Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Karakteristik Individu Terhadap Produktivitas Kerja Serta Perbaikan Hearing Conservation Program

BAB IV HASIL PENELITIAN. bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak di Desa Bangun

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

PENGENDALIAN KEBISING

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

METODE PENELITIAN III.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG

Halaman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Penglihatan pada Pekerja Pengelasan di Perusahaan Pembuatan dan Perbaikan Kapal

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

Analisis Kenyamanan Termal dan Faktor Individu terhadap Infeksi Saluran Kemih pada Pekerja Perusahaan Peleburan Baja

Oleh : Jenar Seto/ Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V10.i3 ( )

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

STUDI APLIKASI ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI PT. SEMEN TONASA

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

PENGARUH TERPASAN KEBISINGAN DAN PROSES PRODUKSI TERHADAP DAYA DENGAR PADA PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Keyword : Noise Intensity, Audiomeri, Hearing Threshold Level (HTL) ABSTRACT

PERBANDINGAN NILAI AMBANG DENGAR ANTARA TENAGA KERJA DI BAGIAN PENGECATAN, PENGELASAN DAN BONGKAR PASANG MOBIL DI CV.


DESAIN FILTER DIGITAL UNTUK MEREDUKSI NOISE GROUND HEADSET PADA AVIASI

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan Abstrak

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

Analisis Pajanan Bising dan Faktor Risiko dalam Kejadian Gangguan Pendengaran PT.X Tahun 2014

Erman, D., Sukendi., Suyanto 2014:8 (2)

Analisis Hubungan Beban Kerja dan Kelelahan Terhadap Jumlah Pengangkutan Box Container Operator Head Truck di PT. Petikemas

BAB 1 PENDAHULUAN. gelombang suara (Hadinoto, 2014). Alat ini biasanya digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Analisis Pengaruh Faktor Resiko Pekerja pada Area Penyelamatan terhadap Stress Kerja di Perusahaan Inspektor Bawah Air

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Transkripsi:

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi (Studi Kasus: PT. Industri Kemasan Semen Gresik, Tuban Jawa Timur) Rochana Fathona Royan 1*, Denny Dermawan 2, Wiediartini 3 123 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 email: rochana184@gmail.com Abstrak PT. Industri Kemasan Semen Gresik, Tuban merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan kantong semen. Mesin yang digunakan untuk produksi menghasilkan kebisingan. Kebisingan kombinasi yang muncul pada area produksi PT.IKSG adalah sebesar 4,8,dB (A). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kebisingan terhadap gangguan pendengaran dengan menggunakan uji Chi-Square, menganalisis pengaruh kebisingan terhadap gangguan pendengaran dengan menggunakan uji Regresi Logistik Binner, dan menyusun rekomendasi yang sesuai untuk meminimalkan atau mereduksi tingkat gangguan pendengaran akibat kebisingan. Hasil uji Chi-Square yang dilakukan diperoleh hasil faktor kebisingan, usia dan paparan headset mempunyai hubungan yang signifikan terhadap gangguan pendengaran telinga kanan. Hasil uji serentak Regresi Logistik Binner diperoleh nilai sig 0,000 yang menunjukkan bahwa kebisingan dan karakteristik pekerja berpengaruh terhadap gangguan pendengaran telinga kanan sedangkan diperoleh nilai sig 0,705 yang menunjukkan bahwa kebisingan tidak berpengaruh terhadap gangguan pendengaran telinga kiri. Rekomendasi yang diberikan berupa engineering control dengan desain enclosure. Material yang digunakan untuk bahan enclosure adalah batu bata dengan lebar 6,275 m, panjang 16,628 m dan tinggi 4,192 m. Enclosure ini mampu mereduksi kebisingan sebesar 88,52 db (A). Keywords: Chi-square, Enclosure, Karakteristik Pekerja, Kebisingan, Regresi Logistik Binner PENDAHULUAN PT. Industri Kemasan Semen Gresik (IKSG) merupakan perusahaan produsen kantong dan kemasan Industri. Berdasarkan tinjauan lapangan yang dilakukan sebelumnya diperoleh bahwa mesin yang digunakan untuk proses produksi PT. IKSG menimbulkan kebisingan kontinyu. Hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan pada tahun 2015 pada lima lokasi pengukuran terdapat empat lokasi memiliki kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), dan hanya satu lokasi yang memiliki intensitas kebisingan kurang dari NAB. Kebisingan kombinasi yang terjadi pada area produksi mencapai 4,8 db. Bising dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja, antara lain gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran akibat pajanan bising atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah penyakit akibat kerja yang sering dijumpai di banyak pekerja industri. Setiap tahun PT. IKSG melakukan pemeriksaan gangguan pendengaran pada pekerja. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan diketahui bahwa setiap tahun terdapat pekerja yang mengalami gangguan pendengaran, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat diketahui bahwa terdapat 25,2% pekerja di bagian produksi yang mengalami gangguan pendengaran. Hal ini akan berdampak pada kinerja dan produktivtas dari karyawan tersebut jika terus menerus terpapar kebisingan. Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kebisingan dan karakteristik pekerja terhadap gangguan pendengaran agar dapat memberikan rekomendasi yang tepat untuk meminimalis penyakit akibat kerja. METODOLOGI 156

