PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA. Yarmaliza 1, Marniati 2

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

KABUPATEN NAGAN RAYA RINGKASAN PERUBAHAN APBK MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Yulisetyaningrum ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA POLI UMUM DI PUSKESMAS JEULINGKE KECAMATAN SYIAH KUALA TAHUN 2014.

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

Oleh : Suharno ABSTRAK

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA. Boediardja, A. S., dkk., Infeksi Kulit Pada Anak dan Bayi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonetion University

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PRINGAPUS KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH DI DUSUN MENGAI DESA SUKOREJO KARANGBINANGUN LAMONGAN

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi analitik, dengan desain case

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

Transkripsi:

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA Yarmaliza 1, Marniati 2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar, Meulaboh Email: yarmaliza_skm@yahoo.co.id 1), Marniati_skm@yahoo.co.id 2) ABSTRAK Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, hal ini dikarenakan angka kesakitan masih tinggi dan berpotensi menyebabkan kematian dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, penyakit diare yang menyerang balita hampir setiap tahunnya dapat ditemukan. Menurut data dari Puskesmas Cot Kuta penderita penyakit diare pada tahun 2014 yaitu sebesar 57 jiwa dari 100 persen, selanjutnya pada tahun 2015 tercatat terjadi penurunan sebanyak 53 jiwa total penderita diare dan Desa Lueng Baroe menjadi desa tertinggi sebagai penderita diare yang meningkat menjadi 23 jiwa. Diantara penyebab terjadinya penyakit diare pada balita adalah faktor lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara saluran pembuangan air limbah dan sistem pengolahan sampah terhadap kejadian diare pada Balita. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang berkunjung di wilayah Pukesmas Cot Kuta yang memiliki balita yang di Puskesmas Cot Kuta Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 yaitu sebanyak 712 orang. Jumlah sampel sebesar 42 responden (Rumus Slovin) yang di ambil berdasarakan accidental sampling, yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau bersedia di suatu tempat atau sesuai dengan kontek penelitian. Penelitian ini telah dilakukan pada 1-30 Desember 2015. Analisa data menggunakan univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pembuangan air limbah dan sistem pengolahan sampah berpengaruh terhadap kejadian diare pada Balita (P. Value < 0,05 ). Terdapat pengaruh antara saluran pembuangan air limbah dan sistem pengolahan sampah terhadap kejadian diare pada Balita. Kata Kunci: lingkungan, diare, balita 1. PENDAHULUAN Kesehatan yang baik selamanya dimulai di rumah tangga. Disinilah tempat anak-anak harus dididik mengenai prinsipprinsip kesehatan dan cara hidup yang baik. Jika kita memberikan pendidikan mengenai pentingnya kesehatan dapat mencegah banyak persoalan serius pada kehidupan di masa mendatang. Kebiasaan memahami kesehatan hendaknya menjadi bagian dari pendidikan pada anak-anak sejak usia dini. Hal yang paling penting dimulai dari cara hidup yang benar pada awal mulanya (Suwasono, 2008).Pemahaman dasar bagi setiap rumah tangga tentang pentingnya arti dari sebuah kesehatan akan sangat membantu dalam menghindari segala penyakit yang timbul di lingkungan masyarakat, bukan hanya pada kalangan bawah saja akan tetapi untuk setiap kalangan masyarakat termasuk masyarakat kalangan atas (Suwasono, 2008). Meningkatnya kejadian penyakit berbasis lingkungan harus dicegah, sehingga dapat terwujud kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat seperti yang dicita-citakan. Ketersediaan sarana sanitasi dasar seperti air bersih, pemanfaatan jamban, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, rumah dan lingkungan yang sehat serta membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari mutlak diperlukan. Timbulnya penyakit diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status gizi, sosial ekonomi, sosial budaya, transportasi, kepadatan penduduk dan lain sebagainya yang saling berkaitan (Taosu, 2008). Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat karena angka kesakitan masih tinggi dan berpotensi menyebabkan kematian dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tingginya kejadian 487 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

