BAB I PENDAHULUAN. dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi pemerintah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik dengan menerapkan sistem e-government,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

G U B E R N U R J A M B I

EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT DALAM PENGADAAN BARANG/JASA (Studi terhadap Penerapan E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa di Kabupaten Bojonegoro)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA BEKASI

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. perkantoran, baik perkantoran pemerintah atau swasta adalah efisiensi kerja

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

SURAT EDARAN NOMOR: 07/SE/M/2012

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudannya

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat di sektor pelayanan Publik dan mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. warganya, dan pasar dengan warga. Dahulu negara memposisikan dirinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik.

IMPLEMENTASI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DI KABUPATEN SUKOHARJO

REFORMASI BIROKRASI. Dokumen Pengembangan E-Government 1

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

Petunjuk Pengoperasian Penyedia

PENGANTAR E-PROCUREMENT

DAFTAR ISI. Layanan Pengadaan Secara Elektronik Nasional

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010

KARYA TULIS PENGEMBANGAN SISTEM APLIKASI REGISTRASI DAN VERIFIKASI ONLINE LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

ANALISIS PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSULTANSI ( Studi Kasus : Proyek Pemerintah ) Gatot Nursetyo. Abstrak

PENGANTAR E-PROCUREMENT

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

DAFTAR ISI. Pengantar E-Procurement. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN. e-tendering. e-purchasing 10/19/2016

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

dalam mewujudkan pembangunan. Dilihat dari berbagai perspektif, kemajuan

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 165 TAHUN 2012

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT (X 1 )

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

P3I. Pelatihan Teknik Memenangkan Tender Pemerintah melalui Penguasaan SPSE versi 4 Sesuai Dengan Perpres No. 4 Tahun 2015

Petunjuk Pengoperasian SPSE Verifikator

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

STANDAR PELAYANAN PENYELENGGARAAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) PEMERINTAH PROVINSI NTB

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memperbaharui teknologi agar sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 4 TAHUN 2010

PROSEDUR EPROCUREMENT

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

Bandung Integrated Resources Management System (BIRMS)

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan

Kebijakan e-procurement Nasional. DALAM RANGKA PENGELOLAAN e-lelang CEPAT dan SiKaP. Direktur Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik LKPP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS E-PROCUREMENT DI KOTA MALANG

BERITA ACARA EVALUASI PENAWARAN Nomor : 02/BA/Pokja 15-ULP 2/Ruang Rawat Inap/VI/2015

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber : UNDP tentang indeks pembangunan manusia indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 Auditor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengadaan barang dan jasa identik dengan adanya berbagai fasilitas baru, berbagai bangunan, jalan, rumah sakit, gedung perkantoran, alat tulis, sampai dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi pemerintah. Pengadaan barang dan jasa yang biasa disebut tender ini sebenarnya bukan hanya terjadi di instansi pemerintah. Pengadaan barang dan jasa bisa terjadi di BUMN dan perusahaan swasta nasional maupun internasional. Intinya, pengadaan barang dan jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau instansi pemerintah akan barang dan/atau jasa yang dapat menunjang kinerja dan performance mereka. 1 Dalam masa kini, perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi sangatlah mempengaruhi kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan kesinambungan antara pemerintah dengan masyarakat, setiap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan publik, pemerintah dapat memanfaatkan teknologi ini. Tak terkecuali kegiatan pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa. Dengan adanya teknologi ini juga dapat mewujudkan good governance. 1 Marzuki Yahya dan Endah Fitri Susanti. 2012. Buku Pintar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Laskar Aksara. Jakarta. hlm. 3.

Upaya Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan good governance adalah dengan cara melakukan reformasi dalam segala kegiatan pemerintahan ataupun pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi informasi atau biasa disebut dengan e-government. Pencanangan e-government di Indonesia, baru dimulai dan diperkenalkan pada tanggal 24 April Tahun 2001 melalui Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informatika), yang menjelaskan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika dalam mewujudkan good governance dan mempercepat proses demokrasi 2. Penerapan e-government merupakan suatu mekanisme yang dapat diterapkan oleh pemerintah untuk menjawab segala permasalahan berkenaan dengan pelayanan publik bagi masyarakat. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat dan dapat dimanfaatkan untuk mencegah tindak pidana korupsi. Melalui penerapan electronic government (e-governmant) dapat di cegah terjadinya mal administrasi dalam pelayanan publik. Pengadaan barang dan jasa di lingkungan instansi pemerintah yang sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. 3 Hasil kajian Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang tertuang dalam Country Procurement Assesment 2 Andrianto Nico. 2007. Good e-government. Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e- Government. Malang. Banyumedia Publishing. 3 F.H Edy Nugroho Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam rangka Memberantas Tindak Pidana Korupsi Secara Elektronik. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No.3 September 2014.