Penelitian ini mengambil 33 responden yaitu total dari populasi pekerja yang ada pada area produksi PT.IKSG. Untuk menganalisis data dibutuhkan data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan adalah intensitas kebisingan, paparan kebisingan yang diterima oleh pekerja, karakteristik pekerja dan gangguan pendengaran pekerja. Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data primer yaitu melalui pengukuran langsung maupun tidak langsung, pengukuran subjektif, dan observasi. Intensitas kebisingan yang di ambil untuk pembuatan peta kebisingan menggunakan Sound Level Meter, pengukuran dilakukan pada setiap jarak 4 meter. Titik hasil pengukuran berjumlah 198 titik, paparan kebisingan di ukur menggunakan Sound Level Meter, pengukuran dilakukan tepat pada mesin dengan jarak 1-1,5 meter sebanyak 4 kali dan diambil data tertinggi untuk melakukan perhitungan paparan kebisingan, gangguan pendengaran diukur menggunakan audiometri, dan karakteristik pekerja dalam penggunaan headset didapatkan melalui kuisioner, pemakaian alat pelindung diri didapatkan melalui observasi lapangan secara langsung yang dilakukan selama 14 hari. Data sekunder dari penelitian ini yaitu data-data yang diperoleh berupa dokumen dari perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas pada penelitian ini diantaranya hasil pengukuran kebisingan di PT. IKSG tahun 2011-2015, hasil pengukuran audiometri pekerja PT. IKSG tahun 2011-2015, jumlah pekerja bagian produksi, umur pekerja dibagian produksi, masa kerja pekerja dibagian produksi, gambaran umum perusahaan, dan proses produksi dari perusahaan di PT. IKSG. Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan uji Chi-square untuk menentukan hubungan antara variabel X (Kebisingan dan karakteristik pekerja) terhadap variabel Y(Gangguan pendengaran telinga kanan dan telinga kiri). Setelah dilakukan uji Chi-Square, dilakukan uji Regresi Logistik Binner untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Kemudian menyusun rekomendasi untuk mengatasi gangguan pendengaran akibat kebisingan pekerja bagian produksi PT. IKSG dengan merancang enclosure serta pembuatan kebijakan baru berupa SOP. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Kebisingan yang Diterima Pekerja Efek kombinasi yang diterima oleh responden secara akumulatif dapat dihitung menggunakan rumus DND. Dari perhitungan yang telah dilakukan jika responden memiliki efek kombinasi > 1, maka responden terpapar kebisingan melebihi nilai ambang batas atau bisa dikatakan tidak aman, begitu pula sebaliknya. Dari total 33 responden terdapat 21 responden yang terpapar kebisingan lebih dari NAB. 4.2 Pemeriksaan Audiometri Berdasarkan pemeriksaan audiometri menunjukkan bahwa hasil dari pemerikasaan gangguan pendengaran didapatkan sebanyak 13 responden memiliki pendengaran normal pada telinga kanan, 8 responden memiliki pendengaran tidak normal pada telinga kiri, 20 responden memiliki pendengaran normal pada telinga kanan dan 25 responden memiliki pendengaran tidak normal pada telinga kiri. 4.3 Hubungan dan Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Hasil uji Chi-Square yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dan karakteristik pekerja terhadap gangguan pendengaran dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Hasil Uji Chi- Square P-Value Telinga Kanan Telinga Kiri Telinga Kanan Telinga Kiri Kebisingan 0,000 0,240 Berhubungan Berhubungan Usia 0,003 0,132 Berhubungan Berhubungan Masa Kerja 0,128 0,128 Berhubungan Berhubungan Paparan Headset 0,000 0,381 Berhubungan Berhubungan Pemakaian APD 0,386 0,541 Berhubungan Berhubungan (Sumber : Pengolahan Data Primer, 2017) Hasil uji Regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara kebisingan dan karakteristik pekerja terhadap gangguan pendengaran dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Hasil Uji Regresi Logistik Binner P-Value Uji P- Value Uji Serentak Individu Telinga Telinga Telinga Telinga Telinga Telinga Telinga Telinga Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kebisingan 0,004 0,273 Berpenga ruh 0,011 0,135 Berpenga 0,000 0,702 Usia ruh 157

