PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL. Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang

dokumen-dokumen yang mirip
PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

Percobaan L-2 Hukum Joule Uraian singkat : Dasar teori:

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi.

SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

LAPORAN R-LAB. : Angeline Paramitha/

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB II LANDASAN TEORI

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

BAB III. METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

SILABUS PEMBELAJARAN

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal coulomb. 50 coulomb. 180 coulomb.

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran

BAB V KESIMPULAN. parafin dengan serbuk logam sebagai heat storage materials penulis dapat

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB 2 DASAR TEORI. k = A T. = kecepatan aliran panas [W] A = luas daerah hantaran panas [m 2 ] ΔT/m = gradient temperatur disepanjang material

Heat and the Second Law of Thermodynamics

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi

Analisis Elektromotansi Termal antara Pasangan Logam Aluminium, Nikrom dan Platina sebagai Termokopel

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR HUKUM UTAMA HIDROSTATIS

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM PENGUKURAN TERMOMETER

ARUS SEARAH (ARUS DC)

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TARA KALOR MEKANIK. Adhelina,NP Sriwulandari Alam,Besse Khalidatunnisa,Andi Nurul Atiak Zaida,Sugira. Pendidikan Biologi FMIPA UNM 2014.

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

BAB II LANDASAN TEORI

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Diketahui : Ditanya : m Al : 200g : 0,2kg Q :... (Joule) c Al

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

BAB 3 METODE PENGUJIAN

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal A; 1,5 A; 3 A

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN LAS PVC UNTUK PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL (Penerapan di Indutri kecil Multitech Soreang Bandung)

PENGANTAR PINDAH PANAS

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

KISISI-KISI SOAL KELAS X SMAIT AL-FITYAN MEDANSCHOOL MEDAN TAHUN PELAJARAN

TEMPERATUR MAKALAH FISIKA DASAR 2

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN KONDUKTIVITAS TERMAL PADA BEBERAPA JENIS KAYU MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN LOGGER PRO

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012

PENGARUH KETEBALAN ISOLASI TERHADAP KESEIMBANGAN SUHU KABEL

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBANGKIT DAYA LISTRIK DENGAN SUHU RENDAH STIRLING ENGINE

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja

ANALISA ISOLATOR PIPA BOILER UNTUK MEMINIMALISIR HEAT LOSS SALURAN PERMUKAAN PIPA UAP PADA BOILER PABRIK KRUPUK YARKASIH

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM

Transkripsi:

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL Fajar Sidik Irianto 1*, M.Dzulfikar 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang 50236 E-mail: rian.dyah1992@gmail.com Abstrak Alat praktikum merupakan penunjang dalam pembelajaran dan sebagai miniatur dari peralatan yang sebenarnya. Peralatan buatan pabrik tergolong harganya mahal, untuk menghemat biaya tersebut dan menanamkan kreatifitas maka dirancang sendiri alat tersebut dengan tidak meninggalkan dari kegunaan dan fungsi alat tersebut. Tujuan dari perancangan alat praktikum ini adalah untuk mengetahui nilai konduktivitas termal tembaga dengan cara perpindahan panas konduksi. Hasil dari pengujian, harga konduktivitas termal lebih rendah dari referensi yaitu 385 W/m 0 C, rata-rata hasil pengujian dengan variasi tegangan 100V, 150V, dan 200V. Didapatkan hasil 338,669 W/m 0 C pada pengujian dengan tegangan 100V, 316,06 W/m 0 C pada pengujian 150V, dan 329,687 W/m 0 C pada tegangan 200V, jadi nilai ratarata pada semua variasi tegangan adalah 328,138 W/m 0 C. Kata kunci :alat praktikum, perancangan, konduktivitas termal. PENDAHULUAN Alat praktikum merupakan penunjang dalam pembelajaran dan sebagai miniatur dari peralatan yang sebenarnya.peralatan buatan pabrik tergolong harganya mahal, untuk menghemat biaya tersebut dan menanamkan kreatifitas maka dirancang sendiri alat tersebut dengan tidak meninggalkan dari kegunaan dan fungsi alat tersebut. Salah satu praktikum yang dilaksanakan di laboratorium teknik mesin Universitas Wahid Hasyim Semarang adalah menghitung nilai konduktivitas termal pada perpindahan panas konduksi.dengan demikian diperlukan alat praktikum untuk mensimulasi nilai konduktivitas termal pada perpindahan panas konduksi. Alat praktikum ini sangat sulit didapat dan tentunya harganya yang relatif mahal, sehingga diupayakan untuk merancang alat praktikum ini dengan harga yang lebih terjangkau dan tetap sesuai standart teknik mesin. Tidak tersedianya alat praktikum untuk mencari nilai konduktivitas termal pada perpindahan panas konduksi dengan harga yang terjangkau dan dapat digunakan sesuai standart proses pembelajaran teknik mesin. Adapun tujuan dari perancangan alat ini adalah untuk merancang alat praktikum konduktivitas termal. Karena banyaknya kemungkinan variabel yang dapat mempengaruhi perancangan ini, maka perancangan ini dibatasi pada: bahan material penghantar panas menggunakan tembaga yang berbentuk silinder, karena tembaga merupakan penghantar panas yang baik, alat pemanas menggunakan kawat nikelin, alat pengukur suhu menggunakan termokopel, alat pengukur kuat arus listrik menggunakan amperemeter, alat pengukur tegangan listrik menggunakan voltmeter, analisa hanya mencakup perubahan suhu, tidak ekspansi muai, dianggap tidak ada muai. Kalor atau panas adalah merupakan tenaga yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena beda temperatur. Dalam abad ke-17, Galileo, Newton dan ilmuan lain umumnya mendukung teori ahli atom Yunani Kuno yang menganggap kalor merupakan wujud gerakan molekuler. Pada abad berikutnya metode-metode dikembangkan untuk melakukan pengukuran jumlah kalor yang meninggalkan atau masuk ke suatu benda secara kuantitatif, dan ditemukan bahwa bila dua benda dalam kontak termis maka jumlah kalor yang meninggalkan suatu benda sama dengan jumlah kalor yang memasuki benda lainnya. Perpindahan kalor ada tiga jenis yaitu perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduktivitas atau kehantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperature menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperature yang lebih rendah. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 8

