Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle...

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. oleh Yunus Nur Zakarya NIM

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI


BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

SKRIPSI. oleh Yunus Nur Zakarya NIM

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWTAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN.

ARIEF ZUMANTARA NIM I

PERBEDAAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN DEMONSTRASI PADA ANAK KELAS V SD DI SDN PAGU I KECAMATAN PAGU

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

PENGARUH KEGIATAN MELUKIS BERMEDIA KAPAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL KONSEP UKURAN ANAK KELOMPOK B

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati

PENGARUH TERAPI BERMAIN COOPERATIVE PLAY: MONOPOLI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG DI SDLB NEGERI CI DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN PRETEND PLAY TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB BHAKTI SIWI SLEMAN

PENGARUH AKTIVITAS AKUATIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS ATAS DI SLB N PEMBINA YOGYAKARTA E-JOURNAL

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015

PENGARUH PERMAINAN ANGKA TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA USIA 4-5 TAHUN JURNAL. Oleh SEPTA SETIA SARI ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tunagrahita. Tunagrahita adalah kelambatan perkembangan mental seorang anak.

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL WARNA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERNYANYI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBILANG ANAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KARTU BERGAMBAR

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini dapat bervariasi pada umur dan jenis kelamin. Hal tersebut dapat diukur

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH DONGENG TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK KELOMPOK B

GALIH PRIAMBADA NIM K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

PENGARUH BERMAIN BOLA WARNA MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA ANAK KELOMPOK A

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP CAPAIAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGARUH BERMAIN BOLA WARNA MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

Abstrak. Kata kunci :Eksperimen Inkuiri, Eksperimen Verifikasi, Tingkat Keaktifan, Hasil Belajar.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

Ratna firbri A. & Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

TAHUN. Disusun Oleh: HEPI KAWURI A FAKULTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

EFEKTIVITAS DEMONSTRASI DAN BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 38 SEMARANG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

PENGARUH BERMAIN CONGKLAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

PENGARUH METODE PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN ANAK KELOMPOK B

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

PENGARUH METODE RESITASI BERMEDIA KOKORU TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BENTUK GEOMETRI ANAK KELOMPOK B

Ah. Yusuf*, Khoridatul Bahiyah*, Yustina Barek Ola*

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

PENGARUH METODE LATIHAN PLYOMETRIC

PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN TEKNIS TERHADAP KETEPATAN HASIL PUKULAN BOLA KASTI JURNAL. Oleh AHMAD HERWANTO

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental yang meneliti tentang sebab-akibat dengan menggunakan satu

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

PENGARUH MEDIA DADU HURUF TERHADAP KEMAMPUAN PENGENALAN HURUF PADA TK KELOMPOK A

Pengaruh Media Menara Angka Terhadap Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Kelompok A

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 5-6 TAHUN DI DESA LINAWAN KECAMATAN PINOLOSIAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAH BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB-C DEMAK MELALUI MEDIA GAME EDUKASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PENGARUH PENGGUNAAN BERMAIN PLASTISIN TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh RENI PUSPITA SARI ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Anak Tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember (The Effect of Hands Washing Training with Puzzle Method to Ability to Wash Hands of Children with Mental Retardation at SDLB-C TPA in Jember) Yunus Nur Zakarya, Erti I. Dewi, Tantut Susanto Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 3450 email: erti_i.psik@unej.ac.id Abstract Children with mental retardation are children who have a disruption to their intellegence level. One of the problem that occurs to them is their inability to perform hands washing. An attempt to improve their ability is to give hands washing training with puzzle method. This study aimed to analyze the effect of hands washing training with puzzle method to ability to wash hands of children with mental retardation at SDLB-C TPA in Jember. Study design was a pre experimental research with pretest-posttest group. The samples were 25 children with mental retardation. Data analysis used Wilcoxon Signed Rank Test. The result showed that there was an effect of hands washing training with puzzle method with ability to wash hands of children with mental retardation at SDLB-C TPA in Jember (p value <0.05). Recommendation of this study is the need of the school to have hands washing facility such as an emergency wastafel, soap, and tissue paper provided anytime Keywords: Hand Washing, Mental Retardation, Puzzle Abstrak Anak dengan tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat kecerdasannya Permasalahan anak tunagrahita adalah ketidakmampuan melakukan cuci tangan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan cuci tangan anak tunagrahita dengan memberikan pelatihan cuci tangan metode puzzle. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan cuci tangan bersih dengan metode puzzle terhadap kemampuan melakukan cuci tangan anak tunagrahita. Desain penelitian pre eksperimental, pre test and post test group design. Tempat penelitian di SDLB-C TPA Kabupaten Jember. Sampel penelitian berjumlah 25 anak tunagrahita. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil menunjukkan ada pengaruh pelatihan cuci tangan bersih dengan metode puzzle terhadap kemampuan melakukan cuci tangan anak tunagrahita (p value < 0,05). Peneliti menyarankan kepada sekolah untuk menyediakan fasilitas mencuci tangan seperti wastafel darurat, tisu, dan sabun. Kata kunci: Cuci Tangan, Tunagrahita, Puzzle Pendahuluan Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis [1]. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan baik selama kandungan maupun yang telah terlahir, tidak semua anak mampu melalui semua tahapan secara optimal. Beberapa anak mengalami kegagalan atau gangguan tumbuh kembang. Beberapa kelompok anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, yaitu penyandang cacat fisik dan mental. Kelompok anak dengan disabilitas digolongkan kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK) [2]. Salah satu e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 563

anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Anak dengan tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat kecerdasannya [3]. Karakteristik khusus anak tunagrahita yang membedakan dengan anak lain seusianya dapat terlihat secara fisik, yang meliputi wajah lebar, bibir tebal atau sumbing, mulut menganga terbuka, dan lidah biasanya menjulur keluar [4]. Selain itu, anak dengan tunagrahita juga mengalami kesulitan dalam merawat diri, kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, serta keterbatasan dalam sensori dan gerak [5]. Permasalahan lain yang dihadapi anak tunagrahita adalah pada usia sekolah, dimana mereka tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Jumlah anak dengan tunagrahita di dunia diestimasikan antara 1-% dari total jumlah penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan angka prevalensi anak dengan tunagrahita sebesar 3%. Angka ini diperkuat dengan data statistik yang menunjukkan di Indonesia terdapat 1.750.000-5.250.000 anak dengan tunagrahita [6]. Selain itu, dari 33 provinsi tercatat 14 provinsi yang memiliki jumlah prevalensi tinggi anak dengan tunagrahita, salah satunya adalah provinsi Jawa Timur yang berada di urutan kedua [2]. Prevalensi anak tunagrahita di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur terbilang tinggi dan tercatat sejumlah 125.190 jiwa. Menurut hasil wawancara dengan Kepala SLB Negeri Jember tercatat jumlah total anak usia sekolah dengan tunagrahita yaitu 166 anak. Jumlah total tersebut terbagi atas lima Sekolah Luar Biasa yang sederajat Sekolah Dasar, yaitu SDLB-C Negeri Jember sebanyak 41 anak, SDLB-C TPA (Taman Pendidikan dan Asuhan) sebanyak 35 anak, SDLB-C Kaliwates 40 anak, SDLB-C Balung anak, dan SDLB-C Semboro sebanyak 1 anak. Anak dengan tunagrahita membutuhkan institusi sekolah baik tingkat TK, SD, SMP, dan SMA sebagai media untuk memfasilitasi dan meningkatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Sekolah luar biasa (SLB) memberikan pendidikan disesuaikan dengan kapasitas anak tunagrahita yang diklasifikasikan menjadi anak dengan tunagrahita ringan, anak dengan tunagrahita sedang, dan anak dengan tunagrahita berat. Berdasarkan ketiga klasifikasi anak dengan tunagrahita tersebut, hanya tunagrahita ringan dan sedang yang dapat diminimalkan tingkat ketergantungannya. Salah satu permasalahan anak tunagrahita adalah ketidakmampuan melakukan cuci tangan. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala SDLB-C TPA didapatkan informasi bahwa SDLB-C TPA telah memiliki kurikulum bina diri, dimana salah satu kegiatan didalam kurikulum tersebut adalah kegiatan cuci tangan, akan tetapi didalam kurikulum tersebut tidak ditemukan SOP (Standart Operating Procedure) cuci tangan untuk anak tunagrahita. Kondisi ini membuat para guru hanya menjelaskan teori mencuci tangan dengan metode ceramah tanpa berpedoman pada SOP yang telah ditetapkan oleh WHO [7]. Selain itu, guru tidak mengajarkan praktik cuci tangan karena keterbatasan fasilitas seperti wastafel dan air untuk mencuci tangan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan cuci tangan anak tunagrahita dengan memberikan pelatihan cuci tangan metode puzzle. Metode Penelitian Desain penelitian pre eksperimental, pre test dan post test group [], sampel penelitian berjumlah 25 anak tunagrahita [9], teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi tentang kemampuan cuci tangan bersih, dan analisis data menggunakan uji wilcoxon rank test. Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian yaitu puzzle, wastafel darurat, sabun cair cuci tangan, tisu, air galon. Tempat penelitian di halaman SDLB-C TPA Kabupaten Jember. Hasil Penelitian Tabel 1 Karakteristik jenis kelamin anak dengan tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember Bulan Agustus-September Karakteristik frekuensi Presentasi (%) responden Jenis kelamin Laki-laki perempuan 17 6 Jumlah 25 100 e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 564