Report (CPAR) tahun 2001 menyebutkan bahwa 10%-50% pengadaan barang dan jasa mengalami kebocoran. Temuan terebut memperkuat sinyalemen bahwa 30% pinjaman bank dunia dikorupsi, diindikasikan salah satu modus korupsinya lewat mekanisme pengadaan barang dan jasa. 4 Penerapan e-government yang telah dilakukan pemerintah Indonesia beberapa tahun belakangan ini adalah melalui electronic procurement (eprocurement). E-procurement merupakan salah satu layanan e-government yang merupakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik, berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa, semua instansi-instansi pemerintah memiliki kewajiban melaksanakan e-procurement pada tahun 2012. Melalui e-procurement telah terjadi efisiensi penggunaan anggaran instansi pemerintah sebesar11% pada tahun 2010, dan berhasil menghemat 14%. Contoh lainnya adalah pada Pemerintah kota Surabaya dimana memperoleh efisiensi anggaran hingga 10% karena adanya standarisasi harga dan analisa standar belanja, efisiensi terhadap alokasi yang telah ditetapkan hingga 25%, terencananya proses pengadaan barang/jasa, dan pelaporan yang jelas atas kegiatan dan penyerapan anggaran dapat diakses oleh pimpinan dan 4 Adrian Sutedi. 2008. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya. Jakarta. Sinar Grafika. hlm. 44

masyarakat secara terbuka dan kapan saja melalui internet. Dari sisi penyedia barang dan jasa, implementasi e-procurement kota Surabaya mampu memberikan kesempatan merata dan lebih luas kepada pengusaha kecil menengah hingga 96,4% perusahaan lokal. 5 Hasil Penelitian pelaksanaan e-procurement di Kabupaten Kutai Kartanegara hingga saat ini belum berjalan dengan baik. 6 Demikian halnya penerapan e- procurement dalam pengadaan barang/jasa di Kabupaten Bojonegoro kurang berjalan efektif atau dapat dikatakan belum mencapai tujuan secara maksimal. 7 Pelaksanaan e-procurement justru mengganggu jalannya aktivitas pelaksanaan lelang. 8 Perkembangan teknologi saat ini sudah seharusnya dijadikan suatu momen bagi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam meningkatkan transparansi dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh layanan informasi mengenai segala kegiatan Pemerintahan di Kabupaten Sukoharjo seperti halnya penerapan sistem informasi yang di sebut e-lelang. E-lelang adalah sebuah sistem yang akan mengadakan proses penawaran harga dilakukan satu kali pada hari, tanggal, dan waktu yang telah ditentukan dan disepakati dalam dokumen pengadaan untuk mencari harga terendah tanpa mengabaikan kualitas dan sasaran 5 Warta Ekonomi. www.wartaekonomi.co.id/. Diakses pada 5 November 2016, 13:53. 6 Hartono, Dwiarso, Mulyanto Edy. 2010. Electronic Government Pemberdayaan Pemerintahan dan Potensi Desa Berbasis Web. Jurnal Teknologi Informasi Volume 6 No.1 7 Achmad Djunaedi. 2002. Integrasi e-government: Tantangan, Kebijakan dan Implementasi.Jakarta: Seminar Pelayanan Publik dan E-government, Bappenas, 19 Desember 2008. 8 Juan Carlos Barahona,J.C & Elixondo, Z.M, The Disruptive Innovation Theory Applied to National Implementations of E-Procurement Vol.10 No. Februari 2012.

yang telah ditetapkan. E-lelang biasanya digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang memerlukan evaluasi teknis untuk mendapatkan kualitas terbaik dan evaluasi harga untuk mendapatkan harga yang wajar. Proses pengadaan barang atau jasa melalui e-lelang adalah pekerjaan konstruksi, pengadaan barang dengan variasi kualitas yang beragam, dan jasa pemborongan non konstruksi. e-lelang terdiri dari e-lelang Umum (Regular e-tendering) dan e-penerimaan Berulang (Reverse e-tendering). Pelaksanaan e-lelang di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sendiri dijalankan oleh Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE) sebagai unit kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sukoharjo. LPSE adalah unit kerja yang dibentuk diberbagai instansi dan pemerintah daerah untuk melayani Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Panitia/Pokja ULP Pengadaan yang akan melaksanakan pengadaan secara elektronik. Seluruh ULP dan Panitia/Pokja ULP Pengadaan dapat menggunakan fasilitas LPSE yang terdekat dengan tempat kedudukannya. LPSE melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja LPSE yang bersangkutan. Sesuai dengan pengoprasian Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) 9, Proses pendaftaran e-lelang di Kabupaten Sukoharjo ini memiliki dua tahap pendaftaran bagi peserta yang akan mengikuti pelaksanaan e-lelang. Tahap pertama yang dilakukan para penyedia barang/jasa yaitu, dengan melakukan 9 LPSE Kabupaten Sukoharjo, website http://lpse.sukoharjokab.go.id/eproc/lelang.