penyakit-penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar (Andriyani dkk, 2014). Secara global, kematian masih diakibatkan oleh penyakit-penyakit infeksi yang berkaitan dengan sanitasi dasar. Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak baik), kebersihan perjiwaan dan lingkungan yang buruk, penyiapan makanan kurang matang dan penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya (Sander, 2009). Kualitas kesehatan penduduk Aceh yang dilihat menurut Angka Harapan Hidup (AHH) menunjukkan peningkatan. Penduduk Aceh berumur 0 tahun pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai usia 68,70 tahun, meningkat sebesar 0,10 tahun dibanding dengan perkiraan tahun 2008 dan 2009 yang mencapai masing-masing 68,50 tahun dan 68,60 tahun, hal ini dikarenakan bertambahnya sarana kesehatan berupa puskesmas sebanyak 316 unit, puskesmas pembantu (pustu) sebanyak 951 unit dan polindes sebanyak 1.661 unit. Hanya saja puskesmas keliling berupa perahu bermotor yang mengalami penurunan. Namun demikian, capaian AHH masih dibawah ratarata AHH penduduk Indonesia berusia 0 tahun pada tahun 2010 yang diperkirakan akan mencapai usia 69,43 tahun (BPS Aceh, 2011). Peningkatan pelayanan kesehatan di Aceh terlihat dari persentase penduduk Aceh yang mengalami keluhan kesehatan dari setiap penyakit termasuk penderita diare pada balita dan anak-anak meningkat dari 28,66 persen menjadi 30,55 persen pada tahun 2014. Pemanfaatan obat-obatan tradisional di Aceh masih berlangsung, sebagai alternatif disamping pemanfaatan fasilitas layanan kesehatan dengan obat-obatan modern. Namun demikian, persentase penduduk yang menggunakan pengobatan tradisional dari tahun ke tahun menunjukkan tren yang menurun. Tahun 2014 hanya sekitar 29 persen penduduk Aceh yang mengobati sendiri mnggunakan obat tradisional (BPS Aceh, 2015). Peningkatan jumlah penduduk juga harus diiringi peningkatan derajat kesehatan untuk mencapai manusia yang berdaya guna. Dalam hal ini sarana kesehatan yang memadai mutlak diperlukan. Penderita diare yang terjadi di Kabupaten Nagan Raya cukup memprihatinkan pula. Seperti yang terjadi pada tahun 2015 dari usia 0 sampai 5 tahun penderita diare yaitu sebanyak 2.332 jiwa. Wilayah kerja yang ada di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Nagan Raya terdapat 14 puskesmas yaitu Puskesmas Beutong Ateuh, Pukesmas Beutong, Puskesmas Uteun Pulo, Puskesmas Jeuram, Puskesmas Cot Kuta, Puskesmas Ujong Fatihah, Puskesmas Padang Panyang, Puskesmas Padang Rubek, Pukesmas Simpang Jaya, Puskesmas Alue Bilie, Puskesmas Suka Mulia, Puskesmas Alue Rambot, Puskesmas Lueng Keubeu Jagat dan Puskesmas Kuala Tadu (Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, penyakit diare yang menyerang pada balita mulai dari 0 sampai 5 tahun di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2014 yaitu sebesar 2.521 jiwa atau 51,95 persen. Sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan dengan jumlah penderita diare yaitu sebesar 2.332 jiwa atau 48,05 persen. Penderita diare ini tidak terjadi pada balita yang berusia 5 tahun ke atas (Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, 2015). Kecamatan Suka Makmue adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Nagan Raya sekaligus merupakan ibukota Nagan Raya. Pada tahun 2013 di Kecamatan Suka Makmue telah tersedia 1 unit Puskesmas (BPS, 2014). Jumlah penyakit diare wilayah Puskesmas Cot Kuta di tahun 2014 dan tahun 2015 setiap tahunnya berfluktuasi. Menurut data dari Puskesmas Cot Kuta penderita penyakit diare pada tahun 2014 yaitu sebesar 57 jiwa dari 100 persen, selanjutnya pada tahun 2015 tercatat terjadi penurunan sebanyak 53 jiwa total penderita diare dan Desa Lueng Baroe menjadi desa tertinggi sebagai penderita diare yang meningkat menjadi 23 jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Cot Kuta, jumlah penderita diare pada balita di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya terjadi pada usia 0 sampai 5 tahun, 488 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

