BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan

BAB II KAJIAN TEORI. cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan landasan teori berkaitan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

ANALISIS ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SUPERNOVA EPISODE AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah karya sastra, seorang penulis langsung menggambarkan atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan perasaan terkait segala permasalahan

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Nurgiyantoro (2010: 10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya. Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita; pen.), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi salah satu unsur intrinsik, yakni perilaku tokoh. Selain itu, pengertian novel yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro lebih jelas dan mudah dipahami. 11

12 2. Tokoh Dalam pengkajian unsur-unsur fiksi sering ditemukan istilah tokoh dan penokohan, watak / karakter, dan penokohan.. perbedaan istilah-istilah tersebut perlu dipahami. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Aminuddin (2013: 79) peristiwa dalam karya sastra fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah orang atau pelaku yang ditampilkan dalam sebuah cerita atau karya sastra yang memiliki peranan yang sangat penting. Karena tanpa adanya tokoh dalam suatu cerita bisa dikatakan cerita tersebut tidak akan hidup dan tidak akan menarik untuk dibaca. Dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan setiap tokoh tidak sama. Ada tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh tambahan. Menurut Wellek dan Warren (2014: 288) tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal meliputi: 1. Berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, maka tokoh cerita dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang

13 diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya sebagai pelengkap saja. 2. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik. 3. Berdasarkan perwatakan, tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh bulat (compleks character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat tertentu saja. Sedangkan tokoh bulat atau tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki kompleksitas yang diungkap dari berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya (Wellek dan Warren, 2014: 288). Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan tersebut, tidak akan begitu saja secara serta merta hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan sarana yang memungkinkan kehadirannya. Sebagai bagian dari karya fiksi yang bersifat menyeluruh dan padu, dan mempunyai tujuan artistik, kehadiran dan penghadiran tokoh-tokoh cerita haruslah juga dipertimbangkan dan tidak lepas dari tujuan tersebut. Masalah penokohan dalam sebuah karya sastra tak semata-mata hanya berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, melainkan juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadiran secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan.

14 3. Penokohan Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut dengan penokohan. Boulton melalui Aminuddin (2013: 79) mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidup dan lain sebagainya. Pengkajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh disebut penokohan. Pengkajian tersebut dapat berupa pemberian nama yang menyiratkan arti, uraian pengarang secara ekspilisit mengenai tokoh, maupun percakapan atau pendapat tokoh-tokoh lain dalam cerita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang menggambarkan atau menampilkan tokoh dalam sebuah cerita. Penokohan menunjuk kepada penempatan tokoh-tokoh tertentu dan watak-watak tertentu pula dalam sebuah cerita. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam karya fiksi dibedakan ke dalam dua cara, yaitu pelukisan secara langsung dan pelukisan secara tidak langsung. Pelukisan secara langsung atau disebut juga dengan teknik analisis adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pelukisan tokoh secara tidak langsung adalah pengarang mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Watak atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap dari para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Adapun penokohan adalah

15 pelukisan gambaran jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam cerita. Tokoh dalam cerita sama halnya dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu. Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu haruslah hidup secara wajar mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga pembaca merasa seolaholah berhadapan dengan manusia sebenarnya. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencap masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2010: 165-166). Tokoh dan penokohan juga sangat penting dalam sebuah karya fiksi, karena merupakan salah satu unsur pembangun dalam sebuah cerita menjelaskan istilah tokoh menunjukkan pada orangnya atau lebih mengarah kepada siapakah tokoh utama dalam novel itu. Tokoh pastilah mempunyai sebuah watak dan karakter sebagai cara menempatkan tokoh dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Tokoh dalam cerita pasti juga mempunyai sebuah gambaran atau juga disebut dengan penokohan Jones (dalam Nurgiantoro 2010:167) menyatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh

16 tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Penggambaran tokoh dapat dengan melalui gambaran fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara bicaranya, jalan pikirannya dan dengan penggambaran melalui tokoh lain. Ketika istilah karakter digunakan tidak untuk mengacu pada seseorang dalam suatu karya sastra, biasanya hal tersebut mengacu pada keseluruhan ciri-cirinya, kepribadianya, perilaku terhadap hidup, kualitas spiritualnya, intelejensinya, bahkan bentuk fisiknya, dan moralitasnya Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.sikap dan watak tokoh berkembang, dengan demikian, akan mengalami perkembangan dan atau perubahan dari awal, tengah, dan akhir cerita, sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan. 4. Penggambaran Tokoh dalam Karya Fiksi Meskipun kata tokoh dan penokohan sering digunakan orang untuk menyebut hal yang sama atau kurang lebih sama, sebenarnya keduanya tidaklah mengacu pada hal yang sama persis. Kata tokoh menyaran pada pengertian orang atau pelaku yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi. Adapun penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh dapat pula

17 diartikan sebagai orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah cerita naratif atau drama, yang oleh pembaca ditampilkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam perbuatan (Abrams melalui Nurgiyantoro, 2010: 85). Dengan demikian, penokohan memiliki cakupan orang yang ditampilkan dalam sebuah cerita fiksi dan penggambarannya. Di samping kedua istilah di atas, sering pula digunakan kata watak dan perwatakan mengarah pada sifat dan sikap tokoh cerita. Watak lebih mengacu pada gambaran kualitas pribadi tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pelaku pelukisan rupa, watak atau pribadi tokoh dalam sebuah karya fiksi disebut perwatakan atau penokohan. Sedangkan karakterisasi, atau dalam bahasa Inggris characterization, berarti pemeranan, pelukisan watak. Ada dua cara yang lazim dipergunakan untuk menampilkan tokoh di dalam cerita, yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung. 5. Teori Motivasi Abraham Maslow Teori Abraham Maslow tentang motivasi dapat diterapkan pada hampir seluruh aspek kehidupan pribadi serta kehidupan sosial. Orang biasa dimotivasikan dengan serba kekurangan. Ia berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya akan rasa aman, rasa memiliki, rasa kasih sayang, penghargaan serta harga diri. Orang yang sehat terutama dimotivasikan oleh kebutuhan untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan serta kapasitaskapasitasnya secara penuh. Dengan kata lain, orang yang sehat terutama digerakkan oleh hasrat untuk mengaktualisasikan diri. Banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam

18 memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan (Maslow dalam Koeswara, 1986: 118). Maslow melukiskan manusia sebagai makhluk yang tidak pernah berada dalam keadaan yang sepenuhnya puas. Manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis dan naluriah. Bagi manusia, kepuasan itu sifatnya sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan-kebutuhan lainnya akan menuntut kepuasan. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan itu juga bersifat psikologis bukan semata-mata fisiologis. Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia adalah pembawaan, tersusun menurut tingkatan. Oleh Maslow (dalam Koeswara, 1986: 117-118) kebutuhan manusia yang tersusun bertingkat itu dirinci ke dalam lima tingkatan kebutuhan, yaitu 1. kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis, 2. kebutuhan akan rasa aman, 3. kebutuhan akan cinta dan memiliki, 4. kebutuhan akan harga diri, 5. kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan keberlangsungan hidup. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis yang dimaksud, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang

19 paling mendesak dan didahulukan pemuasannya oleh individu. Jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau tidak terpuaskan, individu tidak akan bergerak untuk bertindak memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi. Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan, dalam diri individu akan muncul kebutuhan yang dominan terhadap individu dan menuntut pemuasan akan kebutuhan rasa aman. Yang dimaksud oleh Maslow dengan kebutuhan akan rasa aman ini adalah suatu kehutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungan. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis, di lingkungan keluarga ataupun lingkungan kelompok masyarakat. Kebutuhan akan rasa harga diri dibagi menjadi dua kebutuhan, yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Bagian pertama kebutuhan harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Bagian kedua, penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian kedudukan, nama baik, serta penghargaan. Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam teori Maslow tentang motivasi pada manusia. Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri adalah hasrat untuk makin menjadi diri sepenuhnya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

20 Maslow membagi kebutuhan menjadi 2 yaitu: 1. kebutuhan order rendah : untuk kebutuhan yang dipenuhi secara eksternal (fisiologis serta keamanan dan keselamatan). 2. Kebutuhan order tinggi : kebutuhan yang terpenuhi secara internal dari dalam diri sendiri (kebutuhan sosial, penghargaan dan akutailisasi diri). Pada umumnya kebutuhan yang lebih rendah mempunyai kekuatan atau kecenderungan yang lebih besar untuk diprioritaskan. Namun bisa terjadi perkecualian, akibat sejarah perkembangan perasaan, minat, dan pola berfikir sejak anak-anak, orang yang kreatif lebih mementingkan ekspresi bakat khususnya alih-alih memuaskan dorongan sosialnya, orang memprioritaskan kebutuhan kepuasan self esteem di atas kebutuhan kasih sayang dan cinta, atau orang memprioritaskan nilainilai/idea tertentu dan mengabaikan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Perkecualian yang lain, kebutuhan itu tidak muncul berturutan dari rendah ke tinggi, tetapi kebutuhan yang lebih tinggi muncul lebih awal mendahului kebutuhan yang lebih rendah. Misalnya pada orang tertentu kebutuhan-esteem muncul lebih dahulu daripada kebutuhan cinta dan afeksi; dan mungkin pada orang tertentu kebutuhan kreatifnya mendahului kebutuhan lainnya. Jika orang tidak pernah kekurangan kebutuhan dasar mungkin mereka menjadi cenderung menganggap ringan kebutuhan itu, sehingga kebutuhan itu tidak menjadi motivator tingkahlakunya. Dia meloncat ke kebutuhan kasih sayang yang menjadi sangat kuat karena kedua orang tuanya sibuk-tidak mempunyai waktu untuk memberi perhatian dan cinta kepada anaknya. Baru ketika terjadi bencana, muncul kebutuhan fisiologis yang mungkin mereka tidak segera mampu menanganinya.

21 Dari sekian teori-teori motivasi dapat mengatakan bahwa individu dapat termotivasi hingga satu tingkat yang sangat ingin dia dapatkan dalam hidupnya. Meskipun karyawan secara dasar hanya menukarkan usaha untuk bayaran, keamanan, promosi dan sebagainya.. Akan tetapi peristiwa tersebut dapat dimasukkan dalam peristiwa atau teori afektif. Seorang indvidu bukanlah mesin yang mempunyai sifat yang dingin dan tidak berperasaan. Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya dalam kehidupannya. Perlu diperhatikan satu hal yang penting bahwa suatu tingkat motivasi berbeda antara seorang dengan orang lain dan dalam diri seorang pada waktu yang tidak sama atau berlainan. Terdapat perbedaan dalam motivasi yang ditunjukan oleh seorang dalam menghadapi suatu situasi tertentu, dibandingkan dengan cara orang lain dalam menghadapi situasi tersebut. Ada individu yang akan menunjukan suatu dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dengan waktu yang berbeda pula. Dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan daya pendorong yang dapat mengakibatkan seorang mau dan rela untuk melakukan atau mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau suatu keterampilan, tenaga dan waktunya untuk mendapatkan suatu tujuan hidupnya dan pencapaian yang diingingkan individu dalam hidupnya (Sondang, 1989 :137). Manusia merupakan makhluk yang punya keinginan dan jarang mencapai keadaan puas sepenuhnya kecuali untuk waktu yang singkat.