KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Direktorat Jenderal Perkebunan

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

BAB II RENCANA STRATEJIK

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN KINERJA (LKJ)

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

Program Pembangunan Perkebunan 2018

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

2

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI LAHAN GAMBUT

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Perkebunan

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH KEMENTERIAN PERTANIAN

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN DIREKTORAT JENDERAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

, ,56 99, , ,05 96,70

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN). Laporan Kinerja Instansi yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi/organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Oleh karena itu Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan disusun dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Pada Bulan Maret 2015 telah disyahkan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan dokumen pernyataan kinerja antara Menteri Pertanian dan Direktur Jenderal Perkebunan untuk mewujudkan target kinerja meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan yang meliputi 7 (tujuh) kegiatan utama yaitu: (1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar; (2) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim; (3) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penyerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp.3.567.602.932.924,- atau mencapai 79,33% dari total pagu anggaran sebesar Rp.4.497.268.026.000,- dengan capaian fisik seluruhnya 86,97%. Capaian keuangan per kegiatan utama secara berurutan adalah kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,65%, kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 88,98%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 87,63%, kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 86,73%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 82,15%, kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 78,03%, dan kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar 63,70% Dokumen Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip.19560728 198603 1 001 i

Kementerian Pertanian IKHTISAR EKSEKUTIF ini dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Laporan ini disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Per Men-PAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tujuan: (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin pertanian serta pembangunan kebun sumber benih tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah ii

Kementerian Pertanian penyegar; (2) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada lahan-lahan eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan lokal, kebutuhan pengembangan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi antar sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi, agroekosistem, sosial, pasar dan pengembangan/ potensi berkelanjutan; (3) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada pekebun dalam mendorong usaha agribisnis perkebunan dibudidayakan melalui sistem budidaya perkebunan yang baik, berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida); (4) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan kelompok petani tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar melalui pelatihan penumbuhan kebersamaan/ dinamika kelompok, pelatihan penguatan kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan serta kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, pascapanen dan perlindungan perkebunan; (5) Memfasilitasi penyediaan/ pengadaan alat pascapanen tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi; (6) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan; (7) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan iii

Kementerian Pertanian berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan; (8) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas; (9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-energy, sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste management. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, yang difokuskan pada peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan (tebu, kapas, tembakau nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, cengkeh, teh, pala, sagu dan kemiri sunan). Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumberdaya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala prioritas tersebut pada tahun 2015 Strategi Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 dalam pencapaian 6 iv

Kementerian Pertanian sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 diantaranya meliputi: 1) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) strategi peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 4) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 5) strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; dan 6) strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun. Pengukuran Kinerja berdasarkan capaian kinerja tingkat nasional di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama enam tahun terakhir (2010-2015), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,39%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, keterlibatan tenaga kerja di sektor perkebunan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang mencapai 2,50%. Neraca perdagangan untuk komditi perkebunan yang sedikit peningkatan sebesar 0,73% dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,17% per tahun. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan v

Kementerian Pertanian produktivitas tanaman perkebunan, selama 6 tahun (2010-2015) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,21% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 41,67 juta ton pada tahun 2015. Bila dibandingkan dengan target Renstra sesuai Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 bahwa capaian produksi 16 komoditas unggulan mencapai 41,67 juta ton dari target sebesar 42,69 juta ton atau mencapai 97,59%. Namun meningkat menjadi 103,47% bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 40,27 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,47%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019, maka capaian tahun 2015 mencapai 83,01%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2015 yang nilainya 23,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 135,67%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 1,45% atau mencapai 101,45% dari 23,27 juta hektar menjadi 23,60 juta hektar untuk tahun 2015. Terhadap target Renstra 2015-2019 yang besarnya 18,29 juta ha, maka kinerja tahun 2015 sudah mencapai 129,09%. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2015 mendapat alokasi anggaran awal (refocusing) pada bulan Maret 2015 sebesar Rp.1.585.459.690.000,-. Pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp.4.754.153.234.000,-. Kemudian dilakukan revisi ke 2 dengan vi

Kementerian Pertanian pengurangan anggaran untuk kegiatan tanaman pangan pada tanggal 10 Juli 2015 terhadap total alokasi pengelolaan anggaran, sehingga menjadi sebesar Rp.4.505.279.599.000,-. Pada tanggal 28 Agustus 2015 dilakukan revisi ke 3 karena adanya penambahan dana menjadi sebesar Rp.4.509.268.026.000,-. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2015 dilakukan revisi ke 4 dengan pengurangan anggaran sebesar Rp.12.000.000.000,- untuk membayar kenaikan tunjangan kinerja pegawai di Kementerian Pertanian sehingga total anggaran menjadi sebesar Rp.4.497.268.026.000,-. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp.3.567.602.932.924,- dari total pagu sebesar Rp.4.497.268.026.000,- atau keuangan mencapai 79,33% dengan capaian fisik seluruhnya 86,97%. Capaian kinerja per kegiatan utama secara berurutan adalah kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,65%, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 88,98%, Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 87,63%, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan sebesar 86,73%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 82,15%, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar 78,03%, dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar 63,70%. Pada Tahun 2015 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh 88 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker vii

Kementerian Pertanian UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (33 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (50 satker). Capaian kinerja pada triwulan IV cukup mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III. Jika dilihat dari satker yang masuk kategori sangat berhasil yaitu meningkat 26,14% dari 8 satker menjadi 23 satker, untuk yang berhasil meningkat 56,82% dari 7 satker menjadi 50 satker, cukup berhasil juga meningkat 13,64% dari 11 satker menjadi 12 satker dan kurang berhasil turun menjadi 3,41% yaitu dari 62 satker menjadi 3 satker. No. Satker Sangat berhasil Berhasil Cukup berhasil Kurang berhasil 1. Pusat 0 0 1 0 2. Balai/UPT 2 2 0 0 3. Provinsi 4 19 8 2 4. Kabupaten/kota 17 29 3 1 Total 23 50 12 3 Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2017. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015 secara umum adalah pengadaan barang dan jasa, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan terlambatnya penyediaan benih dan koordinasi yang belum optimal. Permasalahan tersebut dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik, sehingga kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. viii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Organisasi... 4 1.3. Aspek Strategis Organisasi... 16 1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Global... 16 1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian... 17 1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perkebunan... 18 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 20 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 2019... 20 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 23 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 24 2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 25 2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 28 2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 29 2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan ix

Tahun 2015-2019... 33 2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-2019... 37 2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 41 2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019... 42 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015... 48 2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015... 49 2.3. Perjanjian Kinerja... 55 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 64 3.1. Pengukuran Kinerja... 64 3.1.1. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes)... 67 3.1.1.1. Produksi... 69 3.1.1.2. Produktivitas... 71 3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs)... 72 3.1.2.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Nasional... 72 3.1.2.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Yang Dibiayai APBN... 74 3.1.2.2.1. Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar... 74 3.1.2.2.2. Direktorat Tanaman Semusim.. 77 3.1.2.2.3. Direktorat Tanaman Tahunan.. 79 3.1.2.2.4. Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha... 83 3.1.2.2.5. Direktorat Perlindungan Perkebunan... 84 x

3.1.2.2.6. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan... 88 3.1.2.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)... 89 3.2. Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2015... 93 3.2.1. Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes)... 93 3.2.1.1. Produksi... 93 3.2.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja 2015... 94 3.2.1.1.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014... 95 3.2.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 96 3.2.1.2. Produktivitas... 97 3.2.1.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2015... 97 3.2.1.2.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014... 99 3.2.1.2.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 99 3.2.2. Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran (Outputs)... 100 3.2.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2015... 100 3.2.2.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014... 102 xi

3.2.2.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019... 102 3.3. Akuntabilitas Keuangan... 103 3.3.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2015... 104 3.3.1.1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar... 105 3.3.1.2. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman semusim... 110 3.3.1.3. Peningkatan Produksi dan Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan... 113 3.3.1.4. Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha... 118 3.3.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 122 3.3.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya... 126 3.3.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan... 128 3.3.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun 2015... 130 3.3.3. Penilaian Kinerja Per Satker Tahun 2015... 134 3.3.3.1. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan (PKTw)... 135 3.3.3.1.1. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan I Tahun 2015.... 135 3.3.3.1.2. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan II Tahun 2015... 136 xii

3.3.3.1.3. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan III Tahun 2015.... 137 3.3.3.1.4. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan IV Tahun 2015... 138 3.3.3.2. Hasil Penilaian Kinerja Tahunan (PKTh)... 139 3.4. Permasalahan dan rencana Tindak Lanjut... 140 3.4.1. Permasalahan... 141 3.4.1.1. Administrasi... 141 3.4.1.2. Teknis... 143 3.4.1.2.1. Perencanaan... 143 3.4.1.2.2. Pengorganisasian... 144 3.4.1.2.3. Pelaksanaan... 145 3.4.1.2.4. Pengawasan... 147 3.4.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian... 148 3.4.2.1. Administrasi... 148 3.4.2.2. Teknis... 149 3.4.2.2.1. Perencanaan... 149 3.4.2.2.2. Pengorganisasian... 150 3.4.2.2.3. Pelaksanaan... 151 3.4.2.2.4. Pengawasan... 153 BAB IV PENUTUP... 155 4.1. Kesimpulan... 155 4.2. Saran Rekomendasi... 159 xiii

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produk- si dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelan- jutan Tahun 2015-2019... 36 Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015... 57 Tabel 3 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2015... 66 Tabel 4 : Perkembangan Produksi Komoditas perkebunan Tahun 2010-2015... 70 Tabel 5 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2010-2015... 71 Tabel 6 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2010-2015... 73 Tabel 7 : Capaian Kinerja Produksi Tahun 2015... 95 Tabel 8 : Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2015... 98 Tabel 9 : Capaian Kinerja Luas Areal Perkebunan Tahun 2015.. 101 Tabel 10 : Realisasi Serapan Keuangan Per Kegiatan Utama Tahun 2015... 105 Tabel 11 : Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2015... 110 Tabel 12 : Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Tahun 2015... 113 xiv

Tabel 13 : Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Tahun 2015... 117 Tabel 14 : Output Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen Dan Pembinaan Usaha Tahun 2015... 118 Tabel 15 : Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2015... 126 Tabel 16 : Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Tahun 2015... 127 Tabel 17 : Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan tahun 2015... 129 Tabel 18 : Satker Provinsi Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah... 131 Tabel 19 : Satker Kabupaten/Kota Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah... 132 xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pengukuran Kinerja Outcomes Tahun 2015 (Berdasarkan Dari RKT/Renstra)... 161 Lampiran 2 : Capaian Kinerja Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 (Berdasarkan Dari RKT/Renstra)... 163 Lampiran 3 : Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015... 167 Lampiran 4 : Rekapitulasi Realisasi Anggaran Triwulan IV Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015... 189 xvi

Kementerian Pertanian BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi kegenerasi. Pada tahun 2015-2019, sub sektor perkebunan masih menjadi sub sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalam penyumbang PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai, pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca serta berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan 1

berbagai kontribusi sub sektor perkebunan tersebut maka segala bentuk usaha budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana prasarana input produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan. Undang-Undang nomor 39 tahun 2014 yang diterbitkan pada tanggal 17 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan. Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan. 2

Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal perencanaan dan penganggaran diamanatkan mengikuti pembagian kewenangan pusat dan daerah sesuai UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan. Undang-undang tersebut memasukkan bidang-bidang terkait sub sektor perkebunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah seperti tenaga kerja, statistik, pemberdayaan masyarakat dan desa, pangan, lingkungan hidup dan pertanahan sebagai urusan wajib yang tidak terkait pelayanan. lmplikasi penetapan urusan pertanian sebagai urusan pemerintah bersifat pilihan khususnya sub sektor perkebunan yang memiliki kekhasan komoditas sesuai potensi unggulan daerah adalah akan membuka peluang negosiasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk menentukan pembagian kewenangan sub sektor perkebunan yang tepat dan disesuaikan dengan kebijakan program, anggaran dan regulasi yang efektif dan efisien. Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah, maka diperlukan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang memadai. Penyusunan Laporan Kinerja (LAKIP) didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 3

yang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan dalam penyusunannya mengacu pada yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II Perencanaan Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja yang meliputi: (a) Capaian Kinerja Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dengan melakukan analisis capaian kinerja; (b) Realisasi Anggaran yang digunakan dan telah digunakan sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran-lampiran. 1.2. Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 14 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian yang menjadi nomenklatur organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan yang baru. Namun peraturan yang baru tersebut belum bisa dilaksanakan karena belum ada uraian tugas dan fungsi terhadap struktur organisasinya. Oleh karena itu program dan kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Perkebunan masih menggunakan Peraturan Menteri Pertanian 4

Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian (lama). Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perkebunan. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; dan 5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Tanaman Semusim, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 5

1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama di bidang perkebunan; b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik; d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang perkebunan; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Perkebunan. 2) Direktorat Tanaman Semusim, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman semusim. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Semusim menyelenggarakan fungsi: 6

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan, sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman semusim; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim. 3) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman rempah dan penyegar. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar menye-lenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta 7

pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Rempah dan Penyegar. 4) Direktorat Tanaman Tahunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman tahunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; 8

b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan. 5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah 9

dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; c. Penyusunan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan. 6) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; b. Pelaksanan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan 10

perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. 7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan /OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBP2TP Surabaya, BBP2TP Medan, dan BBP2TP Ambon. yang statusnya setara Eselon II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a. Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktur Tanaman 11

Tahunan, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Tugas pokok BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional; b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika; c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas; d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas; 12

e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar; f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi; g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee fest); h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting; l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan; 13

p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida; r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Besar. Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; 14

d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; i. Pelaksanaan pengujian dandan pemanfaatan pestisida nabati; j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai. 15

1.3. Aspek Strategis Organisasi Mencermati isu-isu strategis sebagaimana diungkapkan dalam Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang meliputi bidang ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, kesejahteraan rakyat, kewilayahan dan kedaerahan serta bidang politik, hukum, pertahanan dan keamanan, maka tantangan kedepan yang akan dihadapi dalam membangun perkebunan secara garis besar dikelompokkan menjadi 1) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup global; 2) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sektor pertanian dan 3) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan. 1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Global Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan kedepan dalam ruang lingkup global terutama berkaitan dengan liberalisasi pasar global yang dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Liberalisasi perdagangan global (implikasi pertemuan WTO, APEC, G20 dan kerjasama bilateral/multilateral/regional lainnya) 2. Kondisi perekonomian global yang menimbulkan gejolak harga dunia (implikasi negatif era pasar bebas ASEAN/AEC 2015) 3. Tuntutan terhadap atribut mutu/kualitas produk (implikasi dari tuntutan daya saing komoditas) 16

4. Perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT) 5. Dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup (implikasi terhadap pembangunan perkebunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan) 6. Tingginya tingkat permintaan akibat ledakan jumlah penduduk dan urbanisasi (implikasi terhadap ketersediaan bahan baku) 7. Aspek distribusi/pengangkutan dan pemasaran (implikasi dari globalisasi produksi dan pasar) 1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan kedepan dalam ruang lingkup sektor pertanian terutama berkaitan dengan kondisi pertanian secara umum dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun) 2. Penurunan minat generasi muda terhadap budidaya pertanian/ perkebunan (implikasi terbatasnya sumber daya insani (SOl) pertanian/perkebunan) 3. Kondisi permodalan dan akses kredit usaha (implikasi pengembangan usaha agribisnis pertanian/ perkebunan) 17

4. Dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana pertanian/ perkebunan (implikasi terhadap daya dukung usaha agribisnis pertanian/ perkebunan) 5. Penurunan kehilangan hasil (implikasi penanganan pascapanen yang baik) 6. Kecukupan pangan bergantung impor (implikasi kebijakan ketahanan dan kedaulatan pangan) 7. Desentralisasi pengembangan pertanian/ perkebunan (implikasi dari pemusatan pembangunan pertanian/ perkebunan di Pulau Jawa) 8. Tuntutan atas penerapan otonomi daerah (implikasi terhadap pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota) 9. Ketidaksinambungan kebijakan/ regulasi serta koordinasi lintas sektoral dan daerah (implikasi tumpang tindih kebijakan/ regulasi lintas sektor) 1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perkebunan Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan kedepan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat diklasifikasikan yaitu: 18

1. Ketersediaan benih dan sarana produksi (implikasi peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan) 2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan (implikasi permasalahan umum sumber daya lahan berkelanjutan) 3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan) 4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua dan tanaman dengan produktivitas rendah) 5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (implikasi dari pemberlakuan ISPO) 6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah) 7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan, kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi) 19

Kementerian Pertanian BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Berdasarkan perencanaan yang telah disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 sesuai amanat Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019. Arah kebijakan umum pembangunan nasional tahun 2015-2019 adalah 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; 2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9 Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan 20

perkebunan tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan. Selain itu agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah tertinggal dan daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam kerangka negara kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan diprioritaskan Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan sistematik. Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustry adalah peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula rumah tangga dan industri rumah tangga. Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16 komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 21

tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura serta Keputusan Menteri Pertanian nomor 3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program peningkatan produksi dan produktivitas dengan implementasi kegiatan seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih dalam tahap inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen. Perkebunan yang diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) yang meliputi penyediaan benih/ varietas unggul, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun induk, kebun entres dan lain-lain), pengendalian OPT, penanganan pascapanen, pemberdayaan pekebun, peningkatan kapasitas sumber daya insani (SDI) dan penguatan kelembagaan. Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 yang selaras dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah mendukung: 1) pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan 22

produksi gula nasional; 2) peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan yang difokuskan pada pengembangan komoditas sagu dalam rangka penganekaragaman pangan perkebunan, kegiatan integrasi tanaman perkebunan dan ternak, pengembangan kegiatan tumpang sari dengan komoditas tanaman pangan/hortikultura/ perkebunan lainnya dan pemanfaatan tanaman sela; 3) peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan yang difokuskan pada pengembangan produk segar dan olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan; 4) pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry dengan fokus pengembangan komoditas kelapa sawit baik melalui peningkatan produksi dan produktivitas maupun melalui kegiatan integrasi tanaman dan ternak serta penyediaan benih kemiri sunan; 5) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik dengan menerapkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, integritas/komitmen, kejujuran, konsistensi dan bebas KKN di lingkungan organisasi Ditjen. Perkebunan; dan 6) peningkatan pendapatan keluarga pekebun yang merupakan resultan dari pencapaian sasaran strategis lainnya. 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Dalam rangka mendukung Visi Pembangunan Nasional tahun 2015-2019 yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong" dan Visi Kementerian 23

Pertanian tahun 2015-2019 yaitu terwujudnya sistem pertanian bioindustry berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumber daya lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Visi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu "Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan pekebun dan memperkokoh fondasi sistem pertanian bio-industry berkelanjutan". 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar secara berkelanjutan. 2) Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan. 3) Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan dengan baik dan berwawasan lingkungan. 4) Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani. 24

5) Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen tanaman perkebunan secara berkelanjutan. 6) Menyediakan fasilitasi bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konfik perkebunan. 7) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. 8) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan. 9) Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan komoditas perkebunan. 2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan pembangunan pertanian pada periode jangka menengah tahun 2015-2019, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang akan dicapai sesuai dengan penetapan Visi, Misi serta tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut : 1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan 25

bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin pertanian serta pembangunan kebun sumber benih tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar. 2) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada lahan-lahan eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan lokal, kebutuhan pengembangan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi antar sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi, agroekosistem, sosial, pasar dan pengembangan/ potensi berkelanjutan. 3) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada pekebun dalam mendorong usaha agribisnis perkebunan dibudidayakan melalui sistem budidaya perkebunan yang baik, berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida). 4) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan kelompok petani tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar melalui pelatihan penumbuhan kebersamaan/dinamika kelompok, pelatihan penguatan kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan serta kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, pascapanen dan perlindungan perkebunan. 26

5) Memfasilitasi penyediaan/ pengadaan alat pascapanen tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi. 6) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan. 7) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan. 8) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas. 9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bioenergy, sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste management. 27

2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Dalam rangka mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional tahun 2015-2019 dan kebijakan Kementerian Pertanian tahun 2015-2019, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019. Arah kebijakan pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang ditetapkan menjadi Arah Kebijakan Umum dan Arah Kebijakan Khusus. Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, sedangkan arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019. Implementasi dukungan Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 dalam pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 diantaranya meliputi: 1) pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 4) pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem 28

pertanian bio-industry; 5) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; dan 6) peningkatan pendapatan keluarga pekebun. 2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Dalam RPJMN tahun 2015-2019 ditetapkan 9 agenda prioritas NAWACITA yang menunjukkan sasaran prioritas pembangunan nasional dalam mewujudkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang menjadi tupoksi Ditjen. Perkebunan adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan dengan sasaran produksi gula tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain itu agenda prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan dengan sasaran produksi tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit sebesar 36,42 juta ton CPO; komoditas karet sebesar 3,81 juta ton karet kering; komoditas kakao sebesar 961 ribu ton biji kering; komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton daun kering; komoditas kopi sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan komoditas kelapa sebesar 3,49 juta ton setara kopra. Sasaran pokok pembangunan nasional tersebut dijabarkan lebih lanjut kedalam 6 (enam) Sasaran Strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 yang meliputi: 29

1) Swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi daging dan gula. 2) Peningkatan diversifikasi pangan. 3) Peningkatan komoditas bernilai tambah, berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor. 4) Penyediaan bahan baku bio-energy dan bio-industry. 5) Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik. 6) Peningkatan pendapatan keluarga petani. Keenam sasaran strategis Kementerian Pertanian tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan arah pembangunan pertanian sebagaimana tercantum dalam dokumen Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun 2013-2045. Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis nasional dan sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019, sesuai tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan sasaran strategisnya untuk periode 2015-2019 yang difokuskan pada peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan. Strategi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap pencapaian arah dan kebijakan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan. Strategi pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang dapat dibagi menjadi Strategi Umum dan Strategi Khusus. 30

Strategi umum dirumuskan dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, sedangkan strategi khusus adalah strategi pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019. Strategi Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 dalam pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 diantaranya meliputi: 1) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) strategi peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 4) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 5) strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; dan 6) strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun. Strategi umum pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah: 1) Strategi pengembangan komoditas perkebunan strategis; 2) Strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan unggulan nasional; 3) Strategi pengembangan sumber daya insani perkebunan (SDI); 4) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 31

5) Strategi pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan; 6) Strategi pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha perkebunan; 7) Strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup; 8) Strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan perkebunan; 9) Strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik pembangunan perkebunan; 10) Strategi penguatan tata ketota kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi sebagai dasar petayanan prima; Strategi khusus pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah: 1) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) Strategi peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas perkebunan; 4) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 5) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; 6) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun. 32

2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Pembangunan perkebunan saat ini dan dimasa yang akan datang menghadapi tantangan yang cukup berat baik dalam tataran liberalisasi perdagangan global maupun lingkup regional, terutama memasuki era AEC (Asean Economic Community) tahun 2015. Tuntutan pembangunan perkebunan di era AEC adalah bagaimana strategi pengembangan komoditas perkebunan yang berkelanjutan, berdaya saing baik kuantitas maupun kualitas dan ramah lingkungan serta mampu memecahkan masalah kesenjangan ekonomi (kemiskinan dan pengangguran). Selain itu bagaimana masalah pemerataan pembangunan perkebunan dan kesejahteraan pekebun perlu benarbenar menjadi prioritas program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019. Keberhasilan pembangunan perkebunan di era AEC yang penuh persaingan ini tidak hanya memerlukan "keterpaduan" seluruh potensi sumber daya (SDI dan SDA) yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan tetapi yang justru lebih penting adalah bagaimana "kebersamaan dan keterbukaan" dari para stakeholder Pusat-Daerah dan masyarakat pekebun dalam menjaga "kedaulatan dan kemandirian" NKRI ditengah serbuan investasi asing dan produk-produk negara lain sehingga diperlukan pengamanan pasar domestik yang "berefisiensi keadilan" dan berbasis "kearifan lokal" untuk meningkatkan daya saing dan penguatan ekspor komoditas perkebunan agar mampu mencapai tujuan "kebermanfatan dan keberlanjutan" bagi perekonomian nasional dan "kelestarian lingkungan hidup". 33

Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan nomor SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas nomor 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indicator kinerja unit Eselon II adalah output. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian menyatakan bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas "menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya". Dalam menjalankan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, 34

pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan; 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri. 35

Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan" dengan 2 Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu 1) laju peningkatan produksi tanaman tebu dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019, disajikan pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan tahun 2015-2019 Target IKP per tahun No. Indikator Rata- rata 2015 2016 2017 2018 2019 1. Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78 2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49 Sumber: Ditjen. Perkebunan, 2015. Pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan produksi tanaman tebu diproyeksikan selama tahun 2015-2019 sebesar 7,78%, sedangkan rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya diproyeksikan selama tahun 2015-2019 sebesar 5,49%. Untuk mencapai proyeksi tersebut, program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 lebih diprioritaskan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman unggulan perkebunan melalui intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi 36

dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan petani dan penguatan kelembagaan, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas. Fasilitasi dan pembinaan baik dukungan kegiatan, pembinaan/ pengawalan/pendampingan, regulasi dan pendanaan didaerah perlu didukung oleh Pemerintah Daerah setempat melalui SKPD yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota terhadap komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing masing selain dukungan terhadap pengembangan 16 komoditas unggulan perkebunan yang ditetapkan dalam Renstra ini yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Tebu dan Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam. 2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-2019 NAWACITA sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 mengamanatkan Kementerian Pertanian untuk berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap pencapaian sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri tahun 2015-2019. Dari Agenda Prioritas NAWACITA sebagaimana diketahui yang dijabarkan lebih lanjut kedalam kegiatan prioritas dimana Ditjen. Perkebunan mendapat amanat untuk melaksanakan kegiatan prioritas tahun 2015-2019 sebagai berikut: 37

1) Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan Sasaran kegiatan prioritas ini adalah tercapainya 150 desa pertanian pertanian organik berbasis komoditas perkebunan yang berhasil tersertifikasi sampai dengan tahun 2019 oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi. Berdasarkan hal tersebut, mulai tahun 2016, Ditjen. Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini pada tahap awal dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman perkebunan organik sampai dengan fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada lahan perkebunan tertentu. 2) Perluasan areal perkebunan 150.000 hektar di lahan kering Perluasan areal perkebunan di lahan kering bertujuan untuk mengembangkan komoditas perkebunan dilahan-lahan bukaan baru yang sesuai dengan agroekosistemnya dan dilahan-lahan sub optimal. Komoditas perkebunan yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2019 seluas 150.000 hektar adalah komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada, pala, tebu, jambu mete, karet, kelapa, kelapa sawit dan kemiri sunan. 3) Pengembangan food estate Pengembangan food estate bertujuan untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan/sentra pangan berbasis komoditas pertanian dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Pengembangan food estate dilaksanakan di daerah yang 38

belum dapat dikategorikan sebagai daerah lumbung-lumbung pangan dan belum secara mandiri memenuhi pangan masyarakatnya. Pelaksanaan food estate bersamaan dalam mendukung kegiatan pengembangan 1 juta hektar kawasan pangan Merauke dan pengembangan rice estate dengan di provinsi Kalimantan Barat (8 Kabupaten/Kota) seluas 120.000 hektar; provinsi Kalimantan Tengah (14 Kabupaten/Kota) seluas 180.000 hektar; provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Bulungan) seluas 10.000 hektar dan provinsi Maluku (Kab. Kepulauan Aru) seluas 190.000 hektar. 4) Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan Sasaran kegiatan ini adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat pada areal eksisting dan perluasan areal perkebunan kelapa sawit seluas 1 juta hektar di perbatasan negara terutama di provinsi Kalimantan Barat, provinsi Kalimantan Utara dan provinsi Kalimantan Timur melalui pola PIR (perkebunan inti rakyat). Diharapkan melalui kegiatan ini dapat menarik investor untuk membangun industri hilir kelapa sawit di daerah perbatasan. 5) Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru Pengembangan tebu dimaksudkan dalam mendukung pemenuhan bahan baku tebu untuk peningkatan produksi gula nasional 3,82 juta ton pada tahun 2019 (pemenuhan gula Kristal putih/ GKP) melalui perluasan areal tebu 500.000 hektar di provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan kegiatan inisiasi pembangunan pabrik gula baru dilakukan dengan merekomendasikan Kementerian/Lembaga terkait (BUMN, Kementerian 39

Perindustrian dan Kementerian Perdagangan) dalam hal pemanfaatan lahan pengembangan tebu yang belum dilengkapi pabrik gula dengan target membangun/rehabilitasi 10 PG baru di Jawa & Luar Jawa. 6) lntegrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dan integrase tanaman pangan di lahan perkebunan kelapa sawit Tujuan kegiatan ini adalah sebagai upaya dalam 1) mendukung swasembada daging dan pengembangan sapi berkelanjutan; 2) peningkatan produktivitas usahatani kelapa sawit melalui pemanfaatan kotoran padat dan cair ternak sapi sebagai pupuk organik dan 3) mendukung pemenuhan energi dalam bentuk biogas pada wilayah perkebunan kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman kelapa sawit dan ternak yang sudah menghasilkan TM seluas 20% dilaksanakan dengan pendekatan pemanfaatan potensi lestari sumber pakan berupa: pelepah dan daun kelapa sawit serta gulma sebagai pakan hijauan; serta bungkil dan solid sebagai bahan pakan konsentrat. Pelaku kegiatan ini adalah pekebun, perusahaan kelapa sawit dan kemitraan. Pengembangan integrasi sawitsapi oleh perkebunan dapat ditempuh dengan memanfaatkan/ mendorong tumbuhnya industri kegiatan pendukung, baik dalam negeri maupun luar negeri, seperti produsen bakalan/indukan, produsen pakan konsentrat, alat pencacah pelepah dan daun (chopper). Adapun komponen bantuan kepada pekebun antara lain bibit ternak sapi, kandang, padang penggembalaan, alat pengolah hasil samping 40

kelapa sawit, alat pengolah limbah ternak dan pendampingan oleh tenaga pendamping dan tenaga ahli. 2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 9 (sembilan) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: (1) Direktorat Tanaman Semusim dengan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim; (2) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar dengan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar; (3) Direktorat Tanaman Tahunan dengan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan; (4) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha dengan kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha; (5) Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perlindungan perkebunan; (6) Sekretariat Ditjen. Perkebunan dengan kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya; 41

(7) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan dengan kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (8) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Surabaya dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan; (9) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Ambon dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan. 2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019 Kaitan antara kegiatan pembangunan perkebunan yang menjadi tanggung jawab masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan dengan fokus kegiatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dengan fokus kegiatan pengembangan tahun 2015-2019 adalah: a. Pengembangan areal produktif tanaman tebu; b. Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (kapas, tembakau dan nilam); 42

c. Perluasan areal tanaman tebu di lahan kering; d. Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim. 2) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah penyegar adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan tahun 2015-2019 adalah: a. Pengembangan areal produktif tanaman kakao; b. Pengembangan areal produktif tanaman kopi; c. Pengembangan areal produktif tanaman teh; d. Pengembangan areal produktif tanaman lada; e. Pengembangan areal produktif tanaman cengkeh; f. Pengembangan areal produktif tanaman pala; g. Perluasan areal tanaman rempah dan penyegar di lahan kering (kakao, kopi, teh, lada, cengkeh dan pala); h. Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar; i. Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar; j. Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman rempah dan penyegar; dan k. Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman rempah dan penyegar. 43

3) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus kegiatan pengembangan tahun 2015-2019 adalah; a. Pengembangan areal produktif tanaman kelapa sawit; b. Pengembangan areal produktif tanaman karet; c. Pengembangan areal produktif tanaman kelapa; d. Pengembangan areal produktif tanaman sagu; e. Pengembangan areal produktif tanaman tahunan lainnya (jambu mete dan kemiri sunan); f. Perluasan areal tanaman tahunan di lahan kering (kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete dan kemiri sunan); g. Pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan; h. Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan; 4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Sasaran kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha adalah meningkatnya penerapan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan tahun 2015-2019 adalah: a. Pembinaan pascapanen tanaman semusim; b. Pembinaan pascapanen tanaman tahunan; 44

c. Pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar; d. Fasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; e. Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan; dan f. Koordinasi pelaksanaan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah menurunnya luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan pengembangan tahun 2015-2019 adalah: a. Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perkebunan; b. Pemberdayaan perangkat; c. Antisipasi dampak perubahan iklim; d. SL-PHT tanaman perkebunan; e. Pemberdayaan petugas pengamat OPT; f. Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun; g. Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organic berbasis komoditas perkebunan; h. Koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan. 45

6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah terfasilitasinya pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas dengan fokus kegiatan pengembangan tahun 2015-2019 adalah: a. Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum, perlengkapan, kepegawaian, hukum dan humas serta evaluasi dan pelaporan; b. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan; c. Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya. 7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan tahun 2015-2019 adalah: a. Sertifikasi dan pengujian mutu benih; 46

b. Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi; c. Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; d. Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati; e. Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 08/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Surabaya; Peraturan Menteri Pertanian nomor 09/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBPPTP Medan; dan Peraturan Menteri Pertanian nomor: 10/Permentan/ OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBPPTP Ambon; Dari peraturan tersebut bahwa BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon melaksanakan fungsi dalam memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih, penerapan teknologi proteksi tanaman dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Wilayah kerja BBPPTP Medan di bidang perbenihan meliputi Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Aceh, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk bidang proteksi meliputi Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Aceh, Provinsi Sumatera Barat, 47

Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung. Wilayah kerja BBPPTP Surabaya di bidang perbenihan meliputi Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi D.l Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Sedangkan untuk bidang proteksi meliputi Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi D.l Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah kerja BBPPTP Ambon di bidang perbenihan meliputi Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara sedangkan bidang proteksi meliputi Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo. 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015 Program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu: Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. 48

2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 adalah Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian bioindustry berkelanjutan. Dalam mengukur kinerja Ditjen Perkebunan ada 2 (dua) indikator yang dipergunakan yaitu: (1) Laju peningkatan produksi tanaman tebu sebesar 12,91%; (2) Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya sebesar 5,89%. Sedangkan sasaran kegiatan pada unit kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 ditetapkan sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yang diterbitkan bulan Juli 2015 adalah: 1) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman kakao seluas 184.910 ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman kopi seluas 34.150 ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman teh seluas 3.215 ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman lada seluas 10.580 ha; e) Pengembangan areal produktif tanaman cengkeh seluas 9.770 ha; f) Pengembangan areal produktif tanaman pala seluas 10.775 ha; 49

g) Perluasan areal tanaman rempah dan penyegar di lahan kering (kakao,kopi, teh, lada, cengkeh, dan pala) seluas 0 ha; h) Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar seluas 101 ha; i) Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar sebanyak 27.940 orang; j) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman rempah dan penyegar masih nol (0) KT; k) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan penyegar sebanyak 21 Dokumen. 2) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman tebu seluas 66.710 ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman kapas seluas 7.630 ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman tembakau seluas 510 ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman nilam seluas 65 ha; e) Perluasan areal tanaman tebu di lahan kering masih nol (0) ha; f) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim sebanyak 23 Dokumen. 50

3) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman kelapa sawit 7.990 ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman karet seluas 19.990 ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman kelapa seluas 35.650 ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman sagu seluas 1.100 ha; e) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan lainnya (jambu mete dan kemiri sunan) seluas 1.720 ha; f) Perluasan areal tanaman tahunan di lahan kering (kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete dan kemiri sunan) masih nol (0) ha; g) Pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan 218 ha; h) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan sebanyak 18 KT; i) Pemberdayaan pekebunan tanaman tahunan untuk 15.070 orang; j) Pembinaan dan pengawalan Revitalisasi Perkebunan (Karet, Kelapa Sawit dan Kakao) sebanyak 91 laporan; k) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman tahunan sebanyak 15 Dokumen. 4) Sasaran kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha adalah meningkatnya penerapan pascapanen dan 51

pembinaan usaha dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pembinaan pascapanen tanaman semusim sebanyak 9 KT; b) Pembinaan pascapanen tanaman tahunan sebanyak 188 KT; c) Pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sebanyak 102 KT; d) Fasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunanan sebanyak 42 Kasus; e) Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan sebanyak 32 Provinsi; f) Koordinasi pelaksanan pananganan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan sebanyak 17 Dokumen. 5) Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah menurunkan luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan seluas 33.366 ha; b) Pemberdayaan perangkat sebanyak 135 Unit; c) Antisipasi dampak perubahan iklim sebanyak 77 KT; d) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun sebanyak 18 Dokumen; 52

e) SL-PHT Perkebunan sebanyak 224 KT; f) Pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 994 Orang; g) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan masih nol (0) Desa; h) Koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan 20 Dokumen. 6) Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah terfasilitasinya pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Jumlah dukumen Perencanaan, Keuangan, Umum, Perlengkapan, Kepegawaian, Hukum dan Humas serta Evaluasi dan Pelaporan sebanyak 19 Dokumen. b) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan selama 12 Bulan. c) Dukungan kegiatan Manajemen dan Teknis lainnya selama 12 Bulan; 53

7) Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah: a) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 17,19 Juta batang; b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 100 Unit; c) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 29 Paket Teknologi; d) Eksplorasi pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 15 Jenis; e) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan sebanyak 12 Dokumen. Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananyan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah: a) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 10 Paket Teknologi; b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 3 Unit; 54

c) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendalian hayati sebanyak 5 Jenis. 2.3. Perjanjian Kinerja Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran (output). Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2015 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2015 dan telah mengikuti Pedoman Permen-PAN dan RB No. 53 Tahun 2014. PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Maret 2015. PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi produksi tanaman perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2015 dengan program utama yaitu Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Komoditas Perkebunan Berkelanjutan mendapat alokasi dana dari APBN Murni sebesar Rp.1.585.459.690.000,- dan pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN 55

Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp.4.754.153.234.000,- (Murni dan Perubahan). Anggaran tersebut terdiri dari dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten untuk melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar di 88 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker Provinsi dan 51 satker Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam Format Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: 56

Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Sasaran Program Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu dan tanaman unggulan perkebunan lainnya secara berkelanjutan Indikator Kinerja Program 1. Laju peningkatan produksi tanaman Tebu 2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya 12,9 % 5,9 % Target Kegiatan Anggaran Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Rp. 1.953.609.130.000 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Rp. 1.921.251.405.000 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Rp. 392.155.550.000 Dukungan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Rp. 47.777.599.000 Dukungan Perlindungan Perkebunan Rp. 174.404.758.000 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Rp. 194.583.299.000 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Rp. 70.371.493.000 Proteksi Tanaman Perkebunan Jumlah Rp. 4.754.153.234.000 Menteri Pertanian, ttd A. Amran Sulaiman Jakarta, Maret 2015 Direktur Jenderal, ttd Gamal Nasir 57

Sasaran program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015 yang ditetapkan dalam DIPA/POK dan selanjutnya menjadi Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama dengan sub kegiatan atau komponen kegiatan beserta kegiatan pendukungnya dari setiap kegiatan utama yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim dengan alokasi anggaran sebesar Rp.1.953.609.130.000,- dan setelah ditambah APBN-P serta dengan pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp.1.565.285.225.000,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pengembangan areal produktif tanaman Tebu seluas 66.713 Ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman Kapas seluas 7.630 Ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman Tembakau seluas 510 Ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman Nilam seluas 165 Ha; e) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim sebanyak 23 Laporan; f) Koordinasi pembinaan dan monev pengembangan tanaman semusim selama 12 Bulan; g) Layanan perkantoran selama 12 Bulan. 2) Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar dengan alokasi anggaran sebesar 58

Rp.1.921.251.405.000,- dan setelah ada APBN-P serta dengan pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp.2.066.288.635.000,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pengembangan areal produktif tanaman Kopi seluas 34.150 Ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman Teh seluas 3.215 Ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman Kakao seluas 184.910 Ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman Lada seluas 10.580 Ha; e) Pengembangan areal produktif tanaman Cengkeh 9.770 Ha; f) Pengembangan areal produktif tanaman Pala 10.775 Ha; g) Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar sebanyak 27.940 Orang; h) Pengembangan kebun benih tanaman rempah dan penyegar dengan luas 101 Ha; i) Koordinasi pembinaan dan monev pengembangan tanaman rempah dan penyegar sebanyak 11 Laporan; j) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan penyegar selama 12 Bulan; k) Layanan perkantoran selama 12 Bulan. 3) Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp.392.155.550.000,- dan setelah 59

pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp.386.568.590.000,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pengembangan tanaman areal produktif Karet seluas 19.990 Ha, b) Pengembangan tanaman areal produktif Kelapa seluas 35.650 Ha, c) Pengembangan tanaman areal produktif Kelapa Sawit 7.990 Ha, d) Pengembangan tanaman areal produktif Jambu Mete 1.700 Ha; e) Pengembangan tanaman areal produktif Kemiri Sunan 20 Ha; f) Pengembangan areal produktif tanaman Sagu seluas 1.100 Ha; g) Revitalisasi Perkebunan (Karet, Kelapa Sawit dan Kakao) sebanyak 55 Laporan; h) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan untuk 4 KT; i) Pemberdayaan pekebunan tanaman tahunan 9.190 Orang; j) Koordinasi pembinaan dan monev pengembangan tanaman tahunan sebanyak 15 Laporan; k) Pengembangan kebun benih tanaman tahunan seluas 20 ha; l) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan selama 12 Bulan; m) Layanan perkantoran selama 12 Bulan 60

4) Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha dengan alokasi anggaran sebesar Rp.47.777.599.000,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas: a) Peralatan penanganan pascapanen tanaman tahunan sebanyak 128 KT; b) Koordinasi, pembinaan dan monev tanaman kegiatan pascapanen dan pembinaan usaha selama 17 Laporan; c) Koordinasi kegiatan pananganan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan selama 12 Bulan; d) Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan sebanyak 6 Kasus; e) Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan sebanyak 298 KT untuk 1 Provinsi; f) Layanan perkantoran selama 12 Bulan. 5) Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp.174.404.758.000,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pemberdayaan perangkat sebanyak 135 Unit; b) SL-PHT Perkebunan sebanyak 130 KT; c) Antisipasi dampak perubahan iklim sebanyak 52 Dokumen; d) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan (OPT) seluas 32.816 Ha; 61

e) Koordinasi pembinaan dan monev kegiatan perlindungan perkebunan sebanyak 20 Laporan; f) Pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 926 Orang; g) Layanan perkantoran sebanyak 12 Bulan. 6) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan alokasi anggaran sebesar Rp.194.583.299.000,- dan setelah pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp.186.571.726.000,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Administrasi kegiatan dana Dekonsentrasi (DK) selama 12 Bulan; b) Administrasi kegiatan dana Tugas Pembantuan (TP) selama 12 Bulan; c) Dukungan kegiatan Manajemen dan Teknis lainnya selama 12 Bulan; d) Dokumen Perencanaan sebanyak 3 Dokumen; e) Dokumen Keuangan dan Perlengkapan sebanyak 3 Dokumen; f) Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas sebanyak 10 Dokumen; g) Dokumen Evaluasi dan Pelaporan sebanyak 3 Dokumen; h) Layanan perkantoran selama 12 Bulan; i) Kendaraan bermotor sebanyak 5 Unit; j) Peralatan dan fasilitas perkantoran sebanyak 438 Unit. 62

7) Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada 4 UPT Pusat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 70.371.493.000,- untuk melaksanakan sub kegiatan yang terdiri atas : a) Pembangunan kebun contoh, uji demplot uji koleksi dan lainlainnya seluas 100 Ha; b) Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 24 Paket Teknologi; c) Pemanfaatan agensia hayati sebanyak 12 Jenis; d) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 145.650.000 Batang; e) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan selama 12 Bulan; f) Layanan perkantoran selama 12 Bulan; g) Kendaraan bermotor sebanyak 8 Unit; h) Perangkat pengolah data dan komunikasi sebanyak 1 Unit; i) Peralatan dan fasilitas perkantoran selama 315 Unit; j) Gedung /Bangunan sebanyak 600 M2. 63

Kementerian Pertanian BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja Setiap akhir Tahun Anggaran dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja dengan menggunakan Format Pengukuran Kinerja yang ditetapkan dalam Permen-PAN dan RB No.53 Tahun 2014. Hasil evaluasi pembangunan perkebunan dilihat dari aspek indikator makro menunjukan kinerja yang cukup baik. Data yang diperoleh dari sumber BPS untuk tahun 2015 sebagaimana diketahui masih menggunakan data Triwulan II karena merupakan angka sangat sementara. Sedangkan tahun 2014 datanya juga masih merupakan angka sementara, sehingga angka tetap yang dipergunakan adalah Tahun 2013. Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir (2010-2014) hampir semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku mencapai 10,39% dan berdasarkan harga konstan tahun 2010 juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup bagus, diperkirakan sampai akhir Desember 2015, mengalami peningkatan mencapai 5,97%. Keterlibatan tenaga kerja disektor perkebunan yang diperkirakan untuk 64

tahun 2014 berjumlah 22,71 juta orang dan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 22,33 juta orang (101,70%), maka mengalami peningkatan sebesar 1,70% dengan laju pertumbuhan mencapai 2,50%. Neraca perdagangan untuk komoditi perkebunan tahun 2014 mencapai US$ 22,84 milyar yang mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar US$ 22,63 milyar (100,93%) dan laju pertumbuhan mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,73%. Komditi perkebunan merupakan sumber devisa Negara karena banyak komoditasnya yang diekspor keluar negeri dan sebagai indikator pendapatan pemerintah pada sektor pertanian termasuk sub sektor perkebunan. Untuk tahun 2014 hasil ekspor perkebunan dengan perkiraan realisasi sampai dengan Desember 2015 sebesar US$ 26,78 milyar dan bila dibandingkan capaian realisasi tahun 2013 sebesar US$ 26,77 milyar atau mencapai 100,04% dengan peningkatan 0,04%. Ekspor komoditi perkebunan dalam laju pertumbuhan antara tahun 2010-2014 mengalami peningkatan sebesar 3,17%. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada tahun 2014 mencapai 101,30 dan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 104,13 dengan capaian -0,65%. Perkembanganan capaian Indikator makro sampai dengan akhir Desember 2015, berdasarkan realisasi capaian Indikator makro mulai dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2015 yang dapat dilihat sebagaimana Tabel 3 berikut ini : 65

Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2010-2015 NO. INDIKATOR CAPAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 1 ) Laju Pertumbuhan 2015 2) Th 2010-2014 Triwulan I Triwulan II (%) 1 Pertumbuhan PDB - harga berlaku (Rp milyar) 268.207 303.403 323.362 358.172 397.896 83.360 113.627 10,39 - harga konstan 2010 (Rp milyar) 268.207 281.465 301.020 319.533 338.155 70.112 113.627 5,97 2 Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 20,58 20,94 21,29 22,33 22,71 23,38 2,5 3 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 23,23 29,36 25,74 22,63 22,84 5,36 9,67 0,73 4 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 24,73 32,22 29,96 26,77 26,78 5,6 11,16 3,17 5 NTP Perkebunan Rakyat 104,07 107,29 105,9 104,13 101,3 97,7-0,65 Sumber Keterangan : BPS : Diluar perikanan dan kehutanan 1) Angka Sementara 2) Angka Sangat Sementara Selanjutnya untuk pengukuran kinerja hanya dilaksanakan pada indikator kinerja mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas tanaman unggulan nasional perkebunan. Perjanjian Kinerja (PK) untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi tanaman perkebunan. Terhadap outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal 4 (empat) tahun kedepan; (2) Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 66

2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan pendampingan, serta kebijakan maupun surat-menyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal 4 (empat) tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 sebagai acuannya. 3.1.1 Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Sasaran program dalam perjanjian kinerja tahun 2015 ini adalah terwujudnya laju peningkatan produksi tanaman tebu dan tanaman unggulan perkebunan lainnya melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan 67

dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas 16 komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, tembakau, nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, cengkeh, teh, pala, sagu dan kemiri sunan. Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014, perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal produktif komoditas perkebunan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 tahun 2015 dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu: (1) laju peningkatan produksi tanaman tebu; dan (2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi IKP Ditjen Perkebunan tahun 2015 adalah 1) laju peningkatan produksi tanaman tebu yang ditargetkan sebesar 12,91% dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya dengan target sebesar 16,35%. 68

Untuk mengukur keberhasilan kinerja sesuai kesepakatan di lingkup Kementerian Pertanian ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan yaitu: 1) Sangat Berhasil (capaian > 95%); 2) Berhasil (capaian 80%- 95%); 3) cukup berhasil (capaian 60%-79%), dan 4) tidak berhasil (capaian <59%) dari target sasaran. 3.1.1.1. Produksi Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun (2010 2015) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,21% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 41,67 juta ton pada tahun 2015. Beberapa komoditi unggulan utama selama 6 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu pala (16,63%), sagu (13,72%), tembakau (13,07%), kelapa sawit (7,10%), cengkeh (6,76%), kapas (6,07%), karet (2,70%), tebu (1,94%), jambu mete (1,61%), lada (1,13%) dan nilam (0,78%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan (-30,00%), kakao (-4,37%), kelapa (-1,32%), kopi (-0,49%) dan teh (-0,20%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi), yang didukung degan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan yang intensif dan keterkaitan antara aspek penelitian dan pengembangan sehingga teknologi mudah diakses. Khusus untuk kemiri 69

sunan tidak ada angka produksinya sejak tahun 2012, 2013 dan 2014, karena tidak dipanen akibat belum tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2010 2015 No. Komoditas Perkebunan Realisasi Produksi Perkebunan ( T o n ) Laju Pertum buhan 2010 2011 2012 2013 2014 2015*) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Hablur) 2.290.116 2.267.887 2.591.687 2.551.026 2.579.173 2.497.997 1,94 2. Kapas (Serat Kering) 3.174 2.275 2.948 1.871 761 1.712 6,07 3. Tembakau (Daun Kering) 135.678 214.524 260.818 164.448 198.301 202.322 13,07 4. Nilam (Daun Kering) 2.206 2.866 2.648 2.082 2.098 2.144 0,78 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Karet Kering) 2.734.854 2.990.184 3.012.254 3.237.433 3.153.186 3.108.260 2,70 6. Kelapa Sawit (CPO) 21.958.120 23.096.541 26.015.518 27.782.004 29.278.189 30.889.335 7,10 7. Kelapa (Kopra) 3.166.666 3.174.379 3.189.897 3.051.585 3.005.916 2.960.851-1,32 8. Kopi (Kopi Berasan) 686.921 638.647 691.163 675.881 644.605 665.256-0,49 9. Kakao (Biji Kering) 837.918 712.231 740.513 720.862 728.414 661.243-4,37 10. Jambu Mete (Gldg Kering) 115.149 114.789 116.915 116.113 131.302 123.564 1,61 11. Lada (Lada Kering) 83.663 87.089 91.039 91.039 87.448 88.296 1,13 12. Cengkeh (Bunga Kering) 98.386 72.207 99.890 109.694 122.134 123.277 6,76 13. Teh (Daun Kering) 156.604 150.776 145.575 145.460 154.369 154.551-0,20 14. Pala (Biji Kering) 15.793 22.252 25.321 28.167 31.011 33.213 16,63 15. Sagu (Tepung Sagu) 89.629 85.960 132.309 155.061 156.696 157.549 13,72 16. Kemiri Sunan (Biji Kering) 2 1 0 0 0 0-30,00 Jumlah I dan II 32.374.879 33.632.608 37.118.495 38.832.726 40.273.603 41.669.570 5,21 Catatan : *) Angka Sementara **) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri 70