tidak terjadi pada balita yang berusia 5 tahun ke atas (Laporan Puskesmas Cot Kuta, 2015). Berdasarkan survey yang telah saya lakukan dengan petugas puskesmas, upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit diare terus dilakukan oleh setiap puskesmas dan puskesmas pembantu yang ada di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya melalui penetapan program maupun strategi penanggulangan penyakit diare dengan sasaran pada kelompok masyarakat yang beresiko tinggi dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Berdasarkan pengamatan awal faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare di beberapa desa dengan keadaan sanitasi dasar rumah tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan salah satunya seperti sarana air bersih yang kurang memadai di perumahan terdalam, pemilikan jamban yang sebagian masih menggunakan kakus cemplung, saluran pembuangan air limbah yang tidak terjaga, sistem pengolahan sampah masih kurang baik, serta perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat yang kurang higenis. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut Riyanto (2011) jenis penelitian survey analitik adalah suatu penelitian yang mencoba mengetahui masalah kesehatan dapat terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor risiko dengan faktor efek. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang berkunjung di wilayah Pukesmas Cot Kuta yang memiliki balita yang di Puskesmas Cot Kuta Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya tahun 2015 yaitu sebanyak 712 orang. Pengambilan sampel (rumus slovin), adalah sebanyak 42 orang. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau bersedia di suatu tempat atau sesuai dengan kontek penelitian. Pengolahan data dilkukan menggunakan analisa univariat dan bivariat. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pembuangan Air Limbah No Pembuangan Air Limbah Frekuensi % 1. Baik 16 38.00 2. Kurang Baik 26 62.00 Total 42 100.00 Berdasarkan Tabel 1. Menunjukkan bahwa pembuangan air limbah yang masuk dalam kategori baik sebanyak 16 atau 38.00%, sedangkan pembuangan air limbah yang masuk dalam kategori kurang baik sebanyak 26 atau 62.00%. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan Sampah No. Pengelolaan Sampah Frekuensi % 1. Baik 18 43.00 2. Kurang Baik 24 57.00 Total 42 100.00 Berdasarkan Tabel 2. Menunjukkan bahwa pengeloaan sampah yang masuk dalam kategori baik sebanyak 18 atau 43.00%, sedangkan pengelolaan sampah yang masuk dalam kategori kurang baik sebanyak 24 atau 57.00%. Tabel 3. Hubungan Pembuangan Air Limbah Dengan Penyakit Diare Pada Balita Penyakit Diare Pembuangan Jumlah P Diare Tidak Diare Air Limbah N % n % f % Baik 4 25.0 12 75.0 16 100 0.007 489 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