Tabel 2 Karakteristik umur dan lama sekolah anak dengan tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember Bulan Agustus-September Karakt eristik Mean Media n Maxim um Minim um st. deviasi Umur 14.04 14 22 3. Lama sekola h 6.36 6 12 1 3.3 Tabel 3 Kemampuan cuci tangan anak dengan tunagrahita sebelum dilakukan pelatihan cuci tangan dengan metode bermain puzzle Bulan Agustus-September Kemampuan cuci tangan bersih Cukup kurang Frekuensi Presentasi (%) 11 14 44 56 Total 25 100 Tabel 4 Kemampuan cuci tangan anak dengan tunagrahita setelah dilakukan pelatihan cuci tangan dengan metode bermain puzzle Bulan Agustus-September Kemampuan cuci tangan bersih Baik cukup kurang Frekuensi Presentasi (%) 16 1 4 64 Total 25 100 Tabel 5 Perbedaan kemampuan cuci tangan anak dengan tunagrahita sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan cuci tangan dengan metode bermain puzzle Bulan Agustus- September Kateg ori kema mpuan Kurang cukup baik Sebelum pelatihan Sesudah pelatihan n % n % 14 11 0 56 44 0 1 16 4 64 Total 25 100 25 100 P value 0,0001 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 anak yang diteliti diketahui bahwa jenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki, yaitu sebanyak 17 anak (6%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak anak (%). Secara umum anak laki-laki lebih aktif bermain jika dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki cenderung lebih aktif bergerak dibanding anak perempuan [10]. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki pengaruh terhadap agresifitas anak. Tabel 2 menunjukkan rata-rata umur dan lama sekolah anak. Ratarata usia anak adalah 14 tahun dan umur yang paling tua adalah 22 tahun serta umur yang termuda adalah tahun. Ketika anak tunagrahita berusia 6 tahun maka usia mentalnya setara dengan anak berusia 4 tahun, sehingga anak tidak dapat dipaksakan untuk menerima materi pembelajaran seperti anak normal. Rata-rata lama sekolah anak adalah 6 tahun dan lama sekolah maksimal anak adalah 12 tahun dan yang paling rendah adalah 1 tahun. Anak tunagrahita yang lama sekolah akan sering terpapar dan sering diberikan pelatihan dengan frekuensi teratur maka anak akan lebih mudah mengingat bentuk kegiatan yang telah dilakukan. Pengulangan latihan tertentu dan bervariasi memudahkan anak mengingat dan meminimalkan rasa bosan pada anak [11]. Hasil penelitian menunjukkan tunagrahita sebelum dilakukan pelatihan cuci tangan dengan metode bermain puzzle. Kemampuan cuci tangan bersih kategori kurang terbilang tinggi sebanyak 14 anak (56%). 11 langkah cuci tangan bersih yang mayoritas bisa dilakukan oleh anak tunagrahita diantaranya adalah langkah 1 (membuka kran dan membasahi tangan) dilakukan sesuai SOP sedangkan langkah 2 sampai 10 tidak dipraktikkan. Langkah 11 dilakukan namun tidak sesuai dengan SOP cuci tangan bersih. Hasil observasi diperoleh peneliti bahwa SDLB-C TPA telah memiliki kurikulum bina diri, dimana salah satu kegiatan didalam kurikulum tersebut adalah kegiatan cuci tangan, akan tetapi didalam kurikulum tersebut tidak ditemukan SOP (Standart Operating Procedure) cuci tangan untuk anak tunagrahita. Kondisi ini membuat para guru hanya menjelaskan teori mencuci tangan dengan metode ceramah tanpa berpedoman pada SOP yang telah ditetapkan oleh WHO [7]. Selain itu, guru tidak mengajarkan praktik cuci tangan karena e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 565