3.1.1.2. Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 6 tahun terakhir (2010 2015) cenderung mengalami peningkatan dengan laju rata-rata sebesar 0,73% per tahun. Rincian produktivitas per komoditi dapat dilihat sebagaimana Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2010-2015 No. Komoditas Perkebunan Laju 2010 2011 2012 2013 2014 2015*) Pertumb uhan (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 II. TANAMAN SEMUSIM 13. Tebu (Hablur) 5.292 5.030 5.770 5.467 5.413 5.613 1,44 14. Kapas (Serat Kering) 380 303 333 288 270 955 44,72 15. Tembakau (Daun Kering) 884 950 1.009 928 947 349-11,09 16. Nilam (Daun Kering) 119 132 110 120 121 122 1,00 I. TANAMAN TAHUNAN Capaian Produktivitas (Kg/Ha) 1. Karet (Karet Kering) 986 1.071 1.073 1.083 1.053 1.036 1,07 2. Kelapa Sawit (CPO) 3.595 3.526 3.722 3.536 3.568 3.679 0,53 3. Kelapa (Kopra) 1.159 1.158 1.157 1.130 1.128 1.131-0,48 4. Kopi (Kopi Berasan) 756 702 745 739 741 721-0,85 5. Kakao (Biji Kering) 804 821 850 821 817 794-0,21 6. Jambu Mete (Gldg Kering) 371 367 364 359 359 394 1,30 7. Lada (Lada Kering) 756 784 771 818 824 921 4,13 8. Cengkeh (Bunga Kering) 322 238 325 350 352 394 6,13 9. Teh (Daun Kering) 1.553 1.477 1.467 1.465 1.464 1.689 1,92 10. Pala (Biji Kering) 310 387 466 469 490 511 10,93 11. Sagu (Tepung Sagu) 1.953 1.854 2.710 2.173 2.174 2.181 4,33 12. Kemiri Sunan (Biji Kering) 667 250 0 0 0 0-32,50 Jumlah I dan II Catatan : *) Angka Sementara 19.907 19.050 20.872 19.746 19.721 20.490 0,73 Namun dibandingkan antara tahun 2014 dengan tahun 2015, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami peningkatan sebesar 3,89%. Dibalik penurunan produktivitas secara 71

umum, ternyata beberapa komoditi banyak yang mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu kapas (44,72%), pala (10,93%), cengkeh (6,13%), sagu (4,33%) lada (4,13%), teh (1,92%), tebu (1,44%), jambu mete (1,30%), karet (1,07%), nilam (1,00%) dan Kelapa Sawit (0,53%). Sedangkan komoditas lainnya mengalami penurunan akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. 3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Capaian kinerja capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam Laporan Kinerja (LAKIN) tahun 2015 ini adalah capaian kinerja secara nasional dan capaian kinerja yang dibiayai APBN. 3.1.2.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Secara Nasional Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa penetapan/perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Target yang digunakan adalah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015 yang merupakan bagian dari target dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 (Juli 2015). Pengukuran kinerja capaian luas areal 16 komoditas yang pembangunannya menggunakan dana dari berbagai sumber diantaranya dari APBN, APBD I, APBD II, Swasta dan Swadaya Petani, diukur dengan membandingkan RKT tahun 2015 dengan realisasi berdasarkan capaian 72

data statistik tahun 2015. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2010 2015 Luas Areal Perkebunan (Hektar) Laju No. Komoditas Perkebunan Pertumb 2010 2011 2012 2013 2014 2015*) uhan (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Sugar cane) 454.111 451.788 451.255 469.227 477.123 445.651-0,31 2. Kapas (Cotton) 10.194 10.238 9.565 8.738 3.670 7.630 7,02 3. Tembakau (Tobacco) 216.271 228.770 270.290 192.809 215.865 218.738 1,71 4. Nilam (Patchouli ) 24.472 28.615 31.155 28.226 28.255 28.325 3,35 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Rubber) 3.445.415 3.456.128 3.506.201 3.555.946 3.606.245 3.621.587 1,00 6. Kelapa sawit (Oil Palm) 8.385.394 8.992.824 9.572.715 10.465.020 10.754.801 11.115.868 5,83 7. Kelapa (Coconut) 3.739.350 3.767.704 3.781.649 3.654.478 3.609.812 3.571.376-0,90 8. Kopi (Coffee) 1.210.365 1.233.698 1.235.290 1.241.712 1.230.495 1.233.227 0,38 9. Kakao (Cocoa) 1.650.621 1.732.641 1.774.464 1.740.612 1.742.039 1.756.439 1,28 10. Jambu mete (Cashewnut) 570.930 575.841 575.920 554.510 531.154 527.681-1,54 11. Lada (Pepper) 179.318 177.490 177.787 171.920 162.751 163.315-1,83 12. Cengkeh (Clove) 470.041 485.191 493.887 501.378 510.174 512.880 1,76 13. Teh (Tea) 122.898 123.938 122.206 122.035 118.899 118.441-0,73 14. Pala (Nutmeg ) 118.345 122.396 134.709 140.424 150.618 157.596 5,92 15. Sagu (Sago ) 102.174 102.601 127.157 128.106 128.902 129.510 5,24 16. Kemiri Sunan 918 944 995 1.057 1.057 1.057 2,89 Jumlah I dan II 20.700.817 21.490.807 22.265.245 22.976.198 23.271.860 23.609.321 2,67 Catatan: *) angka sementara *) Data Statistik Perkebunan tahun 2015 Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT, disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 dapat dilihat sebagaimana pada Lampiran 2. 73

3.1.2.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan yang Dibiayai dengan APBN. Pada Tahun 2015 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (refocusing) pada bulan Maret 2015 sebesar Rp.1.585.459.690.000,-. Pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp.4.754.153.234.000,-. Kemudian dilakukan revisi ke 2 dengan pengurangan anggaran untuk kegiatan tanaman pangan pada tanggal 10 Juli 2015 terhadap total alokasi pengelolaan anggaran, sehingga menjadi sebesar Rp.4.505.279.599.000,-. Pada tanggal 28 Agustus 2015 dilakukan revisi ke 3 karena adanya penambahan dana menjadi sebesar Rp.4.509.268.026.000,-. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2015 dilakukan revisi ke 4 dengan pengurangan anggaran sebesar Rp.12.000.000.000,- untuk membayar kenaikan tunjangan kinerja pegawai Kementerian Pertanian sehingga total anggaran menjadi sebesar Rp.4.497.268.026.000,-. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang diwujudkan dalam penurunan luas areal komoditas. 3.1.2.2.1. Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Tanaman 74

Rempah dan Penyegar melaksanakan fungsi dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar melalui penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi dalam kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar. Prioritas pengembangan tanaman rempah dan penyegar difokuskan pada 6 komoditas unggulan perkebunan yaitu Kakao, Kopi, Lada, Teh, Cengkeh dan Pala. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan areal produktif tanaman yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi kakao seluas 184.910 ha, kopi 34.150 ha, teh 3.215 ha, lada 10.580 ha, cengkeh 9.770 ha, pala 10.775 ha. Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar 101 ha, pemberdayaan pekebunan tanaman rempah dan penyegar 27.940 orang dan koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman rempah penyegar 21 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kakao seluas 184.910 ha yang terdiri atas intensifikasi tanaman kakao 127.835 ha, intercropping tanaman kakao (diversifikasi) 2.150 ha, pengadaan saprodi untuk kegiatan intercropping tanaman kakao 200 ha, peremajaan tanaman kakao 8.950 ha, perluasan tanaman kakao 375 ha dan rehabilitasi 75

tanaman kakao 45.400 ha. Realisasi capaian fisik seluas 183.519 ha (99,25%) dari target seluas 184.910 ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman kopi seluas 34.150 ha yang terdiri atas intensifikasi tanaman kopi arabika 15.100 ha, intensifikasi tanaman kopi robusta 17.350 ha, peremajaan tanaman kopi robusta 200 ha, perluasan tanaman kopi arabika 500 ha dan perluasan tanaman kopi arabika dan robusta 1.000 ha. Realisasi capaian fisik seluas 34.150 ha (100,00%) dari target seluas 34.150 ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Pengembangan tanaman teh seluas 3.215 ha untuk kegiatan intensifikasi tanaman teh 2.050 ha dan rehabilitasi tanaman teh 1.165 ha dengan realisasi fisik seluas 3.215 ha atau mencapai 100,00% dari target seluas 3.215 ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman lada seluas 10.580 ha, yang terdiri atas intensifikasi tanaman lada 8.930 ha, perluasan tanaman lada 700 ha dan rehabilitasi tanaman lada 950 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 10.450 ha (98,77%) dari target 10.580 ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 9.770 ha, untuk kegiatan intensifikasi tanaman cengkeh 5.200 ha dan rehabilitasi tanaman cengkeh 4.570 ha. Realisasi fisik mencapai 9.770 ha (100,00%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 6) Pengembangan tanaman pala seluas 10.775 ha, untuk kegiatan intensifikasi tanaman pala 7.750 ha, peremajaan 1.500 ha dan 76

perluasan tanaman pala 1.525 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 9.775 ha (90,72%) dari target 10.775 ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 7) Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar seluas 101 ha dan terealisasi 62 ha atau mencapai 61,19% sesuai dengan target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 8) Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar sebanyak 27.940 orang yang terealisasi 100% dan sesuai dengan target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 9) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim dengan output dalam bentuk laporan sebanyak 15 laporan dan terealisasi 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 3.1.2.2.2. Direktorat Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Tanaman Semusim melaksanakan fungsi dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman semusim melalui penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi dalam kegiatan 77

intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman semusim. Prioritas pengembangan tanaman semusim difokuskan pada 4 komoditas unggulan perkebunan yaitu Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dengan fokus kegiatan pengembangan areal produktif tanaman yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi tebu 66.163 ha, kapas 7.630 ha, tembakau 510 ha dan nilam 165 ha. Dan Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim sebanyak 23 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas 66.163 ha yang terdiri atas kegiatan bongkar ratoon 2.631 ha terealisasi 986 ha (41,24%), rawat ratoon 57.061 ha terealisasi 23.378 ha (66,69%), perluasan tanaman tebu 9.588 ha terealisasi 8.652 ha (61,57%), pembangunan kebun bibit datar (KBD) 2.854 ha terealisasi 729 ha (33,59%) dan rintisan kebun benih tebu 670 ha terealisasi 367 ha (60,24%). Sehingga realisasi seluruhnya seluas 34.111 ha dengan capaian 72,22% dari target 66.163 ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman kapas seluas 7.630 ha dalam rangka pemenuhan konsumsi dalam negeri. Capaian fisik seluas 7.560 ha (99,08%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 78

3) Pengembangan tanaman tembakau seluas 630 ha, untuk kegiatan penanaman tanaman tembakau rajangan 60 ha, pengembangan tanaman tembakau rajangan 420 ha dan pengembangan tanaman tembakau Virginia Krosok 150 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 235 ha (42,07%) dari target 630 ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman nilam seluas 175 ha dalam rangka pengembangan komoditas ekspor. Capaian realisasi fisik 175 ha (100,00%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim dengan output dalam bentuk laporan sebanyak 23 laporan dan terealisasi 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 3.1.2.2.3. Direktorat Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Tanaman Tahunan melaksanakan fungsi dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman tahunan melalui penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi dalam kegiatan 79

intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman tahunan. Prioritas pengembangan tanaman tahunan difokuskan pada 6 komoditas unggulan perkebunan yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Jambu Mete, Kemiri Sunan dan Sagu. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja 2015 adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus kegiatan pengembangan areal produktif tanaman yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi karet 19.990 ha, kelapa 35.300 ha, kelapa sawit 7.990 ha, jambu mete 1.700 ha, kemiri sunan 20 ha, sagu 1.100 ha. selain itu kegiatan pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan 218 ha, pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan untuk 18 kelompok tani, pemberdayaan pekebunan tanaman tahunan sebanyak 15.130 orang, pembinaan dan pengawalan revitalisasi perkebunan (kelapa sawit, karet dan kakao) sebanyak 114 laporan serta koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman tahunan sebanyak 18 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas 19.990 ha meliputi kegiatan Peremajaan tanaman karet rakyat 17.340 ha dan perluasan tanaman karet rakyat di wilayah perbatasan pasca konflik 2.650 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 19.440 ha (97,25%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 80

2) Pengembangan tanaman kelapa seluas 35.650 ha untuk kegiatan Peremajaan seluas 31.150 ha dan perluasan 4.500 ha. Realisasi fisik mencapai 32.600 ha (91,44%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Pengembangan tanaman kelapa sawit seluas 7.990 ha untuk kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit 3.140 ha dan kegiatan sosialisasi penggunaan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat 4.850 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 6.740 ha (84,36%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas 1.700 ha yang terdiri atas kegiatan peremajaan tanaman Jambu mete 900 ha dan perluasan tanaman Jambu mete 800 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini 100% dari target 1.700 ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 20 ha untuk kegiatan pengembangan tanaman kemiri sunan 15 ha dan perluasan 5 ha. Realisasi fisik mencapai 20 ha (100,00%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 6) Pengembangan tanaman sagu seluas 1.100 ha untuk melaksanakan penanaman tanaman sagu 1.100 ha. Realisasi fisik mencapai 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 81

7) Pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan seluas 218 ha dan terealisasi 218 ha (100,00%) sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 8) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan untuk 18 kelompok tani dan terealisasi 4 kelompok tani (22,22%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 9) Pemberdayaan pekebun tanaman tahunan sebanyak 15.130 orang dan setelah direvisi menjadi 9.190 orang. Realisasi fisik mencapai 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 10) Pembinaan dan pengawalan revitalisasi perkebunan (kelapa sawit, karet dan kakao) dalam bentuk laporan sebanyak 114 laporan dan setelah direvisi menjadi 55 laporan. Realisasi fisik mencapai 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 11) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman tahunan dalam bentuk laporan sebanyak 18 dokumen yang terealisasi 100,00% sesuai dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 82

3.1.2.2.4. Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha melaksanakan fungsi penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha yaitu penanganan pascapanen tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penanganan konflik. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah meningkatkan penerapan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan dengan fokus kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi pembinaan pascapanen tanaman semusim sebanyak 9 KT, pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar 102 KT, pembinaan pascapanen tanaman tahunan 187 KT, fasilitasi pananganan gangguan usaha dan konflik perkebunan sebanyak 42 kasus, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan sebanyak 32 provinsi dan koordinasi pelaksanaan pananganan pascapanen dan pembinaan usaha sebanyak 17 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pembinaan pascapanen tanaman semusim mencapai 9 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 83

2) Pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar mencapai 102 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Pembinaan pascapanen tanaman tahunan mencapai 187 kelompok tani atau 100% dari target 187 kelompok tani pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Fasilitasi pananganan gangguan usaha dan konflik perkebunan mencapai 42 kasus atau 100% dari target 42 kasus sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan mencapai 32 provinsi atau 100% dari target sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 6) Koordinasi pelaksanaan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha dalam bentuk laporan yang mencapai 17 dokumen atau 100% dari target sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 3.1.2.2.5. Direktorat Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan Perkebunan melaksanakan fungsi dalam penyiapan 84

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan yaitu identifikasi dan pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) tanaman semusim, tanaman tahunan, tanaman rempah penyegar serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran kebun dan lahan. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah menurunnya luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perkebunan seluas 33.366 ha, pemberdayaan perangkat sebanyak 135 unit, antisipasi dampak perubahan iklim untuk 77 kelompok tani, kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun dengan 18 dokumen, SL-PHT tanaman perkebunan sebanyak 224 kelompok tani, pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 994 orang dan koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan sebanyak 20 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perkebunan seluas 33.366 ha yang terdiri dari: (1) Dem-Farm pengendalian Aceria sp pada tanaman kelapa 20 ha; (2) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman jambu mete 10 ha, (3) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman karet 70 ha; (4) Dem-Farm pengendalian OPT tanaman kakao (PBK) 20 ha; (5) Dem-Farm pengendalian uret pada tanaman tebu 10 ha; (6) Demplot pengendalian OPT tanaman nilam 85

30 ha; (7) Demplot pengendalian OPT tanaman tebu (Tikus) dengan burung Hantu 10 ha; (8) OPT tanaman cengkeh bakteri pembuluh kayu cengkeh 500 ha; (9) OPT tanaman cengkeh hama penggerek batang 1.100 ha; (10) OPT tanaman cengkeh penyakit Jamur Akar Putih (JAP) 200 ha; (11) OPT tanaman jambu mete 450 ha; (12) OPT tanaman kakao hama penggerek buah kakao (PBK) 4.650 ha; (13) OPT tanaman kapas 325 ha; (14) OPT tanaman karet 5.250 ha; (15) OPT tanaman karet (penyakit JAP) 350 ha; (16) OPT tanaman kelapa 375 ha; (17) OPT tanaman kelapa (oryctes rhynoceros) 600 ha; (18) OPT tanaman kelapa busuk pucuk 350 ha; (19) OPT tanaman kelapa hama Aceria sp 500 ha; (20) OPT tanaman kelapa hama Brontispa 3.900 ha; (21) OPT tanaman kelapa hama oryctes rhynoceros 1.875 ha; (22) OPT tanaman kelapa hama Sexava 1.300 ha; (23) OPT tanaman kelapa sawit (oryctes sp) 900 ha; (24) OPT tanaman kopi hama penggerek buah kopi (PBKo) 2.775 ha; (25) OPT tanaman lada penyakit busuk pangkal batang 400 ha; (26) OPT tanaman lada penyakit Jamur Pirang 200 ha; (27) OPT tanaman tebu hama babi hutan 230 ha; (28) OPT tanaman tebu hama penggerek batang/pucuk 3.861 ha; (29) OPT tanaman tebu hama tikus 1.380 ha; (30) OPT tanaman tebu hama uret 1.500 ha; (31) OPT tanaman tembakau 225 ha. Adapun capaian realisasi fisik keseluruhan seluas 32.816 ha (98,35%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 86

2) Pemberdayaan perangkat sebanyak 135 unit dan terealisasi 128 unit atau mencapai 94,81% sesuai target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Antisipasi dampak perubahan iklim untuk 77 kelompok tani dan terealisasi 100,00% sesuai target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun dengan target 18 dokumen dan telah terealisasi 100,00% dari target dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 224 Kelompok Tani yang terdiri dari SL-PHT cengkeh sebanyak 9 KT, jambu mete 6 KT, kakao 46 KT, karet 28 KT, kelapa 20 KT, kopi 31 KT, lada 22 KT, tebu 60 KT dan teh 2 KT. Setelah direvisi menjadi 130 kelompok tani dan capaian fisik dari kegiatan tersebut 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang direvisi. 6) Pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 994 orang dan terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 7) Koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan dengan output dalam bentuk laporan sebanyak 20 dokumen telah terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 87

3.1.2.2.6. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Sekretariat Ditjen. Perkebunan melaksanakan fungsi dalam memfasilitasi dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas. Kegiatan yang dimaksud antara lain memfasilitasi pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelayanan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas, pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah terfasilitasinya pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas dengan fokus kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan Output kegiatan yang meliputi: 1) Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum, perlengkapan, kepegawaian, hukum dan humas serta evaluasi dan pelaporan dalam bentuk laporan sebanyak 19 dokumen dan terealisasi 88

100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi; 2) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dengan target 12 bulan dan terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi; 3) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya dengan target 12 bulan dan terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 3.1.2.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya dan Ambon serta Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 08/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Surabaya; Peraturan Menteri Pertanian nomor 09/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Medan; dan Peraturan Menteri Pertanian nomor 10/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Ambon, BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon melaksanakan 89

fungsi dalam memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih, penerapan teknologi proteksi tanaman dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 11/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTP Pontianak; BPTP Pontianak melaksanakan fungsi analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan dalam identifikasi dan penanganan OPT tanaman perkebunan, pengembangan teknologi agens hayati OPT perkebunan, eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan, pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu, pemanfaatan pestisida nabati serta pengelolaan data, informasi dan analisis teknis dalam bidang proteksi tanaman perkebunan. Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 untuk Output kegiatan penting yang meliputi: 1) BBPPTP Medan dengan 4 (empat) kegiatan yaitu: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 130.000.000 batang, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 5 90

paket teknologi, (iii) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 3 jenis, (iv) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 10 dokumen; 2) BBPPTP Surabaya dengan 5 (lima) kegiatan yaitu: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 17.192.500 batang, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 5 paket teknologi, (iii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 5 unit, (iv) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 2 jenis, (v) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 6 dokumen; 3) BBPPTP Ambon dengan 5 (lima) kegiatan yaitu: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 150.000 batang, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 9 paket teknologi, (iii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 2 unit, (iv) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 3 jenis, (v) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 8 dokumen; 4) BPTP Pontianak dengan 4 (empat) kegiatan yaitu: (i) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 10 paket teknologi, (ii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan 91

uji koleksi sebanyak 3 unit, (iii) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 5 jenis, (iv) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 5 dokumen; Realisasi fisik terhadap kegiatan tersebut adalah: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 110.742.623 batang atau 75,16% dari target 147.342.500 batang untuk 3 Balai Besar yaitu BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 28 paket teknologi atau 96,55% dari target 29 peket teknologi untuk 4 UPT Pusat (BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon dan BPTP Pontianak), (iii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 10 unit atau 100,00% dari target 10 Unit untuk 3 UPT Pusat (BBPPTP Surabaya dan Ambon serta BPTP Pontianak), (iv) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 13 jenis atau 100,00% dari target 13 jenis untuk 4 UPT Pusat (BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon dan BPTP Pontianak), (v) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 29 dokumen atau 100,00% dari target 29 dokumen untuk 4 UPT Pusat (BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon dan BPTP Pontianak); Output kegiatan penting pada tahun 2015 dari masing-masing Balai berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 92

3.2. Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2015 Hasil evaluasi pembangunan perkebunan dilihat dari aspek indikator mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas umumnya mengalami kenaikan. Namun demikian beberapa komoditas produksinya menurun, hal ini terjadi karena adanya banyak tanaman tua, pengelolaan tanaman yang tidak sesuai baku teknis dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim serta serangan OPT di beberapa sentra produksi. 3.2.1. Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes) Evaluasi dan pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program untuk tahun 2015 ini masih dilakukan terhadap produksi dan produktivitas tanaman perkebunan karena perjanjian kinerja (PK) Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian Tahun 2015 sebagaimana dokumen PK masih mencantumkan kedua indikator dimaksud. 3.2.1.1. Produksi Evaluasi produksi perkebunan tahun 2015 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2015, (b) Capaian Kinerja tahun 2014 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019. 93

3.2.1.1.1. Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Secara umum capaian produksi 16 komoditas unggulan mencapai 41,67 juta ton dari target sebesar 42,69 juta ton dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015 yang mencapai 97,59%. Capaian tertinggi terhadap RKT dan PK dari 16 komoditas unggulan adalah pada komoditi pala (119,90%) dan secara berurutan sebagai berikut cengkeh (109,48%), kelapa sawit (100,30%), jambu mete (99,95%), teh (96,84%), lada (94,94%), karet (93,62%), kapas (92,54%), kopi (91,76%), kakao (85,54%), kelapa (89,48%) dan tebu (84,05%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu nilam (77,96%) dan tembakau (72,36%). Selain itu untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah adalah sagu (0%) dan kemiri sunan (0%) karena untuk sagu, baru tahun 2015 ini menjadi komoditas unggulan dan belum ada jaminan pasarnya. Sedangkan komoditas kemiri sunan masih belum atau tidak ada pasar yang menjaminnya. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi yang dibandingkan dengan RKT/PK tahun 2015 sebagaimana pada Tabel 7. 94

Tabel 7. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2015 Produksi (Ton) Realisasi Kinerja (%) No. Komoditas Realisasi 2014 Target Renstra 2015-2019 RKT/PK 2015 Realisasi 2015*) Capaian 2014 Target Renstra RKT/PK 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Hablur) 2.579.173 3.820.000 2.972.000 2.497.997 96,85 65,39 84,05 2. Kapas (Serat Kering) 761 2.170 1.850 1.712 224,97 78,89 92,54 3. Tembakau (Daun Kering) 198.301 365.100 279.600 202.322 102,03 55,42 72,36 4. Nilam (Daun Kering) 2.098 2.840 2.750 2.144 102,19 75,49 77,96 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Karet Kering) 3.153.186 3.810.000 3.320.000 3.108.260 98,58 81,58 93,62 6. Kelapa Sawit (CPO) 29.278.189 36.420.000 30.798.000 30.889.335 105,50 84,81 100,30 7. Kelapa (Kopra) 3.005.916 3.491.000 3.309.000 2.960.851 98,50 84,81 89,48 8. Kopi (Kopi Berasan) 644.605 778.000 725.000 665.256 103,20 85,51 91,76 9. Kakao (Biji Kering) 728.414 961.000 773.000 661.243 90,78 68,81 85,54 10 Jambu Mete (Gldg Kering) 131.302 132.700 123.630 123.564 94,11 93,12 99,95 11 Lada (Lada Kering) 87.448 97.300 93.000 88.296 100,97 90,75 94,94 12 Cengkeh (Bunga Kering) 122.134 121.200 112.600 123.277 100,94 101,71 109,48 13. Teh (Daun Kering) 154.369 162.700 159.600 154.551 100,12 94,99 96,84 14. Pala (Biji Kering) 31.011 33.400 27.700 33.213 107,10 99,44 119,90 15. Sagu 156.696 0 0 157.549 100,54 0,00 0,00 16. Kemiri Sunan (Biji Kering) 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 Jumlah 40.273.603 50.197.410 42.697.730 41.669.570 103,47 83,01 97,59 Catatan : *) Angka sementara *) Data Statistik Perkebunan Tahun 2015 3.2.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014 Pada tahun 2015, capaian produksi 16 komoditas unggulan sebesar 41,66 juta ton meningkat menjadi 103,47% dibandingkan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 40,27 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,47% seperti yang disajikan pada Tabel 7. 95

Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan, pengawalan dan pendampingan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan iklim yang lebih kondusif. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi kapas (224,97%), pala (107,10%), kelapa sawit (105,50%), kopi (103,20%), nilam (102,19%), tembakau (102,03%), lada (100,97%), cengkeh (100,94%), sagu (100,54%), teh (100,12%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu karet (98,58%), kelapa (98,50%), tebu (96,85%), jambu mete (94,11%), kakao (90,78%) dan kemiri sunan (0%). 3.2.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Pada tahun 2015, capaian produksi 16 komoditas unggulan sebesar 41,66 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019, maka capaian tahun 2015 telah mencapai 83,01%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi cengkeh (101,71%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi pala (99,44%), teh (94,99%), jambu mete (93,12%), lada (90,75%), kopi (85,51%), kelapa sawit (84,81%), kelapa (84,81%), dan karet (81,58%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan (0,00%), sagu (0,00%), tembakau (55,42%), tebu (65,39%), kakao (68,81%), nilam (75,49%) dan kapas (78,89%). 96

3.2.1.2. Produktivitas Evaluasi produktivitas perkebunan tahun 2015 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan tahun 2015, (b) Capaian Kinerja tahun 2014 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019. Beberapa komoditi selama enam tahun terakhir (tahun 2010-2015) sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada penurunan rata-rata produktivitas yang daoat dilihat dari laju pertumbuhan pada tabel 5 sebelumnya. 3.2.1.2.1. Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2015 Capaian produktivitas untuk 16 komoditas unggulan pada tahun 2015 tidak mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun 2015. Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa produktivitas tahun 2015 ditargetkan sesuai dengan Rencana Strategis tahun 2015-2019 yang disusun tahun 2015 dengan asumsi kondisi normal. Namun dalam perkembangannya, pada tahun 2015 terjadi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan yang signifikan meskipun adanya anomali iklim. Capaian produktivitas tanaman perkebunan secara berurutan yaitu pala (276,22%), nilam (141,86%), kapas (132,20%), teh (129,03%), kakao (121,22%), lada (115,41%), cengkeh (108,24%) dan jambu mete (106,78%). Untuk tanaman yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim, dan capaiannya dibawah target RKT 2015 secara berurutan yaitu kopi (96,01%), karet (95,31%), tembakau (93,63%), kelapa sawit (92,18%), tebu (91,42%) dan kelapa 97