Kurang baik 19 73.1 7 26.9 26 100 Total 23 54.8 19 45.2 42 100 Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2016) Tabel 3 menunjukkan distribusi tabel silang antara pembuangan air limbah dengan penyakit diare dari 26 responden yang menyatakan yang pembuangan air limbah kurang baik terdapat 19 (73.1%) terjadi diare dan 7 (26.9%) tidak diare, sedangkan dari 16 responden yang menyatakan pembuangan air limbah baik terdapat 4 (25.0%) terjadi diare dan 12 (75.0%) tidak diare. Hasil statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0.05) antara pembuangan air limbah dengan penyakit diare menunjukkan nilai P.Value = 0.007 atau p < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pembuangan air limbah dengan penyakit diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Kuta Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015 di mana OR = 8.1 dan 95% CI (1.9-33.8) artinya pembuangan air limbah merupakan faktor risiko. Responden yang menyatakan pembuangan air limbah yang kurang baik akan 8.1 kali mengalami terjadinya penyakit diare pada balita dibandingkan dengan responden yang menyatakan pembuangan air limbah yang baik. Tabel 4. Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Penyakit Diare pada Balita Penyakit Diare Pengelolaan Sampah Diare Tidak Diare Jumlah (%) n % n % f Baik 5 27.8 13 72.2 18 100 0.006 Kurang baik 18 75.0 6 25.0 24 100 Total 23 54.8 19 45.2 42 100 Sumber: Data Primer (Diolah tahun 2016) Tabel 4. menunjukkan distribusi tabel silang antara pengelolaan sampah dengan penyakit diare dari 24 responden yang menyatakan pengelolaan sampah kurang baik terdapat 18 (75.0%) terjadi diare dan 6 (25.0%) tidak diare, sedangkan dari 18 responden yang menyatakan pengelolaan sampah baik terdapat 5 (27.8%) terjadi diare dan 13 (72.2%) tidak diare. Hasil statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0.05) antara pengelolaan sampah dengan penyakit diare menunjukkan nilai P.Value = 0.006 atau p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengelolaan sampah dengan penyakit diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cot Kuta Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015 di mana OR = 7.8 dan 95% CI (1.9-31.1) artinya pengelolaan sampah merupakan faktor risiko. Responden yang menyatakan pengelolaan sampah kurang baik akan 7.8 kali mengalami terjadinya penyakit diare pada balita dibandingkan responden yang menyatakan pengelolaan sampah yang baik. Pembuangan Air Limbah Dengan Penyakit Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian di atas, pendapat peneliti dalam penelitian ini bahwa masih tingginya angka kejadian penyakit diare pada balita yang terdapat di Puskesmas Cot Kuta dikarenakan air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat lingkungan hidup antara lain menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, menjadi media berkembangbiaknya mikroo rganisme patogen, menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap dan menjadi sumber pencemaran air permukaan tanah daningkungan hidup lainnya. Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan air limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari lingkungan dan tidak 490 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

dapat dijangkau serangga dan tikus. Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa adanya saluran pembuangan limbah akan membuat kondisi lingkungan sekitar rumah menjadi tidak sehat. Akibatnya menjadi kotor, becek, menyebabkan bau tidak sedap da dapat menjadi tempat berkembang biak serangga terutama nyamuk (Pamsimas, 2011). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wilyandari (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Proporsi kejadian diare balita lebih tinggi pada pembuangan air limbah yang kurang baik yaitu sebesar 15 (78.9%) dibandingkan pembuangan air limbah yang baik yaitu sebesar 5 (20.8%). Hasil uji statistik chi square didapatkan P.Value = 0.000 atau p < 0.05 yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pembuangan air limbah dengan kejadian diare balita. Hasil analisis menunjukkan nilai OR = 7.9 dan 95% CI (1.745-15.8) artinya pembuangan air limbah merupakan faktor risiko terjadinya diare balita. Responden dengan pembuangan air limbah yang kurang baik mempunyai risiko 7.9 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden dengan pembuangan air limbah yang baik di Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang (Wilyandari, 2011). Pengaruh Pengelolaan Sampah Dengan Penyakit Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian di atas, pendapat peneliti dalam penelitian ini bahwa masih tingginya angka kejadian penyakit diare pada balita yang terdapat di Puskesmas Cot Kuta dikarenakan keadaan sampah yang terdapat pada rumah penduduk masih belum dikelola dengan baik dilihat dari perlaku masyarakat yang masih menumpukkan sampah-sampah dalam waktu lama di sekitar rumah atau terdapat juga masyarakat yang membuang ke saluran-saluran air hingga badan air menjadi tergenang dan sampah terjadi pembusukan, sehingga sampah tersebut menjadi vaktor penyakit diare. Pengelolaan sampah merupakan bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah) dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat seperti teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, serta mempertimbangkan sikap masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009). Lebih lanjut Mubarak dan Chayatin (2009) mengatakan bahwa sampah pada saat ini merupakan masalah yang kompleks, karena semakin banyaknya sampah yang dihasilkan, beraneka ragam komposisinya, makin berkembangnya kota, terbatasnya dana yang tersedia dan masalah lainnya. Tahap pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan dan penyimpanan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan, pembakaran, dan dijadikan pupuk. Adapun metode yang tidak memuaskan adalah dengan cara pembuangan sampah secara terbuka (open dumping), pembuangan sampah ke dalam air (dumping in water) dan pembakaran yang dilakukan di rumah tangga. Pemukiman penduduk merupakan salah satu penghasil sampah terbesar yang berasal dari hasil kegiatan rumah tangga. Sampah yang tidak dikelola dengan baik atau membuang sampah sembarangan tempat, akan menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi sarang penyakit (Machfoedz, 2004). Penelitian yang dilakukan Karunia (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita di Desa Raja Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo. Proporsi kejadian diare balita lebih tinggi pada pengelolaan sampah yang kurang baik yaitu sebesar 50 (66.7%) dibandingkan pengelolaan sampah yang baik yaitu sebesar 6 (8.0%). Hasil uji statistik dengan chi square didapatkan P.Value = 0.000 atau p < 0.05 yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare balita. Hasil analisis menunjukkan nilai OR = 11,7 dan 95% CI (1.9-17.8) artinya pengelolaan sampah merupakan faktor risiko terjadinya diare balita. Responden dengan pengelolaan sampah yang kurang baik mempunyai risiko 491 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

