BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi untuk mengatur, mengendalikan dan mengarahkan perilaku masyarakatnya. Berbagai budaya yang terdapat di Indonesia menjadi sebuah ciri khas bagi masyarakat Indonesia. Adanya berbagai budaya menjadikan keberagaman dalam kelompok-kelompok masyarakat. Keberagaman inilah yang memunculkan perbedaan antar individu dengan latar belakang adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang berbeda. Film bisa dikatakan sebagai perwujudan dari seluruh realitas kehidupan yang begitu luas dalam masyarakat, dan film juga mampu menumbuhkan imajinasi, ketegangan, ketakutan dan benturan emosi pada khalayak penonton, seolah mereka ikut merasakan dan menjadi bagian dari cerita pada film tersebut. Selain itu, isi pesan didalam film juga dapat menimbulkan aspek kritik sosial, ilmu pengetahuan, norma kehidupan dan juga hiburan bagi penonton. Makna film sebagai representasi dari realitas masyarakat, bagi Turner (Irawanto dalam Sobur, 2013:127), berbeda dengan film sekedar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film hanya memindahkan realitas ke layar kaca tanpa mengubah realitas tersebut. Dan jika sebagai representasi dari realitas, film dapat membentuk dan menghadirkan kembali realitas yang ada berdasarkan kode-kode, dan kajian ideologi dari kebudayaan. Secara umum, keberadaan film mencerminkan kondisi sosial dan budaya pada setiap negara. Melalui film, kita bisa belajar mengenai budaya-budaya yang ada. Baik itu budaya masyarakat atau bahkan budaya yang asing untuk kita. Dan kita menjadi mengetahui bagaimana kebudayaan tersebut ditampilkan, terutama melalui sebuah film. Menurut Siagan (2010:1), film dapat dikatakan paling banyak mempengaruhi kehidupan manusia. Seorang kritikus film pernah 1
berpendapat bahwa film dapat membawa kita kearah surga atau neraka. Yang dimaksud dengan surga bahwa film yang bagus dapat memberikan sebuah manfaat bagi yang menikmatinya seperti dalam dunia pendidikan ataupun dalam lingkup seni. Saat ini banyak film Indonesia yang berlatar belakang kebudayaan masingmasing yang ada di Indonesia. Seperti contohnya film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau. Kedua film tersebut mengangkat budaya Minangkabau (Sumatera Barat). Tidak hanya mengangkat budaya Minangkabau secara umum, film-film tersebut menyisipkan tentang kebudayaan-kebudayaan yang lebih spesifik, seperti silek (pencak silat) dan merantau. Pada film Merantau ini, budaya Minangkabau tidak banyak ditampilkan dalam aspek naratif dan sinematik seperti contohnya pada tempat yang berlatar di daerah Sumatera Barat yang juga menampilkan keindahan alam yang terdapat di Minangkabau dan Rumah Gadangnya, juga aktifitas berkebun sebagai mata pencaharian pada daerah tersebut. Film Merantau ini juga menampilkan kesenian silek dan pakaiannya yang berwarna hitam dan emas yang sudah menjadi warna khas dari Minangkabau sendiri. Pada percakapan yang ditampilkan juga menyisipkan sedikit bahasa Minangkabau dan lebih kepada dialek Minangkabau tersebut supaya dialog yang dihadirkan membuat orang awam mengerti dengan apa yang tengah dibicarakan. Latar belakang lokasi di Minangkabau ini hanya ditampilkan di awal dan di akhir saja karena pada pertengahan cerita sang tokoh utama sudah menjalani proses merantau dan dihadirkan dengan isu-isu sosial yang sedang marak terjadi. Film merantau merupakan film bergenre action karya Gareth Evans. Film ini mengambil latar tradisi Minangkabau yakni merantau. Merantau sangatlah lekat dalam kebudayaan Minangkabau. Bahkan hingga sekarang, tradisi ini masih dilakukan oleh pemuda bahkan pemudi di Minangkabau. Latar tradisi tersebut yang ingin ditampilkan didalam film ini. Tetapi, Gareth Evans masih kurang menampilkan bagaimana merantau tersebut seharusnya. Hal ini berakibat terhadap penonton yang tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut yang pada akhirnya berujung mengartikan bahwa merantau itu hanya pergi dari desa untuk 2
menempatkan diri di kota. Sehingga melupakan seperti apa motif-motif merantau yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Terlepas dari genre action pada film Merantau, budaya Minangkabau yang ditampilkan pada film ini terbilang sedikit dan hanya terfokus kepada kesenian silek (pencak silat) saja sehingga konsep merantau tersebut ditampilkan secara umumnya saja. Bagi laki-laki Minang, merantau erat kaitannya dengan pesan nenek moyang. Budaya merantau di ranah Minangkabau mempunyai arti sebagai proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan masyarakat luar. Merantau bagi pemuda-pemudi Minang dilakukan sebagai ajang eksistensi diri. Dan juga untuk melakukan tradisi tersebut, tidak hanya dibekali oleh keterampilan bela diri saja, tetapi juga pengetahuan umum lainnya. Hal inilah yang tidak dideskripsikan secara visual dalam film Merantau ini. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai skripsi. Untuk mengetahui bagaimana representasi budaya Minangkabau itu ditampilkan khususnya tentang budaya Merantau didalam film tersebut. Dengan menganalisa film ini, peneliti berharap dapat mengetahui bagaimana konsep dari budaya merantau yang terdapat pada Minangkabau tersebut. Untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui Identitas Budaya Minangkabau Dalam Film Merantau. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, Identifikasi masalah yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Keberadaan film mencerminkan kondisi sosial dan budaya pada setiap negara. 2. Identitas budaya dalam film Merantau ditampilkan melalui budaya merantau yang sudah menjadi tradisi masyarakat Minang 3. Pada film Merantau, adat istiadat Minang tidak banyak ditampilkan dalam aspek naratif dan sinematik. 4. Kebudayaan Minangkabau yang ditampilkan pada film ini terbilang kurang. 5. Konsep merantau yang ditampilkan hanya dilihat secara umumnya saja. 3
6. Motif merantau dalam film tidak terlihat dengan jelas. 7. Konteks budaya merantau dalam film berbeda dengan konteks budaya merantau saat ini. 8. Dalam mise en scene, film Merantau kurang menampilkan realitas yang ada dalam kebudayaan Minangkabau secara umumnya. 1.3 Ruang Lingkup Agar penelitian ini terfokus, penelitian ini berada dalam ranah cultural studies yaitu identitas budaya Merantau dalam Minangkabau yang terdapat pada film Merantau. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode analisis semiotika. Pendekatan cultural studies yang digunakan adalah dari sudut pandang identitas yang dibentuk. Pada film Merantau ini dilihat dari mise en scene dan struktur naratif dan visualnya. 1.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang di angkat pada penilitian ini adalah: 1. Bagaimana film Merantau menampilkan kebudayaan Minangkabau? 2. Bagaimana film Merantau menampilkan identitas budaya merantau melalui mise en scene? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui: 1. Untuk memahami bagaimana kebudayaan Minangkabau ditampilkan dalam film Merantau. 2. Untuk memahami bagaimana identitas budaya merantau ditampilkan dalam film Merantau melalui mise en scene. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis - Memperbanyak wawasan tentang budaya Minangkabau melalui film Merantau. 4
- Menjadi landasan penelitian kepada penulis selanjutnya yang akan meneliti tentang budaya merantau sebagai identitas budaya Minangkabau dalam film Merantau. 2. Manfaat Praktis - Diharapkan penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran tentang budaya yang ada di Indonesia seperti Minangkabau. - Dapat menjadi pegangan untuk membuat film yang berlatar belakang budaya-budaya yang ada di Indonesia. 1.7 Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis Semiotika. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Ratna, 2016:94) adalah metode yang pada gilirannya menghasilkan data deskriptif dalam bentuk katakata, baik tertulis maupun lisan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cultural studies. Menurut Hall (Ida, 2014:1), pendekatan cultural studies adalah sebuah kluster (atau formasi) ide-ide, gambaran-gambaran (images), dan praktikpraktik (practies) yang menyediakan cara-cara menyatakan, bentuk-bentuk pengetahuan, dan tindakan yang terkait dengan topik tertentu, aktivitas sosial atau tindakan institusi dalam masyarakat. Adapun rangkaian dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah salah satu unsur terpenting dalam suatu penelitian. Berikut adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti: 1. Studi Visual Studi visual yang dilakukan merupakan data yang diperoleh langsung untuk objek penelitian, berupa Film yang berjudul Merantau yang disutradarai oleh Gareth Evans dan diproduksi Merantau Films SinemArts dengan mengumpulkan screenshot-screenshot bagian pada 5