(90,70%). Sedangkan untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan pangan dan bahan bakar nabati, tetapi produktivitasnya masih sangat rendah karena belum ditangani secara serius, yaitu sagu (0.00%) dan kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun 2015. Rincian secara detail dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2015 Produktivitas (Kg/Ha) Realisasi Kinerja (%) No. Komoditas Realisasi 2014 Target Renstra 2015-2019 RKT 2015 Realisasi 2015*) Capaian 2014 Target Renstra RKT 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Hablur) 5.413 7.389 6.140 5.613 103,69 75,96 91,42 2. Kapas (Serat Kering) 270 310 264 349 129,26 112,58 132,20 3. Tembakau (Daun Kering) 947 1233 1.020 955 100,84 77,45 93,63 4. Nilam (Daun Kering) 121 87 86 122 100,83 140,23 141,86 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Karet Kering) 1.053 1.170 1.087 1.036 98,39 88,55 95,31 6. Kelapa Sawit (CPO) 3.568 4.485 3.991 3.679 103,11 82,03 92,18 7. Kelapa (Kopra) 1.128 1.295 1.247 1.131 100,27 87,34 90,70 8. Kopi (Kopi Berasan) 741 773 751 721 97,30 93,27 96,01 9. Kakao (Biji Kering) 817 752 655 794 97,18 105,59 121,22 10 Jambu Mete (Gldg Kering) 359 382 369 394 109,75 103,14 106,78 11 Lada (Lada Kering) 824 820 798 921 111,77 112,32 115,41 12 Cengkeh (Bunga Kering) 352 379 364 394 111,93 103,96 108,24 13. Teh (Daun Kering) 1.464 1.322 1.309 1.689 115,37 127,76 129,03 14. Pala (Biji Kering) 490 188 185 511 104,29 271,81 276,22 15. Sagu (Tepung Sagu) 2.174 0 0 2.181 100,32 0,00 0,00 16. Kemiri Sunan (Biji Kering) 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 Catatan : *) Angka sementara *) Data Statistik Perkebunan Tahun 2015 98

3.2.1.2.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014 Pada umumnya capaian produktivitas tanaman perkebunan tahun 2015 banyak mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2014, secara berurutan yaitu Kapas (129,26%), teh (115,37%), cengkeh (111,93%), lada (111,77%), jambu mete (109,75%), pala (104,29%), tebu (103,69%), kelapa sawit (103,11%), tembakau (100,84%), nilam (100,83%), sagu (100,32%) dan kelapa (100,27%). Sedangkan yang mengalami penurunan produktivitas adalah karet (98,39%), kopi (97,30%) dan kakao (97,18%). Selain itu untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya yang masih sangat rendah dan cenderung menurun karena belum ditangani secara serius, yaitu kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun 2015. 3.2.1.2.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Bila dibandingkan dengan sasaran Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-2019 dengan target pada Tahun 2019, maka terdapat 8 (delapan) komoditas yang capaian produktivitasnya telah melebihi target RENSTRA yaitu pala (271,81%), nilam (140,23%), teh (127,76%), kapas (112,58%), lada (112,32%), kakao (105,59%), cengkeh (103,96%) dan jambu mete (103,14%). Sebaliknya produktivitas yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan (0,00%), sagu (0,00), tebu (75,96%), tembakau (77,45%), kelapa sawit (82,03%), kelapa (87,34%), karet (88,55%) dan kopi (93,27%). 99

3.2.2. Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Evaluasi Kinerja terhadap capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam Laporan Kinerja (LAKIN) ini adalah capaian kinerja luas areal dan kegiatan dukungan untuk mencapai target nasional tersebut. Evaluasi luas areal perkebunan tahun 2015 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2015, (b) Capaian Kinerja tahun 2014 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019. 3.2.2.1. Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Secara umum capaian luas areal perkebunan untuk 16 komoditas unggulan mencapai 23,61 juta ha dari target sebesar 17,40 juta ha dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015 yang mencapai 135,67%. Capaian tertinggi terhadap RKT untuk 16 komoditas unggulan adalah pada komoditi cengkeh (165,98%) dan secara berurutan sebagai berikut jambu mete (157,56%), kakao (148,85%), kelapa sawit (144,04%), lada (140,18%), kelapa (134,62%), kopi (127,66%), karet (118,56%), kapas (109,00%), pala (105,06%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian luas areal yang turun yaitu teh (97,16%), tebu (92,08%), nilam (88,79%) dan tembakau (79,83%). Selain itu untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang luas arealnya sulit untuk diukur adalah sagu dan kemiri sunan karena dari target yang ditetapkan dalam 100

Renstra tahun 2015-2019 dan target RKT sangat rendah bila dibandingkan dengan realisasi areal yang ada. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi yang dibandingkan dengan RKT/PK tahun 2015 sebagaimana pada Tabel 9. Tabel 9. Capaian Kinerja Luas Areal Perkebunan Tahun 2015 No. Komoditas Realisasi 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I. TANAMAN SEMUSIM Luas Areal (Ha) Target Renstra 2015-2019 RKT 2015 Realisasi 2015*) Capaian 2014 Realisasi Kinerja (%) Target Renstra RKT 2015 1. Tebu (Sugar cane) 477.123 517.000 484.000 445.651 93,40 86,20 92,08 2. Kapas (Cotton) 3.670 7.000 7.000 7.630 207,90 109,00 109,00 3. Tembakau (Tobacco) 215.865 296.000 274.000 218.738 101,33 73,90 79,83 4. Nilam (Patchouli ) 28.255 32.800 31.900 28.325 100,25 86,36 88,79 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Rubber) 3.606.245 3.257.000 3.055.000 3.621.587 100,43 111,19 118,55 6. Kelapa Sawit (CPO ) 10.754.801 8.121.000 7.717.000 11.115.868 103,36 136,88 144,04 7. Kelapa (Coconut) 3.609.812 2.696.000 2.653.000 3.571.376 98,94 132,47 134,62 8. Kopi (Coffee) 1.230.495 1.006.000 966.000 1.233.227 100,22 122,59 127,66 9. Kakao (Cocoa) 1.742.039 1.278.000 1.180.000 1.756.439 100,83 137,44 148,85 10 Jambu Mete (Cashewnut) 531.154 347.000 334.900 527.681 99,35 152,07 157,56 11 Lada (Pepper) 162.751 118.700 116.500 163.315 100,35 137,59 140,18 12 Cengkeh (Clove) 510.174 320.000 309.000 512.880 100,53 160,28 165,98 13. Teh (Tea) 118.899 123.100 121.900 118.441 99,61 96,22 97,16 14. Pala (Nutmeg ) 150.618 178.000 150.000 157.596 104,63 88,54 105,06 15. Sagu (Sago ) 128.902 1.400 1.400 129.510 100,47 9250,71 9250,71 16. Kemiri Sunan 1.057 25 25 1.057 100,00 4228,00 4228,00 Jumlah 23.271.860 18.299.025 17.401.625 23.609.321 101,45 129,02 135,67 Catatan : *) Angka sementara *) Data Statistik Perkebunan Tahun 2015 101

3.2.2.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014 Pada tahun 2015, capaian luas areal untuk 16 komoditas unggulan sebesar 23,61 juta ha meningkat menjadi 101,45% dibandingkan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 23,27 juta ha atau mengalami peningkatan sebesar 1,45% seperti yang disajikan pada Tabel 9. Peningkatan luas areal tersebut, selain karena pembinaan, pengawalan dan pendampingan yang lebih intensif juga didukung dengan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman perkebunan. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi kapas (207,90%), pala (104,63%), kelapa sawit (103,36%), tembakau (101,33%), kakao (100,83%), cengkeh (100,53%), sagu (100,47%), karet (100,43%), lada (100,35%), nilam (100,25%), kopi (100,22%) dan kemiri sunan (100,00%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu teh (99,61%), jambu mete (99,35%), kelapa (98,94%) dan tebu (93,40%). 3.2.2.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 Pada tahun 2015, capaian luas areal tanaman perkebunan untuk 16 komoditas unggulan sebesar 23,61 juta ha. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019, maka capaian tahun 102

2015 telah mencapai 129,02%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi cengkeh (160,28%), jambu mete (152,07%), lada (137,59%), kakao (137,59%), kelapa sawit (136,88%), kelapa (132,47%), kopi (122,59%), karet (111,19%) dan kapas (109,00%). Sedangkan capaian yang mendekati target RENSTRA adalah komoditi teh (96,22%), pala (88,54%), nilam (86,36%), tebu (86,22%) dan tembakau (73,90%). Lebih lanjut untuk capaian yang belum bisa diukur dari target adalah kemiri sunan dan sagu karena kamoditi tersebut baru tahun ini ditetapkan menjadi sasaran strategis, sehingga belum disesuaikan antara target dengan kondisi arealnya. 3.3. Akuntabilitas Keuangan Berdasarkan pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2015, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian sebesar Rp.32,725 trilyun dan sebesar Rp.4,497 trilyun (13,74%) dialokasikan untuk Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2015 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Capaian serapan anggaran tahun 2015 sebesar Rp.3.567.602.932.924,- atau mencapai 79,33% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp.4.497.268.026.000,- yang mengalami penurunan sebesar 8,72% bila dibandingkan dengan tahun 2014 mencapai 88,05% dari total pagu Rp.1.320.618.976.000,- yang terealisasi Rp.1.162.841.295.863,-. Hal ini disebabkan adanya APBN-P yang sebesar 184% dari pagu APBN Awal sebesar Rp.1.585.459.690,- yang diterima pada bulan April 2015 103

sehingga beberapa Satker belum melakukan persiapan yang cukup, baik secara teknis maupun non teknis. Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a) Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker. 3.3.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2015 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp.3,567 trilyun atau 79,33% dari total pagu sebesar Rp.4,497 trilyun. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,65%, diikuti secara berturut-turut yaitu kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 88,98%, Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 87,63%, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan sebesar 86,73%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 82,15%, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar 78,03%, dan 104

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar 63,70%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2015 KODE 1775 1776 1777 1778 1779 1780 1781 PROGRAM/KEGIATAN Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha PAGU (Rp.) ANGGARAN REALISASI (Rp.) 2.066.288.635.000 1.838.673.547.580 88,98 1.565.285.225.000 997.039.050.139 63,70 386.568.590.000 335.261.715.769 86,73 47.777.599.000 41.865.342.589 87,63 Dukungan Perlindungan Perkebunan 174.404.758.000 143.275.482.774 82,15 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 186.571.726.000 145.586.454.723 78,03 70.371.493.000 65.901.339.350 93,65 JUMLAH 4.497.268.026.000 3.567.602.932.924 79,33 % 3.3.1.1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SPAN- Perbendaharaan Kementerian Keuangan Rp.1.838.673.547.580,- (88,98%) dari pagu sebesar Rp.2.066.288.635.000,- dengan realisasi 105

fisik sebesar 95,77%. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kopi 34.150 ha dengan anggaran sebesar Rp.306.885.383.000,- untuk kegiatan intensifikasi, peremajaan dan perluasan tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang dikembangkan meliputi (a) Intensifikasi tanaman kopi arabika seluas 15.100 ha yang dilaksanakan di 20 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, NTT, Papua, Sulawesi Barat; (b) Intensifikasi tanaman kopi robusta seluas 17.350 ha yang dilaksanakan di 23 kabupaten 10 provinsi yaitu Aceh, Jateng, Jatim, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTB, NTT dan Bengkulu; (c) Peremajaan tanaman kopi robusta seluas 200 ha di Kab. Kediri Provinsi Jawa Timur; (d) Perluasan tanaman kopi arabika seluas 500 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Jawa Barat dan Papua; (e) Perluasan tanaman kopi arabika dan robusta seluas 1.000 ha yang dilaksanakan di Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Capaian serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.280.050.784.881,- (91,26%). 2) Pengembangan Tanaman teh seluas 3.215 ha dengan anggaran sebesar Rp.41.537.790.000,- untuk kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi tanaman teh. Kegiatan intensifikasi teh seluas 2.050 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten Provinsi Jawa Barat. Sedangkan 106

untuk rehabilitasi teh seluas 1.165 ha dilaksanakan di 7 kabupaten Pprovinsi Jawa Barat. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.40.468.638.390,- (97,43%). 3) Pengembangan tanaman kakao seluas 184.910 ha dengan anggaran sebesar Rp.1.274.324.056.000,- untuk kegiatan intensifikasi,intercropping/diversifikasi, pengadaan saprodi, peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman kakao. (a) Kegiatan intensifikasi tanaman kakao seluas 127.835 ha yang dilaksanakan di 72 kabupaten 18 provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB, NTT, Papua, Maluku Utara, Banten, Gorontalo, dan Sulawesi Barat serta Kalimantan Utara; (b) Kegiatan intercropping (diversifikasi) seluas 2.150 ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Sulut, Sulteng, NTB dan Malut; (c) Kegiatan pengadaan saprodi seluas 200 ha untuk peremajaan tanaman kakao di Kab. Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan; (d) Kegiatan Peremajaan tanaman kakao seluas 8.950 ha di 22 kabupaten 9 provinsi yaitu Aceh, Kalsel, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTT, Malut dan Sulbar; (e) Kegiatan Perluasan tanaman kakao seluas 375 ha dilaksanakan di 2 kabupaten Provinsi Aceh; (f) Kegiatan rehabilitasi tanaman kakao seluas 45.400 ha yang dilaksanakan di 36 kabupaten 10 provinsi yaitu Aceh, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTB, NTT, Malut, Gorontalo, dan Sulbar. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.1.155.135.989.899,- (90,85%). 107

4) Pengembangan tanaman lada seluas 10.580 ha dengan anggaran sebesar Rp.57.518.255.000,- untuk kegiatan intensifikasi, perluasan dan rehabilitasi tanaman lada. (a) Kegiatan intensifikasi tanaman lada seluas 8.930 ha dilaksanakan di 19 kabupaten 6 provinsi yaitu Sumsel, Lampung, Kalbar, Kaltim, Bengkulu dan Babel; (b) Kegiatan perluasan tanaman lada seluas 700 ha dilaksanakan di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Kalbar, Bengkulu dan Babel; (c) Kegiatan rehabilitasi tanaman lada seluas 950 ha yang dilaksanakan di 4 kabupaten 2 provinsi yaitu Sumsel dan Lampung. Anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.49.562.251.375,- (86,17%). 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 9.770 ha dengan anggaran sebesar Rp.45.658.865.000,- untuk kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi. Kegiatan intensifikasi tanaman cengkeh seluas 5.200 ha yang dilaksanakan di 18 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Maluku, Bali, Malut dan Banten. Dan rehabilitasi tanaman cengkeh seluas 4.570 ha yang dilaksanakan di 18 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Maluku, Bengkulu, Malut dan Banten. Serapan anggaran sebesar Rp.41.921.689.273,- (91,82%). 6) Pengembangan tanaman pala seluas 10.775 ha dengan dengan anggaran sebesar Rp.42.656.600.000,- untuk kegiatan intensifikasi, peremajaan dan perluasan tanaman pala. (a) Kegiatan intensifikasi tanaman pala seluas 7.750 ha yang dilaksanakan di 9 kabupaten 3 provinsi yaitu Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara; (b) Kegiatan peremajaan tanaman pala seluas 1.500 ha yang 108

dilaksanakan di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Aceh dan Papua Barat; (c) Kegiatan perluasan tanaman pala seluas 1.525 ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 3 provinsi yaitu Sulut, Maluku dan Malut. Anggaran yang terserap sebesar Rp.35.942.036.312,- (84,26%). 7) Pengembangan kebun benih tanaman rempah dan penyegar seluas 101 ha dengan anggaran sebesar Rp.5.093.981.000,- untuk melaksanakan kegiatan yang meliputi: (a) Pembangunan kebun entres tanaman kakao 23 ha di 5 provisi yaitu Sulteng, Sulsel, Sultra, Malut dan Sulbar; (b) Pembangunan kebun induk tanaman cengkeh 13 ha di Jateng, Sulut, Maluku dan Gorontalo, gambir 2 ha di Sumbar, kakao 10 ha di D.I. Yogyakarta, Sulteng, Sulsel, Sultra, Malut dan Sulbar, kopi 7 ha di Sumut, Jambi, Sulsel,Sulbar, lada 8 ha di Aceh, Kalteng, Kaltim,Babel dan pala 6 ha di Sulut dan Maluku; (c) Pemeliharaan kebun entres tanaman kakao 6 ha di Aceh, Sumut, NTT dan kopi 2 ha di Jateng; (d) Pemeliharaan kebun induk tanaman kopi 6 ha di Sulsel dan Bengkulu, lada 11 ha di Aceh, Sumsel, Lampung Babel, pala 5 ha di Malut dan teh 2 ha di Jabar. Anggaran yang terserap sebesar Rp.4.490.256.296,- (88,15%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel 11. 109

Tabel 11. Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2015 No Program Peningkatan Produksi, I Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar 1 PengembanganTanaman Kopi 2 Pengembangan tanaman teh 3 PengembanganTanaman Kakao 4 PengembanganTanaman Lada 5 PengembanganTanaman Cengkeh Pemberdayaan Pekebun 6 Tanaman Rempah dan Penyegar 7 Pengembangan Tanaman Pala Pengembangan Kebun 8 Benih Tanaman Rempah dan Penyegar Koordinasi, Pembinaan 9 dan Monev Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar Koordinasi Kegiatan 10 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 11 Layanan Perkantoran Anggaran (Rp.) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % 2.066.288.635.000 1.838.673.547.580 88,98 95,77 306.885.383.000 280.050.784.881 41.537.790.000 40.468.638.390 1.274.324.056.000 1.155.135.989.899 57.518.255.000 49.562.251.375 45.658.865.000 41.921.689.273 91,26 99,56 97,43 99,87 90,65 97,53 86,17 94,31 91,82 99,59 177.839.033.000 145.827.019.825 82,00 87,10 42.656.600.000 35.942.036.312 84,26 90,21 5.093.981.000 4.490.256.296 88,15 94,41 12.541.360.000 9.645.787.923 76,91 83,85 101.614.009.000 75.069.360.926 73,88 78,69 619.303.000 559.732.480 90,38 94,52 3.3.1.2. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar Rp.997.039.050.139,- (63,70%) dari target sebesar Rp.1.565.285.225.000,- dengan realisasi fisik sebesar 70,34%. Tidak tercapainya target serapan anggaran 110

tersebut terutama disebabkan oleh tidak terlaksanakan penetapan kelompok tani sasaran karena adanya penafsiran Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya pada Pasal 24 Ayat 1 (c) yang mengatur pemberian bansos tidak boleh terus menerus (dua tahun berturut-turut) oleh Dinas Kabupaten, APTRI dan KPTR dan pemeriksa ketentuan ini ditafsirkan berlaku juga untuk APBN, meskipun Pemendagri tersebut hanya mengatur bansos yang bersumber dari APBD. Dan sebagian kelompok tani tebu belum masuk ke dalam daftar katalog yang ditebitkan oleh Bakorluh. Selain itu terdapat kelompok tani yang mengudurkan diri karena menganggap administrasi bansos terlalu rumit. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas 66.163 ha dengan anggaran Rp. 1.419.251.085.000,- untuk kegiatan yang terdiri dari: (a) kegiatan bongkar ratoon tanaman tebu seluas 2.631 ha yang dilaksanakan di 31 kabupaten 7 provinsi yaitu Jabar, Jateng, D.I. Yogyakarta, Sumsel, Lampung, Gorontalo dan Sulsel; (b) Kegiatan rawat ratoon seluas 57.061 ha yang dilaksanakan di 76 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, D.I. Yogyakarta, Jatim, Sumsel, Aceh, Jambi, Lampung, Gorontalo dan Sulsel; (c) Kegiatan perluasan tanaman tebu seluas 9.588 ha yang dilaksanakan di 35 kabupaten 9 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Gorontalo Sumsel, Sumbar, Jambi, Lampung, NTB dan Sulsel; (d) Kegiatan 111

pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD) tanaman tebu seluas 2.854 ha yang dilaksanakan di 37 kabupaten 6 provinsi yaitu Aceh, Lampung, Jateng, NTB dan Gororntalo; (e) Rintisan kebun benih tebu seluas 870 ha yang dilaksanakan di 14 kabupaten 8 provinsi yaitu Aceh, Papua, Sulteng, NTB, Sulsel, Sultra, Gorontalo dan Malut. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.879.124.632.725,- (61,94%). 2) Pengembangan tanaman kapas seluas 7.630 ha dengan anggaran Rp.25.744.890.000,- yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu Jatim, Bali, NTB, NTT dan Sulsel. Anggaran yang terserap sebesar Rp.24.354.642.300,- (94,60%). 3) Pengembangan tanaman tembakau seluas 630 ha dengan anggaran sebesar Rp.19.794.250.000,- yang dilaksanakan di 16 Kabupaten 7 Provinsi yaitu Aceh, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan NTB. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp.7.761.071.133,- (39,21%). 4) Pengembangan tanaman nilam seluas 175 ha dengan anggaran sebesar Rp.5.039.050.000,- yang dilaksanakan di 21 kabupaten 10 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim, D.I. Yogyakarta, Bali, Gorontalo dan Sultra. Anggaran yang terserap sebesar Rp.4.430.685.475,- (87,93%). Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim disajikan pada Tabel 12. 112

Tabel 12. Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim tahun 2015 Output Anggaran (Rp.) No Program /Fisik Pagu Realisasi % % II Peningkatan Produksi, dan Produktivitas Tanaman Semusim 1.565.285.225.000 997.039.050.139 63,70 70,34 1 Pengembangan Tanaman Tebu 1.419.251.085.000 879.124.632.725 61,94 68,10 2 Penanaman Tanaman Kapas 25.744.890.000 24.354.642.300 94,60 99,73 3 Penanaman Tanaman Tembakau 19.794.250.000 7.761.071.133 39,21 46,96 4 Penanaman Tanaman Nilam 5.039.050.000 4.430.685.475 87,93 99,40 5 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 79.638.832.000 71.604.413.845 89,91 99,50 6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan 15.387.533.000 9.485.640.191 61,64 98,08 Tanaman Semusim 7 Layanan Perkantoran 429.585.000 277.964.470 64,71 73,24 3.3.1.3. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan pada tahun 2015 sebesar Rp.335.261.715.769,- (86,73%) dari pagu sebesar Rp.386.568.590.000,- dengan realisasi fisik sebesar 95,41%. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis 113

yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas 19.990 ha dengan anggaran Rp.151.318.932.000,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman karet seluas 17.340 ha yang dilaksanakan di 77 kabupaten 18 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Bengkulu, Banten, Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan Kalimantan Utara. Sedangkan kegiatan perluasan tanaman karet seluas 2.650 ha yang dilaksanakan di 15 kabupaten 6 provinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bengkulu dan Kepulauan Riau. Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut Rp.137.906.048.154,- (91,14%). 2) Pengembangan tanaman kelapa seluas 35.650 ha dengan anggaran Rp.89.731.856.000,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman kelapa seluas 31.150 ha yang dilaksanakan di 101 kabupaten 23 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogayakarta, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi 114

Tenggara, Bali, NTB, NTT, Maluku, Malut, Banten, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sedangkan kegiatan perluasan tanaman kelapa seluas 4.500 ha yang dilaksanakan di 20 kabupaten 9 provinsi yaitu Jawa Tengah, aceh, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTB, Bengkulu, Gorontalo dan Papua Barat. Capaian serapan anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.75.361.301.825,- (83,99%). 3) Pengembangan tanaman kelapa sawit seluas 7.990 ha dengan anggaran Rp.62.509.240.000,- untuk kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit dan sosialisasi penggunaan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat. Kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit seluas 3.140 ha yang dilaksanakan di 13 kabupaten 4 provinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara. Sedangkan kegiatan sosialisasi penggunaan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat seluas 4.850 ha dilaksanakan di 38 kabupaten 9 provinsi yaitu Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim dan Bengkulu. Realisasi anggaran sebesar Rp.53.788.548.664,- (86,05%). 4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas 1.700 ha dengan anggaran Rp.4.245.068.000,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan seluas 900 ha yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB dan NTT. Sedangkan untuk perluasan 800 ha dilaksanakan di 6 kabuapten 5 provinsi yaitu Jawa Timur, 115

Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Maluku Utara. Realisasi Anggaran yang terserap sebesar Rp. 4.123.562.535,- (97,14%). 5) Pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 20 ha dengan anggaran Rp.235.815.000,- untuk kegiatan penanaman kemiri sunan seluas 15 ha yang dilaksanakan di Kabupaten Belu Provinsi NTT, dan kegiatan perluasan tanaman kemiri sunan 5 ha yang dilaksanakan di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp.229.667.540,- (97,39%). 6) Pengembangan kebun benih tanaman tahunan seluas 213 ha dengan anggaran Rp.6.168.962.000,- untuk melaksanakan yang terdiri dari: (a) kegiatan pembangunan kebun entres tanaman karet 8 ha di 8 kabupaten 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Kalteng, Bangkulu dan Banten; (b) Kegiatan pembangunan kebun induk tanaman aren 5 ha di kabupaten Kutai Timur provinsi Kalimantan Timur; (c) Kegiatan pembangunan kebun induk tanaman kelapa seluas 115 ha yang dilaksanakan di 18 kabupaten 15 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Aceh, Sumbar, Riau, Jambi, Sulut, Sulteng, Sultra, Maluku, NTB, NTT, Papua, Banten dan Gorontalo; (d) Kegiatan pemeliharaan kebun entres tanaman karet 5 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 5 provinsi yaitu Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng dan Papua; (e) Kegiatan pemeliharaan kebun induk tanaman jambu mete 15 ha yang dilaksanakan di 2 kabupaten 2 provisi yaitu Sultra dan NTT; (f) Kegiatan pemeliharaan kebun induk tanaman kelapa seluas 59 ha yang dilaksanakan di 13 kabupaten 7 provinsi yaitu Jateng, Sulut, Sulteng, Sultra, Maluku, NTB, Malut dan Sulbar; (g) Kegiatan 116

pemeliharan kebun induk tanaman kemiri sunan 5 ha yang dilaksanakan di 1 Kabupaten Karawang 1 Provinsi Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran kegiatan tersebut sebesar Rp.5.168.168.085,- (83,78%). 7) Pengembangan tanaman sagu seluas 1.100 ha dengan anggaran Rp.5.835.800.000,- yang dilaksanakan di 8 kabupaten 2 Provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp.5.824.649.000,- (99,81%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Tahun 2015 No Program Peningkatan Produksi, dan III Produktivitas Tanaman Tahunan 1 Pengembangan tanaman karet rakyat 2 Pengembangan Tanaman Kelapa 3 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 4 Pengembangan tanaman Jambu Mete 5 Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) 6 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan 7 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan 8 Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 386.568.590.000 335.261.715.769 86,73 95,41 151.318.932.000 137.906.048.154 91,14 97,56 89.731.856.000 75.361.301.825 83,99 93,20 62.509.240.000 53.788.548.664 86,05 93,30 4.245.068.000 4.123.562.535 97,14 99,86 16.419.089.000 13.165.396.530 80,18 99,01 2.064.760.000 1.808.948.550 87,61 99,38 17.617.506.000 13.786.834.988 78,26 93,91 235.815.000 229.667.540 97,39 99,87 117