11.7 kali mengalami kejadian diare balita dibandingkan responden dengan pengelolaan sampah yang baik di Desa Raja Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo (Karunia, 2013) 4. KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat pengaruh antara pembuangan air limabah dan pengelolaan sampah terhadap kejadian diare pada balita. Kepada Instansi terkait diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan penyuluhan dan informasi kesehatan kepada masyarakat, sehingga warga dapat terhindar dari gangguan kesehatan, khususnya diare. DAFTAR PUSTAKA Andriyani dkk. 2014. Studi Sanitasi Dasar pada Penderita Diare di Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung Tanah Kota Makasar. Jurnal. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Binder, H.J. 2004. Disorders of absorption. In: Harrisons Principles Internal Medicine. Ed: Wilson, Braunwald, Isselbacher, Petersdorf, Martin, Fauci, Root. 15th Ed. McGraw-Hill, New York, pp. 286-300. Budiarto, E. 2012. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. BPS. 2011. Statistik Daerah Provinsi Aceh 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. Banda Aceh. BPS. 2014. Statistik Kecamatan Suka Makmue 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Nagan Raya. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Dirjen PP dan PL. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi Revisi. Rajawali Pers. Dini. 2013. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2013. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UNAND. Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Adtya Bakti. Bandung. Hasan. 2007. 100 Macam Penyakit Akibat Polusi. CV. Makrifat. Bandung. Hastono, S.P. 2006. Basic Data Analysis for Health Research. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Iqbal dan Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. Kusnoputranto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Laporan Pukesmas Cot Kuta. 2015. Laporan Bulanan Kejadian Penyakit Diare Pada Balita tahun 2015 di Wilayah Pukesmas Cot Kuta Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Machfoedz, I. 2004. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Fitramaya. Yogyakarta. Karunia, Monika. 2012. Hubungan Personal Hygiene Ibu Dan Sarana Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa Raja Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Undana. Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Sander, MA. 2009. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Medika. Jurnal. Vol 2 (2): 163-171. Sanropie, Djasio, dkk. 1984. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK-TS). Departemen Kesehatan RI. 492 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

Setio. 2009. Cegah Dini Muntaber. Sunda Kelapa Pustaka. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Suwasono. 2008. Pedoman Kesehatan Masyarakat. CV Pamularsih. Susanti. 2007. Menuju Keluarga Sehat. Sunda Kelapa Pustaka. Soemirat, S. 2004. Kesehatan Lingkungan. UGM. Yogyakarta. Soeparman. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Kedokteran EGC. Jakarta 493 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)