PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

2. Ruang Lingkup 3. Bilamana dilakukan Reklasifikasi

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENURUNAN NILAI AKTIVA TETAP PEMBANGKIT PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

Perbedaan PSAK dan SAK ETAP

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS)

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

BAB II LANDASAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dengan kekayaan atau harta yang

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

PSAK NO. 48 PENURUNAN NILAI ASET

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

Materi: 13. INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud)

LAMPIRAN. Lampiran 1.1 : Format Laporan Aktivitas Entitas akibat Perubahan Standar IFRS

ISAK 9/ IFRIC 1: PERUBAHAN ATAS KEWAJIBAN AKTIVITAS PURNA OPERASI, RESTORASI DAN KEWAJIBAN SERUPA

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

Measurement of assets and liabilities

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

FINANCIAL INSTRUMENT

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Tidak Berwujud

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat.

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Dalam Ekonomi Hiperinflasi

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

BAB II LANDASAN TEORI. dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi perusahaan dalam. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2010) mengemukakan :

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000)

DRAF EKSPOSUR PSAK 73 SEWA

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi laporan keuangan merupakan unsur penting bagi investor, kreditor

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR KIA III 2016 DAMPAK PENERAPAN IFRS TERHADAP PERPAJAKAN INDONESIA. oleh: Christine Tjen M.Int.Tax 10 Maret 2016

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

Investasi Stock. Pertemuan ke 7

PSAK 16 (Revisi 2007) Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: Tahun 2011 Tahun 2010

INCOME DAN PELAPORANNYA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran. Sebelum

ACCOUNTING UNDER IDEAL CONDITION

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

Asset (aktiva) 1. Definisi dan klasifikasi asset 2. Pengakuan dan pengukuran asset 3. Penyajian (pelaporan)

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemakainya demi kepentingan tertentu. Penyajian laporan keuangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK 13. Universitas Indonesia

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015

Laporan Laba Rugi dan Informasi Terkait

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

ABSTRACT. THE RECOGNITION AND INCOME MEASUREMENT BASED ON PSAK No.23 IN PT.MAIKO BARU SEMARANG. By: Ella Indryani B

Transkripsi:

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan metode depresiasi tidak mencerminkan perubahan nilai kini dari aset (Kvaal, 2005). Wiecek & Young (2009) menjelaskan tujuan penyajian sumber daya ekonomik di laporan posisi keuangan sebagai berikut, An entity s economic resources are presented on its statement of financial position as key information for users. The assumption in evaluating these assets is that they are reported on this statement as no more than the amount the entity can recover from their use or sale. Pernyataan di atas menyebutkan bahwa nilai aset yang dilaporkan dalam laporan keuangan diasumsikan tidak melebihi nilai aset yang dapat dipulihkan melalui pemanfaatan atau penjualan aset tersebut. Nilai jual aset atau nilai pemanfaatan aset yang lebih rendah dari nilai tercatat menunjukkan bahwa aset tersebut nilainya telah turun, atau dalam kata lain aset tersebut mengalami penurunan daya untuk menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomik di masa depan. Jika hal demikian terjadi, maka nilai tercatat aset harus diturunkan hingga sebesar nilai terpulihkannya (dicatat rugi penurunan nilai). Tujuan dari hal ini adalah agar nilai aset yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran sumber daya ekonomik yang dikuasai oleh entitas, sehingga informasi yang disajikan ini tidak menyesatkan (mislead) para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan. Pengertian Penurunan Nilai Aset Impairment secara singkat merupakan penurunan nilai aset (umumnya dilakukan uji impairment pada tahun selain revaluasi). Fokus pembahasan impairment di sini adalah menurut versi IFRS, bagian FASB hanya dijelaskan mengenai aturan singkatnya. Secara