No Program 9 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Tahunan 10 Pengembangan Kebun Benih TanamanTahunan 11 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan 12 Pengembangan Tanaman Sagu 13 Pengembangan Tanaman Sagu Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 9.979.286.000 7.830.023.212 78,46 93,92 6.168.962.000 5.168.168.085 83,78 91,19 19.282.876.000 15.304.443.524 79,37 93,97 5.835.800.000 5.824.649.000 99,81 99,99 1.159.400.000 964.123.162 83,16 96,16 14 Layanan Perkantoran 6.168.962.000 5.168.168.085 83,78 91,19 3.3.1.4. Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah sebesar Rp.41.865.342.589,- (87,63%) dari pagu sebesar Rp.47.777.599.000,- dengan realisasi fisik 98,95%. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten masih belum berjalan dengan baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum terlaksana dengan baik dan sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 98 Tahun 2013 yang belum memadai. 118

Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan sebanyak 298 Kelompok Tani (KT) dengan anggaran sebesar Rp.29.931.519.000,- untuk melaksanakan kegiatan yang terdiri atas: (a) Penanganan pascapanen tanaman semusim sebanyak 9 KT yang meliputi: penanganan pascapanen tanaman nilam 5 KT yang dilaksanakan di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Jabar, Aceh dan Gororntalo; penanganan pascapanen tanaman tebu 5 KT yang dilaksanakan di 2 kabupaten 1 provinsi Aceh dan pengadaan alat tanaman nilam 2 KT dilaksanakan di 2 kabupaten 1 provinsi Jawa Timur; (b) Penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sebanyak 102 KT yang meliputi: penanganan pascapanen tanaman cengkeh 12 KT yang dilaksanakan di 7 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Maluku, NTT, Banten dan Gorontalo; penanganan pascapanen tanaman kakao 36 KT yang dilaksanakan di 22 kabupaten 14 provinsi yaitu Jateng, Jatim, Aceh, Sumbar, Kalteng, Sulteng, Sulsel, Sultra, Bali, NTB, NTT, Banten, Gorontalo dan Sulbar; penanganan pascapanen tanaman kopi 34 KT yang dilaksanakan di 21 kabupaten 12 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Bali, NTB, NTT dan Bengkulu; penanganan pascapanen tanaman lada 2 KT yang dilaksanakan di Kab. Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung dan penanganan pascapanen tanaman pala 18 KT di 10 kabupaten 5 provinsi yaitu Jabar, Sulut, Maluku, Malut dan Papua Barat; (c) 119

Pananganan pascapanen tanaman tahunan sebanyak 187 KT yang meliputi: penanganan pascapanen tanaman jambu mete 20 KT yang dilaksanakan di 7 kabupaten 4 provinsi yaitu Sultra, NTB, NTT dan Malut; penanganan pascapanen tanaman karet 102 KT yang dilaksanakan di 32 kabupaten 14 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Bengkulu, Banten dan Babel; dan penanganan pascapanen tanaman kelapa 65 KT yang dilaksanakan di 22 kabupaten 14 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, D.I. Yogyakarta, Sumut, Kalbar, Sulut, Sulsel, Sultra, Maluku, NTT, Malut, Banten, Gorontalo dan Sulbar. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp.27.778.135.627,- (92,81%). 2) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan sebanyak 42 Kasus dengan anggaran Rp.5.300.409.000,- yang dilaksanakan di 31 provinsi yaitu: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Bali, NTB, NTT, Papua, Bengkulu, Maluku Utara, Banten, Bangka Belitung, Gorontalo, Kepulauan Riau, Papua Barat, Sulawesi Barat, dengan serapan anggaran sebesar Rp.4.056.856.450,- (76,54%). 3) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan dengan anggaran sebesar Rp.5.027.148.000,- yang dilaksanakan di 32 provinsi yaitu: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, 120

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Bali, NTB, NTT, Papua, Bengkulu, Maluku Utara, Banten, Bangka Belitung, Gorontalo, Kepulauan Riau, Papua Barat, Sulawesi Barat dan Kalimantan Utara. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp.3.865.708.344,- (76,90%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada Tabel 14 berikut : Tabel 14. Output Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2015 No Program Dukungan Penanganan IV Pascapanen dan Pembinaan Usaha 1 Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 2 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan Pembinaan Usaha 3 Koordinasi Kegiatan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Perkebunan 4 Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 5 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 47.777.599.000 41.865.342.589 87,63 98,95 29.931.519.000 27.778.135.627 92,81 99,64 6.863.673.000 5.619.327.245 81,87 96,09 81.100.000 81.100.000 100,00 100,00 5.300.409.000 4.056.856.450 76,54 98,83 5.027.148.000 3.865.708.344 76,90 98,84 6 Layanan Perkantoran 573.750.000 464.214.923 80,91 99,05 121

3.3.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar Rp.143.275.482.774,- (82,15%) dari pagu anggaran sebesar Rp.174.404.758.000,- dengan realisasi fisik sebesar 92,77%. Output kegiatan penting untuk Dukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan dengan anggaran sebesar Rp.22.121.920.000,- yang dilaksanakan sebanyak 224 Kelompok Tani yang terbagi atas: (a) SL-PHT Cengkeh 9 KT di 4 kabupaten 4 provinsi yaitu Jateng, Sulsel, Sultra, Bali; (b) SL-PHT Jambu Mete 6 KT di 3 kabupaten 2 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta dan NTT; (c) SL- PHT Kakao 46 KT di 21 kabupaten 11 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta, Aceh, Lampung, Sulteng, Sulsel, Sultra, Bali, NTB, Bengkulu, Gorontalo dan Sulbar; (d) SL-PHT Karet 28 KT di 14 kabupaten 7 provinsi yaitu Jabar, Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar, Kaltim, dan Banten; (e) SL-PHT Kelapa 20 KT di 8 kabupaten 5 propinsi yaitujabar, D.I. Yogyakarta, Jatim, Kalbar dan Sulut; (f) SL-PHT Kopi 31 KT di 11 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulsel, Bali, NTB dan Bengkulu; (g) SL-PHT Lada 22 KT di 7 kabupaten 3 provinsi yaitu Kaltim, Sulsel, dan Babel; (h) SL-PHT Tebu 60 KT di 20 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, Sumsel, Lampung dan Sulsel; (i) SL-PHT Teh 2 KT di Kab. Purwakarta Jawa Barat. Realisasi anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.20.886.133.575,- (94,41%). 122

2) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman perkebunan seluas 33.366 ha dengan anggaran sebesar Rp. 57.192.060.000,- yang terdiri dari : a) Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar dilaksanakan seluas 9.845 ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) Dem-Farm pengendalian OPT tanaman kakao (PBK) 20 ha di 2 kabupaten provinsi Sulsel; (2) OPT tanaman cengkeh (Bakteri Pembuluh Kayu) seluas 500 ha di 6 kabupaten 2 propinsi yaitu Jateng dan Jatim; (3) OPT tanaman cengkeh hama penggerak batang seluas 1.100 ha di 5 kabupaten 4 provinsi yaitu Sulut, Sultra, Maluku, Malut; (4) OPT tanaman cengkeh (Penyakit Jamur Akar Putih) 200 ha di Kab. Buleleng Proinsi Bali; (5) OPT Tanaman Kakao (Hama Penggerek Buah Kakao/PBK) seluas 4.650 ha di 17 kabupaten 10 propinsi yaitu Jateng, D.I. Yogyakarta, Aceh, Sumbar, Sulteng, Sulsel, Bali, NTB, NTT dan Sulbar; (6) OPT Tanaman Kopi (Hama Penggerek Buah Kopi/PBKo) seluas 2.775 ha di 9 kabupaten 5 propinsi yaitu Jabar, Aceh, Sulsel, Bali dan NTB; (7) OPT tanaman lada (Penyakit Busuk pangkal Batang) seluas 400 ha di 3 kabupaten 2 propinsi yaitu NTT dan Babel; (8) OPT tanaman lada (Penyakit Jamur Pirang) seluas 200 ha di Kab. Pontianak Provinsi Kalbar. b) Pengendalian OPT Tanaman Semusim seluas 7.571 ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) Dem-Farm pengendalian Uret pada tanaman tebu 10 ha di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Jateng dan D.I. Yogyakarta; (2) Demplot pengendalian OPT tanaman nilam 123

30 ha di 5 kabupaten 5 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Aceh, Sumbar dan Sultra; (3) Demplot pengendalian OPT tanaman tebu (Tikus dengan Burung Hantu) 10 ha di 2 kabupaten provinsi Jawa Tengah; (4) OPT tanaman tebu (Hama Babi Hutan) seluas 230 ha dilaksanakan di 4 kabupaten 2 propinsi yaitu Sumsel dan Sulsel; (5) OPT tanaman tebu (Hama Penggerek Batang/Pucuk) seluas 3.861 ha di 29 kabupaten 8 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, Sumsel, Lampung, Sulsel, Papua dan Gorontalo; (6) OPT tanaman tebu (Hama Tikus) seluas 1.380 ha di 17 kabupaten 4 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel; (7) OPT tanaman tebu (Hama Uret) seluas 1.500 ha di 13 kabupaten 4 provinsi yaitu Jabar, Jateng, D.I. Yogyakarta dan Jatim; (8) OPT tanaman tembakau 225 ha di 3 kabupaten 2 privinsi yaitu Jatim dan NTB; (9) OPT tanaman kapas seluas 325 ha di 6 kabupaten 4 propinsi yaitu Jatim, Sulsel, Bali dan NTB. c) Pengendalian OPT Tanaman Tahunan seluas 14.950 ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) Dem-Farm pengendalian Aceria sp pada tanaman kelapa 20 ha di 2 kabupaten provinsi Sulut; (2) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman jambu mete 10 ha di Kab. Karangasem Provinsi Bali; (3) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman karet 70 ha di 6 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar dan Kalsel; (4) OPT tanaman jambu mete seluas 450 ha di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Bali dan NTT; (5) OPT tanaman Karet seluas 5.250 ha dilaksanakan di 26 kabupaten 9 provinsi yaitu Jabar, Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, 124

Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Banten; (6) OPT tanaman karet (Penyakit JAP) seluas 350 ha di 3 kabupaten provinsi Jawa Barat; (7) OPT tanaman kelapa 375 ha dilaksanakan di 4 kabupaten propinsi Jawa Tengah; (8) OPT tanaman kelapa (Oryctes rhynoceros) seluas 600 ha di 4 kabupaten Provinsi D.I. Yogyakarta; (9) OPT tanaman kelapa (Busuk Pucuk) seluas 350 ha di Kab. Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara; (10) OPT tanaman kelapa (Hama Aceria sp) seluas 500 ha di 2 kabupaten provinsi Sulut; (11) OPT tanaman kelapa (Hama Brontispa) 3.900 ha dilaksanakan di 17 kabupaten 10 provinsi yaitu Riau, Lampung, Kalbar, Kalteng, Sulut, Sulteng, Sulsel, Bali, NTB dan NTT; (12) OPT tanaman kelapa (Hama Oryctes rhynoceros) 1.875 ha dilaksanakan di 12 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulteng, Bali, NTB dan NTT; (13) OPT tanaman kelapa (Hama Sexava) 1.300 ha dilaksanakan di 7 kabupaten 2 provinsi yaitu Sulut dan Malut; (14) OPT Tanaman Kelapa Sawit (Hama Oryctes sp) seluas 900 ha dilaksanakan di kabupaten Kampar dan Rokan Hilir provinsi Riau. Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut yang terserap sebesar Rp.45.934.678.499,- mencapai 80,32%. atau Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 15. 125

Tabel 15. Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2015 No V Program Dukungan Perlindungan Perkebunan 1 Pemberdayaan perangkat 2 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan 3 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 4 Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan 5 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan 6 Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 174.404.758.000 143.275.482.774 82,15 92,77 48.034.549.000 38.973.715.071 81,14 94,06 22.121.920.000 20.886.133.575 94,41 98,72 29.231.267.000 21.401.313.420 73,21 87,66 57.192.060.000 45.934.678.499 80,32 90,02 6.825.700.000 6.057.213.506 88,74 98,44 9.614.147.000 8.848.332.625 92,03 99,60 7 Layanan Perkantoran 1.385.115.000 1.174.096.078 84,77 99,24 3.3.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar Rp. 145.586.454.723,- (78,03%) dari pagu sebesar Rp. 186.571.726.000,- dengan realisasi fisik sebesar 90,48%. Output kegiatan penting untuk Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Administrasi Kegiatan Dana Dekonsentrasi (DK) dengan anggaran sebesar Rp.3.646.680.000,- yang dilaksanakan di 34 Provinsi selama 126

12 bulan dan terealisasi sebesar Rp. 3.464.897.226,- (95,02%) dengan capaian fisik 99,75%. 2) Administrasi Kegiatan Dana Tugas Pembatuan (TP) dengan anggaran sebesar Rp.24.723.434.000,- yang dilaksanakan di 34 Provinsi selama 12 bulan dan terealisasi sebesar Rp.19.685.379.745,- (79,62%) dengan capaian fisik 94,98%. 3) Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya dengan anggaran sebesar Rp.61.910.586.000,- yang dilaksanakan di 34 Provinsi selama 12 bulan dan terealisasi sebesar Rp.55.549.812.530,- (89,73%) dengan capaian fisik 95,49%. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 16 berikut: Tabel 16. Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2015 No Program Anggaran (Rp.) Output Pagu Realisasi % / Fisik % Dukungan Manajemen VI dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 186.571.726.000 145.586.454.723 78,03 90,48 1 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi 3.646.680.000 3.464.897.226 95,02 99,75 (DK)) 2 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) 24.723.434.000 19.685.379.745 79,62 94,98 3 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis 61.910.586.000 55.549.812.530 89,73 95,49 lainnya 4 Dokumen Perencanaan 6.680.560.000 5.188.826.014 77,67 98,88 127

No Program 5 Dokumen Keuangan dan Perlengkapan 6 Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas 7 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 10.683.672.000 8.413.485.787 78,75 98,94 28.258.600.000 11.300.013.712 39,99 67,00 4.966.855.000 4.630.282.183 93,22 98,66 8 Layanan Perkantoran 39.819.389.000 35.721.574.568 89,71 94,49 9 Kendaraan Bermotor 96.050.000 95.332.500 99,25 99,96 10 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 5.785.900.000 1.536.850.458 26,56 66,33 3.3.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp.65.901.339.350,- (93,17%) dari pagu anggaran sebesar Rp.70.371.493.000,- dengan realisasi fisik sebesar 98,12%. Output kegiatan penting untuk Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Pembangunan Kebun Contoh, Demplot, Uji Koleksi, sebanyak 10 unit dengan anggaran sebesar Rp.952.000.000,- yang dilaksanakan di 3 UPT Pusat yaitu BBPPTP Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP Pontianak dan terealisasi sebesar Rp.946.054.700,- (99,38%) dengan capaian fisik 100,00%. 2) Rakitan Teknologi Spesifikasi Proteksi Tanaman Perkebunan sebanyak 29 Paket dengan anggaran sebesar Rp.2.336.863.000,- yang dilaksanakan di 4 UPT Pusat yaitu BBPPTP Medan, Surabaya dan 128

Ambon serta BPTP Pontianak dan terealisasi sebesar Rp.2.151.411.034,- (92,06%) dengan capaian fisik 96,55%. 3) Pemanfaatan Agensia Hayati sebanyak 13 jenis dengan anggaran sebesar Rp.561.041.000,- yang dilaksanakan di UPT Pusat yaitu BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon serta BPTP Pontianak dan terealisasi sebesar Rp. 528.847.755,- (94,26%) dengan capaian fisik 99,71%. Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2015 No Program VII Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 1 Pembangunan kebun contoh, demplot, uji, koleksi dll 2 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 70.371.493.000 65.901.339.350 93,65 98,12 952.000.000 946.054.700 99,38 100,00 2.336.863.000 2.151.411.034 92,06 96,55 3 Pemanfaatan agensia hayati 561.041.000 528.847.755 94,26 99,71 4 Sertifikasi dan pengujian mutu benih 673.550.000 638.690.813 94,82 99,74 5 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan 11.030.627.000 9.466.227.137 85,82 94,29 129

No Program Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 6 Layanan Perkantoran 50.741.297.000 48.159.552.065 94,91 98,75 7 Kendaraan Bermotor 154.540.000 148.537.000 96,12 98,81 8 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 9 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 85.750.000 51.796.766 60,40 88,02 3.305.825.000 3.281.148.080 99,25 99,96 10 Gedung/Bangunan 530.000.000 529.074.000 99,83 99,99 3.3.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2015 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2013 dan 2014); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas 130

Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun 2015-2019. Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2015 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 88 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (33 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (50 satker). Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 sebagaimana disajikan pada Lampiran 3. Bila diurut untuk Satker Provinsi yang capaian serapan keuangan mulai dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini : Tabel 18 : Satker Provinsi Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 1 DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT 9.431.096.000,00 9.182.479.000,00 97,36 99,38 2 DISBUN PROVINSI BENGKULU 37.761.810.000,00 36.653.170.100,00 97,06 99,75 3 DISTANBUNNAK PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG 17.370.212.000,00 16.703.725.301,00 96,16 94,06 4 DISBUNHORTI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 300.495.284.000,00 287.336.807.750,00 95,62 99,75 5 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 62.580.761.000,00 59.152.773.875,00 94,52 92,77 6 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 23.372.376.000,00 22.039.829.151,00 94,30 94,96 7 DISBUN PROVINSI RIAU 37.176.139.000,00 34.733.191.665,00 93,43 97,36 8 DISBUN PROVINSI JAMBI 41.105.782.000,00 38.221.588.672,00 92,98 95,32 9 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 36.897.362.000,00 34.263.307.200,00 92,86 98,71 10 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 107.000.527.000,00 97.399.617.590,00 91,03 96,37 11 DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 54.511.057.000,00 49.345.578.811,00 90,52 94,72 131

No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 12 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 42.163.680.000,00 37.981.132.906,00 90,08 92,98 13 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 39.549.613.000,00 35.620.337.975,00 90,06 94,66 14 DISTAN PROVINSI MALUKU 36.798.349.000,00 32.891.670.300,00 89,38 96,92 15 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 4.374.435.000,00 3.764.479.597,00 86,06 92,00 16 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 41.958.759.000,00 35.858.086.630,00 85,46 86,74 17 DISBUN PROVINSI BALI 55.859.798.000,00 47.308.072.564,00 84,69 90,37 18 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 222.584.824.000,00 186.926.952.371,00 83,98 90,21 19 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 18.876.086.000,00 15.669.659.297,00 83,01 89,55 20 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN 496.224.633.000,00 409.903.760.520,00 82,60 89,14 21 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 251.597.383.000,00 198.604.733.600,00 78,94 85,05 22 DISHUTBUN PROVINSI D.I.YOGYAKARTA 22.597.440.000,00 17.563.651.030,00 77,72 86,31 23 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 214.600.620.000,00 163.528.142.081,00 76,20 85,73 24 DISBUN PROVINSI ACEH 109.931.409.000,00 83.463.590.021,00 75,92 83,56 25 DISTANHUTNAKPROVINSI KEPULAUAN RIAU 6.711.791.000,00 5.092.275.650,00 75,87 84,46 26 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 59.377.992.000,00 43.967.764.745,00 74,05 85,20 27 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 15.907.906.000,00 11.384.497.275,00 71,57 81,13 28 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 494.012.022.000,00 350.840.288.942,00 71,02 78,98 29 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 55.354.694.000,00 38.844.222.850,00 70,17 96,34 30 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 112.905.802.000,00 78.408.305.545,00 69,45 81,41 31 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN 85.522.094.000,00 51.228.553.870,00 59,90 82,90 32 DISTANHUTKETPANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 14.604.652.000,00 6.783.915.100,00 46,45 50,24 33 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 414.490.928.000,00 185.453.181.526,00 44,74 58,25 Sedangkan untuk Satker Kabupaten/Kota dengan capaian serapan keuangan yang tertinggi sampai dengan yang terendah dapat diurutkan seperti yang dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini : Tabel 19 : Satker Kabupaten/Kota Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 1 DISBUNHORTI KABUPATEN KONAWE SELATAN 22.253.336.000,00 22.072.617.000,00 99,19 99,96 2 DISBUN KABUPATEN MINAHASA SELATAN 5.509.197.000,00 5.464.435.000,00 99,19 99,96 3 DISBUN KABUPATEN HALMAHERA TENGAH 7.635.595.000,00 7.537.094.000,00 98,71 99,94 4 DISTAN KABUPATEN KONAWE 22.389.560.000,00 21.986.662.000,00 98,20 99,91 5 DISBUN KABUPATEN ALOR 2.357.750.000,00 2.314.360.000,00 98,16 99,91 6 DISBUNHUT KABUPATEN KAPUAS HULU 6.153.944.000,00 6.035.644.700,00 98,08 99,90 7 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU 2.722.271.000,00 2.665.431.800,00 97,91 99,90 8 DISHUTBUN KABUPATEN CIANJUR 9.128.821.000,00 8.902.877.500,00 97,52 99,88 9 DISTAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA 17.084.600.000,00 16.632.720.600,00 97,36 96,87 10 DISHUTBUN KABUPATEN MERANTI 5.476.076.000,00 5.316.377.020,00 97,08 99,85 132

No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 11 DISTANBUNNAK KABUPATEN SIKKA 5.291.452.000,00 5.134.646.400,00 97,04 97,90 12 DISHUTBUN KABUPATEN BENGKAYANG 8.830.615.000,00 8.504.545.000,00 96,31 99,82 13 DISBUN KABUPATEN KOLAKA 29.426.388.000,00 28.294.703.600,00 96,15 99,81 14 DISHUTBUN KABUPATEN SIGI 36.369.140.000,00 34.905.692.854,00 95,98 99,79 15 DISHUTBUN KABUPATEN SOPPENG 22.728.882.000,00 21.734.100.859,00 95,62 99,78 16 DISHUTBUN KABUPATEN MAMUJU 39.737.876.000,00 37.977.807.200,00 95,57 97,78 17 DISHUTBUN KABUPATEN POLEWALI MANDAR 39.669.755.000,00 37.721.103.870,00 95,09 99,75 18 DISBUN KABUPATEN GARUT 14.475.075.000,00 13.722.875.600,00 94,80 99,74 19 DISBUN KABUPATEN PASAMAN BARAT 4.817.451.000,00 4.546.829.700,00 94,38 99,72 20 DISTAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT 9.918.615.000,00 9.356.366.000,00 94,33 99,72 21 DISHUTBUN KABUPATEN ACEH TIMUR 8.531.261.000,00 8.038.169.600,00 94,22 99,71 22 DISHUTBUN KABUPATEN LEBAK 5.580.000.000,00 5.242.099.749,00 93,94 98,70 23 DISTANBUNHORTI KABUPATEN MAMASA 29.258.988.000,00 27.412.677.000,00 93,69 98,68 24 DISHUTBUN KABUPATEN SINTANG 3.336.756.000,00 3.121.637.350,00 93,55 98,68 25 DISBUN KABUPATEN KAMPAR 5.262.880.000,00 4.881.349.000,00 92,75 99,30 26 DISBUN KABUPATEN TOLI-TOLI 19.668.580.000,00 18.166.204.835,00 92,36 95,62 27 DISBUN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT 4.496.778.000,00 4.151.021.000,00 92,31 97,62 28 DISBUN KABUPATEN MUSI RAWAS 6.210.416.000,00 5.727.883.500,00 92,23 93,61 29 DISHUTBUN KABUPATEN NAGAN RAYA 5.165.009.000,00 4.732.699.500,00 91,63 96,58 30 DISTANBUNPANGAN KABUPATEN POHUWATO 11.178.645.000,00 10.213.738.250,00 91,37 95,57 31 DISHUTBUN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 1.762.259.000,00 1.590.064.000,00 90,23 95,51 32 DISTANBUNHUT KABUPATEN BENGKULU TENGAH 1.930.730.000,00 1.736.640.000,00 89,95 94,50 33 DISHUTBUN KABUPATEN BENER MERIAH 175.600.680.000,00 156.847.335.000,00 89,32 94,47 34 DISHUTBUN KABUPATEN SANGGAU 12.543.015.000,00 11.092.557.700,00 88,44 99,44 35 DISBUN KABUPATEN KOTABARU 2.224.016.000,00 1.961.654.100,00 88,20 87,41 36 DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA TENGAH 1.634.540.000,00 1.437.225.700,00 87,93 92,40 37 DISHUTBUN KABUPATEN PIDIE 1.062.520.000,00 929.939.700,00 87,52 92,38 38 DISBUN KABUPATEN MUARA ENIM 6.811.826.000,00 5.930.045.340,00 87,06 93,35 39 DISHUTBUN KABUPATEN BULUKUMBA 18.495.707.000,00 16.059.941.332,00 86,83 92,34 40 DISHUTBUN KABUPATEN BANGKA 3.884.416.000,00 3.361.607.388,00 86,54 92,33 41 DISTANBUN KABUPATEN PANDEGLANG 5.969.316.000,00 5.158.177.400,00 86,41 90,32 42 DISHUTBUN KABUPATEN ACEH UTARA 6.913.985.000,00 5.897.131.110,00 85,29 93,26 43 DISBUN KABUPATEN TABALONG 1.859.536.000,00 1.582.100.700,00 85,08 90,25 44 DISTANPANGANBUN KABUPATEN TANAH LAUT 1.757.846.000,00 1.434.272.400,00 81,59 89,08 45 DISHUTBUN KABUPATEN LUWU UTARA 29.911.742.000,00 24.303.562.583,00 81,25 88,06 46 DISHUTBUN KABUPATEN MAJENE 18.805.750.000,00 14.849.590.917,00 78,96 82,08 47 DISBUN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR 14.810.772.000,00 10.819.426.840,00 73,05 82,65 48 DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KABUPATEN KUTAI BARAT 2.889.408.000,00 2.086.606.750,00 72,22 81,44 49 DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA SELATAN 9.097.955.000,00 6.008.074.705,00 66,04 75,30 50 DISBUN KABUPATEN BATUBARA 2.501.755.000,00 1.017.437.500,00 40,67 40,24 Untuk Satker UPT Pusat dan Satker Ditjen Perkebunan dengan capaian serapan keuangan yang tertinggi sampai dengan yang terendah dapat diurutkan sebagaimana berikut ini : 133

