BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

Kelarutan & Gejala Distribusi

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

3 Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

3 Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

Laporan Praktikum Kimia

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

KELARUTAN DAN LARUTAN. Ivan Isroni, S.Si., Apt.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 60

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Larutan dan Konsentrasi

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

Metodologi Penelitian

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

pengenceran larutan PENDAHULUAN

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air, tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan.sejalan dengan pesatnya perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini tersedia berbagai pilihan obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan dapat dicampurkan menjadi suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi kasar. Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorpsi. Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah suhu, ph, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan pelarut dan penambahan surfaktan. Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan

farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan. Oleh karena itu, percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar kita dapat mengetahui usaha usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh manusia. 1.2 Tujuan Percobaan 1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif. 2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan satu zat. 3. Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair. 1.3 Maksud Percobaan Untuk mengetahui dan memahami perbandingan kelarutan paracetamol di dalam air, alkohol dan propilenglikol. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Kelarutan atau solubility (s) adalah kebanyakan senyawa dalam satuan garam yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm 3 maka kelarutan itu mempunyai satuan molar (m) (Martin, 1990). Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan juneh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan

solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Mochtar, 1989). Jika gambar ionik dimasukkan kedalam air, maka banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-ion yang bergam dan merupakan salah stu sifat fisis dari senyawa/garam itu sendiri (Martin, 1990). Banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut disebut kelarutan, jika volume larutan yang dipakai untuk melarutkan 1 dm 3, maka kelarutan garam senyawa tersebut dapat dinyatakan sebagai kepekaan garam atau senyawa tersebut (Arief, 2003). Kelarutan suatu gram yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi dari zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation gram dan hasil hidolisasi seperti dikatakan diatas adalah suatu contoh yang pereaksi pembentuk kompleksnya yaitu ion hidroksida (Roth,1994). Telah lazim dikenal dalam bidang kimia bahwa senyawa tidak larut pun tidak memiliki kelarutan. Oleh karena itu senyawa seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai senyawa yang sukar larut (Anief, 2003). Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jenuh, misalnya senyawa yang bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan merupakan larutan yang jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Ansel, 1989). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah (Mirawati, 2007) : 1. Pengaruh ph Zat aktif yang sering digunakan didalam dunia pengobatan adalah zat organik yang bersifat asam lemah, kelarutan asam lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam akar akan bertambah dengan naiknya ph karena terbentuknya garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organic seperti alkaloida dan anastetik pada umumnya sukar larut. 2. Pengaruh temperatur Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada temperatur, titik leleh zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut.

3. Pengaruh jenis pelarut Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionik, begitu juga sebaliknya. 4. Pengaruh konstanta dielektrik Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. 5. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat. Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan kristal juga mempengaruhi. 6. Pengaruh penambahan zat-zat lain Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat. Surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Sifat yang penting dari misel ini adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat yang biasanya sukar larut dalam air. Proses ini dikenall sebagai solubility. Solubility terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel membentuk suatu larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika. Lokasi molekul zat terlarut dalam misel tergantung pada pelarut zat tersebut. Molekul non polar akan masuk kedaerah polisade dan membentuk suatu misell campuran (Mirawati, 2007). Selain penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan ureten dalam pembuatan injeksi khirin (Mohtar, 1989). Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu diketahui dengan membuat larutan jenuh dari zat itu pada suhu yang spesifik dan penentuan jumlah zat yang larut pada sejumlah berat tertentu dan larutan dengan cara analisis kimia (Ansel, 2005). Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran itu (Hardjaji, 1993)

Tipe larutan yang paling umum yang kita jumpai di laboratorium terdiri atas solute yang terlarut dalam zat cair, oleh karena itu sebagian besar perhatian kita, kita arahkan terhadap larutan tipe ini. Larutan yang berbentuk cair (contohnya NaCl dalam air), melarutkan zat cair dalam zat cair (contohnya etilen glikol dalam air, larutan anti beku), atau melarutkan gas dalam zat cair contohnya CO 2 dalam air, efferfescens) (Ditjen POM, 1979). Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20 o C dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut, pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring, serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah dalam sejumlah ml pelarut (Ditjen POM, 1979). Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah sebagai bentuk (Ditjen POM, 1979). Sangat mudah larut Kurang dari 1 Mudah larut 1 sampai 10 Larut 10 sampai 10 Agak sukar larut 30 sampai Sukar larut sampai 1.000 Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000 Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 2.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015) A. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif 1. Masukkan 1 g asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5 jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan

tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh. 2. Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masingmasing larutan B. Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat 1. Buat campuran pelarut-pelarut seperti yang tertera pada tabel di bawah ini : Pelarut Air % (v/v) Alkohol % (v/v) Propilen glikol %v/v) A 60 0 40 B 60 5 35 C 60 10 30 D 60 15 25 E 60 20 20 F 60 30 10 G 60 35 5 H 60 40 0 2. Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 g ke dalam masing-masing campuran pelarut. 3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. 4. Saring larutan, tentukan kadar asam salisilat yang larut. 5. Buat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstatnta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan. C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 1. Buat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1:0,5; 1; 10; 50 dan mg/ml air. 2. Tambahkan asam benzoat sedikit demi sedikit sampai diperoleh larutan jenuh. 3. Kocok larutan selama 2 jam, kalau ada endapan yang larut selama pengocokan, tambahkan lagi asam salisilat sampai didapat larutan yang jenuh kembali. 4. Saring dan tentukan kadar asam benzoat yang terlarut dalam masingmasing larutan.

5. Buat grafik antara kelarutan asam benzoat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan. 6. Tentukan konsentrasi misel kritik tween 80 D. Pengaruh ph terhadap kelarutan suatu zat 1. Buat ml larutan dapar fosfat dengan ph 4,5,6,7, dan 8. 2. Ambil 25 ml larutan masing-masing larutan lalu ditambahkan 0,5 g natrium diklofenak ke dalamnya. 3. Kocok larutan selama 2 jam, kalau ada endapan yang larut selama pengocokan, tambahkan lagi asam salisilat sampai didapat larutan yang jenuh kembali. 4. Saring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenak yang terlarut dalam masing-masing larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV pada panjang gelombang 274-278 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai. 5. Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan ph larutan.

3.1 Alat Dan Bahan 3.1.1 Alat yang digunakan BAB 3 METODE KERJA Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas kimia 25 ml, erlenmeyer 25 ml, gelas ukur 50 ml, magnetic stirrer, kertas grafik, sendok tanduk, botol semprot, botol coklat ml, pipet pendek, pipet panjang, spektrofotometer, kuvet, corong, oven, dan timbangan analitik. 3.1.2 Bahan yang digunakan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Air Suling, Alkohol, Propilenglikol, Parasetamol, Dapar fosfat ph 6, Dapar fosfat ph 8, Dapar fosfat ph 10, larutan NaOH 0,1 N, Tween 80, Alumunium Foil,dan Kertas Saring, 3.2 Cara Kerja A. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif 1. Dimasukkan mg paracetamol ke dalam 50 ml air dan dikocok dengan stirrer selama 30 menit, jika ada endapan yang larut selama

pengocokan, ditambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh endapan yang tidak larut. 2. Saring dan tentukan kadar asam paracetamol yang terlarut dalam larutan. B. Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat Dibuat 5 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini: Pelarut Air % ( v/v ) Alkohol % Propilen glikol (v/v) % ( v/v ) A 60 0 40 B 60 10 30 C 60 20 20 D 60 35 55 E 60 40 0 1. Ambil 5 ml campuran pelarut, larutkan paracetamol sebanyak mg ke dalam masing-masing campuran pelarut. 2. Kocok larutan dengan stirrer selama 30menit. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan, di tambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. 3. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut. 4. Buatlah kurva antara kelarutan paracetamol dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan. C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 1. Buatlah larutan tween 80 dengan konsentrasi 0,1; 0,5; 1,0; 5,0; 10,0;; dan mg. 2. Tambahkan mg paracetamol ke dalam masing-masing larutan. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan, di tambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. 3. Saring larutan dan di tentukan kadar paraceamol yang larut. 4. Buatlah kurva antara kelarutan paracetamol dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan. 5. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80. D. Pengaruh ph terhadap kelarutan suatu zat 1. Buat 25 ml larutan dapar fosfat dengan ph 6, 8 dan 10. 2. Masing-masing larutan ditambahkan mg paracetamol ke dalamnya.