Perancangan Alat Praktikum (Irianto dan Dzulfikar) METODE PENELITIAN Dalam perancangan alat penelitian untuk mengetahui nilai konduktivitas termal pada perpindahan panas konduksi ini ada beberapa metode yang digunakan, metode-metode yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Rancangan konseptual Rancangan konseptual adalah suatu rancangan awal yang berupa gambar sketsa dasar perancangan yang didasari pada pemahaman konsep-konsep mekanik untuk memecahkan masalah.tahap ini dihadapi dengan masalah yang dihadapi, kemudian menumbuhkan struktur fungsi dan menentukan pemecahan masalahyang paling tepat. 2. Rancangan Bangun Dari rancangan konseptual tersebut, sketsa gambar yang telah jadi kemudian dianalisa tata letak dan pemasangan alat-alat, komponen dan perencanaan bagaimana alat-alat tersebut diproduksi. 3. Rancangan detail Setelah tahapan-tahapan diatas terpenuhi, maka perancangan detail dapat dilakukan dari penyiapan daftar elemen dan dokumentasi produksi dan penyiapan gambar kerja disertai dengan komponen yang sudah diperhitungkan keamanannya. 4. Pembuatan alat Sebelum membuat benda rancangan detail, menentukan prototype pertama kali yaitu pemilihanbahan yang akan digunakan dan selain itu dilanjutkan sesuai dengan rancangan pekerjaan yang telah dirancang sebelumnya.perakitan masing-masing komponen disesuaikan dengan perancangan detail yang telah dibuat. 5. Pengujian alat Langkah-langkah dalam pengujian perancangan alat praktikum adalah langkah untuk mengetahui alat perancangan tersebut sudah sesuai apa yang diharpakan dan sesuai standart teknik mesin. 6. Analisis hasil Menganalisa hasil pengujian dari perancangan alat praktikum konduktivitas termal dan menentukan kesimpulan dari perancangan alat praktikum konduktivitas termal tersebut. Metode Pengujian Pengujian alat praktikum konduktivitas termal ini dilakukan untuk mengetahui nilai konduktivitas termal pada material tembaga yang dipanaskan, pengujian dilakukan dengan perbedaan tegangan, yaitu dengan tegangan 100V, 150V, 200V. Pengujian nilai konduktivitas termal ini dilakukan dengan cara memanaskan material tembaga dengan kawat nikelin yang sudah dililitkan pada ujung tembaga tersebut, lalu tunggu sampai panas tersebut stabil, untuk mengetahui panas tersebut stabil digunakan alat pengukur suhu (termometer digital) yang telah dipasang pada ujung-ujung tembaga tersebut. Perancangan Alat Dari berbagai alat perancangan, alat ini untuk mengetahui nilai konduktivitas termal suatu material didalam perpindahan panas secara konduksi. Alat untuk mengetahui nilai konduktivitas termal ini dirancang dengan menggunakan tembaga karena tembaga merupakan suatu bahan penghantar panas yang baik, tembaga ini berbentuk silinder dengan panjang 0,015 m dan berdiameter 0,01905 m yang digunakan sebagai material penghantar panas secara konduksi, pada masing-masing ujung material tembaga tersebut dipasangi thermocouple untuk mengetahui suhu masing-masing ujung tembaga, dan pada tengah-tengah material tembaga dipasangi material peredam panas yang berfungsi untuk menjaga panas agar tidak keluar dari material tembaga tersebut. Untuk memanaskan material tembaga tersebut digunakan pemanas elektrik pada salah satu ujung material tembaga tersebut. 9 ISSN 2528-5912

Gambar 1. Rancangan Alat Percobaan Keterangan: 1. Kawat nikelin (pemanas) 2. Isolasi peredam panas 3. Material penghantar panas (tembaga) 4. Termometer digital (T1) 5. Termometer digital (T2) 6. Dimmer 7. Voltmeter 8. Amperemeter 9. Papan triplek (alas) Pengambilan data Alat uji konduktivitas termal ini dirancang untuk mengetahui nilai konduktivitas termal pada perpindahan panas konduksi, dan pengambilan data dilakukan sebagai berikut: 1. Hidupkan pemanas. 2. Atur tegangan pada dimmer dengan tegangan yang telah ditentukan. 3. Tunggu hingga panas stabil. 4. Ambil data setiap 5 menit sebanyak 10 kali. 5. Catat suhu pada termometer digital T1. 6. Catat suhu pada termometer digital T2. 7. Catat volt meter dan amperemeter. 8. Ulangi langkah ke 2 dan seterusnya dengan variasi tegangan 100V, 150V, dan 200V. 9. Selesai. Asumsi Pengujian alat menggunakan asumsi sebagai berikut: 1. Kalor mengalir sepanjang batang tembaga dan tidak ada kalor yang keluar dari batang tembaga. 2. Kondisi lingkungan tidak berpengaruh terhadap temperatur maupun tegangan dan arus listrik. 3. Analisa hanya mencakup perubahan suhu, tidak ekspansi muai. 4. Dianggap tidak ada pemuaian. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian alat praktikum konduktivitas termal, dengan variasi tegangan 100V, 150V, dan 200V dapat dilihat pada tabel 1., 2., dan 3. Data pada tabel 1, 2, dan 3 digunakan untuk menghitung nilai konduktivitas termal. Perhitungan pengujian dengan tegangan 100 V sebagai contoh digunakan data pada nomor 1. Mencari luas penampang menggunakan rumus: A = π. r 2 Mencari nilai kalor menggunakan persamaan : Q = I.V Mencari nilai konduktivitas termal menggunakan persamaan II.4: Q.L k = - A. ΔT Selengkapnya hasil perhitungan konduktivitas termal disajikan pada tabel 4 dan 6. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 10

