PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 23

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester ganjil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Swadhipa Tahun

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. akan dijadikan dalam dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen). Pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 4 Oktober 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin.

PENERAPAN METODE RESITASI BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN WEB DESIGN

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN CONNETED MATHEMATICS PROJECT (CMP)

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan April tahun. pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 2 Jati Agung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

Perbedaan Hasil Belajar Fisika melalui Penerapan Metode Problem Solving dan Metode Konvensional di SMP Negeri Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2011/2012

Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 18 Palu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penuh. Penelitian eksperimen semu merupakan penelitian yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksprimen semu (quasi eksprimen ),

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sasaran penelitian atau objek oleh peneliti adalah siswa SMK Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. saat semester II Tahun Ajaran 2013/2014, yaitu pada tanggal 9 s.d 25 Januari

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN. Bandung. Variabel bebas atau independent varabel dalam penelitian ini yaitu

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2 Desember 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian eksperimen semu, yang mana variabel-variabelnya

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 7 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Pringsewu

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IX SEMESTER I SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH OLEH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April di SMP Negeri 20 Bandar. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kondisi yang tekendalikan. 1 Terdapat dua kelompok yaitu kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Januari s/d 24 Januari 2014 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 1, Hal 15-25, Februari 2017

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 1 Talang Padang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

Data Mentah Skor Posttes Kelas Eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun Akademik 2014/2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Kuningan) Abstrak Oleh : Yeyen Suryani dan Sri Mulyati Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada mata kuliah kewirausahaan tingkat II di Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Kuningan. Rendahnya kemampuan berpikir kritis tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya mahasiswa yang hanya menguasai salah satu aspek pembelajaran pada ruang lingkup kemampuan berpikir tingkat rendah yaitu berkisar pada aspek mengingat atau menghafal. Selain itu, makalah atau tugas-tugas yang dibuat mahasiswa kebanyakan hanya copy paste dari modul atau buku yang sudah ada dan jarang sekali menggambarkan hasil pemikiran mahasiswa sendiri sebagai indikator kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis. Kebanyakan mahasiswa juga masih merasa kesulitan mengaitkan konsep dengan kondisi yang ada di lingkungan nyata. Kondisi semacam ini terjadi akibat dari proses perkuliahan yang hanya berjalan satu arah. Dengan banyak permasalahan-permasalahan yang muncul, perlu adanya pembaharuan di lingkungan pendidikan yang mengarahkan pembelajaran agar mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran akhir (post-test), dan mendeskripsikan perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada pretest antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. Sedangkan setelah pembelajaran terdapat perbedaan hasil posttest kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Adapun terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL dapat dilihat dari nilai gain kelas eksperimen sebesar 0,65 dan kelas kontrol sebesar 0,60. Dari bukti diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut yaitu PjBL dan PBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi dosen untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. 1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang merupakan sentral pembangunan diharapkan mampu menciptakan SDM yang profesional dan berkualitas. Namun sebaliknya, harapan untuk mencetak SDM yang memiliki penguasaan konsep pengetahuan secara lebih luas dan mendalam nampaknya