3. Kocok larutan dengan stirrer selama 1 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan, di tambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. 4. Saring larutan dan ditentukan kadar paracetamolyang terlarut dalam masing-masing larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV pada panjang gelombang 236 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai. 5. Buat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan ph larutan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Menentukan Kelarutan Suatu Zat Secara Kuantitatif PCT (g) Vol Air (ml) BeratKertasSarin g (g) Berat kertas saring + BeratResidu residu 1,04 50 1.4005 2.356 9 0,9464 4.1.2 Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat Pelarut Perbandi ngan K. Dielekt rik Berat Kertas Saring (g) Berat Kertas Saring + Residu (g) Berat Residu (g) Jumlahterlarut (g) 0,0936 Jumlah terlarut (g) (g) A 60:00:40 61.04 1,756 1,756 0.8379 0,7185 B 60:05:35 60.605 1,4392 1,9 0,4708 0,5292 C 60:10:30 60.17 1,4476 2,3554 0,9078 0,0922 D 60:15:25 59.735 1,5086 2,1028 0,5942 0,4058 E 60:20:10 59.3 1,3647 2,1023 0,7376 0,8492 F 60:30:10 58.43 1,4005 2,1993 0,7988 0,7753 G 60:35:05 57,995 1,3617 1,7594 0,3977 0,6823 H 60:40:00 57.56 1,346 2,125 0,779 0,771

4.1.3 Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat Berat Kertas Berat Jumlah Paracetamo Konsentrasi Berat Kertas Saring + Residu Residu Terlaru l (g) Tween 80% Saring (g) (g) (g) t (g) mg 0,1% 1,0325 2,7775 1,745 0,755 mg 0,5% 0,8158 2,4939 1,6781 0,3219 mg 1,0% 1,4547 2,0013 0,5466 0,4534 mg 5,0% 0,8124 0,8882 0,0758 1,4242 mg 10% 1,1097 1,6948 0,5851 0,4149 mg mg 1,0805 1,5625 0,482 0,518 4.1 Pengaruh ph terhadap kelarutan suatu zat ph larutan Berat sampel Berast kertas Sampel dan kertas Residu sampel Sampel yang larut saring saring 6 mg 1,0541 g 1,7176 g 0,6635 g 0,3365 g 8 mg 1,4607g 1,9833 g 0,5226 g 0,4774g 10 mg 1,2980 g 1,3016 g 0,0036 g 0,9964g Perhitungan 1. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif Residu = berat zat berat kertas timbang = 2.3469-1.4005 = 0.9464 g Sampel yang larut = berat awal berat residu = 1.04 0.9464 = 0.0936 g Kelarutan = 50mL 0.0936 g = 534.18 ml/g (sukar larut) 2. Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan suatu zat Dik Konstanta dielektrik : Air : 80,4 Propilen glikol : 32 Alkohol : 23,3 Pelarut A :

Air : Propilen glikol : Pelarut B : Air : Alkohol : Propilen glikol : Pelarut C : Air : Alkohol : Propilen glikol : Pelarut D : Air : Alkohol : Propilen glikol : Pelarut E : Air : Alkohol : Propilen glikol : Pelarut F : Air : 60 x80,4 48,24 40 x32 12,8 = 48,24 + 12,8 = 61,04 60 x80,4 48,2 5 x23.3 1,165 35 x32 11,2 = 48,24 + 1,165 + 11,2 = 60,605 60 x80,4 48,24 10 x23.3 2,33 30 x32 9,6 = 48,24 + 2,33 + 9,6 = 60,17 60 x80,4 48,24 15 x23.3 3,495 25 x32 8 = 48,24 + 3,495 + 8 = 59,735 60 x80,4 48,24 20 x23.3 4,66 20 x32 6,4 = 48,24 + 4,66 + 6,4 = 59,3 60 x80,4 48,24

Alkohol : Propilen glikol : Pelarut G : Air : Alkohol : Propilen glikol : Pelarut H : Air : Alkohol : = 48,24 + 9,32 = 57,56 30 x23.3 6,99 10 x32 3,2 = 48,24 + 6,99 + 3,2 = 58,43 60 x80,4 48,24 35 x23.3 8,155 5 x32 1,6 = 48,24 + 8,155 + 1,6 = 57,995 60 x80,4 48,24 40 x23.3 9,32 3. Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat Tween 0,1 % Residu sampel = 2,7775 gr 1,0325 gr = 1,745 gr Sampel yang larut = 2,5 gr 1,745 gr = 0,755 gr/ ml kelarutan= 0,755 132,45 ml/ gr (sukar larut) Tween 0,5 % Residu sampel Sampel yang larut Tween 1,0 % Residu sampel Sampel yang larut = 2,4939 gr 0,8158 gr = 1,6781 g = 2 gr 1,6781 gr = 0,3219 gr/ ml ml kelarutan= 0,3219 gr 310,65 ml/ gr = 2,0013 gr 1,4547 gr = 0,5466 gr = 1 gr 0,5466 gr = 0,4534 gr/ ml