No UPT PUSAT DAN DITJEN PERKEBUNAN PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK I UPT PUSAT 1 BALAI BESAR (BBP2TP) AMBON 8.583.870.000,00 8.367.462.080,00 97,48 99,45 2 BALAI BESAR (BBP2TP) SURABAYA 17.922.826.000,00 17.188.843.846,00 95,90 99,79 3 BALAI PROTEKSI TAN. PERKEB. PONTIANAK 17.309.031.000,00 16.083.681.361,00 92,92 96,65 4 BALAI BESAR (BBP2TP) MEDAN 26.555.766.000,00 24.261.352.063,00 91,36 99,57 II DITJEN. PERKEBUNAN 1 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 8.210.815.000,00 7.231.309.584,00 88,07 90,55 2 DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN 7.437.423.000,00 6.083.542.168,00 81,80 88,12 3 DIRAT TANAMAN TAHUNAN 11.138.686.000,00 8.794.146.374,00 78,95 90,35 4 DIRAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR 13.160.663.000,00 10.205.520.403,00 77,55 92,52 5 SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN 96.291.026.000,00 66.886.365.222,00 69,46 92,10 6 DIRAT TANAMAN SEMUSIM 15.817.118.000,00 9.763.604.661,00 61,73 70,46 3.3.3. Penilaian Kinerja per Satker Tahun 2015 Penilaian kinerja disusun sesuai dengan Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun 2014. Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2015. Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut : a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; 134

e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: 0% - 59% : Kurang/Tidak Berhasil 60% - 79% : Cukup Berhasil 80% - 95% : Berhasil > 95% : Sangat Berhasil Berdasarkan pengalaman beberapa tahun belakangan ini, pelaksanaan pembangunan perkebunan sampai dengan triwulan III (<50%) masih sangat lambat belum sesuai dengan target yang ditetapkan Menteri Pertanian yaitu sebesar 70%. Oleh karena itu perlu terobosan-terobosan untuk memotivasi satker dalam mempercepat penyerapan anggaran dan merealisasikan pembangunan fisiknya, yang salah satunya adalah penilaian kinerja secara berkala baik triwulan maupun tahunan. 3.3.3.1. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan (PKTw) Penilaian kinerja per triwulan hanya dilaksanakan dari triwulan I (31 Maret 2015) sampai dengan triwulan III (30 September 2015). Adapun hasil penilaian per triwulan sebagai berikut: 3.3.3.1.1. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan I tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 31 Maret 2015 (Triwulan I) sebesar 0,96% atau Rp.45.743.049.888,- dari pagu anggaran sebesar Rp.4.754.153.234.000,-. Untuk realisasi keuangan 135

tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 25%), maka telah mencapai 0,96%. Berdasarkan rasio capaian masing-masing satker terhadap target yang ditetapkan Menteri Pertanian pada triwulan I (minimal 25%), diperoleh penilaian dengan katagori sangat berhasil sebanyak 0 satker dari 88 satker (0%), berhasil sebanyak 3 satker (3,41%), cukup berhasil sebanyak 1 satker (1,14%) dan sisanya sebanyak 84 satker yang masuk kategori kurang berhasil (95,45%). Adapun rinciannya sebagai berikut: No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat 0 0 0 1 2. Balai/UPT 0 3 1 0 3. Provinsi 0 0 0 33 4. Kabupaten/kota 0 0 0 50 Total 0 3 1 84 3.3.3.1.2. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan II tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 30 Juni 2015 (Triwulan II), realisasi keuangan sesuai SPAN dan SMART sebesar Rp.377.814.194.353,- atau 7,95% dari total pagu anggaran sebesar Rp.4.754.153.234.000,-. Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 50%), maka hanya mencapai 15,89%. Target kinerja yang digunakan sesuai arahan Menteri Pertanian yaitu minimal 50% pada triwulan II. Berdasarkan rasio capaian masing-masing satker terhadap target yang ditetapkan Menteri Pertanian pada triwulan II diperoleh penilaian dengan kategori yaitu satker yang capaiannya 136

tergolong sangat berhasil berjumlah 4 satker dari 88 satker (4,55%), berhasil berjumlah 1 satker (1,14%), cukup berhasil berjumlah 6 satker (6,82%), dan kurang berhasil berjumlah 77 satker (87,50%). Adapun rinciannya sebagai berikut: No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat 0 0 0 1 2. Balai/UPT 0 0 4 0 3. Provinsi 0 0 0 33 4. Kabupaten/kota 4 1 2 43 Total 4 1 6 77 Capaian kinerja pada triwulan II lebih baik dibandingkan triwulan I, dengan diindikasikan dari peningkatan satker yang masuk kategori sangat berhasil memperoleh penilaian dari 0% menjadi 4,55% (ada 4 satker yang penilaiannya meningkat). Sedangkan satker yang masuk kategori kurang/tidak berhasil terjadi penurunan dari 95,45% menjadi 87,50% (berkurang 7 satker dari 84 satker menjadi 77 satker yang penilaiannya kurang berhasil). 3.3.3.1.3. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan III tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 30 September 2015 (Triwulan III), realisasi keuangan sesuai SPAN dan SMART sebesar Rp.1.102.281.254.393,- atau 24,44% dari total pagu anggaran sebesar Rp.4.509.268.026.000,- (setelah adanya penghematan anggaran). Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 75%), baru mencapai 32,59%. 137

Target kinerja yang digunakan sesuai arahan Menteri Pertanian yaitu minimal 75% pada triwulan III. Berdasarkan rasio capaian masing-masing satker terhadap target yang ditetapkan Menteri Pertanian tersebut, satker yang capaiannya tergolong sangat berhasil berjumlah 8 satker dari 88 satker (9,09%), berhasil berjumlah 7 satker (7,95%), cukup berhasil berjumlah 11 satker (12,50%) dan kurang berhasil berjumlah 62 satker (70,45%). Adapun rinciannya sebagai berikut: No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat 0 0 0 1 2. Balai/UPT 1 3 0 0 3. Provinsi 0 0 0 33 4. Kabupaten/kota 7 4 11 28 Total 8 7 11 62 3.3.3.1.4. Hasil Penilaian Kinerja Triwulan IV tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 31 Desember 2015 (Triwulan IV), realisasi keuangan sesuai SPAN dan SMART sebesar Rp.3.567.602.932.924,- atau 79,33% dari total pagu anggaran sebesar Rp.4.497.268.026.000,- (setelah adanya penghematan anggaran). Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 95%), baru mencapai 79,33%. Capaian kinerja pada triwulan IV cukup mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III. Jika dilihat dari satker yang masuk kategori sangat berhasil yaitu meningkat 26,14% dari 8 satker menjadi 23 satker, untuk yang berhasil meningkat 56,82% dari 7 satker menjadi 50 satker, 138

cukup berhasil juga meningkat 13,64% dari 11 satker menjadi 12 satker dan kurang berhasil turun menjadi 3,41% yaitu dari 62 satker menjadi 3 satker. No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat 0 0 1 0 2. Balai/UPT 2 2 0 0 3. Provinsi 4 19 8 2 4. Kabupaten/kota 17 29 3 1 Total 23 50 12 3 Rincian perkembangan penilaian kinerja dari triwulan I sampai dengan triwulan IV tahun 2015 untuk masing-masing satker lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan dapat dilihat sebagaimana disajikan pada Laporan Penilaian Kinerja Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015. 3.3.3.2. Hasil Penilaian Kinerja Tahunan (PKTh) Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi keuangan sebesar Rp.3.567.602.932.924,- atau 79,33% dari total pagu anggaran sebesar Rp.4.497.268.026.000,-, (setelah adanya penghematan anggaran). Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 95%), baru mencapai 77,96% dengan realisasi fisik mencapai 86,97%. Kriteria tingkat keberhasilan kinerja yang digunakan adalah standar yang telah disepakati oleh Kementerian Pertanian yaitu realisasi 0% - 59% katagori kurang/tidak berhasil, 60% - 79% katagori cukup berhasil, 80% - 95% katagori berhasil dan > 95% katagori sangat berhasil. 139

Hasil penilaian kinerja tahunan tahun 2015 ini dilakukan dengan menjumlah bobot tertimbang dari parameter (1) capaian/realisasi keuangan, (2) capaian/realisasi fisik, (3) penilaian penyampaian laporan dan (4) penilaian atas tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP dengan mengacu pada Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan Tahun 2015. Capaian fisik pada tahun 2015 mencapai 86,97% atau mengalami penurunan 5,93% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 92,90%. Hal ini disebabkan dari adanya perubahan anggaran dari anggaran Refocusing ke APBN Perubahan sehingga adanya penambahan kegiatan teritama untuk belanja barang fisik (kontraktual), yang proses pengadaannya cukup memerlukan waktu. Meskipun demikian keteraturan dan ketaatan pelaporan telah dilakukan dengan baik oleh setiap satker karena adanya interaksi dua arah yang cuku baik. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2017. Kinerja masing-masing satker lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 sebagaimana disajikan dalam Laporan Penilaian Kinerja Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015. 3.4. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut. Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan dan terkait dengan keragaan pembangunan perkebunan yang telah mampu dicapai, perubahan lingkungan strategis, permasalahan, tantangan dan peluang 140

yang dihadapi serta tuntutan pembangunan ke depan dan tujuan serta program pembangunan perkebunan pada tahun 2015, maka terdapat permasalahan dan upaya penyelesaian serta rencana tindak lanjut yang dapat diuraikan sebagai berikut: 3.4.1. Permasalahan Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih belum memadai dari jaringan irigasi dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan secara terinci dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 3.4.1.1. Administrasi Secara administrasi masih ditemui di banyak satker permasalahan sebagai berikut: 1) Terlambatnya usulan proposal kegiatan dari daerah (provinsi dan kabupaten/kota); 2) Masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan, bahkan sampai bulan Oktober 2015 masih ada usulan revisi; 141

3) Seluruh jenis belanja untuk pengembangan perkebunan di daerah masuk dalam kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender; 4) Keterbatasan SDM terutama di Satker Provinsi yang memiliki anggaran besar, sedikitnya TP Mandiri sehingga distribusi anggaran terbatas/pelaksana terbatas, terlambatnya penetapan pengelola keuangan, besarnya penambahan anggaran perubahan yang terbit pada awal bulan April 2015 yang diikuti oleh ketidaksiapan Satker; 5) Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dins Kabupaten atau Kota (khususnya TP Provinsi); 6) Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi perkebunan mengantri dalam waktu yang lama; 7) Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak mengikuti ROPAK; 8) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota dalam proses pengadaan barang dan jasa kegiatan yang di danai APBN; 9) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kurang optimalnya sistem Monev dan Pelaporan. 142

3.4.1.2. Teknis 3.4.1.2.1. Perencanaan 1) Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim); 2) Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi dalam penentuan kegiatan kurang optimal; 3) Unit cost yang terlalu kecil; 4) Sertifikasi lahan petani belum semuanya ada; 5) Pengetahuan dan pemahaman rencana terhadap ROPAK belum optimal menyebabkan pelaksanaan kegiatan tertunda; 6) Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan belum sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman- Pedoman lainnya; 7) Beberapa kegiatan utama belum didukung oleh identifikasi dan penyediaan data CP/CL yang akurat ; 8) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 9) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan perkebunan, baik yang bersumber dari APBN, PAD maupun Dana Perimbangan; 143

10) Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam; 11) Rencana Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum sinergis dengan rencana pengembangan tebu secara keseluruhan. Karena ditangani oleh Instansi yang berbeda; 12) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK yang belum selesai; 13) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 14) Beberapa kegiatan masih menunggu dan menyesuaikan dengan musim hujan; 15) Terjadinya anomali iklim. 3.4.1.2.2. Pengorganisasian 1) Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; 2) SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; 3) Kurangnya koordinasi transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, pelaksana kegiatan dan pelaksana Monev dan Pelaporan; 4) Kapabiliti UPTD pada umumnya masih belum optimal; 5) Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); 6) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 144

7) Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; 8) Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan; 9) Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; 10) lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai; 11) Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 12) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; 13) Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; 14) Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha. 3.4.1.2.3. Pelaksanaan 1) Terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Kelompok Tani penerima Bansos harus berbadan hukum dan terkait dengan aturan bahwa petani/kelompok tani penerima Bansos tidak diperbolehkan lebih dari 2 (dua) kali berturut-turut menerima bantuan; 145

2) Dinas yang menangani perkebunan di Kabupaten/Kota menangalami keterlambatan/kesulitan dalam menyiapkan dan melengkapi persyaratan CP/CL dan adanya petani penerima Bansos tahun sebelumnya yang terjerat aparat hukum; 3) Kurangnya koordinasi dan sosialisasi antara Dinas yang menangani Perkebunan di Provinsi dengan Kabupaten/Kota, sehingga Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 4) Pelaksanaan pemupukan mengalami keterlambatan karena proses pencairan dana ke rekening kelompok tani terlambat; 5) Pelaksanaan kegiatan bongkar ratoon dan perluasan tebu tidak berjalan optimal, dikarenakan tidak tersedianya benih sesuai standar teknis; 6) Belum seluruhnya lokasi merealisasikan benih kuljar untuk tebu dan merivisi menjadi KBD konvensional; 7) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; 8) Proses pengadaan alat dan mesin terlambat, mengakibatkan pelaksanaan kegiatan pengolahan tanah terlambat; 9) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; 10) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; 146

11) Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi; 12) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; 13) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; 14) Unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal; 15) Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Perkebunan yang tercatat dan ditatausahakan di Daerah sebagian besar merupakan aset eks. Proyek-Proyek Direktorat Jenderal Perkebunan yang perolehannya mulai dari tahun 1980. Kondisi aset tersebut sebagian besar telah rusak berat 16) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya. 3.4.1.2.4. Pengawasan 1) Monev dan Pelaporan belum berjalan secara cepat, tepat dan akurat; 2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Monev dan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan serta hasil pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan; 3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 4) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana. 147

3.4.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: 3.4.2.1. Administrasi 1) Membuat penetapan kinerja (PK) antara Dirjen Perkebunan selaku pemberi amanah dengan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi/Kab/Kota selaku pelaksanan pembangunan perkebunan di daerah yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2015 di Hotel Royal Bogor; 2) Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 3) Mendorong percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 4) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); 5) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; 6) Penerapan reward dan punishment; 7) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; 8) Proses usul penghapusan BMN yang tidak ditemukan dan kondisi rusak berat; 148

9) Proses usul Hibah BMN Dekonsentrasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota 10) Proses usul Hibah BMN Tugas Pembantuan kepada Pemerintah Daerah dimana SKPD BMN tersebut tercatat. 11) Pencapaian pelaksanaan anggaran tahun 2015 sebagai pertanggungjawaban moral dan pemanfaatan anggaran kepada pemerintah maupun masyarakat; 12) Menyiapkan dan menyampaikan laporan keuangan (SAK dan SIMAK- BMN) semester II TA 2015 Kepada UAPPA/B Wilayah dan UAPPA/B E-1 Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan tepat waktu; 13) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL. 14) Kontrak yg sudah selesai untuk segera dibayarkan dengan menempatkan uang jaminan di bank untuk memastikan pekerjaan pembibitan selesai sesuai dengan kontrak. 3.4.2.2. Teknis 3.4.2.2.1. Perencanaan 1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; 2) Meminimalisir revisi anggaran dengan mematangkan sistem perencanaan dan mempercepat proses revisi bila ada; 3) Mencairkan dana secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 149

4) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya dan mempercepat penetapan CP/CL serta dukungan administrasi lainnya dengan eksekusi/penetapan/ pelaksanaan lebih awal; 5) Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi melakukan koordinasi lebih intensif dengan Kabupaten dan harus ada dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll 3.4.2.2.2. Pengorganisasian 1) Telah dilaksanakan pembagian tugas antara Sekretariat dan Direktorat sebagai penanggung jawab capaian fisik kegiatan dan keuangan sesuai komoditas dari tugas dan fungsi serta wilayah binaan; 2) Evaluasi kinerja satker setiap bulan dan triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; 3) Menyampaikan hasil penilaian capaian kinerja satker setiap triwulan kepada Gubernur/ Bupati/Walikota dengan tembusan seluruh Satker otonom Provinsi/Kab/Kota; 4) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 5) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan dalam melaksanakan kegiatan; 150

6) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI dan efektifitas Koordinasi di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 7) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; 8) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; 9) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 10) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 11) Penyediaan dana penjaminan untuk kredit KPEN-RP melalui dana pemerintah, khususnya untuk komoditi Karet dan Kakao, diusulkan kepada Kemenkeu; 12) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mengalokasikan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 13) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; 14) Meminimalkan campur tangan dari pihak lain, seperti Bupati, DPRD, dll. 151

3.4.2.2.3. Pelaksanaan 1) Memepercepat sosialisasi Pedum/Pedoman Teknis dan ditindaklanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis kegiatan disosialisasikan secara cepat; 2) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan dengan meningkatkan pemantauan kinerja secara teknis dan administrasi; 3) Pengadaan barang/jasa bersumber APBN adalah melalui ULP UPT Pusat yang berada didaerah tersebut. Hal ini dimungkinkan karena didalam Perpres No. 70 tahun 2012 dan perubahannya tidak mengatur pelelangan harus dipusatkan pada tempat tertentu, bahkan berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya ada suatu Kabupaten tidak ada ULP maka proses pelelangan dilaksanakan oleh ULP provinsi dimana kabupaten itu berada. 4) Diupayakan unit cost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 5) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 6) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani belum ada); 152

7) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; 8) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; 9) Pencairan dana dimulai secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 10) Mempercepat penyelesaian piutang negara pada petani eks Proyek UPP tersebut dengan (a) Penghapusan non pokok (bunga dan denda) Pinjaman petani dan (b) Pengendalian piutang negara pada petani; 11) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; 12) Meningkatkan intensitas sosialisasi ISPO kepada stakeholder terkait; 13) Penerapan kemitraan usaha antara lain melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam rangka untuk mencegah terjadinya gangguan usaha perkebunan. 3.4.2.2.4. Pengawasan 1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah; 153

3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; 4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI dan alur Monev dan Pelaporan yang baik di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; 6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); 7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui email, faksimile, telepon maupun media lainnya; 8) Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. 154

Kementerian Pertanian BAB IV P E N U T U P

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan yang disusun merupakan salah satu pertanggung-jawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-1 (Pertama) pada periode Pembangunan Perkebunan tahun 2015-2019. Kesemuanya itu merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 dalam Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada tahun 2015. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 2019 yang menjadi tanggung jawab adalah: Peningkatan produksi, produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui peremajaan, perluasan, rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan, yang didukung oleh penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, pelaksanaan perlindungan perkebunan, manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan, dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman. 155

Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN dengan total alokasi anggaran awal (refocusing) pada bulan Maret 2015 sebesar Rp.1.585.459.690.000,-. Pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp.4.754.153.234.000,-. Kemudian dilakukan revisi ke 2 dengan pengurangan anggaran untuk kegiatan tanaman pangan pada tanggal 10 Juli 2015 terhadap total alokasi pengelolaan anggaran, sehingga menjadi sebesar Rp.4.505.279.599.000,-. Pada tanggal 28 Agustus 2015 dilakukan revisi ke 3 karena adanya penambahan dana menjadi sebesar Rp.4.509.268.026.000,-. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2015 dilakukan revisi ke 4 dengan pengurangan anggaran sebesar Rp.12.000.000.000,- untuk kenaikan tunjangan kinerja pegawai di Kementerian Pertanian sehingga total anggaran menjadi sebesar Rp.4.497.268.026.000,-. Dana tersebut untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 88 satker baik di Pusat maupun Daerah berupa dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: (1) Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim; (2) Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar; (3) Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan; (4) Dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha; (5) Dukungan perlindungan perkebunan; (6) Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya; (7) Dukungan 156

pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman Perkebunan di 3 UPT Pusat di Daerah (BBPPTP Medan, BBPPTP Surabaya dan BBPPTP Ambon). Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama enam tahun terakhir (2010-2015), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,39%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, keterlibatan tenaga kerja di sektor perkebunan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang mencapai 2,50%. Neraca perdagangan untuk komditi perkebunan yang sedikit peningkatan sebesar 0,73% dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,17% per tahun. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, selama 6 tahun (2010-2015) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,21% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 41,67 juta ton pada tahun 2015. Bila dibandingkan dengan target Renstra sesuai Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 bahwa capaian produksi 16 komoditas unggulan mencapai 41,67 juta ton dari target sebesar 42,69 juta ton atau mencapai 97,59%. Namun meningkat menjadi 103,47% bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 40,27 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,47%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana 157

Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019, maka capaian tahun 2015 mencapai 83,01%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2015 yang nilainya 23,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 135,67%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 1,45% atau mencapai 101,45% dari 23,27 juta hektar menjadi 23,60 juta hektar untuk tahun 2015. Terhadap target Renstra 2015-2019 yang besarnya 18,29 juta ha, maka kinerja tahun 2015 sudah mencapai 129,09%. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp.3.567.602.932.924,- dari total pagu sebesar Rp.4.497.268.026.000,- atau keuangan mencapai 79,33% dengan capaian fisik seluruhnya 86,97%. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015 secara umum adalah adanya perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT), kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun), permodalan petani yang masih sulit di akses, sarana dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, 158

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik. 4.2. Saran Rekomendasi yang disusun dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan laporan pertanggungjawaban pimpinan pada akhir tahun anggaran dan merupakan tahun ke 1 (pertama) dari periode 5 (lima) tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan Kabinet Kerja, Kerja dan Kerja di lingkungan Kementerian Pertanian. Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian mulai dari penyusunan perencanaan, perekaman penyelenggaraan kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan penyelenggaraan maupun cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut: 1) Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu, perlu disiapkan secara cermat dengan penyediaan benih unggul bermutu melalui pembangunan Kebun Benih Induk (KBI) dan Kebun Benih Datar (KBD) menggunakan teknik kultur jaringan, bantuan alat dan mesin pertanian, bongkar ratoon, rawat ratoon dan perluasan areal pada daerah potensial pengembangan tebu; 2) Revitalisasi perkebunan, capaiannya hingga saat ini masih jauh dari target semula yang 2 juta hektar. Provinsi yang tidak 159

menunjukkan kemajuan dalam pelaksanaan program ini sebaiknya tidak perlu lagi dialokasikan anggaran untuk tahun berikutnya; 3) Pengembangan tembakau perlu ditinjau ulang karena produktivitasnya yang hanya mencapai 955 kg/ha atau 93,63% dari target 1.020 kg/ha, padahal diberikan secara penuh benihnya dan sebagian pupuk. Sebaiknya penggunaan benih virginia dialihkan ke benih lainnya yang bersertifikat untuk dapat mengungkit peningkatan produktivitas; 4) Pengembangan tanaman penghasil bahan bakar nabati, khususnya kemiri sunan yang capaian produktivitasnya sangat rendah bahkan tidak terlaksana padahal telah ditargetkan sebesar 16.000 kg/ha. Sepanjang produk tersebut tidak dapat bersaing, maka pengembangan komoditi tersebut kurang bermanfaat dan cenderung ditinggalkan oleh petani; 5) Pengembangan kelapa sawit yang merupakan komoditi ekspor, namun produktivitasnya masih rendah yaitu mencapai 3.679 kg/ha atau 92,18% dari target 3.991 kg/ha. Hal ini perlu perhatian pihak stakeholders terutama dalam pemilihan bibit unggul yang akan dibudidayakan dan pangsa pasarnya. 6) Pengembangan kakao untuk peningkatan produktivitas kakao yang telah dilakukan dengan Gernas kakao yaitu kegiatan peremajaan yang hasilnya semula 150 kg/ha mejadi 600kg/ha pada TM 4, rehabilitasi yang hasilnya semula 350 kg/ha menjadi 950kg/ha, intensifikasi dengan hasil semula 400 kg/ha menjadi 600kg/ha. Kegiatan rehabilitasi kakao melalui sambung samping mampu 160

menghasilkan produksi lebih dari 2 ton/ha dalam waktu yang singkat, dengan pemeliharaan yang intensif. Dengan capaian produksi yang meningkat tersebut menarik para petani kakao untuk melakukan sambung samping secara swadaya; 7) Pengembangan kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat mampu mengungkit pertumbuhan perekonomian daerah, hal ini ditandai dengan tumbuhnya industri kecil skala rumah tangga yang menghadirkan berbagai produk turunan kopi antara lain kopi bubuk klasik, kopi organik dan kopi strawberry serta kopi luwak. Sentra kopi luwak yang berada di Kecamatan Balik Bukit dijuluki Sentra Produsen kopi luwak liwa, yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata dari manca negara. 8) Komoditi yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu dicermati fluktuasi harga ditingkat petani yang cenderung merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani dalam melaksanakan usahataninya; 9) Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 10) Penilaian kinerja atas satker terbukti dapat meningkatkan realisasi keuangan dan fisik yang cukup signifikan, sehingga perlu dilanjutkan; 11) Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya. 161

Kementerian Pertanian L A M P I R A N

PENGUKURAN KINERJA OUTCOMES TAHUN 2015 (Berdasarkan Dari RKT / Renstra) Lampiran 1 Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Meningkatnya produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan. I. Produksi tanaman (ribu ton) a Tebu (hablur) 2.972,00 2.497,99 84,05 b Kapas (kapas berbiji) 1,85 1,71 92,54 c Tembakau (daun kering) 279,60 202,32 72,36 d. Nilam (daun kering) 2,75 2,14 77,96 e. Karet (karet kering) 3.320,00 3.108,26 93,62 f. Kelapa sawit (CPO) 30.798,00 30.889,33 100,30 g. Kelapa (setara kopra) 3.309,00 2.960.85 89,48 h. Kopi (biji kering) 725,00 665,25 91,76 i. Kakao (biji kering) 773,00 661,24 85,54 j. Jambu mete (gelondong kering) 123,63 123,56 99,95 k. Lada (lada kering) 93,00 88,29 94,94 l. Cengkeh (bunga kering) 112,60 123,27 109,48 m T e h (daun kering) 159,60 154,55 96,84 161

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) n Pala (biji kering) 27,70 33,21 119,90 o Sagu (tepung sagu) 0,00 157,54 0 p Kemiri sunan (biji kering) 0,00 0,00 0 Jumlah Produksi 16 Komoditas 42.697,73 41.669,57 97,59 II. Produktivitas tanaman (kg/ha/tahun) a Tebu (hablur) 6.140 5.613 91,42 b Kapas (kapas berbiji) 264 349 132,20 c Tembakau (daun kering) 1.020 955 93,63 d. Nilam (daun kering) 86 122 141,86 e. Karet (karet kering) 1.087 1.036 95,31 f. Kelapa sawit (CPO) 3.991 3.679 92,18 g. Kelapa (setara kopra) 1.247 1.131 90,70 h. Kopi (biji kering) 751 721 96,01 i. Kakao (biji kering) 655 794 121,22 j. Jambu mete (gelondong kering) 369 394 106,78 k. Lada (lada kering) 798 921 115,41 l. Cengkeh (bunga kering) 364 394 108,24 m T e h (daun kering) 1.309 1.689 129,03 n Pala (biji kering) 185 511 276,22 o Sagu (tepung sagu) 0 0 0 p Kemiri sunan (biji kering) 0 0 0 162

CAPAIAN KINERJA PROGRAM/KEGIATAN DITJEN PERKEBUNAN (Berdasarkan RKT) Tahun 2015 Lampiran 2 KODE KL PROG KEG PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 18 8 Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian bioindustry b k l Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 1,94 15,03 Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 5,89 5,45 92,53 18 8 1775 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Terlaksananya Pengembangan Tanaman Rempah Penyegar Pengembangan areal produktif tanaman Kopi (ribu Ha) 34,15 34,15 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman Teh (ribu Ha) 3,22 3,22 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman Kakao (ribu Ha) 184,91 183,52 99,25 Pengembangan areal produktif tanaman Lada (ribu Ha) 10,58 10,45 98,77 Pengembangan areal produktif tanaman Cengkeh (ribu Ha) 9,77 9,77 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman Pala (ribu Ha) 10,78 10,78 100,00 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah dan Penyegar (Orang) 27,94 27,94 100,00 Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar (Ha) 101 62 61,39 Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman rempah dan penyegar (KT) 0 0 0,00 Perluasan areal tanaman rempah dan penyegar di lahan kering (ribu Ha) 0 0 0,00 Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar (dokumen) 21 15 71,43 (%) 163

KODE KL PROG KEG PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 18 8 1776 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Terlaksananya Pengembangan Tanaman Semusim 18 8 1777 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Terlaksananya Pengembangan Tanaman Tahunan Pengembangan areal produktif tanaman Tebu (ribu Ha) 66,71 34,11 51,13 Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (ribu Ha) 8,44 7,97 94,43 Perluasan areal tanaman tebu di lahan kering (ribu Ha) 0 0 0,00 Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Semusim (dokumen) 23 23 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman Karet (ribu Ha) 19,99 19,44 97,25 Pengembangan areal produktif tanaman Kelapa (ribu Ha) 35,65 32,60 91,44 Pengembangan areal produktif tanaman Kelapa Sawit (ribu Ha) 7,99 6,74 84,36 Pengembangan areal produktif tanaman Sagu (ribu Ha) 1,10 1,10 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman tahunan lainnya (ribu Ha) 1,72 1,72 100,00 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan (KT) 18 4 22,22 Pembinaan dan pengawalan Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, Kakao) (laporan) 91 55 60,44 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan (Orang) 15.070 9.190 60,98 Pengembangan Kebun Sumber Benih Tanaman Tahunan (Ha) 218 218 100,00 Perluasan areal tanaman tahunan di lahan kering (ribu Ha) 0 0 0,00 Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Tahunan (dokumen) 15 15 100,00 164

KODE KL PROG KEG PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN (%) 18 8 1778 Dukungan Penanganan Pasca Panen dan Pembinaan Usaha 18 8 1779 Dukungan Perlindungan Perkebunan Meningkatnya Penerapan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Perkebunan Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam serta Dampak Perubahan Iklim Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan (kasus) 42 42 100,00 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan (provinsi) 32 32 100,00 Pembinaan Pascapanen Tanaman semusim (KT) 9 9 100,00 Pembinaan Pascapanen Tanaman rempah dan penyegar (KT) 102 102 100,00 Pembinaan Pascapanen Tanaman tahunan (KT) 188 187 99,47 Koordinasi Pelaksanaan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha (dokumen) 17 17 100,00 Pemberdayaan Perangkat (unit) 135 128 94,81 SL-PHT Perkebunan (KT) 224 130 58,04 Antisipasi Dampak Perubahan lklim (KT) 77 77 100,00 Kesiapsiagaan pencegahan Kebakaran lahan dan kebun (dokumen) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan (ribu Ha) Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT (Orang) 18 33,37 994 18 32,82 926 100,00 98,35 93,16 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan (Desa) Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan (dokumen) 0 20 0 20 0,00 100,00 165

KODE PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN KL PROG KEG (%) 18 8 1780 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Terfasilitasinya Pelayanan Perencanaan Program, Anggaran dan Kerjasama yang Berkualitas; Pelaksanaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Aset yang Berkualitas; Pelayanan Umum, Organisasi, Tata Laksana Kepegawaian, Humas, Hukum dan Administrasi Perkantoran yang Berkualitas; serta Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Penyediaan Data dan Informasi yang Berkualitas Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya (bulan) 12 12 100,00 Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan (bulan) 12 12 100,00 18 8 1781 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan Jumlah dokumen perencanaan, keuangan dan perlengkapan, kepegawaian dan umum serta evaluasi dan pelaporan (dokumen) 19 19 100,00 Sertifikasi dan pengujian mutu benih (juta batang) 17,19 109,48 636,88 Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi (unit) 103 10 9,71 Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan (paket teknologi) 39 28 71,79 Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati (jenis) 20 13 65,00 Koordinasi, pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan (dokumen) 12 29 241,67 166

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Lampiran 3 Lampiran 2 167

Lampiran 2 168

Lampiran 2 169

Lampiran 2 170

Lampiran 2 171

Lampiran 2 172

Lampiran 2 173

Lampiran 2 174

Lampiran 2 175

Lampiran 2 176

Lampiran 2 177

Lampiran 2 178

Lampiran 2 179

Lampiran 2 180

Lampiran 2 181

Lampiran 2 182

Lampiran 2 183

Lampiran 2 184

Lampiran 2 185

Lampiran 2 186

Lampiran 2 187

Lampiran 2 188

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN TRIWULAN IV SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015 Lampiran 4 NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 JAWA BARAT 136.509.698.000,00 773.640.000,00 0,57 20.562.241.000,00 15,06 56.594.648.000,00 41,46 101.034.058.645,00 74,01 84,59 2 JAWA TENGAH 414.490.928.000,00 1.216.918.680,00 0,29 4.290.776.000,00 1,04 20.356.137.677,00 2,04 185.453.181.526,00 44,74 58,25 3 D. I. YOGYAKARTA 22.597.440.000,00 398.746.100,00 1,76 4.951.869.000,00 21,91 10.118.862.643,00 44,78 17.563.651.030,00 77,72 86,31 4 JAWA TIMUR 494.012.022.000,00 952.520.400,00 0,19 3.207.371.300,00 0,65 28.950.061.200,00 5,86 350.840.288.942,00 71,02 78,98 5 A C E H 307.204.864.000,00 315.082.900,00 0,19 6.483.403.520,00 4,00 44.645.384.885,00 14,53 259.908.864.931,00 84,60 90,71 6 SUMATERA UTARA 44.460.514.000,00 147.760.800,00 0,33 2.243.918.501,00 5,05 12.031.750.789,00 27,06 36.875.524.130,00 82,94 84,12 7 SUMATERA BARAT 60.172.145.000,00 - - 1.767.431.585,00 2,94 8.563.938.985,00 14,23 43.391.052.550,00 72,11 96,61 8 R I A U 47.915.095.000,00 743.477.500,00 1,55 3.896.676.200,00 8,13 13.250.869.640,00 27,65 44.930.917.685,00 93,77 97,86 9 J A M B I 41.105.782.000,00 230.095.000,00 0,56 3.903.741.780,00 9,50 10.355.687.788,00 25,19 38.221.588.672,00 92,98 95,32 10 SUMATERA SELATAN 113.355.108.000,00 463.897.350,00 0,39 9.920.576.340,00 8,34 20.356.137.677,00 17,96 73.705.909.550,00 65,02 84,09 11 LAMPUNG 214.600.620.000,00 469.524.090,00 0,13 41.769.484.074,00 11,32 73.002.471.064,00 34,02 163.528.142.081,00 76,20 85,73 12 KALIMANTAN BARAT 70.413.943.000,00 669.081.200,00 0,95 2.669.538.130,00 3,79 14.896.528.180,00 21,16 64.374.722.725,00 91,42 96,81 13 KALIMANTAN TENGAH 27.869.154.000,00 266.025.900,00 0,95 6.542.891.700,00 23,48 10.216.900.601,00 36,66 26.190.850.151,00 93,98 95,39 14 KALIMANTAN SELATAN 26.479.743.000,00 297.375.500,00 1,12 7.244.197.000,00 27,36 11.332.490.475,00 42,80 22.237.750.497,00 83,98 89,78 15 KALIMANTAN TIMUR 18.797.314.000,00 122.932.950,00 0,65 853.827.750,00 4,54 2.432.433.825,00 12,94 13.471.104.025,00 71,67 81,18 16 SULAWESI UTARA 68.089.958.000,00 1.090.250.000,00 1,60 4.412.284.900,00 6,48 25.461.416.786,00 37,39 64.617.208.875,00 94,90 93,36 17 SULAWESI TENGAH 310.357.374.000,00 1.243.092.200,00 0,39 25.600.917.450,00 8,08 66.147.826.500,00 21,31 254.342.063.089,00 81,95 87,58 18 SULAWESI SELATAN 567.360.964.000,00 741.946.320,00 0,13 16.830.977.650,00 2,97 100.775.834.933,00 17,76 472.001.365.294,00 83,19 89,62 19 SULAWESI TENGGARA 374.564.568.000,00 915.915.000,00 0,24 61.385.638.100,00 16,39 172.798.333.210,00 46,13 359.690.790.350,00 96,03 99,77 20 MALUKU 36.798.349.000,00 274.048.000,00 0,74 3.799.178.250,00 10,32 11.473.751.950,00 31,18 32.891.670.300,00 89,38 96,92 189

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 1 2 3 4 5 6 7 8 21 B A L I 55.859.798.000,00 184.000.000,00 0,33 2.892.082.241,00 5,18 14.838.882.201,00 26,56 47.308.072.564,00 84,69 90,37 22 NUSA TENGGARA BARAT 107.000.527.000,00 600.811.050,00 0,41 14.943.951.152,00 10,19 46.825.580.720,00 43,76 97.399.617.590,00 91,03 96,37 23 NUSA TENGGARA TIMUR 62.160.259.000,00 529.270.242,00 0,85 6.251.693.970,00 10,06 23.056.538.039,00 37,09 56.794.585.211,00 91,37 95,19 24 P A P U A 42.163.680.000,00 200.000.000,00 0,47 8.354.883.250,00 19,82 16.447.403.650,00 39,01 37.981.132.906,00 90,08 92,98 25 BENGKULU 39.692.540.000,00 584.322.000,00 1,47 2.669.423.000,00 6,73 11.818.099.315,00 29,77 38.389.810.100,00 96,72 99,50 26 MALUKU UTARA 71.536.172.000,00 1.356.685.000,00 1,90 8.600.585.000,00 12,02 29.145.546.400,00 40,74 67.789.487.800,00 94,76 98,54 27 B A N T E N 15.923.751.000,00 246.897.000,00 1,55 1.262.555.050,00 7,93 5.773.659.150,00 36,26 14.164.756.746,00 88,95 93,72 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31.987.123.000,00 426.868.000,00 1,33 3.096.288.151,00 9,68 10.529.083.039,00 32,92 27.510.633.094,00 86,01 88,43 29 GORONTALO 70.556.637.000,00 933.290.000,00 1,21 7.470.171.700,00 9,68 24.803.572.966,00 35,15 54.181.502.995,00 76,79 86,84 30 KEPULAUAN RIAU 6.711.791.000,00 - - 409.534.000,00 6,10 2.505.572.900,00 37,33 5.092.275.650,00 75,87 84,46 31 PAPUA BARAT 9.431.096.000,00 44.780.000,00 0,47 889.066.000,00 9,43 6.463.903.450,00 68,54 9.182.479.000,00 97,36 99,38 32 SULAWESI BARAT 350.057.193.000,00 1.559.980.200,00 0,45 30.309.656.875,00 8,66 98.464.625.295,00 28,13 304.888.131.358,00 87,10 92,42 33 KALIMANTAN UTARA 14.604.652.000,00 - - - - 328.236.200,00 2,25 6.783.915.100,00 46,45 90,21 34 UPT PUSAT 70.371.493.000,00 13.872.961.433,00 19,71 26.527.380.513,00 37,70 49.310.855.143,00 70,07 65.901.339.350,00 93,65 98,89 35 P U S A T 152.055.731.000,00 13.870.855.073,00 4,07 31.799.983.221,00 9,32 60.111.856.094,00 36,64 108.964.488.412,00 71,66 89,48 TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 4.497.268.026.000,00 45.743.049.888,00 0,96 377.814.194.353,00 7,95 1.102.281.254.393,00 24,44 3.567.602.932.924,00 79,33 86,97 190

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 1 JAWA BARAT 136.509.698.000,00 773.640.000,00 0,57 20.562.241.000,00 15,06 56.594.648.000,00 41,46 101.034.058.645,00 74,01 84,59 PROVINSI 112.905.802.000,00 693.640.000,00 0,61 12.994.985.000,00 11,51 41.309.665.000,00 36,59 78.408.305.545,00 69,45 81,41 1 029101 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 3.334.352.000,00 115.370.000,00 3,46 994.085.000,00 29,81 1.651.970.000,00 49,54 3.277.673.998,00 98,30 99,92 029161 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 109.571.450.000,00 578.270.000,00 0,53 12.000.900.000,00 10,95 39.657.695.000,00 36,19 75.130.631.547,00 68,57 80,85 KABUPATEN 23.603.896.000,00 80.000.000,00 0,34 7.567.256.000,00 32,06 15.284.983.000,00 64,76 22.625.753.100,00 95,86 99,79 2 029107 DISHUTBUN KABUPATEN CIANJUR 9.128.821.000,00 - - 260.000.000,00 2,85 7.168.080.000,00 78,52 8.902.877.500,00 97,52 99,88 3 029116 DISBUN KABUPATEN GARUT 14.475.075.000,00 80.000.000,00 0,55 7.307.256.000,00 50,48 8.116.903.000,00 56,08 13.722.875.600,00 94,80 99,74 2 JAWA TENGAH 414.490.928.000,00 1.216.918.680,00 0,29 4.290.776.000,00 1,04 8.452.510.700,00 2,04 185.453.181.526,00 44,74 58,25 PROVINSI 414.490.928.000,00 1.216.918.680,00 0,29 4.290.776.000,00 1,04 8.452.510.700,00 2,04 185.453.181.526,00 44,74 58,25 4 039098 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 2.490.645.000,00 237.323.000,00 9,53 657.721.000,00 26,41 1.451.561.600,00 58,28 2.243.764.800,00 90,09 99,50 039153 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 412.000.283.000,00 979.595.680,00 0,24 3.633.055.000,00 0,88 7.000.949.100,00 1,70 183.209.416.726,00 44,47 58,00 KABUPATEN - - - - - - - - - - 3 D. I. YOGYAKARTA 22.597.440.000,00 398.746.100,00 1,76 4.951.869.000,00 21,91 10.118.862.643,00 44,78 17.563.651.030,00 77,72 86,31 PROVINSI 22.597.440.000,00 398.746.100,00 1,76 4.951.869.000,00 21,91 10.118.862.643,00 44,78 17.563.651.030,00 77,72 86,31 5 049058 DISHUTBUN PROVINSI D.I.YOGYAKARTA 1.271.110.000,00 90.547.400,00 7,12 527.191.600,00 41,47 956.226.600,00 75,23 1.257.314.975,00 98,91 99,95 049089 DISHUTBUN PROVINSI D.I.YOGYAKARTA 21.326.330.000,00 308.198.700,00 1,45 4.424.677.400,00 20,75 9.162.636.043,00 42,96 16.306.336.055,00 76,46 85,50 KABUPATEN - - - - - - - - - - 191

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 4 JAWA TIMUR 494.012.022.000,00 952.520.400,00 0,19 3.207.371.300,00 0,65 28.950.061.200,00 5,86 350.840.288.942,00 71,02 78,98 PROVINSI 494.012.022.000,00 952.520.400,00 0,19 3.207.371.300,00 0,65 28.950.061.200,00 5,86 350.840.288.942,00 71,02 78,98 6 059114 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 2.411.464.000,00 100.000.000,00 4,15 491.700.000,00 20,39 1.275.100.000,00 52,88 1.985.309.400,00 82,33 99,12 059180 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 491.600.558.000,00 852.520.400,00 0,17 2.715.671.300,00 0,55 27.674.961.200,00 5,63 348.854.979.542,00 70,96 78,88 KABUPATEN - - - - - - - - - - 5 A C E H 307.204.864.000,00 315.082.900,00 0,19 6.483.403.520,00 4,00 44.645.384.885,00 14,53 259.908.864.931,00 84,60 90,71 PROVINSI 109.931.409.000,00 172.292.100,00 0,16 3.561.945.450,00 3,24 26.176.082.215,00 23,81 83.463.590.021,00 75,92 83,56 7 060100 DISBUN PROVINSI ACEH 4.871.896.000,00 72.391.300,00 1,49 335.370.100,00 6,88 1.089.670.100,00 22,37 2.140.914.100,00 43,94 45,06 060102 DISBUN PROVINSI ACEH 105.059.513.000,00 99.900.800,00 0,10 3.226.575.350,00 3,07 25.086.412.115,00 23,88 81.322.675.921,00 77,41 85,35 KABUPATEN 197.273.455.000,00 142.790.800,00 0,27 2.921.458.070,00 5,58 18.469.302.670,00 9,36 176.445.274.910,00 89,44 94,70 8 069082 DISHUTBUN KABUPATEN BENER MERIAH 175.600.680.000,00 - - 1.795.893.000,00 5,85 10.885.988.000,00 6,20 156.847.335.000,00 89,32 94,47 9 069087 DISHUTBUN KABUPATEN PIDIE 1.062.520.000,00 - - 31.741.400,00 2,99 489.449.700,00 46,06 929.939.700,00 87,52 92,38 10 069090 DISHUTBUN KABUPATEN ACEH UTARA 6.913.985.000,00 142.790.800,00 2,07 875.168.970,00 12,66 3.215.382.970,00 46,51 5.897.131.110,00 85,29 93,26 11 069092 DISHUTBUN KABUPATEN ACEH TIMUR 8.531.261.000,00 - - 139.764.700,00 1,64 2.661.373.000,00 31,20 8.038.169.600,00 94,22 99,71 12 069108 DISHUTBUN KABUPATEN NAGAN RAYA 5.165.009.000,00 - - 78.890.000,00 1,53 1.217.109.000,00 23,56 4.732.699.500,00 91,63 96,58 192

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 6 SUMATERA UTARA 44.460.514.000,00 147.760.800,00 0,33 2.243.918.501,00 5,05 12.031.750.789,00 27,06 36.875.524.130,00 82,94 84,12 PROVINSI 41.958.759.000,00 147.760.800,00 0,35 1.969.135.501,00 4,69 11.639.001.289,00 27,74 35.858.086.630,00 85,46 86,74 13 079077 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 2.438.478.000,00 66.410.800,00 2,72 815.244.300,00 33,43 1.214.363.000,00 49,80 2.339.090.210,00 95,92 94,85 079126 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 39.520.281.000,00 81.350.000,00 0,21 1.153.891.201,00 2,92 10.424.638.289,00 26,38 33.518.996.420,00 84,81 86,24 KABUPATEN 2.501.755.000,00 - - 274.783.000,00 10,98 392.749.500,00 15,70 1.017.437.500,00 40,67 40,24 14 072111 DISBUN KABUPATEN BATUBARA 2.501.755.000,00 - - 274.783.000,00 10,98 392.749.500,00 15,70 1.017.437.500,00 40,67 40,24 7 SUMATERA BARAT 60.172.145.000,00 - - 1.767.431.585,00 2,94 8.563.938.985,00 14,23 43.391.052.550,00 72,11 96,61 PROVINSI 55.354.694.000,00 - - 1.449.483.285,00 2,62 6.876.580.185,00 12,42 38.844.222.850,00 70,17 96,34 15 089083 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 2.374.618.000,00 - - 347.771.185,00 14,65 1.158.357.685,00 48,78 2.100.851.835,00 88,47 95,22 089132 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 52.980.076.000,00 - - 1.101.712.100,00 2,08 5.718.222.500,00 10,79 36.743.371.015,00 69,35 96,39 KABUPATEN 4.817.451.000,00 - - 317.948.300,00 6,60 1.687.358.800,00 35,03 4.546.829.700,00 94,38 99,72 16 089102 DISBUN KABUPATEN PASAMAN BARAT 4.817.451.000,00 - - 317.948.300,00 6,60 1.687.358.800,00 35,03 4.546.829.700,00 94,38 99,72 8 R I A U 47.915.095.000,00 743.477.500,00 1,55 3.896.676.200,00 8,13 13.250.869.640,00 27,65 44.930.917.685,00 93,77 97,86 PROVINSI 37.176.139.000,00 294.950.000,00 0,79 1.842.197.700,00 4,96 6.849.642.120,00 18,42 34.733.191.665,00 93,43 97,36 17 099270 DISBUN PROVINSI RIAU 6.740.701.000,00 100.000.000,00 1,48 599.460.000,00 8,89 1.200.040.000,00 17,80 6.331.859.020,00 93,93 99,00 099316 DISBUN PROVINSI RIAU 30.435.438.000,00 194.950.000,00 0,64 1.242.737.700,00 4,08 5.649.602.120,00 18,56 28.401.332.645,00 93,32 97,00 KABUPATEN 10.738.956.000,00 448.527.500,00 4,18 2.054.478.500,00 19,13 6.401.227.520,00 59,61 10.197.726.020,00 94,96 99,58 18 090135 DISBUN KABUPATEN KAMPAR 5.262.880.000,00 85.750.000,00 1,63 769.591.500,00 14,62 2.444.411.500,00 46,45 4.881.349.000,00 92,75 99,30 19 091312 DISHUTBUN KABUPATEN MERANTI 5.476.076.000,00 362.777.500,00 6,62 1.284.887.000,00 23,46 3.956.816.020,00 72,26 5.316.377.020,00 97,08 99,85 193

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 9 J A M B I 41.105.782.000,00 230.095.000,00 0,56 3.903.741.780,00 9,50 10.355.687.788,00 25,19 38.221.588.672,00 92,98 95,32 PROVINSI 41.105.782.000,00 230.095.000,00 0,56 3.903.741.780,00 9,50 10.355.687.788,00 25,19 38.221.588.672,00 92,98 95,32 20 109071 DISBUN PROVINSI JAMBI 6.755.383.000,00 103.145.000,00 1,53 562.249.250,00 8,32 945.921.435,00 14,00 6.270.600.105,00 92,82 93,64 109120 DISBUN PROVINSI JAMBI 34.350.399.000,00 126.950.000,00 0,37 3.341.492.530,00 9,73 9.409.766.353,00 27,39 31.950.988.567,00 93,01 95,65 KABUPATEN - - - - - - - - - - 10 SUMATERA SELATAN 113.355.108.000,00 463.897.350,00 0,39 9.920.576.340,00 8,34 20.356.137.677,00 17,96 73.705.909.550,00 65,02 84,09 PROVINSI 85.522.094.000,00 424.936.900,00 0,48 2.274.806.050,00 2,57 11.244.143.275,00 13,15 51.228.553.870,00 59,90 82,90 21 119081 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN 6.506.489.000,00 197.236.900,00 3,03 758.618.150,00 11,66 1.364.181.250,00 20,97 5.841.140.700,00 89,77 91,21 119132 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN 79.015.605.000,00 227.700.000,00 0,28 1.516.187.900,00 1,85 9.879.962.025,00 12,50 45.387.413.170,00 57,44 82,22 KABUPATEN 27.833.014.000,00 38.960.450,00 0,13 7.645.770.290,00 25,23 9.111.994.402,00 32,74 22.477.355.680,00 80,76 87,71 22 119088 DISBUN KABUPATEN MUARA ENIM 6.811.826.000,00 17.000.450,00 0,23 71.233.190,00 0,95 148.620.990,00 2,18 5.930.045.340,00 87,06 93,35 23 119093 DISBUN KABUPATEN MUSI RAWAS 6.210.416.000,00 21.960.000,00 0,32 1.466.367.500,00 21,20 1.984.184.000,00 31,95 5.727.883.500,00 92,23 93,61 24 119095 DISBUN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR 14.810.772.000,00 - - 6.108.169.600,00 38,49 6.979.189.412,00 47,12 10.819.426.840,00 73,05 82,65 11 LAMPUNG 214.600.620.000,00 469.524.090,00 0,13 41.769.484.074,00 11,32 73.002.471.064,00 34,02 163.528.142.081,00 76,20 85,73 PROVINSI 214.600.620.000,00 469.524.090,00 0,13 41.769.484.074,00 11,32 73.002.471.064,00 34,02 163.528.142.081,00 76,20 85,73 25 129072 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 2.697.058.000,00 99.199.890,00 3,68 776.332.310,00 28,78 1.321.933.700,00 49,01 2.577.421.067,00 95,56 99,78 129114 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 211.903.562.000,00 370.324.200,00 0,10 40.993.151.764,00 11,19 71.680.537.364,00 33,83 160.950.721.014,00 75,95 85,55 KABUPATEN - - - - - - - - - - 194

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 12 KALIMANTAN BARAT 70.413.943.000,00 669.081.200,00 0,95 2.669.538.130,00 3,79 14.896.528.180,00 21,16 64.374.722.725,00 91,42 96,81 PROVINSI 39.549.613.000,00 525.306.200,00 1,33 1.649.834.930,00 4,17 6.364.677.430,00 16,09 35.620.337.975,00 90,06 94,66 26 139076 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 6.288.501.000,00 48.576.100,00 0,77 473.713.100,00 7,53 888.959.900,00 14,14 5.738.413.300,00 91,25 95,56 139127 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 33.261.112.000,00 476.730.100,00 1,43 1.176.121.830,00 3,54 5.475.717.530,00 16,46 29.881.924.675,00 89,84 94,49 KABUPATEN 30.864.330.000,00 143.775.000,00 0,47 1.019.703.200,00 3,30 8.531.850.750,00 27,64 28.754.384.750,00 93,16 99,56 27 139085 DISHUTBUN KABUPATEN SANGGAU 12.543.015.000,00 93.775.000,00 0,75 441.735.000,00 3,52 1.676.018.500,00 13,36 11.092.557.700,00 88,44 99,44 28 139087 DISHUTBUN KABUPATEN SINTANG 3.336.756.000,00 - - 121.758.300,00 3,65 1.005.737.400,00 30,14 3.121.637.350,00 93,55 98,68 29 139090 DISBUNHUT KABUPATEN KAPUAS HULU 6.153.944.000,00 - - 56.209.900,00 0,91 2.503.243.850,00 40,68 6.035.644.700,00 98,08 99,90 30 139092 DISHUTBUN KABUPATEN BENGKAYANG 8.830.615.000,00 50.000.000,00 0,57 400.000.000,00 4,53 3.346.851.000,00 37,90 8.504.545.000,00 96,31 99,82 13 KALIMANTAN TENGAH 27.869.154.000,00 266.025.900,00 0,95 6.542.891.700,00 23,48 10.216.900.601,00 36,66 26.190.850.151,00 93,98 95,39 PROVINSI 23.372.376.000,00 266.025.900,00 1,14 6.367.031.700,00 27,24 8.829.254.101,00 37,78 22.039.829.151,00 94,30 94,96 31 149067 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 5.820.029.000,00 85.325.900,00 1,47 327.848.000,00 5,63 752.038.601,00 12,92 5.666.015.801,00 97,35 95,87 149116 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 17.552.347.000,00 180.700.000,00 1,03 6.039.183.700,00 34,41 8.077.215.500,00 46,02 16.373.813.350,00 93,29 94,66 KABUPATEN 4.496.778.000,00 - - 175.860.000,00 3,91 1.387.646.500,00 30,86 4.151.021.000,00 92,31 97,62 32 149081 DISBUN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT 4.496.778.000,00 - - 175.860.000,00 3,91 1.387.646.500,00 30,86 4.151.021.000,00 92,31 97,62 14 KALIMANTAN SELATAN 26.479.743.000,00 297.375.500,00 1,12 7.244.197.000,00 27,36 11.332.490.475,00 42,80 22.237.750.497,00 83,98 89,78 PROVINSI 18.876.086.000,00 273.695.500,00 1,45 4.426.440.200,00 23,45 7.950.705.875,00 42,12 15.669.659.297,00 83,01 89,55 33 159064 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 4.981.089.000,00 74.087.500,00 1,49 457.755.300,00 9,19 1.113.763.450,00 22,36 3.635.223.750,00 72,98 81,78 159109 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 13.894.997.000,00 199.608.000,00 1,44 3.968.684.900,00 28,56 6.836.942.425,00 49,20 12.034.435.547,00 86,61 92,33 KABUPATEN 7.603.657.000,00 23.680.000,00 0,31 2.817.756.800,00 37,06 3.381.784.600,00 44,48 6.568.091.200,00 86,38 90,37 34 150235 DISTANPANGANBUN KABUPATEN TANAH LAUT 1.757.846.000,00 16.880.000,00 0,96 41.894.900,00 2,38 203.549.400,00 11,58 1.434.272.400,00 81,59 89,08 35 150527 DISHUTBUN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 1.762.259.000,00 6.800.000,00 0,39 1.515.793.600,00 86,01 1.551.923.500,00 88,06 1.590.064.000,00 90,23 95,51 36 150861 DISBUN KABUPATEN KOTABARU 2.224.016.000,00 - - 30.700.000,00 1,38 89.900.000,00 4,04 1.961.654.100,00 88,20 87,41 37 159084 DISBUN KABUPATEN TABALONG 1.859.536.000,00 - - 1.229.368.300,00 66,11 1.536.411.700,00 82,62 1.582.100.700,00 85,08 90,25 195