pendaftaran di website resmi LPSE Kabupaten Sukoharjo dengan mengikuti langkah-langkah yang telah di tentukan. Setelah selesai melakukan Pendaftaran di website LPSE Kabupaten Sukoharjo, peserta diharuskan untuk mendatangi langsung kantor LPSE Kabupaten Sukoharjo yang dilakukan Pimpinan perusahaan atau mendatangkan orang yang mendapat kuasa dari Pimpinan perusahaan untuk menyerahkan berkas yang akan diperiksa oleh verifikator untuk disesuaikan dengan data yang telah dikirimkan melalui pendaftaran yang dilakukan di website LPSE Kabupaten Sukoharjo. Masalah yang terjadi pada penyelenggaran e-lelang di Kabupaten Sukoharjo, bahwa hambatan untuk para calon peserta lelang dalam mengikuti pelaksanaan lelang yaitu mengenai jaringan internet yang kurang memadai yang mengakibatkan sulitnya untuk meng-upload dokumen yang akan dikirimkan ke LPSE Kabupaten Sukoharjo melalui Website LPSE Kabupaten Sukoharjo atau pengiriman dokumen melalui e-mail masih sering terjadi kegagalan pengiriman yang disebabkan lemahnya jaringan internet yang digunakan peserta lelang dalam mengikuti e-lelang. Informasi pelayanan dapat dilihat langsung di website LPSE Kabupaten Sukoharjo, pada kenyataanya, dalam melakukan pendaftaran, para calon penyedia barang/jasa masih merasa kesulitan. Proses pendaftaran yang masih berbelit-belit, dimana calon penyedia barang/jasa Pemerintah diharuskan mendownload informasi mengenai prosedur pendaftaran. Kemudahan bagi masyarakat yang terbiasa dengan media elektronik dan internet, namun hambatan bagi masyarakat yang tidak tebiasa dengan media elektronik dan internet. Tidak

mudah dalam menerapkan sebuah teknologi baru. Penerapan E-Government di Indonesia belum mencapai hasil yang maksimal dalam pengimplementasiannya divusi inovasi harus diterapkan secara bertahap hal ini seperti yang jelaskan dalam penelitian Juan Carlos yang menyebutkan bahwa penerapan e- procurement justru malah menganggu jalannya proses lelang hal ini dikarenakan ketidaksiapan organisasi, sumber daya manusia dan sumber daya lain yang belum dapat dipenuhi oleh pemerintah. 10 Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengadaan barang/jasa yang diadakan oleh pemerintah di Kabupaten Sukoharjo dikarenakan tidak mudah untuk melaksanakan sebuah kebijakan baru terlebih dalam hal penggunaan teknologi informasi seperti halnya e-procurement. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan kebijakan lelang pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan sesudah adanya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (eprocurement)? 2. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kebijakan lelang pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Sukoharjo setelah adanya Peraturan Presiden 10 Juan Carlos Barahona,J.C & Elixondo, Z.M, The Disruptive Innovation Theory Applied to National Implementations of E-Procurement Vol.10 No. Februari 2012

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (eprocurement) dan bagaimanakah solusinya? C. Tujuan Penelitian Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi teoritis maupun praktis 11 : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kebijakan lelang pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan sesudah adanya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (e-procurement). b. Untuk menjelaskan kendala dalam pelaksanaan kebijakan lelang pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Sukoharjo setelah adanya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (e-procurement) dan solusinya. 11 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum Cet ke-3. Jakarta: UI. Hlm. 3

2. Tujuan Subyektif a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis di bidang hukum khususnya Implementasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan barang dan jasa Pemerintah Kabupaten Sukoharjo b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Magister di bidang Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan baik yang bersifat praktis maupun teoritis. 1. Dari segi praktis a. Menambah ilmu dan pengetahuan penulis di bidang penelitian karya ilmiah khususnya bidang hukum serta menjadi sarana bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan pada program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. 2. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman di bidang akademik, di bidang ilmu hukum khususnya hukum kebijakan publik sehingga dengan demikian dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk lebih

jauh mengetahui perbandingan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sebelum dan sesudah adanya kebijakan tentang e-procurement dan implementasinya di lapangan untuk diketahui dan diselesaikan kendalanya. b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum secara teoritis khususnya dalam melihat kendala dalam pelaksanaan e- procurement di Kabupaten Sukoharjo.