Kelarutan= 0,4534 Tween 5,0% Residu sampel 220,55 ml/ gr (sukar larut) = 0,8882 gr 0,8124 gr = 0,0758 gr Sampel yang larut = 1,5 gr 0,0758 gr = 1,4242 gr/ ml ml Kelarutan= 1,4242 gr Tween 5% Residu sampel 70,214 ml /gr (agak sukar larut) = 1,6948 gr 1,1097 gr = 0,5851 gr Sampel yang larut = 1 gr 0,5851 gr = 0,4149 gr/ ml ml Kelarutan= 0,4149 gr Tween 10% Residu sampel 241,02ml/ gr (sukar larut) = 1,5625 gr 1,0805 gr = 0,482 gr Sampel yang larut = 1 gr 0,482 gr = 0,518 gr/ ml ml Kelarutan= 0,518 gr 193,05 ml/ gr (sukar larut) 4. Pengaruh ph terhadap kelarutan suatu zat ph 6 Residu sampel = 2,1662 gr 1,4653 gr = 0,6969 gr Sampel yang larut = 1 gr 0,6969 gr = 0,3031gr/ ml 53,6 ml Kelarutan= 0,303 g 176,897 ml/ gr (sukar larut) ph 8 Residu sampel Sampel yang larut = 1,7176 gr - 1,0541 gr = 0,6635 gr = 1 gr 0,6635 gr = 0,3365 gr

Kelarutan= 55,6ml 0,3365 g 165,23 ml/ gr (sukar larut) ph 10 Residu sampel = 1,9833 gr 1,4607 gr = 0, 5226 gr Sampel yang larut = 1gr 0,5226 gr = 0, 4774gr 79,1 ml Kelarutan= 0,4774 g 165,689 ml/ gr (sukar larut) 4.2 Pembahasan Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya. Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut. Proses kelarutan diatur oleh tiga factor. Factor pertama adalah gaya kohesi zat terlarut. Factor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga adalah hasil interaksi antara zat terlarut yang terdisolusi dan molekul pelarut setelah pemutusan. Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :

1. ph Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang sering digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi ph, yakni untuk dapat larut. Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan dulu dengan larutan basa agar berbentuk garam organik yang mudah larut dalam air, demikian sebaliknya. 2. Temperatur Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu : a. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia akan mengendap. b. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat. c. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil. 3. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat, begitu pula sebaliknya. 4. Pengaruh jenis pelarut Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zatzat non polar atau molekul. 5. Pengaruh konstanta dielektrik Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain. 6. Pengaruh penambahan zat-zat lain Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat. Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah tween-80 dengan berbagai konsentrasi yang akan meningkatkan kelarutan paracetamol. Hubungan suatu surfaktan mempengaruhi kelarutan paracetamol yaitu dimana surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.oleh kaerna surfaktan mempunyai kecenderugnan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal dengan misel dimana misel ini

dapat menaikkan kelarutan paracetamol yang sukar larut dalam air. Dengan penambahan surfaktan terdiri dua bagian yaitu bagian polar dan non polar, bila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah bagian air. Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yaitu pertama, pada kelarutan Paracetamol secara kuantitatif dimana cara kerjanya adalah Dimasukkan mg paracetamol ke dalam 5 ml air dalam vial 10 ml, kocok selama 1,5 jam dengan stirer jika ada endapan yang larut selama pengocokan maka tambahkan sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh endapan yang tidak larut. Disaring dan ditentukan kadar paracetamol yang terlarut dalam larutan dan diperoleh berat residu paracetamol 0,9464 gram dan jumlah paracetamol yang terlarut 0,0936 gram. Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa paracetamol dapat larut 534.18 ml/g bagian dalam air (sukar larut). Kedua, pada pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan paracetamol dimana cara kerjanya adalah Diambil 5 ml campuran pelarut, larutkan paracetaol sebanyak mg ke dalam masing-masing campuran pelarut. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh larutan jenuh kembali.disaring lartan dan tentukan kadar paracetamol yang larut.dibuat kurva antara kelarutan paracetamol dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan dan diperoleh hasil bahwa paracetamol lebih sukar larut dalam pelarut yang memiliki konstanta dielektrik rendah. Pada pelarut A jumlah paracetamol yang terlarut 61,04 mg. Pada pelarut B jumlah paracetamol yang terlarut 60,605 mg. Pada pelarut C jumlah paracetamol yang terlarut 60,17 mg. Pada pelarut D jumlah paracetamol yang terlarut 59,735 mg. Pada pelarut E jumlah paracetamol yang terlarut 59,3 mg. Pada pelarut F jumlah paracetamol yang terlarut 58,43 mg. Pada pelarut G jumlahparacetamol yang terlarut 57,995 mg. Pada pelarut H jumlah paracetamol yang terlarut 57,56 mg.