Perancangan Alat Praktikum (Irianto dan Dzulfikar) Tabel 1. Data hasil pengujian pada tegangan 100V No. Temperatur ( 0 C) Arus T1 T2 ΔT I 1. 45,1 43,8 1,3 0,039 2. 45,8 44,5 1,3 0,039 3. 46,2 45,0 1,2 0,039 4. 46,5 45,3 1,2 0,039 5. 46,8 45,6 1,2 0,039 6. 47,3 46,1 1,2 0,040 7. 47,7 46,5 1,2 0,040 8. 47,9 46,8 1,3 0,040 9. 48,1 46,9 1,2 0,040 10. 48,2 47,0 1,2 0,040 Tabel 2. Data hasil pengujian pada tegangan 150V No. Temperatur ( 0 C) Arus T1 T2 ΔT I 1. 51,3 49,0 2,3 0,047 2. 53,9 51,5 2,4 0,047 3. 55,6 53,2 2,4 0,047 4. 57,3 54,9 2,4 0,047 5. 58,3 56,0 2,3 0,047 6. 59,4 57,1 2,3 0,047 7. 60,1 57,8 2,3 0,047 8. 61,2 58,8 2,4 0,047 9. 62,1 59,8 2,3 0,047 10. 62,9 60,5 2,4 0,047 Tabel 3. Data hasil pengujian pada tegangan 200V No. Temperatur ( 0 C) Arus T1 T2 ΔT I 1. 77,1 73,3 3,8 0,061 2. 78,9 75,2 3,7 0,061 3. 80,9 77,1 3,8 0,061 4. 82,6 78,7 3,9 0,061 5. 83,9 80,1 3,8 0,061 6. 85,5 81,5 4 0,061 7. 86,4 82,4 4 0,061 8. 87,1 83,1 4 0,061 9. 87,9 83,9 4 0,061 10. 88,5 84,5 4 0,061 Dari tabel 4 dapat dilihat hasil perhitungan dengan tegangan 100V didapat nilai rata-rata k 338,669 W/m 0 C, dari pengujian tersebut terdapat nilai kesalahan pengujian sebesar 12% dengan ketepatan 88%. 11 ISSN 2528-5912

W/m 0 C Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai pengujian konduktivitas termal berbeda-beda, dengan nilai terendah 315,92 W/m 0 C dan nilai tertinggi 351,02 W/m 0 C. Dari tabel 5 dapat dilihat hasil perhitungan dengan tegangan 150V didapat nilai rata-rata k 316,06 W/m 0 C, dari pengujian tersebut terdapat nilai kesalahan pengujian sebesar 17,90% dengan ketepatan 82,1%. Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai pengujian konduktivitas termal berbeda-beda, dengan nilai terendah 309,34 W/m 0 C dan nilai tertinggi 322,79 W/m 0 C. 440 385 330 275 220 165 110 55 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pengujian Gambar 1. Konduktivitas termal pada tegangan 100V Dari tabel 6 dapat dilihat hasil perhitungan dengan tegangan 200V didapat nilai rata-rata k 329,68 W/m 0 C, dari pengujian tersebut terdapat nilai kesalahan pengujian sebesar 14,36% dengan ketepatan 85,64%. Tabel 4. Hasil perhitungan dengan tegangan 100V No. ΔT ( 0 C) I (A) k (W/m 0 C) 1. 1,3 0,039 315,92 2. 1,3 0,039 315,92 3. 1,2 0,039 342,25 4. 1,2 0,039 342,25 5. 1,2 0,039 342,25 6. 1,2 0,040 351,02 7. 1,2 0,040 351,02 8. 1,3 0,040 324,02 9. 1,2 0,040 351,02 10. 1,2 0,040 351,02 Rata-rata k 338,669 Error % 12% Standart Deviasi 14,52 Dari gambar.3 dapat dilihat bahwa nilai pengujian konduktivitas termal berbeda-beda, dengan nilai terendah 321,19 W/m 0 C dan nilai tertinggi 347,23 W/m 0 C. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 12