umum impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat dikurangi dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya. Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat dilakukan. Impairment aset terjadi jika nilai tercatat aset melebih nilai yang dapat dipulihkan. Aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan dampak penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi. Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yg diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai. Rugi penurunan nilai didefinisikan dalam PSAK 48 (revisi 2009) sebagai, jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Aset dikelompokkan ke dalam unit penghasil kas jika aset tersebut tidak menghasilkan aliran kas secara independen. Jika keadaan berubah (pada umumnya kebalikan indikasi rugi penurunan nilai), rugi penurunan nilai untuk aset selain goodwill dapat dibalik (reversed). Tujuannya untuk mencerminkan peningkatan kembali daya dari aset. Akuntansi Untuk Impairment Aset Prosedur akuntansi penurunan nilai adalah: 1. Setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas harus mengukur nilai terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari nilai tercatat aset, maka entitas harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan mengakui kerugian penurunan nilai. Entitas memberikan pengungkapan yang memadai atas penurunan nilai tersebut. Entitas mempertimbangkan faktor ekternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor di luar entitas yang mengindikasikan dan mempengaruhi penurunan nilai aset seperti: penurunan nilai pasar aset yang sangat signifikan melebihi penurunan nilai akibat pemakaian atau berlalunya waktu, perubahan lingkungan seperti teknologi, ekonomi, teknologi, suku bunga pasar dan lingkup operasi entitas. 2. Setelah ditemukan indikasi penurunan nilai, maka selanjutnya adalah menentukan nilai terpulihkan. Entitas harus menghitung nilai wajar aset dan biaya penjualan aset dan nilai pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak harus tersedia semuanya. Jika salah satu nilai lebih besar dari nilai tercatat, maka tak perlu dilakukan proses penurunan nilai berikutnya. Dalam kondisi lain, nilai pasar aset sulit dilakukan karena tidak ada dasar untuk

menentukan nilai pasar. Entitas dapat menggunakan nilai pakai sebagai nilai terpulihkan. Namun sebaliknya jika entitas tidak meyakini nilai pakai aset, maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan digunakan sebagai nilai terpulihkan. Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut. Contoh biaya penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya pemindahan, biaya tambahan untuk menjadikan aset dalam keadaan siap dijual. Namun biaya pemutusan hubungan kerja dan biaya terkait reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan bagian dari biaya penjualan. Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan akan diperoleh entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai langkah yang harus dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut. 3. Menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai atau tidak dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Jika nilai tercatat lebih rendah dari nilai terpulihkan, aset tak mengalami penurunan nilai. Entitas akan mengakui penurunan nilai sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset akan disesuaikan atau diturunkan nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan. Entitas harus mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan. Contoh Kasus : Mulan co. membeli gedung 5 tahun silam $600,000 usia 20 tahun, depresiasi garis lurus. BV gedung $450,000. Value in use aset untuk 15 tahun mendatang adalah $237,950 dan NRV aset saat ini adalah $220,000. Recoverable Amount yang digunakan adalah yang lebih tinggi antara value in use dan NRV. Maka Carrying Value > Recoverable Amount = $450,000 > $237,950 Accum. Dep. - Building (30,000 x 5th) $150,000 Loss on Impairment ($450,000-237,950) $212,050 Building ($600,000-237,950) $362,050 *Terdapat jurnal alternatifnya Loss on impairment $212,050 Building $212,050

