta. Catharina Tri Anni, dkk. 2004 (cetakan I). Psikologi Belajar, Semarang : UPT MKK UNNES. Depdiknas, 2006. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bermain, Jakarta : Depdiknas. Depdiknas, 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif Di Taman Kanak-kanak, Jakarta. 36 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)