keterbatasan fasilitas seperti wastafel dan air untuk mencuci tangan. Kemampuan cuci tangan bersih kategori cukup sebanyak 11 anak tunagrahita (44%). 11 langkah cuci tangan bersih kategori cukup yang mayoritas bisa dilakukan oleh anak tunagrahita diantaranya yaitu langkah 1 (membuka kran dan membasahi tangan), langkah 2 (mengambil sabun) dan langkah 9 (membilas tangan) dilakukan sesuai SOP, sedangkan langkah 3,4,5,6,7,,dan10 tidak dilakukan. Langkah 11 dilakukan oleh anak diantara mayoritas dilakukan sesuai SOP. Kemampuan cuci tangan bersih kategori cukup pada anak tunagrahita kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Umur dan lama sekolah merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan cuci tangan bersih pada anak tunagrahita sedang. Menurut Sandra umur berpengaruh terhadap aktifitas atau gerakan pada anak tunagrahita sedang. Pendidikan merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan anak tunagrahita dalam melakukan aktifitas cuci tangan bersih. Pendidikan dapat diartikan juga melatih atau merawat seseorang supaya memiliki pengetahuan [10]. Tidak terdapat anak tunagrahita memiliki kemampuan cuci tangan bersih kategori baik, selain dikarenakan anak tunagrahita sedang memiliki keterbatasan fisik maupun mental yang dapat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam melakukan cuci tangan bersih [12]. Hasil penelitian menunjukkan tunagrahita setelah dilakukan pelatihan cuci tangan dengan metode bermain puzzle. Kemampuan cuci tangan bersih kategori kurang terdapat 1 anak (4%). Terjadi penurunan jumlah kemampuan cuci tangan kategori kurang sebanyak 13 anak menjadi 1 anak. Penurunan jumlah anak yang memiliki kemampuan cuci tangan kategori kurang disebabkan oleh meningkatnya kemampuan praktik cuci tangan, yang sebelumnya mayoritas yang bisa dilakukan oleh anak yaitu langkah 1 (membuka kran dan membasahi tangan), kemudian bisa mengerjakan ke langkah 2, 3, 4, 5, 9, 10 dan 11 dilakukan meskipun belum sesuai dengan SOP cuci tangan bersih. Anak tunagrahita membutuhkan adanya bimbingan dan pelatihan yang dilakukan secara berkelanjutan dengan jadwal latihan cuci tangan bersih yang teratur [10]. Kemampuan cuci tangan bersih kategori cukup sebanyak 16 anak (64%). Sebanyak 16 anak kategori cukup didistribusikan dari menurunnya jumlah kemampuan cuci tangan kategori kurang sebanyak 12 anak. Peningkatan kemampuan cuci tangan bersih kategori cukup pada anak tunagrahita didukung oleh media puzzle yang dapat menarik perhatian anak untuk mengikuti pembelajaran. Media puzzle dengan ukuran besar lebih memudahkan anak untuk menirukan gerakan cuci tangan sehingga secara tidak langsung anak akan melatih kemampuan motorik halusnya [13]. Hasil diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wismaningrum pengaruh teknik puzzle terhadap hasil belajar siswa SD kelas 2. Hasil belajar siswa SD kelas 2 mengalami peningkatan yang signifikan. Kategori baik hanya terdapat anak yang mampu melakukan cuci tangan bersih yang sebelumnya tidak ada anak yang memiliki kemampuan cuci tangan bersih kategori baik. Mayoritas langkah cuci tangan bersih yang bisa dilakukan oleh anak diantaranya langkah 1, 2, 3, 4, 5, 10, dan 11 sesuai SOP cuci tangan. Peningkatan jumlah anak kategori baik dipengaruhi oleh frekuensi latihan cuci tangan. Semakin sering anak diberikan latihan cuci tangan akan membantu anak mengigat langkahlangkah cuci tangan bersih. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tunagrahita sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan cuci tangan dengan metode bermain puzzle. Sebelum diberikan metode bermain puzzle terdapat sebanyak 11 anak (44%) yang memiliki kemampuan cuci tangan bersih kategori cukup dan setelah diberikan metode bermain puzzle terdapat 16 anak (64%) yang memiliki kemampuan cuci tangan bersih kategori cukup. Hal ini berarti ada peningkatan kemampuan dari anak tunagrahita dalam melakukan cuci tangan bersih. Sebelum diberikan metode bermain puzzle terdapat sebanyak 14 anak (56%) yang memiliki kemampuan cuci tangan bersih kategori kurang dan setelah diberikan metode bermain puzzle terdapat 1 anak (4%) yang memiliki kemampuan cuci tangan bersih yang kurang. Penurunan jumlah anak yang memiliki kemampuan cuci tangan bersih kategori kurang menunjukkan peningkatan kemampuan anak tunagrahita dalam melakukan cuci tangan bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, metode bermain puzzle memberikan peningkatan kemampuan cuci tangan bersih pada anak tunagrahita sedang di SDLB-C TPA Kabupaten Jember. Kemampuan cuci tangan bersih dengan baik yang dimiliki anak dikarenakan adanya e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 566