atau Loss on Impairment $212,050 Accum. Depr.-Building $212,050 Permasalahan dalam Impairment Aset Permasalahan impairment adalah masalah lama yang diakui telah merupakan satu dari ketidaksempurnaan akuntansi keuangan. Impairment diakui menjadi penting jika mengingat bahwa perubahan ekonomi dewasa ini sangat cepat yang membuat berbagai aset begitu cepat kehilangan kemampuannya untuk menutupi nilai perolehannya. Jatuhnya harga komoditas perkebunan, kemajuan teknologi informatika yang membuat usang pabrik, peralatan dan paten serta lisensi, serta perubahan cepat selera konsumen atau penurunan nilai mata uang yang drastis membuat impairment atas aset sangat dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan. Akan tetapi, impairment telah dipraktikkan dengan tidak konsisten, dan justru aturan mengenai konsistensi ini telah dihindari oleh penyusun standar. Oleh karena itu, sampai sekarang impairment menghadapi permasalahan. Pada intinya permasalahan mengenai standar, setidaknya menurut (Schuetze, 1987) adalah mencakup ketidak jelasan pedoman dan ketidakkonsistenan. Ketiadaan pedoman mengenai impairment sudah diakui secara terus terang pada tahun 1977, misalnya oleh FASB dalam Statement 19, Financial Accounting and Reporting by Oil and Gas Producing Companies, yang menyatakan bahwa pertanyaan tentang apakah menurunkan nilai berjalan dari aset produktif ke jumlah yang diharapkan dapat ditutupi untuk penggunaan di masa depan masih belum diatur dalam prinsip akuntansi. Dengan mengingat aturan dalam SFAS 144, permasalahan yang dikemukakan oleh Schuetze tentang praktik impairment yang masih relevan adalah antara lain: a) Haruskah penurunan nilai diwajibkan jika ada kesempatan bagi aset untuk memulihkan keadaannya atau hanya pada saat impairment bersifat permanen? b) Bagaimana membedakan dengan meyakinkan antara impairment yang permanen dengan yang sementara? c) Bagaimana memisahkan aset individual yang ter-impair dari aset-aset lain dalam suatu unit operasional? d) Apakah penambahan nilai dapat diperkenankan bagi aset yang tidak terimpair? Alternatif pengukuran yang tersedia adalah termasuk penggunaan nilai wajar, nilai pengganti, arus

kas masa depan yang tidak didiskontokan, dan arus kas masa depan yang didiskontokan dengan menggunakan berbagai alternatif tingkat bunga. Keragaman ini telah memungkinkan praktik penurunan nilai yang berbeda pula, antara lain dengan cara: a) penurunan nilai atas aset yang masih dipelihara, baik yang menganggur maupun masih dipakai, b) penurunan nilai dengan menggunakan probabilitas, c) penurunan nilai yang didasarkan atas pengujian pengurangan manfaat. Penurunan nilai itu sendiri dilakukan secara beragam juga, antara lain dengan: a) menggunakan nilai bersih yang dapat direalisasikan, b) arus kas masa depan yang tidak didiskontokan, c) penghitungan nilai sekarang arus kas masa depan d) kombinasi cara-cara di atas. Selain itu Schuetze juga mengemukakan bahwa ketidakkonsistenan penerapan impairment telah terjadi dalam hal pemilihan keadaan yang membenarkan atau menuntut penurunan nilai. Contoh Kasus Impairment Aset Penurunan Nilai Aset Rugikan Medco Penurunan nilai aset telah membuat pencatatan laba PT Medco Energi Internasional menurun. Hal tersebut terungkap dalam laporan keuangan semester pertama Medco yang mencatatkan kerugian sebesar USD 3,87 juta sepanjang semester pertama tahun ini. Padahal, pada tahun sebelumnya, Medco berhasil membukukan keuntungan sebesar USD 12,8 juta. Pada semester pertama tahun ini, Medco telah membukukan penjualan dan pendapatan usaha lainnya sebesar USD 554,3 juta atau lebih rendah dibanding pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya. "Penurunan ini disebabkan selama tahun buku 2012, MedcoEnergi sudah tidak lagi memasukkan pendapatan usaha dari penjualan tenaga listrik, yang sudah tidak dikonsolidasikan sejak tahun 2012," ujar Sekretaris Perusahaan Medco, Imron Gazali dalam siaran persnya kepada merdeka.com, Jumat (28/9). Sementara untuk penjualan bersih untuk minyak dan gas sebesar USD 428,2 juta, naik tipis dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar USD 422,9 juta.

Imron mengatakan kenaikan tersebut disebabkan oleh harga rata-rata penjualan minyak yang mencapai USD 120,77 per barel selama paruh pertama. Sementara laba kotor Medco telah mencapai USD 203,4 juta atau naik 11,5 persen dibandingkan tahun lalu. Pada tahun ini, Medco mengalami kerugian atas penurunan nilai aset yang diperbaharui sebesar USD 9,13 juta. Selain itu, perseroan juga mengalami kerugian nilai tukar sebesar USD 449.843 akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD.