BAB I PENDAHULUAN. Divisi Regional II Sumatera Barat. Daerah Operasi IX. Divisi Regional III Sumatera Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. (BUMN) yang bergerak di bidang jasa transportasi pengankutan penumpang dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Recycle. 1.1 Latar Belakang

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah.

NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT KERETA API INDONESIA

OPTIMISASI WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN PADA LOKOMOTIF DE CC 201 SERI 99 MENGGUNAKAN METODA AGE REPLACEMENT DI PT. KERETA API INDONESIA *

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah produksi listrik Perum Jasa Tirta II. Pembangkitan KWH

1.1 Latar Belakang Masalah. Dipo Lokomotif Sidotopo merupakan tempat perawatan sarana lokomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pembagian 17 mesin di PT. Dwi Indah Divisi Plastik (Sumber : Divisi Plastik PT. Dwi Indah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk membawa barang melewati jalan setapak. Seiring dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Tahun Jumlah

LAPORAN KERJA PRAKTEK. Perawatan Pompa Pemindah Bahan Bakar Pada Lokomotif Di PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO)

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Usulan Kebijakan Perawatan Lokomotif Jenis CC201 Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Di PT. Kereta Api Indonesia DIPO Bandung *

DAFTAR ISTILAH. : Probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan

REKAM JEJAK KERUSAKAN TRAKSI MOTOR LOKOMOTIF UNTUK MENENTUKAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN BERDASARKAN KEANDALAN (RELIABILITAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

BAB 3 METODA DAN OBJEK PENELITIAN. Dilihat dari kegiatan usahanya, PT. Kereta Api Indonesia dapat

ANALISIS KETERLAMBATAN PERJALANAN KERETA API ARGO GEDE BANDUNG - JAKARTA. Su Hendra NRP : Pembimbing : Ir.V. Hartanto, M.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

BAB II. SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek penting seperti kepemimpinan, motivasi, lingkungan kerja, kinerja dan aspekaspek

Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai dengan dibangunnya jalan

D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II PROFIL OBJEK PENELITIAN

ANALISIS SISTEM ANTRIAN DI PT.KERETA API INDONESIA (KAI) STASIUN HALL BANDUNG

BAB III TINJAUAN UMUM PT KERETA API INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dengan perusahaan manufaktur lainnya, maka diperlukan kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum mengambil keputusan. Baik keputusan untuk mengganti atau

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. (Persero), logo organisasi, struktur organisasi PT Kereta Api Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan

BAB I PROFIL UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

I. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT Kereta Api Indonesia (Persero) (disingkat KAI atau PT.KAI) barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi Undang-Undang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Bina Nusantara

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat saat ini, menimbulkan banyak persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

BAB II. PT. KERETA API (Persero) DAERAH OPERASI 2 BANDUNG

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan produk yang tidak baik pula. Maintenance berperan penting

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) merupakan satu-satunya perusahaan yang menguasai industri perkeretaapian di Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 September 1945, yang juga ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Lima tahun kemudian, pemerintah menetapkan bahwa mulai tanggal 1 Januari 1950 DKARI dan Staat-spoor Wegen en Verenigde Spoorweg Bedrijf (SS/VS) yang merupakan perusahaan kereta api peninggalan Belanda digabung menjadi satu perusahaan kereta api bernama Djawatan Kereta Api (DKA). Sebelum menjadi PT KAI yang dipakai hingga saat ini, perusahaan ini sempat beberapa kali berganti nama sesuai dengan perubahan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku saat itu. Perubahan nama ini berturut-turut dimulai dari DKA menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), yang kemudian berubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), selanjutnya berubah lagi menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Akhirnya, berdasarkan Loan Agreement No. 4106-IND tanggal 15 Januari 1997 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998, tanggal 3 Februari 1998, pemerintah mengubah Perumka menjadi PT KAI yang dipakai hingga saat ini. Saat ini, PT KAI memiliki dua jaringan perkeretaapian di Indonesia, yaitu di Pulau Sumatera dan Jawa. Di Sumatera, PT KAI membagi wilayah operasinya ke dalam tiga Divisi Regional (Divre). Sedangkan di Jawa, PT KAI membaginya ke dalam sembilan Daerah Operasi (Daop). Tabel 1.1 Divre PT KAI di Sumatera Tabel 1.2 Daop PT KAI di Jawa Nama Divisi Regional I Sumatera Utara Divisi Regional II Sumatera Barat Divisi Regional III Sumatera Selatan Lokasi Medan Padang Palembang Nama Daerah Operasi I Daerah Operasi II Daerah Operasi III Daerah Operasi IV Daerah Operasi V Daerah Operasi VI Daerah Operasi VII Daerah Operasi VIII Daerah Operasi IX Lokasi Jakarta Bandung Cirebon Semarang Purwokerto Yogyakarta Madiun Surabaya Jember Dari keduabelas wilayah tersebut, Daerah Operasi IV Semarang merupakan salah satu wilayah yang paling banyak memiliki armada lokomotif.

Berikut ini adalah beberapa lokomotif yang dimiliki Daop IV Semarang : Tabel 1.3 Lokomotif milik Daop IV Semarang Jenis Lokomotif Nama Jumlah CC 203 3 Lokomotif Diesel Elektrik CC 201 8 BB 200 5 Lokomotif Diesel Hidrolis KD 2 4 KD 3 11 Dari kelima jenis lokomotif tersebut, lokomotif CC 203 merupakan lokomotif yang memiliki daya tarik paling besar, sehingga lokomotif ini digunakan untuk kereta jarak jauh kelas eksekutif. Oleh karenanya, maka lokomotif ini harus dapat memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan harga dan kepercayaan yang dibayarkan oleh para pelanggannya. Sebagai perusahaan jasa transportasi, PT KAI dituntut untuk selalu memberikan pelayanannya sebaik mungkin untuk memenuhi apa yang dibutuhkan pelanggannya, khususnya dari segi jaminan kenyamanan, ketepatan waktu, dan keselamatan. Hal tersebut tentu sangat berkaitan dengan kondisi lokomotif yang dipakai untuk beroperasi. Oleh karena itu, PT KAI harus menerapkan kegiatan perawatan yang terjadwal dengan baik, sehingga dapat memberikan jaminan tersebut bagi para pelanggannya. Namun, pada kenyataannya PT KAI masih belum dapat memenuhi apa yang dibutuhkan para pelanggannya. Pada Dipo Lokomotif Poncol, PT KAI Daop IV Semarang, hal ini dapat dilihat dari data gangguan perjalanan kereta akibat kerusakan komponennya dengan lokomotif CC 203 berikut ini : Tabel 1.4 Gangguan perjalanan Lokomotif CC 203 Juni 2007-Februari 2008 Waktu No. Seri Lokomotif Jenis Gangguan/Kerusakan 6/18/2007 CC 203 30 Carbon Brush Main Generator patah 9/5/2007 CC 203 29 Bolt Traksi Motor dan Gearbox patah 9/18/2007 CC 203 29 Motor Diesel (Hot engine) 10/6/2007 CC 203 28 Wickassy bocor 10/18/2007 CC 203 28 AS Panjang macet 10/26/2007 CC 203 30 Carbon Brush Traksi Motor patah 11/1/2007 CC 203 29 Carbon Brush Main Generator patah 11/1/2007 CC 203 30 Bolt Traksi Motor dan Gearbox patah 11/25/2007 CC 203 28 Roda Gigi Pinion Gearbox dan Traksi Motor patah 2/25/2008 CC 203 29 Fuel Pump tidak dapat memompa bahan bakar 2/29/2008 CC 203 28 Bolt Traksi Motor dan Gearbox patah

Berdasarkan data gangguan perjalanan di atas, tentunya akan sangat menurunkan kepercayaan para pelanggan terhadap PT KAI, karena dianggap tidak dapat memenuhi jaminan seperti yang telah disebutkan di atas. Seperti pada Daop-Daop lain, PT KAI Daop IV Semarang juga melakukan kegiatan perawatan lokomotifnya di setiap bengkel kereta/dipo lokomotif yang ada dalam ruang lingkup wilayahnya. Dipo Lokomotif Poncol ditetapkan sebagai bengkel pusat perawatan lokomotif di wilayah Daop IV Semarang. Saat ini, Dipo Lokomotif Poncol telah menerapkan kegiatan preventive maintenance untuk lokomotif CC 203 seperti pada tabel berikut ini : Tabel 1.5 Preventive Maintenance Lokomotif CC 203 Nama Kilometer Tempat P1 25,000 Dipo Lokomotif Poncol P3 75,000 Dipo Lokomotif Poncol P6 150,000 Dipo Lokomotif Poncol P12 300,000 Dipo Lokomotif Poncol SPA1 400,000 Balai Yasa Yogyakarta SPA2 800,000 Balai Yasa Yogyakarta PA 1,200,000 Balai Yasa Yogyakarta Kegiatan preventive maintenance yang dilakukan di Dipo Lokomotif Poncol meliputi kegiatan cleaning, inspection, dan lubrication. Sedangkan penggantian komponen dilakukan berdasarkan kondisi komponen dari hasil kegiatan inspection. Kegiatan preventive maintenance yang diterapkan Dipo Lokomotif Poncol ini merupakan perawatan yang berbasis jumlah kilometer lokomotif. Namun, dalam penentuan jumlah kilometernya, Dipo Lokomotif Poncol tidak memperhitungkan usia komponen lokomotifnya yang berasal dari data record failure komponen yang telah terjadi sebelumnya. Hal ini mengakibatkan banyaknya corrective maintenance yang diakibatkan kerusakan komponen lokomotifnya. Hal ini tentunya tidak tepat, karena selain beresiko besar, corrective maintenance juga akan membuat maintenance cost yang besar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terulangnya gangguan perjalanan seperti di atas, maka PT KAI, khususnya Dipo Lokomotif Poncol, perlu memperbaiki kegiatan perawatan terhadap lokomotif CC 203 yang dimilikinya. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan menentukan interval waktu yang optimal untuk melakukan kegiatan preventive maintenance dengan penggantian yang dapat meminimumkan biaya perawatan. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana menentukan komponen kritis lokomotif CC 203?

2. Bagaimana menentukan distribusi waktu antar kerusakan yang cocok untuk komponen kritis lokomotif CC 203? 3. Bagaimana menentukan parameter keandalan untuk komponen kritis lokomotif CC 203 berdasarkan distribusi data kerusakan yang cocok? 4. Bagaimana menentukan kebijakan perawatan yang tepat untuk komponen kritis lokomotif CC 203? 5. Bagaimana menentukan total biaya perawatan pada komponen kritis lokomotif CC 203? 6. Bagaimana menentukan interval waktu yang optimal untuk perawatan pencegahan dengan penggantian berdasarkan pendekatan minimasi biaya perawatan pada komponen kritis lokomotif CC 203? 7. Bagaimana menentukan alternatif perawatan yang paling efektif dan efisien antara perawatan eksisting dan perawatan usulan hasil optimasi? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menentukan komponen kritis lokomotif CC 203 2. Menentukan distribusi waktu antar kerusakan yang cocok untuk komponen kritis lokomotif CC 203 3. Menentukan parameter keandalan untuk komponen kritis lokomotif CC 203 berdasarkan distribusi data kerusakan yang cocok. 4. Menentukan kebijakan perawatan yang tepat untuk komponen kritis lokomotif CC 203. 5. Menentukan total biaya perawatan pada komponen kritis lokomotif CC 203. 6. Menentukan interval waktu yang optimal untuk perawatan pencegahan dengan penggantian berdasarkan pendekatan minimasi biaya perawatan pada komponen kritis lokomotif CC 203. 7. Menentukan alternatif perawatan yang paling efektif dan efisien antara perawatan eksisting dan perawatan usulan hasil optimasi. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah : 1. Dengan perawatan pencegahan yang terjadwal dan terencana, Dipo Lokomotif Poncol dapat menjamin bahwa lokomotif CC 203 yang akan digunakan terpelihara dengan baik.

2. Dipo Lokomotif Poncol dapat mengetahui interval waktu yang optimal untuk perawatan pencegahan dengan penggantian yang dapat meminimasi biaya perawatan pada lokomotif CC 203-nya. 3. Dengan perawatan pencegahan yang terjadwal dan terencana, Dipo Lokomotif Poncol Semarang dapat memperpanjang umur pemakaian lokomotif CC 203-nya. 4. Dipo Lokomotif Poncol Semarang dapat mencegah terjadinya gangguan perjalanan serta downtime yang diakibatkan kerusakan komponen pada saat lokomotif CC 203 beroperasi. 1.5 BATASAN MASALAH Untuk mendapatkan suatu hasil seperti yang diharapkan, lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka perlu dilakukan pembatasan dalam penelitian ini yaitu : 1. Data historis waktu kerusakan komponen lokomotif CC 203 yang digunakan adalah data dari bulan Juni 2007 sampai Februari 2008. 2. Interval waktu optimal perawatan pencegahan ini dibuat untuk komponen-komponen dalam satu sistem yang terpilih dengan frekuensi kerusakan tinggi yang berdampak besar terhadap reliability lokomotif CC 203. 3. Aspek teknis dalam pelaksanaan kegiatan perawatan, seperti tata cara memperbaiki komponen, pembongkaran, serta pemasangan komponen tidak termasuk dalam pembahasan. 4. Untuk data biaya yang tidak diperoleh, maka menggunakan data asumsi 5. Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada pengajuan usulan, sedangkan implementasi usulan di lapangan tidak termasuk dalam pembahasan.