Ketiga, pada pengaruh surfaktan terhadap kelarutan, cara kerjanya adalah Dibuat larutan tween 80 dengan konsentrasi: 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ; 5,0 ;10,0 dan mg. Ditambahkan mg paracetamol ke dalam masing-masing larutan. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah larutan tertentu paracetamol sampai dperoleh yang jenuh kembali. Disaring larutan dan tentukan kadar paracetamol yang larut. Dibuat kurva antara kelarutan paracetamol dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan. Ditentukan konsentrasi misl kritik (KMK) tween 80 dan dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penambahan surfaktan dapat menurunkan tegangan antarmuka antara paracetamol sehingga mempermudah kelarutan, namun pada konsentrasi misel kritik (KMK) kelarutan paracetamol menjadi konstan. Pada konsentrasi tween 80 0,1% jumlah paracetamol yang terlarut 132,45 ml/ gr, pada konsentrasi tween 80 0,5% jumlah paracetamol yang terlarut 310,65 ml/ gr, pada konsentrasi tween 80 1% jumlah paracetamol yang terlarut 220,55 ml/ gr, pada konsentrasi tween 80 5% jumlah paracetamol yang terlarut 70,214 ml/gr, dan pada konsentrasi tween 80 10% jumlah paracetamol yang terlarut 241,02 ml/ gr Keempat, pada pengaruh ph terhadap kelarutan, cara kerjanya adalah Dibuat 25 ml larutan dapar fosfat dengan ph 6,8 dan 10. Ditambahkan mg paracetamol ke dalam masing-masing larutan. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahakan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh yang jenuh kembali. Disaring larutan dan tentukan kadar paracetamol yang terlarut dalam masing-masing larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV pada panjang gelombang 236 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai. Dibuat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan ph larutan.dan data yang diperoleh adalah pada ph 6 jumlah paracetamol yang larut adalah 176,897 ml/gr, pada ph 8 jumlah paracetamol yang larut adalah 165,23 ml/ gr, dan ph 10 jumlah paracetamol yang larut adalah 165,689 ml/gr.

Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam pembuatan sediaan farmasi.sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk bentuk sediaan obat lainnya seperti suspense, tablet atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena dalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorbsi. Pada umumnya obat baru dapat di absorbsi dari saluran cerna dalam keadaan terlarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air. Adapun kesalahan yang diperoleh karena beberapa faktor yaitu : Kurang teliti dalam melihat endapannya, sehingga dilakukan penambahan terus-menerus walaupun sudah lewat jenuh Kurang teliti dalam menimbang hasil residu Terlalu sebentar dikocok di stirrer, sehingga asam salisilat belum larut sempurna.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim Indonesia : Makassar. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI ; Jakarta. Hardjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pestaka, Jakarta. Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press; Yogyakarta. Ansel, Haward. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia; Makassar. Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press; Yogyakarta. Mohtar, 1989. Farmasi Fisika. Gajah Mada University Press ; Yogyakarta.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Semakin lama pengocokan maka kelarutan suatu zat semakin besar. b. Semakin tinggi konstanta dialektrik suatu zat maka semakin tinggi pula kelarutan suatu zat. c. Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka semakin tinggi pula kelarutan suatu zat. d. Semakin tinggi ph suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat. 5.2 Saran Adanya komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten pendamping dalam praktikum sehingga segala sesuatunya lebih terkoordinasi.