Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini dalam mengatasi over capacity adalah melakukan penambahan gedung hunian dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

Assalamu alaikum Wr.Wb.

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS RUTAN KLAS IIB MAMUJU PERIODE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penjara bagi kalangan awam adalah tempat bagi penjahat/ kriminal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

Oleh : MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mayashafira (2007) melakukan penelitian dengan judul Tentang Perspektif

BAB I PENDAHULUAN. tahanan, narapidana, anak Negara dan klien pemasyarakatan sebagai subyek

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Salah satu tujuan negara Indonesia sebagaimana termuat dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan suatu kerusuhan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Terabaikannya pemenuhan hak-hak dasar warga binaan pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI III DPR RI KE LAPAS KEROBOKAN, DENPASAR BALI NOVEMBER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Konteks dalam Program Skrining IMS dengan VCT di LP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI) PADA SIDANG HAM

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Anak pidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB V PENUTUP Kesimpulan dan Saran

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Keberhasilan pembebasan..., Windarto, FISIP UI, 2009

PELAKSANAAN TUGAS KEAMANAN DALAM MENCIPTAKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI RUTAN KLAS II B JEPARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

PETUNJUK TEKNIS ANTARA. NOMOR : PAS-07.HM TAHUN 2414 NOMOR : J U KNlSlO 1 llt,l201 4 BARESKRIM

Semoga dokumen ini memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

BAB IV. MANAJEMEN ORGANISASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Asimilasi. Pembebasan Bersyarat.

BAB 1 PENDAHULUAN. data-data yang dimiliki harus aman dari berbagai gangguan. system, yang kemudian dikembangkan lagi menjadi database system.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

BAB 1 PENDAHULUAN. atau LP merupakan unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang merawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Pemerintah dalam menegakan hukum dan memberantas korupsi

2016, No Republik Indonesia Nomor 3614); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyara

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

Institute for Criminal Justice Reform

RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB DUMAI Jl. Pemasyarakatan No. 01 Bumi Ayu - Dumai RUTAN DUMAI

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

FUNGSI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM MEREHABILITASI DAN MEREINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Sri Wulandari

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Kualitas Pelayanan Kesehatan..., Keynes,FISIP UI, 2009

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

oleh : Herwin Sulistyowati,SH.,MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

1 dari 8 26/09/ :15

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDATIULUAN. Kerjasama dan koordinasi antara aparat penegak hukum bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan koordinasi keduanya PETUNJUK TEKNIS

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 6.1. KESIMPULAN Kesimpulan akhir dari hasil penelitian mengenai Penanggulangan Kepadatan Hunian (Over Capacity) di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan di DKI Jakarta ini adalah sebagai berikut: 6.1.1. Proses penerimaan dan penempatan tahanan baru yang berlaku di RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini sebenarnya telah diatur dalam suatu PROTAP (Prosedur tetap) pelaksanaan pengelolaan RUTAN dan LAPAS. Namun sayangnya dalam pelaksanaan prosedur tersebut terdapat penyimpangan pelaksanaan penempatan dan pemutasian tahanan dan narapidana ke dalam lingkungan blok hunian. Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya pihak-pihak (oknum pengurus blok, oknum petugas, pihak luar) yang memanfaatkan situasi over kapasitas sebagai lahan bisnis sehingga penempatan dan pemutasian penghuni mempergunakan biaya tak resmi atau pungutan liar. Selain itu meknisme penitipan penghuni oleh pihak-pihak terkait dalam sistem peadilan pidana terpadu kelihatannya tidak pernah terlibat langsung dalam menanggulangi permasalahan over kapasitas dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS sehingga penanggulangan over kapasitas hanya menjadi tanggungjawab RUTAN dan LAPAS tersebut. Demikian halnya dalam pemeliharaan dan perawatan tahanan atau narapidana sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak pemasyarakatan meskipun sebagian diantara penghuni (tahanan) belum mendapatkan kepastian hukum untuk selanjutnya mengikuti proses pembinaan di LAPAS. 6.1.2. Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini dalam mengatasi over capacity adalah melakukan penambahan gedung hunian dan

210 sekaligus melakukan perbaikan terhadap bangunan-bangunan lama. Selain itu melakukan penggunaan gedung bngunan umum yang diperuntukkan sebagai fasilitas umum menjadi areal blok hunian seperti bangunan serba guna, dan bangunan prasarana olah-raga. Pemaksimalan kamar-kamar blok hunian yang ada dengan menempatkan penghuni dalam kamar sesuai dengan kapasitas maksimal layak huni. Demikian halnya pemberian kemudahan untuk pengurusan CB, CMB, PB bagi narapidana dengan sistem jemput bola dan pemberian CB, CMB, PB berlaku dalam lingkungan RUTAN yang selama ini hanya boleh diurus dalam lingkungan LAPAS. Selanjutnya upaya-upaya yang dilakukan secara internal dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS adalah meningkatkan sistem kontrol pengamanan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban serta pengaturan pembagian atau penjadwalan pemberian fasilitas umum seperti jatah air bersih dan fasilitas lain seperti MCK dan berbagai fasilitas umum lainnya secara terjadwal. 6.1.3. Rencana Strategis RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta dalam upaya menanggulangi kepadatan hunian dalam lingkungan dimasa yang akan datang adalah selain menjalankan upaya-upaya penanggulangan yang sudah ada juga dirasa perlu untuk mengembangkan dan meningkatkan kerjasama secara multi pihak khususnya dengan institusi terkait dalam sistem peradilan pidana terpadu. Penggalangan kerjasama secara lintas sektoral ini perlu dikembangkan mengingat bahwa pada prinsipnya penanganan perawatan dan pemeliharaan tahanan dan narapidana sebenarnya bukan hanya tanggungjawab jajaran pemasyarakatan semata, tetapi pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan sebagai institusi terkait dalam sistem peradilan terpadu juga memiliki tanggung-jawab bersama dalam proses kelangsungan hidup penghuni RUTAN dan LAPAS selama menjalani masa pidananya.