W/m 0 C Perancangan Alat Praktikum (Irianto dan Dzulfikar) 440 385 330 275 220 165 110 55 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pengujian Gambar 2. Konduktivitas termal pada tegangan 150V Dari Tabel 7 dapat dilihat rata-rata konduktivitas termal pada semua tegangan 100V, 150V, dan 200V adalah 328,138 W/m 0 C, nilai kesalahan rata-rata 14,76% dengan ketepatan rata-rata 85,24%, hasil rata-rata nilai konduktivitas termal lebih rendah dari referensi. Tabel 5.hasil perhitungan dengan tegangan 150V No. ΔT ( 0 C) I (A) k (W/m 0 C) 1. 2,3 0,047 322,79 2. 2,4 0,047 309,34 3. 2,4 0,047 309,34 4. 2,4 0,047 309,34 5. 2,3 0,047 322,79 6. 2,3 0,047 322,79 7. 2,3 0,047 322,79 8. 2,4 0,047 309,34 9. 2,3 0,047 322,79 10. 2,4 0,047 309,34 Rata-rata k 316,06 Error % 17,90% Standart Deviasi 7,08 Menurut Holman (1993) nilai k tembaga adalah 385W/m 0 C, kesalahan disini dikarenakan adanya pengaruh dari suhu lingkungan, masih ada panas yang keluar walaupuntembaga sudah diinsulasi, selain itu tembaga tidak diuji komposisinya apakah tembaga murni atau tembaga campuran. 13 ISSN 2528-5912

W/m 0 C 440 385 330 275 220 165 110 55 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pengujian Gambar 3. Konduktivitas termal pada tegangan 200V Tabel 6.hasil perhitungan dengan tegangan 200V No. ΔT ( 0 C) I (A) k (W/m 0 C) 1. 3,8 0,061 338,09 2. 3,7 0,061 347,23 3. 3,8 0,061 338,09 4. 3,9 0,061 329,42 5. 3,8 0,061 328,09 6. 4 0,061 321,19 7. 4 0,061 321,19 8. 4 0,061 321,19 9. 4 0,061 321,19 10. 4 0,061 321,19 Rata-rata k 329,68 Error % 14,36% Standart Deviasi 9,89 Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pengujian konduktivitas termal berbeda-beda, dengan nilai terendah 316,06 W/m 0 C pada pengujian 150V dan nilai tertinggi 338,669 W/m 0 C pada pengujian dengan tegangan 100V. Tabel 7 Rata-rata konduktivitas termal pada tegangan 100V,150V, dan 200V. No. Tegangan (V) Rata-rata k (W/m 0 C) 1. 100 338,669 2. 150 316,06 3. 200 329,687 Rata-rata k 328,138 Error % 14,76% Standart Deviasi 11,38 Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui nilai suhu disini menggunakan termometer digital, alat ukur ini terbilang belum presisi untuk membaca nilai suhu, sedangkan untuk membaca nilai arus digunakan ampere meter, ampere meter ini tidak dikalibrasi, dan untuk membaca tegangan digunakan voltmeter, voltmeter ini tidak dikalibrasi dan tidak presisi karena menggunakan voltmeter analog. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 14

W/m 0 C Perancangan Alat Praktikum (Irianto dan Dzulfikar) 440 385 330 275 220 165 110 55 0 100 150 200 Tegangan (V) Gambar 4 Rata-rata konduktivitas termal pada tegangan 100V, 150V, dan 200V. Dengan demikian alat praktikum konduktivitas termal belum dapat digunakan dengan maksimal, dikarenakan tingkat kesalahan pada alat ini masih terbilang tinggi, untuk mengurangi nilai kesalahan pada alat praktikum ini diperlukan perbaikan dan pengujian komposisi bahan, sehingga alat praktikum ini dapat digunakan untuk praktikum dan bekerja dengan maksimal. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan variasi tegangan 100V, 150V, dan 200V, didapatkan hasil 338,669 W/m 0 C pada pengujian dengan tegangan 100 V (Tabel 4), 316,06 W/m 0 C pada pengujian dengan tegangan 150V (Tabel 5), dan 329,687 W/m 0 C pada pengujian dengan tegangan 200V (Tabel 6), dari hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa alat yang dirancang memiliki kesamaan dengan teori, bahwa nilai konduktivitas termal dari hasil perhitungan lebih rendah dari referensi. Menurut Holman (1993) nilai k tembaga adalah 385 W/m 0 C. Kesalahan pada pengujian dengan tegangan 100V adalah 12% dengan ketepatan 88%, nilai k= 338,669 W/m 0 C pada pengujian dengan tegangan 150V adalah 17,90% dengan ketepatan 82,1%, nilai k= 316,06 W/m 0 C dan pada pengujian dengan tegangan 200V adalah 14,36% dengan ketepatan 85,64%, nilai k= 329,687 W/m 0 C. Rata-rata kesalahan dari hasil pengujian adalah 14,76% dan rata-rata ketepatan 85,24%, kesalahan terjadi karna pengaruh oleh suhu lingkungan, masih ada panas yang keluar walaupun tembaga sudah diinsulasi, selain itu tembaga yang diuji tidak diketahui komposisinya apakah tembaga murni atau tembaga campuran, karena tidak dilakukan pengujian bahan. Dengan demikian alat praktikum konduktivitas termal belum dapat digunakan dengan maksimal, dikarenakan tingkat kesalahan pada alat ini masih terbilang tinggi, untuk mengurangi nilai kesalahan pada alat praktikum ini diperlukan perbaikan dan pengujian komposisi bahan, sehingga alat praktikum ini dapat digunakan untuk praktikum dan bekerja dengan maksimal. SARAN Perbaikan perlu ditingkatkan kembali agar alat rancangan praktikum konduktivitas termal dapat digunakan dengan hasil yang lebih maksimal dan bermanfaat serta dapat diandalkan dalam praktikum menentukan nilai konduktivitas termal pada perpindahan kalor konduksi, pengujian bahan perlu dilakukan agar dapat diketahui komposisi bahan tembaga tersebut apakah bahan tembaga tersebut murni atau campuran, melakukan perubahan rancangan agar bahan bisa digantiganti dengan bahan-bahan yang lain seperti alumunium ataupun perak. DAFTAR PUSTAKA Anonim., Pengertian termokopel dan prinsip kerjanya. teknikelektronika.com/pengertiantermokopel-dan-prinsip-kerjanya diakses pada 24 april 2016 Anonim., (2004), Perpindahan panas konduksi. Diakses dari https://seputarpendidikan003.blogspot.com diakses pada 20 april 2016 Agus, H., (2015), Perpindahan Panas, Innosain, Yogyakarta Bhara., (2014), Fungsi & pengertian amperemeter, voltmeter, ohmmeter alat ukur listrik ilmu fisika. Diakses dari www.organisasi.org pada 24 april 2016 Holman, J.P., (1996), Heat Transfer Tenth Editioan, John Wiley & Sons,Canada 15 ISSN 2528-5912

Holman, J.P., (1993), Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta Holman, J.P., (1994), Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta Holman, J.P., dan Jasjfi, E., (1984), Metode Pengukuran Teknik, Erlangga, Jakarta Kanginan, M., (2004), Fisika SMA 3A.Erlangga. Jakarta Racmat, B., (2016), Pengertian konduktivitas termal, https://id.wikipedia.org/wiki/konduktivitas_termal diakses pada 19 april 2016 Sularso, (1991), Dasar teori dan pemilihan elemen mesin, Erlangga, Jakarta Timoshenko, G.,(2000), Mekanika Bahan, Erlangga, Jakarta Tipler, A.P., (1998), Fisika Untuk Sains Dan Teknik, Erlangga, Jakarta. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 16