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 15 KALIMANTAN TIMUR 18.797.314.000,00 122.932.950,00 0,65 853.827.750,00 4,54 2.432.433.825,00 12,94 13.471.104.025,00 71,67 81,18 PROVINSI 15.907.906.000,00 122.932.950,00 0,77 841.252.750,00 5,29 2.362.671.825,00 14,85 11.384.497.275,00 71,57 81,13 38 169066 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 4.609.545.000,00 122.932.950,00 2,67 274.908.550,00 5,96 598.439.450,00 12,98 3.360.854.200,00 72,91 81,50 169114 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 11.298.361.000,00 - - 566.344.200,00 5,01 1.764.232.375,00 15,61 8.023.643.075,00 71,02 80,98 KABUPATEN 2.889.408.000,00 - - 12.575.000,00 0,44 69.762.000,00 2,41 2.086.606.750,00 72,22 81,44 39 169209 DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KABUPATEN KUTAI BARAT 2.889.408.000,00 - - 12.575.000,00 0,44 69.762.000,00 2,41 2.086.606.750,00 72,22 81,44 16 SULAWESI UTARA 68.089.958.000,00 1.090.250.000,00 1,60 4.412.284.900,00 6,48 25.461.416.786,00 37,39 64.617.208.875,00 94,90 93,36 PROVINSI 62.580.761.000,00 700.000.000,00 1,12 2.440.468.500,00 3,90 20.602.428.786,00 32,92 59.152.773.875,00 94,52 92,77 40 179062 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 2.296.742.000,00 200.000.000,00 8,71 570.000.000,00 24,82 1.376.000.000,00 59,91 2.207.749.940,00 96,13 94,18 179105 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 60.284.019.000,00 500.000.000,00 0,83 1.870.468.500,00 3,10 19.226.428.786,00 31,89 56.945.023.935,00 94,46 92,72 KABUPATEN 5.509.197.000,00 390.250.000,00 7,08 1.971.816.400,00 35,79 4.858.988.000,00 88,20 5.464.435.000,00 99,19 99,96 41 179075 DISBUN KABUPATEN MINAHASA SELATAN 5.509.197.000,00 390.250.000,00 7,08 1.971.816.400,00 35,79 4.858.988.000,00 88,20 5.464.435.000,00 99,19 99,96 17 SULAWESI TENGAH 310.357.374.000,00 1.243.092.200,00 0,39 25.600.917.450,00 8,08 66.147.826.500,00 21,31 254.342.063.089,00 81,95 87,58 PROVINSI 251.597.383.000,00 552.171.200,00 0,21 18.084.367.150,00 7,00 47.309.592.350,00 18,80 198.604.733.600,00 78,94 85,05 42 189084 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 2.029.665.000,00 77.336.000,00 3,81 511.277.500,00 25,19 917.905.500,00 45,22 1.924.879.200,00 94,84 98,34 189133 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 249.567.718.000,00 474.835.200,00 0,19 17.573.089.650,00 6,86 46.391.686.850,00 18,59 196.679.854.400,00 78,81 84,94 KABUPATEN 58.759.991.000,00 690.921.000,00 1,18 7.516.550.300,00 12,79 18.838.234.150,00 32,06 55.737.329.489,00 94,86 98,40 43 189096 DISBUN KABUPATEN TOLI-TOLI 19.668.580.000,00 14.220.000,00 0,07 137.910.000,00 0,70 2.691.955.050,00 13,69 18.166.204.835,00 92,36 95,62 44 189112 DISHUTBUN KABUPATEN SIGI 36.369.140.000,00 537.194.000,00 1,48 6.161.426.000,00 16,94 14.304.132.300,00 39,33 34.905.692.854,00 95,98 99,79 45 189113 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU 2.722.271.000,00 139.507.000,00 5,12 1.217.214.300,00 44,71 1.842.146.800,00 67,67 2.665.431.800,00 97,91 99,90 196

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 18 SULAWESI SELATAN 567.360.964.000,00 741.946.320,00 0,13 16.830.977.650,00 2,97 100.775.834.933,00 17,76 472.001.365.294,00 83,19 89,62 PROVINSI 496.224.633.000,00 - - 12.856.672.750,00 2,59 80.427.718.880,00 16,21 409.903.760.520,00 82,60 89,14 46 199078 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN 2.507.387.000,00 - - 583.750.000,00 23,28 1.114.300.000,00 44,44 2.050.446.000,00 81,78 82,09 199127 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN 493.717.246.000,00 - - 12.272.922.750,00 2,49 79.313.418.880,00 16,06 407.853.314.520,00 82,61 89,18 KABUPATEN 71.136.331.000,00 741.946.320,00 1,04 3.974.304.900,00 5,59 20.348.116.053,00 28,60 62.097.604.774,00 87,29 92,92 47 199470 DISHUTBUN KABUPATEN BULUKUMBA 18.495.707.000,00 373.327.280,00 2,02 2.567.961.660,00 13,88 7.917.847.601,00 42,81 16.059.941.332,00 86,83 92,34 48 199549 DISHUTBUN KABUPATEN SOPPENG 22.728.882.000,00 328.884.040,00 1,45 754.633.240,00 3,32 6.152.098.546,00 27,07 21.734.100.859,00 95,62 99,78 49 199563 DISHUTBUN KABUPATEN LUWU UTARA 29.911.742.000,00 39.735.000,00 0,13 651.710.000,00 2,18 6.278.169.906,00 20,99 24.303.562.583,00 81,25 88,06 19 SULAWESI TENGGARA 374.564.568.000,00 915.915.000,00 0,24 61.385.638.100,00 16,39 172.798.333.210,00 46,13 359.690.790.350,00 96,03 99,77 PROVINSI 300.495.284.000,00 842.335.000,00 0,28 53.180.667.600,00 17,70 141.731.303.660,00 47,17 287.336.807.750,00 95,62 99,75 50 209008 DISBUNHORTI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2.023.270.000,00 159.282.000,00 7,87 755.821.800,00 37,36 1.208.653.100,00 59,74 1.899.706.850,00 93,89 94,69 209109 DISBUNHORTI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 298.472.014.000,00 683.053.000,00 0,23 52.424.845.800,00 17,56 140.522.650.560,00 47,08 285.437.100.900,00 95,63 99,78 KABUPATEN 74.069.284.000,00 73.580.000,00 0,10 8.204.970.500,00 11,08 31.067.029.550,00 41,94 72.353.982.600,00 97,68 99,89 51 209053 DISTAN KABUPATEN KONAWE 22.389.560.000,00 - - 665.300.000,00 2,97 5.672.324.550,00 25,33 21.986.662.000,00 98,20 99,91 52 209079 DISBUN KABUPATEN KOLAKA 29.426.388.000,00 - - 6.100.440.500,00 20,73 12.681.146.500,00 43,09 28.294.703.600,00 96,15 99,81 53 209223 DISBUNHORTI KABUPATEN KONAWE SELATAN 22.253.336.000,00 73.580.000,00 0,33 1.439.230.000,00 6,47 12.713.558.500,00 57,13 22.072.617.000,00 99,19 99,96 20 MALUKU 36.798.349.000,00 274.048.000,00 0,74 3.799.178.250,00 10,32 11.473.751.950,00 31,18 32.891.670.300,00 89,38 96,92 PROVINSI 36.798.349.000,00 274.048.000,00 0,74 3.799.178.250,00 10,32 11.473.751.950,00 31,18 32.891.670.300,00 89,38 96,92 54 219001 DISTAN PROVINSI MALUKU 1.416.138.000,00 130.015.000,00 9,18 443.405.000,00 31,31 732.667.000,00 51,74 1.416.020.000,00 99,99 99,99 219092 DISTAN PROVINSI MALUKU 35.382.211.000,00 144.033.000,00 0,41 3.355.773.250,00 9,48 10.741.084.950,00 30,36 31.475.650.300,00 88,96 96,80 KABUPATEN - - - - - - - - - - 197

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 21 B A L I 55.859.798.000,00 184.000.000,00 0,33 2.892.082.241,00 5,18 14.838.882.201,00 26,56 47.308.072.564,00 84,69 90,37 PROVINSI 55.859.798.000,00 184.000.000,00 0,33 2.892.082.241,00 5,18 14.838.882.201,00 26,56 47.308.072.564,00 84,69 90,37 55 229061 DISBUN PROVINSI BALI 1.893.970.000,00 45.350.000,00 2,39 497.900.950,00 26,29 1.069.513.860,00 56,47 1.645.942.960,00 86,90 94,35 229101 DISBUN PROVINSI BALI 53.965.828.000,00 138.650.000,00 0,26 2.394.181.291,00 4,44 13.769.368.341,00 25,51 45.662.129.604,00 84,61 90,23 KABUPATEN - - - - - - - - - - 22 NUSA TENGGARA BARAT 107.000.527.000,00 600.811.050,00 0,41 14.943.951.152,00 10,19 46.825.580.720,00 43,76 97.399.617.590,00 91,03 96,37 PROVINSI 107.000.527.000,00 600.811.050,00 0,41 14.943.951.152,00 10,19 46.825.580.720,00 43,76 97.399.617.590,00 91,03 96,37 56 239072 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 2.562.702.000,00 87.894.100,00 3,43 370.810.050,00 14,47 1.107.418.310,00 43,21 2.278.313.160,00 88,90 89,20 239128 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 104.437.825.000,00 512.916.950,00 0,36 14.573.141.102,00 10,11 45.718.162.410,00 43,78 95.121.304.430,00 91,08 96,55 KABUPATEN - - - - - - - - - - 23 NUSA TENGGARA TIMUR 62.160.259.000,00 529.270.242,00 0,85 6.251.693.970,00 10,06 23.056.538.039,00 37,09 56.794.585.211,00 91,37 95,19 PROVINSI 54.511.057.000,00 513.270.242,00 0,94 3.880.063.970,00 7,12 19.080.382.039,00 35,00 49.345.578.811,00 90,52 94,72 57 249031 DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2.135.668.000,00 254.199.342,00 11,90 633.873.811,00 29,68 1.167.981.089,00 54,69 2.115.621.726,00 99,06 99,95 249160 DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 52.375.389.000,00 259.070.900,00 0,49 3.246.190.159,00 6,20 17.912.400.950,00 34,20 47.229.957.085,00 90,18 94,51 KABUPATEN 7.649.202.000,00 16.000.000,00 0,21 2.371.630.000,00 31,00 3.976.156.000,00 51,98 7.449.006.400,00 97,38 98,52 58 249047 DISTANBUNNAK KABUPATEN SIKKA 5.291.452.000,00 - - 1.185.800.000,00 22,41 2.588.939.000,00 48,93 5.134.646.400,00 97,04 97,90 59 249106 DISBUN KABUPATEN ALOR 2.357.750.000,00 16.000.000,00 0,68 1.185.830.000,00 50,29 1.387.217.000,00 58,84 2.314.360.000,00 98,16 99,91 198

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 24 P A P U A 42.163.680.000,00 200.000.000,00 0,47 8.354.883.250,00 19,82 16.447.403.650,00 39,01 37.981.132.906,00 90,08 92,98 PROVINSI 42.163.680.000,00 200.000.000,00 0,47 8.354.883.250,00 19,82 16.447.403.650,00 39,01 37.981.132.906,00 90,08 92,98 60 259060 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 2.868.385.000,00 200.000.000,00 6,97 635.157.400,00 22,14 1.124.847.400,00 39,22 2.848.735.600,00 99,31 99,97 259099 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 39.295.295.000,00 - - 7.719.725.850,00 19,65 15.322.556.250,00 38,99 35.132.397.306,00 89,41 92,47 KABUPATEN - - - - - - - - - - 25 BENGKULU 39.692.540.000,00 584.322.000,00 1,47 2.669.423.000,00 6,73 11.818.099.315,00 29,77 38.389.810.100,00 96,72 99,50 PROVINSI 37.761.810.000,00 584.322.000,00 1,55 2.156.274.000,00 5,71 10.179.069.315,00 26,96 36.653.170.100,00 97,06 99,75 61 269065 DISBUN PROVINSI BENGKULU 1.880.848.000,00 158.382.000,00 8,42 727.935.000,00 38,70 1.089.110.000,00 57,91 1.841.391.000,00 97,90 97,90 269111 DISBUN PROVINSI BENGKULU 35.880.962.000,00 425.940.000,00 1,19 1.428.339.000,00 3,98 9.089.959.315,00 25,33 34.811.779.100,00 97,02 99,85 KABUPATEN 1.930.730.000,00 - - 513.149.000,00 26,58 1.639.030.000,00 84,89 1.736.640.000,00 89,95 94,50 62 269061 DISTANBUNHUT KABUPATEN BENGKULU TENGAH 1.930.730.000,00 - - 513.149.000,00 26,58 1.639.030.000,00 84,89 1.736.640.000,00 89,95 94,50 26 MALUKU UTARA 71.536.172.000,00 1.356.685.000,00 1,90 8.600.585.000,00 12,02 29.145.546.400,00 40,74 67.789.487.800,00 94,76 98,54 PROVINSI 36.897.362.000,00 1.063.725.000,00 2,88 6.196.924.400,00 16,80 13.187.050.800,00 35,74 34.263.307.200,00 92,86 98,71 63 289035 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 2.369.278.000,00 460.000.000,00 19,42 1.186.550.000,00 50,08 1.612.275.000,00 68,05 2.285.925.000,00 96,48 99,82 289105 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 34.528.084.000,00 603.725.000,00 1,75 5.010.374.400,00 14,51 11.574.775.800,00 33,52 31.977.382.200,00 92,61 98,63 KABUPATEN 34.638.810.000,00 292.960.000,00 0,85 2.403.660.600,00 6,94 15.958.495.600,00 46,07 33.526.180.600,00 96,79 98,36 64 289044 DISTAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA 17.084.600.000,00 172.460.000,00 1,01 1.073.561.600,00 6,28 5.168.496.600,00 30,25 16.632.720.600,00 97,36 96,87 65 289056 DISTAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT 9.918.615.000,00 86.000.000,00 0,87 282.650.000,00 2,85 4.479.903.000,00 45,17 9.356.366.000,00 94,33 99,72 66 289181 DISBUN KABUPATEN HALMAHERA TENGAH 7.635.595.000,00 34.500.000,00 0,45 1.047.449.000,00 13,72 6.310.096.000,00 82,64 7.537.094.000,00 98,71 99,94 199

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 27 B A N T E N 15.923.751.000,00 246.897.000,00 1,55 1.262.555.050,00 7,93 5.773.659.150,00 36,26 14.164.756.746,00 88,95 93,72 PROVINSI 4.374.435.000,00 45.567.800,00 1,04 696.872.600,00 15,93 1.911.003.800,00 43,69 3.764.479.597,00 86,06 92,00 67 299347 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 1.471.220.000,00 45.567.800,00 3,10 405.675.600,00 27,57 963.172.800,00 65,47 1.392.582.197,00 94,65 99,73 299382 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 2.903.215.000,00 - - 291.197.000,00 10,03 947.831.000,00 32,65 2.371.897.400,00 81,70 88,08 KABUPATEN 11.549.316.000,00 201.329.200,00 1,74 565.682.450,00 4,90 3.862.655.350,00 33,44 10.400.277.149,00 90,05 94,37 68 299045 DISTANBUN KABUPATEN PANDEGLANG 5.969.316.000,00 - - 61.335.000,00 1,03 1.319.895.000,00 22,11 5.158.177.400,00 86,41 90,32 69 299352 DISHUTBUN KABUPATEN LEBAK 5.580.000.000,00 201.329.200,00 3,61 504.347.450,00 9,04 2.542.760.350,00 45,57 5.242.099.749,00 93,94 98,70 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31.987.123.000,00 426.868.000,00 1,33 3.096.288.151,00 9,68 10.529.083.039,00 32,92 27.510.633.094,00 86,01 88,43 PROVINSI 17.370.212.000,00 299.292.800,00 1,72 1.872.202.980,00 10,78 6.757.471.468,00 38,90 16.703.725.301,00 96,16 94,06 70 309033 DISTANBUNNAK PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG 1.510.307.000,00 99.292.800,00 6,57 448.037.350,00 29,67 1.035.635.750,00 68,57 1.431.000.400,00 94,75 94,74 309165 DISTANBUNNAK PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG 15.859.905.000,00 200.000.000,00 1,26 1.424.165.630,00 8,98 5.721.835.718,00 36,08 15.272.724.901,00 96,30 94,00 KABUPATEN 14.616.911.000,00 127.575.200,00 0,87 1.224.085.171,00 8,37 3.771.611.571,00 25,80 10.806.907.793,00 73,93 81,74 71 300534 DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA SELATAN 9.097.955.000,00 100.000.000,00 1,10 400.000.000,00 4,40 700.000.000,00 7,69 6.008.074.705,00 66,04 75,30 72 309043 DISHUTBUN KABUPATEN BANGKA 3.884.416.000,00 12.383.400,00 0,32 788.008.371,00 20,29 1.691.764.871,00 43,55 3.361.607.388,00 86,54 92,33 73 309235 DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA TENGAH 1.634.540.000,00 15.191.800,00 0,93 36.076.800,00 2,21 1.379.846.700,00 84,42 1.437.225.700,00 87,93 92,40 200

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 29 GORONTALO 70.556.637.000,00 933.290.000,00 1,21 7.470.171.700,00 9,68 24.803.572.966,00 35,15 54.181.502.995,00 76,79 86,84 PROVINSI 59.377.992.000,00 833.000.000,00 1,26 6.987.480.900,00 10,59 22.413.196.166,00 37,75 43.967.764.745,00 74,05 85,20 74 319057 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 2.089.053.000,00 183.000.000,00 8,76 585.500.000,00 28,03 990.500.000,00 47,41 2.087.786.000,00 99,94 99,99 319090 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 57.288.939.000,00 650.000.000,00 1,02 6.401.980.900,00 10,02 21.422.696.166,00 37,39 41.879.978.745,00 73,10 84,66 KABUPATEN 11.178.645.000,00 100.290.000,00 0,90 482.690.800,00 4,32 2.390.376.800,00 21,38 10.213.738.250,00 91,37 95,57 75 319067 DISTANBUNPANGAN KABUPATEN POHUWATO 11.178.645.000,00 100.290.000,00 0,90 482.690.800,00 4,32 2.390.376.800,00 21,38 10.213.738.250,00 91,37 95,57 30 KEPULAUAN RIAU 6.711.791.000,00 - - 409.534.000,00 6,10 2.505.572.900,00 37,33 5.092.275.650,00 75,87 84,46 PROVINSI 6.711.791.000,00 - - 409.534.000,00 6,10 2.505.572.900,00 37,33 5.092.275.650,00 75,87 84,46 76 329027 DISTANHUTNAKPROVINSI KEPULAUAN RIAU 1.343.385.000,00 - - 196.640.500,00 14,64 387.679.400,00 28,86 830.879.400,00 61,85 79,09 329079 DISTANHUTNAKPROVINSI KEPULAUAN RIAU 5.368.406.000,00 - - 212.893.500,00 3,97 2.117.893.500,00 39,45 4.261.396.250,00 79,38 85,80 KABUPATEN - - - - - - - - - - 31 PAPUA BARAT 9.431.096.000,00 44.780.000,00 0,47 889.066.000,00 9,43 6.463.903.450,00 68,54 9.182.479.000,00 97,36 99,38 PROVINSI 9.431.096.000,00 44.780.000,00 0,47 889.066.000,00 9,43 6.463.903.450,00 68,54 9.182.479.000,00 97,36 99,38 77 330023 DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT 2.282.390.000,00 11.000.000,00 0,48 180.720.000,00 7,92 1.221.980.000,00 53,54 2.232.400.000,00 97,81 97,89 330024 DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT 7.148.706.000,00 33.780.000,00 0,47 708.346.000,00 9,91 5.241.923.450,00 73,33 6.950.079.000,00 97,22 99,86 KABUPATEN - - - - - - - - - - 201

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 32 SULAWESI BARAT 350.057.193.000,00 1.559.980.200,00 0,45 30.309.656.875,00 8,66 98.464.625.295,00 28,13 304.888.131.358,00 87,10 92,42 PROVINSI 222.584.824.000,00 171.560.000,00 0,08 2.162.650.300,00 0,97 25.863.812.258,00 11,62 186.926.952.371,00 83,98 90,21 78 340999 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 1.069.835.000,00 75.000.000,00 7,01 400.855.000,00 37,47 550.855.000,00 51,49 1.004.920.500,00 93,93 91,70 341001 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 221.514.989.000,00 96.560.000,00 0,04 1.761.795.300,00 0,80 25.312.957.258,00 11,43 185.922.031.871,00 83,93 90,20 KABUPATEN 127.472.369.000,00 1.388.420.200,00 1,09 28.147.006.575,00 22,08 72.600.813.037,00 56,95 117.961.178.987,00 92,54 96,28 79 340176 DISHUTBUN KABUPATEN MAJENE 18.805.750.000,00 71.220.000,00 0,38 5.258.669.000,00 27,96 8.822.094.767,00 46,91 14.849.590.917,00 78,96 82,08 80 340217 DISHUTBUN KABUPATEN MAMUJU 39.737.876.000,00 699.700.200,00 1,76 6.749.494.200,00 16,99 24.420.817.200,00 61,45 37.977.807.200,00 95,57 97,78 81 340443 DISHUTBUN KABUPATEN POLEWALI MANDAR 39.669.755.000,00 554.650.000,00 1,40 11.697.743.375,00 29,49 28.585.427.970,00 72,06 37.721.103.870,00 95,09 99,75 82 340510 DISTANBUNHORTI KABUPATEN MAMASA 29.258.988.000,00 62.850.000,00 0,21 4.441.100.000,00 15,18 10.772.473.100,00 36,82 27.412.677.000,00 93,69 98,68 33 KALIMANTAN UTARA 14.604.652.000,00 - - - - 328.236.200,00 2,25 6.783.915.100,00 46,45 50,24 PROVINSI 14.604.652.000,00 - - - - 328.236.200,00 2,25 6.783.915.100,00 46,45 50,24 83 350036 DISTANHUTKETPANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 562.550.000,00 - - - - 25.845.000,00 4,59 74.519.000,00 13,25 25,80 350037 DISTANHUTKETPANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 14.042.102.000,00 - - - - 302.391.200,00 2,15 6.709.396.100,00 47,78 51,22 KABUPATEN - - - - - - - - - - 202

REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 34 UPT PUSAT 70.371.493.000,00 13.872.961.433,00 19,71 26.527.380.513,00 37,70 49.310.855.143,00 70,07 65.901.339.350,00 93,65 98,89 84 567338 BALAI BESAR (BBP2TP) SURABAYA 17.922.826.000,00 3.714.407.093,00 20,72 6.841.740.661,00 38,17 12.777.618.713,00 71,29 17.188.843.846,00 95,90 99,79 85 567408 BALAI BESAR (BBP2TP) MEDAN 26.555.766.000,00 5.502.271.162,00 20,72 10.160.456.333,00 38,26 17.948.279.188,00 67,59 24.261.352.063,00 91,36 99,57 86 567717 BALAI BESAR (BBP2TP) AMBON 8.583.870.000,00 2.914.454.951,00 16,84 3.208.450.089,00 37,38 6.458.661.973,00 75,24 8.367.462.080,00 97,48 99,45 87 567521 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK 17.309.031.000,00 1.741.828.227,00 20,29 6.316.733.430,00 36,49 12.126.295.269,00 70,06 16.083.681.361,00 92,92 96,65 35 P U S A T 152.055.731.000,00 13.870.855.073,00 4,07 31.799.983.221,00 9,32 60.111.856.094,00 36,64 108.964.488.412,00 71,66 89,48 88 238830 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DIRAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR 13.160.663.000,00 357.542.870,00 2,72 2.335.479.700,00 17,75 4.713.533.220,00 35,82 10.205.520.403,00 77,55 92,52 DIRAT TANAMAN SEMUSIM 15.817.118.000,00 578.741.679,00 0,29 2.264.308.746,00 1,15 4.551.873.218,00 28,78 9.763.604.661,00 61,73 70,46 DIRAT TANAMAN TAHUNAN 11.138.686.000,00 885.931.434,00 7,95 2.224.681.902,00 19,97 4.261.343.776,00 38,26 8.794.146.374,00 78,95 90,35 DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN 7.437.423.000,00 290.567.388,00 3,91 1.332.937.032,00 17,92 2.245.942.765,00 30,20 6.083.542.168,00 81,80 88,12 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 8.210.815.000,00 377.376.741,00 4,60 1.431.623.791,00 17,44 2.512.111.732,00 30,60 7.231.309.584,00 88,07 90,55 SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN 96.291.026.000,00 11.380.694.961,00 10,91 22.210.952.050,00 21,29 41.827.051.383,00 38,62 66.886.365.222,00 69,46 92,10 TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 4.497.268.026.000,00 45.743.049.888,00 0,96 377.814.194.353,00 7,95 1.102.281.254.393,00 24,44 3.567.602.932.924,00 79,33 86,97 203