211 6.2. SARAN Setelah diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang berbagai hal mengenai Over Kapasitas atau kepadatan hunian yang terjadi di dalam Lapas dan Rutan yang ada di DKI Jakarta, maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran praktis untuk dapat dimanfaatkan bagi pengembangan program kegiatan pembinaan para tahanan dan narapidana. Selain itu juga diutarakan beberapa saran praktis sebagai bahan dasar untuk mengembangkan penelitian ilmiah lainnya di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya menyangkut studi-studi mengenai kepenjaraan atau Pemasyarakatan. 6.2.1. Untuk Universitas dan Penelitian Selanjutnya a. Mengingat Universitas adalah lembaga pendidikan tertinggi di Indonesia, maka dirasa perlu untuk lebih banyak melakukan riset bidang sosial di lingkungan penjara termasuk di RUTAN dan Lapas di wilayah DKI Jakarta, guna dapat mengembangkan cara penanggulangan over kapasitas di Lapas dan Rutan di wilayah DKI Jakarta yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan tahanan dan narapidana yang ada di dalamnya. b. Sebenarnya penulisan hasil penelitian ini, masih mengandung banyak kelemahan sehingga dapat dikatakan jauh dari kata sempurna, maka dirasa perlu dilakukan penelitian yang lebih menyeluruh tentang upaya penggulangan over kapasitas di Lapas dan Rutan yang ada di DKI Jakarta. Bahkan bila memungkinkan perlu dilakukan penelitian yang bersifat longitudinal (jangka panjang) yang dibandingkan dengan penelitian situasional dalam jangka waktu singkat (cross sectional) sehingga aspekaspek tentang ragam problematik yang timbul dengan adanya over kapasitas dan berbagai aspek kehidupan warga binaan lainnya secara lebih komprehensif melalui analisis ilmiah secara sistematis.

212 6.2.2. Untuk Penulis Secara pribadi penulis menyadari keterbatasan diri yang masih perlu melakukan banyak hal dalam proses pengembangan diri, maka penulis perlu untuk: a. Mempelajari lebih banyak lagi permasalahan-permasalahan kehidupan warga binaan pemasyarakatan, khususnya yang terkait dengan masalah-masalah yang timbul sebagai dampak dari terjadinya over kapsitas, dimana hal tersebut pada kenyataannya sangat terkait erat dengan tugas keseharian penulis di bagian kesatuan pengamanan RUTAN Klas I Jakarta Pusat. b. Penulis perlu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan diri dalam melakukan upaya-upaya meminimalisir terjadinya berbagai ekses-ekses negatif yang ditimbulkan oleh terjadinya over kapasitas di Rutan dan Lapas. 6.2.3. Untuk Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Permasalahan over kapasitas atau kepadatan hunian yang terjadi di Rutan dan Lapas di hampir seluruh wilayah di Indonesia, terutama di wilayah DKI Jakarta haruslah dipahami sebagai permasalahan bersama dalam satu rangkaian Sistem Peradilan Pidana Terpadu (SPPT). Oleh sebab itu permasalahan over kapasitas yang terjadi di Rutan dan Lapas ini tidak terlepas dari hasil kerja institusi lain, yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan. Sehingga pemecahan permasalahan ini juga harus dilakukan secara multi sektoral, secara bersama-sama antara institusi yang ada di dalam rangkaian SPPT. Untuk itu kepada pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan disarankan agar: a. Membuat Panduan atau Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pelaksanaan langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh pengelola Lapas atau Rutan dalam mengatasi over kapasitas hunian. Penyusunan SOP ini sebaiknya disesuaikan dengan keadaan dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS saat ini sehingga nantinya akan dapat lebih melengkapi JUKLAK, JUKNIS dan PROTAP penanggulangan berbagai permasalahan yang timbul

213 sebagai akibat terjadinya over kapasitas di dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS. b. Perlu dilakukan langkah-langkah koordinasi dengan pihak terkait lainnya seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan dalam penyelesaian masalah over kapasitas di Rutan dan Lapas ini agar pihak-pihak terkait dalam system peradilan pidana terpadu mengetahui keadaan dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS secara proporsional untuk selanjutnya bersama-sama menanggulangi permasalahan over kapasitas tersebut. c. Tahanan dan narapidana harus disadari sebagai seorang manusia yang membutuhkan penghargaan, perhatian dan penghargaan terhadap hak asasi serta martabat mereka seakan menjadi direndahkan manakala over kapasitas di Lapas dan Rutan tidak diaasi dngan baik. Untuk itu langkah-lanngkah penanggulangan over kapasitas dalam jajaran pemasyrakatan perlu dikembangkan sesegera mungkin secara baik dan lebih memperhatikan aspek kemanusiaan sebagai perwujudan pemasyarakatan bukan sekedar pemenjaraan.