Masa Kerja 0,140 0,195 Paparan Headset 0,001 0,478 Lanjutan Tabel 3.2 Hasil Uji Regresi Logistik Binner P-Value Uji Serentak Telinga Telinga Telinga Kanan Kiri Kanan Pemakaian APD (Sumber : Pengolahan Data Primer, 2017) Telinga Kiri P- Value Uji Individu Telinga Telinga Telinga Telinga Kanan Kiri Kanan Kiri 0,585 0,767 Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa kebisingan berpengaruh terhadap telinga kanan, hal ini dapat dijelaskan dengan perhitugan odss ratio yang menjelaskan bahwa pekerja yang terpapar kebisingan lebih dari NAB memiliki resiko 28 kali lipat terkenan gangguan pendengaran dari pada pekerja yang terpapar kebisingan kurang dari NAB. Pada variabel usia dapat diketahui bahwa usia berpengaruh terhadap gangguan pendengaran telinga kanan, hal ini dapat dijelaskan dengan perhitungan odss ratio yang menjelaskan bahwa pekerja yang berusia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 18 kali lipat terkenan gangguan pendengaran dari pada pekerja yang berusia kurang dari 40 tahun. Sedangkan untuk variabel paparan headset mempengaruhi gangguan pendengaran teliga kanan, hal ini dapat dijelaskan dengan perhitungan odss ratio yang menjelaskan bahwa pekerja yang memiliki kebiasaan menggunakan headset memiliki resiko 0,021 kali lipat terkenan gangguan pendengaran dari pada pekerja yang tidak memiliki kebiasaan memakai headset. Perbedaan hasil anatar telinga kanan dan telinga kiri dapat disebabkan oleh karakteristik individu dan kebiasaan individu pada saat bekerja. Pangaruh kebisingan terhadap telinga kanan dapat disebabkan oleh kebisingan yang dihasilkan oleh mesin di PT. IKSG rata-rata melebihi NAB yang telah ditentukan, kebisingan tersebut terjadi karena umur mesin yang telah mencapai 21 tahun, sedangkan kebisingan merupakan salah satu faktor utama penyebab gangguan pendengaran. Pengaruh usia terhadap gangguan pendengaran pada telinga kanan terjadi karena semakin meningkatnya usia maka akan semakin rentan terkena gangguan pendengaran, lebish dari karyawan PT.IKSG yang dijadikan responden berusia lebih dari 40 tahun. Hasil uji pengaruh paparan headset terhadap telinga kanan menunjukkan hasil yang signifikan, sesuai teori yang menyebutkan bahwa penggunaan headset yang berlebihan dan dalam volume yang tinggi dapat memicu terjadinya gangguan pendengaran. Pekerja PT.IKSG memiliki kebiasaan menggunakan headset pada saat waktu luang bahkan pada saat bekerja. Perbedaan hasil uji pada telinga kiri pada variabel kebisingan, usia dan pemakaian headset dapat disebabkan karena kebiasaan lain yaitu penggunaan earplug yang tidak sesuai atau disebabkan posisi pekerja. Masih banyak pekerja yang menggunakan earplug hanya pada sisi telinga kanan saja atau sebaliknya. 4.4 Rekomendasi Hirarki dan urutan dalam pengendalian resiko dapat dilakukan dengan eliminasi, subtitusi, engineering control, administratif, dan alat pelindung diri. Pada faktor kebisingan tidak dapat dilakukan pengendalian eliminasi, karena tidak ada yang perlu dihilangkan dalam suatu bahan atau tahapa proses. Subtitusi tidak dapat dilakukan karena tidak ada penggantian bahan produksi. Maka selanjutnya dilakukan pengendalian engineriing control berupa desain enclosure. Langkah awal yang dilakukan adalah menghitung kebisingan kombinasi sebagai berikut : L1 L2 Ln Lp = log(... ) 80,6 83,8 Ln... = log( = log 30177007674 = 4,8,dB (A) ) Nilai kebisingan paling besar terletak pada mein tubber2 dan bottomer2 maka dari itu enclosure dipasang pada mesin tersebut. Ambang Batas yang diperbolehkan yaitu 85 db (A) untuk 8 jam kerja per hari, sehingga 158