pemberian inovasi terbaru tentang cuci tangan bersih dengan menggunakan metode bermain puzzle. Menggunakan media puzzle dalam proses pembelajaran akan menstimulus anak untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Otak anak akan dilatih untuk berpikir kreatif dengan memasang kepingan gambar. Ketika tangan memasang potongan gambar, keterampilan motorik halus anak akan semakin terasah. Semakin terampil anak memasang potongan gambar, keterampilan anak akan semakin baik. Berulang kali anak mencoba memasang dan menggabungkan potongan gambar, membantu anak membuat kesimpulan sebuah masalah. Puzzle dapat meningkatkan daya ingat anak tunagrahita karena di puzzle terdapat urutan langkah-langkah mencuci tangan. Selain itu, diperkuat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Samiyati menggunakan media puzzle untuk meningkatkan minat dan aktifitas belajar siswa SD kelas 3. Hasil yang diperoleh terdapat pengaruh yang signifikan terhadap minat dan hasil belajar siswa SD kelas 3 Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pelatihan cuci tangan bersih dengan metode puzzle mampu mengubah kemampuan cuci tangan anak tunagrahita di SDLB-C Kabupaten Jember (p value < 0,05). Saran yang dapat diberikan ke pihak sekolah terkait dengan hasil dan pembahasan penelitian yaitu membuat wastafel darurat seperti timba yang telah dimodifikasi terdapat kran, menyediakan sabun, dan tisu supaya anak-anak tetap mengingat langkah-langkah cuci tangan dan mempraktikkannya. Daftar Pustaka [1.] Wong DL. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC; 200. [2.] Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Panduan peringatan cuci tangan sedunia. Jakarta: Tidak Diterbitkan; 2010. [3.] Sujarwanto. Terapi okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdikbud: 2005. [4.] Yustinus S. Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kansius; 2006. [5.] Sudjana. Dasar dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru: 2007. [6.] Muttaqin A. Asuhan keperawatan dengan klien gangguan persyarafan. Jakarta: Salemba Medika; 200. [7.] WHO. Clean hands protection. http://www.who.int/gpsc/clean_hands_pr otection/en/. [13 Juli 2013]; 2009. [.] Notoatmodjo S. Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. [9.] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta 2010. [10.] Sandra M. Anak bukan kiamat: metode pembelajaran dan terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati; 2010. [11.] Santyasa IW. Media pembelajaran disajikan dalam work shop media pembelajaran bagi guru-guru SMAN banjarangkan pembelajaran.pdf [1-05- 2013]; 2007. [12.] Schwart MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2004. [13.] Olivia F. Career skills for kids kembagnkan kecerdikan anak dengan taktik biosmart. Jakarta. Gramedia; 2009. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 567