belum terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya mahasiswa yang hanya menguasai salah satu aspek pembelajaran pada ruang lingkup kemampuan berpikir rendah yaitu berkisar pada aspek mengingat /menghafal. Menurut Cabera dalam Husnidar (2014:72) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengembangkan proses perkuliahan dikelas. Berdasarkan pada kenyataan yang berlangsung hingga saat ini, proses belajar mengajar yang dilakukan dikelas belum sepenuhnya mampu meningkatkan penguasaan berpikir secara maksimal khususnya kemampuan belajar mahasiswa dalam orientasi pengetahuan kedalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran hanya diarahkan pada kemampuan mahasiswa untuk menghafal dan menerima informasi saja, tanpa dilibatkan untuk memahami informasi yang bisa digunakannya dalam menghubungkan konsep atau ilmu pengetahuan yang didapat dengan kehidupan sehari-harinya. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran perlu adanya perubahan paradigma selama kegiatan belajar-mengajar di kelas. Kondisi belajar dimana mahasiswa hanya menerima materi dari dosen, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman dan kecakapan berpikir kritis. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa adalah pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Berdasarkan penelitian yang telah banyak dilakukan menyatakan bahwa kedua jenis metode pembelajaran tersebut mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 2. Rumusan Masalah Beranjak dari latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran akhir (post-test) antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL? 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL? 3. Kerangka Pemikiran Keberlangsungan proses belajar mengajar baik di perguruan tinggi saat ini lebih menitikberatkan kepada skill/kemampuan daripada mahasiswa itu sendiri. Dosen hanyalah sebagai fasilitator dan juga motivator dalam proses pembelajaran. Namun harapan tersebut hingga saat ini dirasa belum tercapai secara optimal, hal ini dapat dilihat dari penekanan proses belajar mengajar yang masih konvensional (teacher oriented). Mahasiswa terbiasa mendengarkan dosen menyampaikan materi dan mentransfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada mahasiswa, sementara mahasiswa hanya duduk dan mendengarkan. Pembelajaran satu arah seperti itu, tidak akan mampu memberdayakan kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis.

Berdasarkan hasil pengamatan pada mata kuliah kewirausahaan, hasil ratarata ulangan, quiz atau tes harian mahasiswa menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang kurang mampu menerapkan materi yang diterima pada situasi sebenarnya. Hal ini disebabkan karena dalam menyampaikan materi kewirausahaan masih bersifat teoritis sehingga menyulitkan mahasiswa untuk memahami materi yang diajarkan secara menyeluruh, akibatnya ketika mahasiswa diberi tugas yang berorientasi pada penerapan konsep dilapangan masih banyak mahasiswa yang belum paham maksud dan tugas yang diberikan dan bagaimana maksud sebenarnya. Selain itu, rendahnya kemampuan berpikir kritis ditunjukkan dengan kurang adanya inisiatif mahasiswa untuk bertanya maupun menjawab bila dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang membutuhkan proses berpikir, khususnya berpikir kritis. Untuk mencapai tujuan secara optimal maka seorang dosen dituntut untuk mampu menerapkan metode pembelajaran yang sekiranya dapat menumbuhkan kemampuan mahasiswanya tidak hanya pada pengetahuan saja tetapi juga pada kemampuan berpikir kritis, kreatif, analitis, sistematis dan logis. Metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa adalah metode Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL). Kedua metode tersebut dapat melatih dan mendorong mahasiswa berpikir dan bekerja daripada hanya menghafal dan bercerita. Hal ini tentu akan mengembangkan keterampilan dan membuat mahasiswa untuk senantiasa berpikir termasuk di dalamnya adalah berpikir kritis. 4. Hipotesis Hipotesis merupakan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2003 : 110). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : H 1 : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran akhir (post-test) antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. H 2 : Terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. 5. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipakai peneliti dalam melakukan penelitiannya. Sugiyono (2006 : 1) mengungkapkan bahwa metode merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi exsperiment) dimana sampel penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan sampel apa adanya (Ruseffendi, 2005:2). Adapun desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent group pretes-posttest designt atau kontrol group tidak menerima perlakuan.

6. Subjek Penelitian Penelitian yang dilakukan mengungkap tentang perbandingan antara penggunaan metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada mata kuliah kewirausahaan. Dengan demikian yang menjadi fokus penelitian adalah kemampuan berpikir kritis mahasiswa khususnya mahasiswa semester IV (Tingkat II) Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNIKU pada tahun akademik 2014/2015. 7. Hasil Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari pretes dan postes kemampuan berpikir kritis. Adapun hasil dari penelitian yang telah dilakukan disajikan sebagai berikut : 1) Deskripsi Tes Awal (Pre-Test) Tes Awal (pre-test) diberikan pada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan. Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian, terlebih dahulu harus dilakukan uji distribusi normalitas data kelas penelitian sebagai prasyarat dalam perhitungan analisis parametrik. Dengan instrumen penelitian berupa tes bentuk uraian yang berjumlah 5 butir soal. Berdasarkan pengolahan data hasil tes awal kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Analisis Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas n X min X max Rata-Rata SD Eksperimen 32 30 64 45,81 7,27 Kontrol 24 28 62 45,50 7,51 Berdasarkan tabel 2 diatas, kelas eksperimen yang menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memiliki rata-rata yang tidak jauh berbeda. Kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 32 orang diperoleh rata-rata sebesar 45,81 dengan skor tertinggi 64 dan skor terendah 30. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode PBL memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 24 orang diperoleh rata-rata sebesar 45,50 dengan skor tertinggi 62 dan skor terendah 28. 2) Deskripsi Tes Akhir (Post-Test) Tes akhir merupakan tes yang diberikan kepada mahasiswa setelah diberikan perlakuan. Dengan perlakuan yang berbeda, dan diperoleh hasil yang cukup berbeda antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, maka dilaksanakan postest baik

dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pengolahan data tes akhir (postest) diperoleh data sebagai berikut : Tabel 2 Hasil Analisis Data Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas n X min X max Rata-Rata SD Eksperimen 32 60 100 80,72 8,52 Kontrol 24 60 94 76,50 7,28 Berdasarkan tabel 3 diatas, kelas eksperimen yang menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memiliki rata-rata yang berbeda. Kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 32 orang diperoleh rata-rata sebesar 80,72 dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 60. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode PBL memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 24 orang diperoleh rata-rata sebesar 76,50 dengan skor tertinggi 94 dan skor terendah 60. 3) Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) pada kelas eksperimen dan penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) pada kelas kontrol digunakan perhitungan gain ternormalisasi dengan rumus Hoke. Dari hasil analisis data n-gain dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 4 Hasil Analisis N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas Pretest Postest N-gain Kriteria Eksperimen 45,81 80,72 0,65 Sedang Kontrol 45,50 76,50 0,60 Sedang Dari tabel 4 diatas, data nilai pretest dan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai gain pada kelas eksperimen sebesar 0,65 dan berada pada kriteria sedang kemudian nilai gain pada kelas kontrol sebesar 0,60 dan berada pada kriteria sedang. Dari tabel diatas, secara lebih jelas penulis sajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Gambar 1 Peningkatan (gain) Kelas Eksperimen dan Kontrol Jika dibandingkan nilai N-gain antara kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) hasilnya lebih tinggi kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL). 4) Uji Persyaratan Statistik a) Uji Normalitas Untuk menguji kenormalan data dalam penelitian ini menggunakan chi-square (χ 2 ). Hasil uji normalitas distribusi frekuensi pretest dan postest pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan pengujian taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = 3, adapun dengan ketentuan sebagai berikut : Jika χ 2 hitung < χ 2 tabel maka data berdistribusi normal sedangkan Jika χ 2 hitung > χ 2 tabel maka data tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan normalitas data, secara lebih jelas penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini : Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol (PBL) Kelas Eksperimen (PjBL) Statistik Pre Test Post Test Pre Test Post Test Rata-Rata 45,50 76,50 45,81 80,72 SD 7,51 7,28 7,27 8,52 X 2 hitung 5,48 3,25 6,10 3,21 X 2 tabel 7,81 Keterangan Normal Normal Normal Normal Berdasarkan tabel 5 diatas, maka data pretest dan postest baik kelas eksperimen dan kontrol memiliki data yang berdistribusi normal. b) Uji Homogenitas Berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa kedua data pada maisng-masing kelas berdistribusi normal, maka selanjutnya perlu dilakukan pengujian terhadap homogenitas data tersebut. Tujuannya untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut memiliki varians yang homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F. Adapun hasil uji homogenitas pretest dan postest kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest Statistik Pre Test Post Test Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Varians (S 2 ) 56,35 52,80 52,96 72,66 F hitung 1,07 1,37 F tabel 1,96 1,96 n 1 31 31 n 2 23 23 Keterangan Homogen Homogen Dari tabel 6 diatas, nilai F hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel = F (31,23) = 1,96. Dari perhitungan untuk pretest diperoleh F hitung sebesar 1,07 dan untuk postest diperoleh F hitung sebesar 1,37. Karena F hitung < F tabel maka hal ini menunjukkan bahwa data pretest dan postest pada kedua kelompok bersifat homogen. Artinya, varians kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas eksperimen identik dengan varians kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas kontrol. c) Uji Kemampuan Awal (Pre-Test) Adapun hasil uji kemampuan awal (pretest) dengan uji t melalui Independent Samples T-test diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis Tes Awal (pre-test) Kelas Rata-Rata Varians Jumlah Siswa t hitung t tabel Kontrol 45,50 56,35 24 0,16 1,67 Eksperimen 45,81 52,80 32 Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 0,16 dengan α = 0,05 dan db = 54, diperoleh t tabel = t 0,05 (54) = 1,67. Karena t hitung < t tabel maka tidak berbeda secara signifikan artinya bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda nyata. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal (pre-test) antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. 5) Uji Hipotesis a) Uji Hipotesis Tes Akhir (Post-Test) Uji perbedaan dua rerata pada postest dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan pada tes akhir postest pembelajaran antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. Adapun kriteria keputusan pada uji t yaitu sebagai berikut : Terima H 0 jika t hitung < t tabel Tolak H 0 jika t hitung > t tabel

Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis Tes Akhir (post-test) Kelas Rata-Rata Varians Jumlah Siswa t hitung t tabel Kontrol 76,50 52,96 24 2,02 1,67 Eksperimen 80,72 72,66 32 Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2,02 dengan α = 0,05 dan db = 54, diperoleh t tabel = t 0,05 (54) = 1,67. Karena t hitung > t tabel maka berbeda secara signifikan artinya H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa metode PjBL dan PBL mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Dengan demikian, terdapat perbedaan pada postest antara kelas eksperimen dengan menggunakan metode PjBL dan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. b) Uji Hipotesis Gain Uji perbedaan dua rata-rata pada data N-Gain dilakukan untuk menguji hipotesis yaitu apakah terdapat perbedaan peningkatan (gain) pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis Gain Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Kelas Rata-Rata Varians Jumlah Siswa t hitung t tabel Kontrol 31,50 39,65 24 2,32 1,67 Eksperimen 35,63 52,11 32 Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2,32 dengan α = 0,05 dan db = 54, diperoleh t tabel = t 0,05 (54) = 1,67. Karena t hitung > t tabel maka berbeda secara signifikan artinya H 0 ditolak dan H 2 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dimana rata-rata nilai gain untuk kelas eksperimen dengan metode PjBL lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai gain pada kelas kontrol. 8. Pembahasan Berdasarkan hasil tes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan (pretest), menghasilkan rata-rata yang tidak jauh berbeda. Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung (0,30) < t tabel (1,67). Hasil tes akhir (postest) diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar 80,72 sedangkan rata-rata nilai untuk kelas kontrol sebesar 76,50. Artinya, terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran akhir (postest) antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas

kontrol yang menggunakan metode PBL. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung (2,02) > t tabel (1,67). Adapun untuk data gain diperoleh nilai t hitung (2,32) > t tabel (1,67) maka H 2 diterima dan H 0 ditolak. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir mahasiswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Kemampuan berpikir kritis mencerminkan kemampuan untuk membuat suatu penilaian yang rasional dalam menggunakan bukti-bukti nyata. Dari hasil penelitian, menggambarkan bahwa kedua metode pembelajaran yaitu PjBL dan PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat, mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya. Metode pembelajaran seperti PjBL dan PBL memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk mengolah semua pengetahuan yang dimilikinya dan mencari pengetahuan baru yang diperlukan sehingga terbentuklah pengetahuan baru yang dibentuk oleh mahasiswa sendiri akibat dari proses saling menghubungkan pengetahuan yang lama dan yang baru serta menjelaskan keterkaitan antara hubungan tersebut. Hal diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rais (2010) dkk dalam Rahman (2014:2) mengatakan bahwa metode PjBL mampu meningkatkan penguasaan konsep, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan dapat menumbuhkan karakter. Selain itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ariyati (2015:349) menyatakan bahwa metode PBL mampu secara signifikan meningkatkan kemampuan berpikir kritis para mahasiswa. Berdasarkan analisis data N-gain terlihat bahwa gain kelas PjBL lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas PBL, walaupun sama-sama berada pada kriterium sedang. Hal ini disebabkan karena dengan pembelajaran PjBL siswa mampu mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks nyata dan relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalahmasalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, pembelajaran dalam metode PjBL berlangsung secara otentik. Menurut pengamatan peneliti, hal lain yang menyebabkan perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kedua kelas tersebut ialah dengan metode PjBL proses pembelajaran terbagi menjadi dua bagian pembelajaran yaitu didalam kelas dan dilakukan secara mandiri oleh siswa di luar kelas. Pembelajaran didalam kelas berlangsung dengan diisi oleh kegiatan diskusi mengenai proyek yang akan dikerjakan mahasiswa beserta kajian literatur yang memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini, seperti internet. Berdasar hasil