besar penurunan kebisingan pada mesin tersebut menjadi 4,8,db (A) - 80 db (A) = 24,8 db (A). Maka dari itu kebisingan harus mampu mereduksi kebisingan minimal sebesar 24,8 db (A) Selanjutnya adalah menghitung transmission loss rencana batu bata dengan plester. Surface density (W) batu bata adalah 300 kg/m2, sehingga nilai TL pada frekuensi 00 Hz adalah sebagai berikut : TL = 20 log W + 20 log f-c = (20 log 300) + (20 log 00) -47 = 49,54 + 60 47 = 62,54 db (A) NR = TL + 6 db (A) = 62,54 db (A) + 6 db (A) = 68,54 db (A) (bahan batu bata dalam pembuatan enclosure dapat mereduksi kebisingan 68,54 db (A)). 4.4.1 Desain Rancangan Enclosure Luasan enclosure pada area produksi PT.IKSG sama dengan luasan area mesin tubber 2 dan bottomer 2 yaitu ukuran panjang 16,628 m, lebar 6,275 m dan tinggi 4,192 m. Ketebalan batu bata yang akan digunakan adalah 15 cm dengan menggunakan plester. Luas Depan = (luas batu bata) (luas kayu) = (lebar x tinggi) (lebar x tinggi) = (6,275 m x 4,192 m) - (1 m x 1,75 m) = 26,30 m 2-1,75 m 2 = 24,55 m 2 Luas Belakang = Luas batu bata = lebar x tinggi = 6,275 m x 4,192 = 26,30 m 2 Luas Kanan dan Kiri = luas batu bata = panjang x tinggi = 16,628 m x 4,192 = 69,70m 2 Gambar 3.1 Luasan depan Gambar 3.2 Luasan belakang Gambar 3.2 Luasan samping kanan dan kiri 4.4.2 Noise Reduction Berdasarkan Luasan Setelah ditentukan luasan enclosure selanjutnya adalah menentukan noise reduction berdasarkan luasan sebagai berikut : TL = NR log S A 159

= 68,54 db (A) log 12,025 298,09 = 68,54 db (A) (-13,98) = 82,52 db (A) NR = TL + 6 = 82,52 db (A) + 6 db (A) = 88,52 db (A) (kemampuan redam enclosure yang dirancang menggunakan bahan batu bata dapat meredam bising pada area mesin tubber 2 dan bottomer 2 sebesar 88,52 db (A)). Setelah dilkukan pengendalian secara teknis selanjutnya dilakukan pengendalian secara administratif yaitu dengan memberikan kebijakan berupa SOP yang didalamnya terdapat sanksi tegas jika pekerja masih memiliki kebiasaan menggunakan headset pada saat bekerja, karena walaupun kebisingan telah direduksi hingga kurang dari NAB akan tetapi pekerja masih memiliki kebiasaan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dampak negatif itupun masih dapat terjadi. KESIMPULAN Untuk telinga kanan faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan variabel terikat (Y) adalah kebisingan, usia, dan paparan headset sedangkan yang tidak memiliki hubungan dengan variabel terikat (Y) adalah masa kerja dan penggunaan APD. Untuk telinga kiri tidak terdapat hubungan antara kebisingan, usia, masa kerja, paparan headset dan penggunaan APD dengan variabel terikat (Y) Berdasaran pengujian menggunakan analisa regresi logistik binner didapatkan bahwa pada telinga kanan faktorfator yang berpengaruh dengan variabel terikat (Y) adalah faktor kebisingan, usia dan paparan headset sedangkan yang tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y) adalah masa kerja dan penggunaan APD. Untuk telinga kiri faktor kebisingan, usia, masa kerja, paparan headset dan penggunaan APD tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Rekomendasi yang diberikan berdasarkan hirarki pengendalian yaitu dengan engineering control dengan membuat desain enclosure untuk mesin tubber 2 dan bottomer 2 yaitu area yang memiliki intensitas kebisigan yang tinggi serta adminnistratif control dengan pembuatan kebijakan baru berupa SOP pada PT.IKSG. DAFTAR PUSTAKA Angela, C. (2014). Plus Minus Menggunakan Material Batu Bata Merah untuk Bahan Bangunan. Dwigantara, Y. (2015). ANALISIS PENGARUH PAPARAN DEBU TERHADAP GANGGUAN FAAL PARU PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI GANGGUAN FAAL PARU PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT. X. Evi. (2013). Analisis Regresi Logostik Biner dalam Mengukur Kualitas Pelayanan (Studi Kasus: Puskesmas Remaja). Journal Science East Borneo Volume 1. Gabrielle, J. F. (1996). Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC. Kandou, L. F., & Mulyono. (2013). hubungan karakteristik dengan peningkatan ambang pendengaran penerbangan di balai kesehatan penerbangan jakarta. MENLH. (1996). Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Primadona. (2012). Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penurunan Pendengaran pada pekerja di PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMAJONG. Universitas Indonesia. Soepardi, E. A., Iskandar, & Bashiruddin, J. (2012). Bahan Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggirok Kepala dan Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Soeripto, M. (2008). Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Usman, & Purnomo, S. A. (2000). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Yuswandari, I. (2016). PERANCANGAN ENCLOSURE PADA RUANGAN BLOW MOLDING SERTA ANALISIS KELAYAKAN SOFTWARE ACOUSTIC DI PT. WM. 160