film yang akan di analisis. Film Merantau ini rilis pada tahun 2009 dan berdurasi 134 menit. Film ini terdiri dari 57 scene. Dari keseluruhan akan dipilih 6 adegan yang menampilkan kebudayaan yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Menurut Ratna (2010:214), teknik purposive merupakan cara mengumpulkan data berdasarkan subjek yang relevan dengan masalah penelitian. 2. Studi Pustaka Studi pustaka adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan dengan cara melakukan penelaahan. Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis: a. Mempelajari data-data berdasarkan buku-buku mengenai sejarah Minangkabau, film-film budaya dan metodologi. b. Mempelajari penelitian yang sejenis dan mempunyai tema atau tujuan yang sama. 3. Wawancara Wawancara adalah teknik dalam pengumpulan data dengan cara berhadapan langsung dengan seorang narasumber. Dalam teknik ini, peneliti melakukakan wawancara langsung dengan Bapak Amrizal Salayan sebagai narasumber yang pernah terlibat dan paham dengan topik penelitian. Teknik wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tambahan supaya lebih memahami mengenai kebudayaan Minangkabau dan juga budaya merantau didalam Minangkabau. 1.7.2 Metode Analisis Data Metode analisis adalah aktivitas mendengarkan suara-suara orang lain, dalam hubungan ini meliputi keseluruhan data, baik data sekunder maupun primer yang kemudian digabungkan dengan pemahaman dan penjelasan peneliti, sebagai proses interpretasi, sehingga menghasilkan makna-makna 6
yang baru (Ratna, 2016:303). Metode analisis semiotika Roland Barthes untuk melihat pesan-pesan yang tersembunyi dalam sebuah film. Penelitian ini menganalisis kebudayaan Minangkabau dan juga menganalisis identitas budaya melalui mise en scene. Analisis kebudayaan dilakukan dengan menggunakan teori kebudayaan untuk menemukan seperti apa kebudayaan Minangkabau yang ditampilkan dalam film Merantau. Analisis dimulai dari data yang telah dipilih berdasarkan purposive sampling. Setelah ditemukan kebudayaan Minangkabau dalam film, selanjutnya mencari identitas budaya Minangkabau yang dianalisis melalui mise en scene dengan menggunakan metode analisis Roland Barthes. 1.7.3 Prosedur Analisis Data Adapun proses analisis data yang dilakukan seperti: 1. Dalam film Merantau dipilih beberapa scene dan ditampilkan dalam bentuk screenshot yang mewakili adegan tersebut yang berhubungan dengan kebudayaan Minangkabau. 2. Hasil screenshot tersebut ditampilkan dengan bentuk tabel dan analisis yang berisi bagian dari kebudayaan Minangkabau tersebut. 3. Data yang akan disajikan yang memuat kebudayaan Minangkabau dianalisa menggunakan semiotika Roland Barthes melalui 2 tingkatan yaitu denotasi dan konotasi untuk menemukan budaya merantau yang menjadi salah satu identitas budaya Minang yang terdapat pada shot tersebut. 4. Analisis data budaya merantau yang ditampilkan dalam bentuk tabel akan dikaitkan dengan religi dari kebudayaan Minangkabau. 7
1.8 Kerangka Penelitian Sumber : Dokumen Pribadi, 2017 1.9 Pembabakan Sistematika penulisan pada skripsi ini disusun sebagai berikut: 1. BAB I PEDAHULUAN Berisi penjabaran tentang fenomena, isu dan opini pada objek penelitian beserta permasalahan pada objek tersebut. Bab ini berisi latar belakang, permasalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian dan juga kerangka penelitian. 8
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA Berupa penjabaran teori-teori yang digunakan pada penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang ada. 3. BAB III OBJEK PENELITIAN Berupa uraian tentang objek penelitian yaitu film Merantau. Membahas tentang sinopsis film, unsur naratif dan adegan yag terdapat pada film tersebut. 4. BAB IV ANALISIS DATA Penyajian analisis data dan hasil analisis berdasarkan metode dan teori yang digunakan. Dalam analisis data terdiri dari representasi kebudayaan Minangkabau dalam film dan konsep merantau dalam kebudayaan Minangkabau pada film Merantau. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah, serta berisi saran dari peneliti. 9