observasi, pembelajaran didalam kelas berlangsung baik. Mahasiswa secara intens mengajukan berbagai pertanyaan kepada dosen yang berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran diluar kelas dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri. Mahasiswa melaksanakan proyek dengan penuh tanggungjawab dan tumbuh kreativitas untuk menyelesaikan proyek tersebut. Itu terbukti ketika dilaksanakan presentasi mengenai hasil proyek banyak pengalaman-pengalaman baru dan tak terduga yang dialami mahasiswa, walaupun tidak semua mahasiswa berhasil mengerjakan proyek sesuai apa yang mereka harapkan. Selain itu, mahasiswa juga menemukan berbagai permasalahan mengenai proyek yang mereka kerjakan yang akan membuat mereka berusaha memecahkan permasalahan tersebut dan solusi yang mereka temukan dapat bermanfaat jika mereka mengalami masalah yang sama atau sedikit berbeda. Tentu dalam memecahkan sebuah masalah dan pertanyaan maka secara tidak langsung mahasiswa telah dituntut untuk senantiasa berpikir kritis. Kendala utama dalam menerapkan metode PjBL dan PBL ini adalah pengalokasian waktu, karena metode ini menuntut dan melibatkan para mahasiswa sejak awal pembelajaran yaitu dimulai dari tahap perencanaan hingga akhir pembelajaran sehingga membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak. Selain itu, dalam menerapkan metode PjBL dan PBL ini dosen harus menyesuaikan dengan materi yang akan dipelajari dan hendaknya menggunakan metode yang bervariasi artinya tidak menggunakan metode yang sama secara terus menerus dalam jangka waktu yang sama agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses perkuliahan. Terlepas dari semua kendala dan kelemahan di atas, pada dasarnya metode PjBL dan PBL merupakan metode pembelajaran yang dapat memperbaiki perolehan hasil belajar, retensi, keterampilan-keterampilan interpersonal, dan kemampuan berpikir yang lebih baik. Oleh karena itu, metode pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. 9. Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, penulis dapat simpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran akhir (posttest) antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. 2. Terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode PBL. B. Saran 1. Dalam mengimplementasikan metode pembelajaran PjBL dan PBL perlu di perhatikan kesesuaian materi ajar, ketersediaan sarana dan prasarana, serta alokasi waktu secara seksama. 2. Dosen diharapkan menggunakan metode PjBL dan PBL pada mata kuliah kewirausahaan ataupun mata kuliah lainnya sebagai variasi dalam proses

pembelajaran. Agar menjadikan mahasiswa yang aktif dan pembelajaran dapat bermakna sehingga mahasiswa tidak lagi jenuh dalam mengikuti proses perkuliahan dikampus. 3. Dalam metode PjBL dan PBL, dosen berperan penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk itu dibutuhkan kreativitas dan pengelolaan kelas yang baik. Disini peran dosen sebagai fasilitator harus mengatur jalannya proses pembelajaran sesuai dengan tahapan dari setiap langkah metode yang dilaksanakan oleh para mahasiswa. Sehingga pedoman pembuatan langkah-langkah pembelajaran perlu dipersiapkan secara cermat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Ariyati, Eka. 2015. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Malang : Universitas Tanjungpura. Husnidar, dkk. 2014. Penerapan Model PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Rahman, Taufik. 2014. Makalah Model Pembelajaran Project Based Learning. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.