BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan rencana. Pembelanja sekarang lebih impulsif dengan 21% mengatakan, mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. konsultan mandiri, yang bersama-sama membuat penjualan tahunan melebihi

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SEPATU BERMEREK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB IV PEMBAHASAN. Semua berawal dari Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan atau yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. telah disebarkan di lingkungan SMK Telkom Sandy Putra Jakarta dan telah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

PENDAHULUAN STUDI KASUS

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IKLAN & LINGKUNGAN SOSIAL

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN IKLAN POND S DI TELEVISI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK POND S PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. konseptual dengan dunia empirik. Suatu penelitian sosial diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

PERILAKU KONSUMEN. By Eka DJ Ginting

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dan teknologi dewasa ini, kompetisi di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia yang semakin modern, menuntut masyarakat untuk mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi cara remaja berinteraksi dengan orang lain. Fisik menjadi hal yang sangat

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, dan menawan. Mendengar kata cantik itu sendiri, mungkin benak kita

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisnis telekomunikasi di bidang layanan operator telpon seluler telah


HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dengan kondisi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arus globalisasi yang terus berkembang memberikan perubahan pada perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, masyarakat seringkali membeli sesuatu tidak lagi berdasarkan kebutuhan, akan tetapi keinginan dan kepuasan mereka untuk memiliki barang-barang yang disenangi. Mereka kurang selektif dalam berbelanja asalkan dapat mengikuti arus mode dari merek-merek tertentu. Misalnya saja terlihat dari banyaknya pembeli sandal diskon bermerek Crocs mengular di Senayan City Jakarta pada bulan maret 2010 lalu. Antrian panjang untuk mendapatkan sandal tersebut mencapai ribuan orang hingga memenuhi lantai 8 gedung itu. Mereka rela mengantri selama berjam-jam asalkan mendapatkan produk sendal impor yang mereka inginkan itu (www.kabarinews.com). Munculnya perilaku konsumtif tentunya tidak terlepas dari industrialisasi dan kapitalisme global. Diawali oleh masa industrialisasi, para produsen berlomba-lomba untuk memproduksi dan memasarkan produknya sebanyak-banyaknya. Hal ini menyebabkan melimpahnya produksi komoditas kapitalis dalam bentuk barang-barang konsumsi dan tempattempat perbelanjaan. Tentunya produsen harus memiliki strategi dalam pemasarannya karena barang-barang yang diproduksi secara massal membutuhkan konsumen lebih luas. Di sinilah konstruksi pemaknaan mulai 1

2 diciptakan. Para produsen berusaha merekayasa citra agar produk dapat terjual. Remaja putri yang biasanya mudah terbujuk, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya adalah salah satu pasar yang potensial (Mangkunegara, 2009). Tidaklah sulit bagi produsen untuk menawarkan produknya pada remaja putri yang memang senang mencoba hal-hal baru. Remaja putri justru merasa bangga bila mereka dapat tampil berbeda dengan mengkonsumsi berbagai produk yang ditampilkan tersebut. Mereka gampang terperangkap dalam berbagai konstruksi tanda, citra, simbol, dan daya tarik yang ditawarkan. Perkembangan media juga menjadi salah satu penyebab perilaku konsumtif ini. Salah satu penelitian yang dilakukan terhadap remaja putri di Jember memperlihatkan hubungan positif dan signifikan antara pola penggunaan media televisi dan perilaku konsumtif (Susilo, 2007). Media merupakan suatu medium yang menjembatani produsen dengan konsumen. Melalui media, gaya hidup dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi remaja putri, salah satunya dalam hal kecantikan. Para produsen produk kecantikan membentuk suatu ideal self remaja melalui berbagai iklan di media agar produk mereka dapat terjual. Berbagai macam produk kecantikan sengaja ditawarkan seiring dengan konstruksi ideal self tersebut. Citra tubuh remaja putri yang ideal yang mereka tampilkan mengarah pada tampilan fisik. Contohnya saja iklan produk kecantikan

3 Pond s yang di bintangi oleh seorang model wanita cantik yang memiliki kulit putih, tinggi, langsing, dan berambut panjang. Para produsen memberikan harapan pada remaja putri bahwa mereka memiliki kesempatan realistik untuk dapat mengubah tampilan mereka sesuai dengan Ideal self image melalui produk yang ditawarkan. Remaja cenderung berusaha mengubah penampilan mereka dengan mengkonsumsi produkproduk tersebut. Keinginan remaja putri untuk mengkonsumsi produk kecantikan ini secara berlebihan justru mengarahkan remaja putri kepada pola pemikiran baru yang konsumtif. Ini dapat terlihat dari survey yang dilakukan oleh perusahaan kosmetika Avon di Inggris terhadap 1.000 orang perempuan berusia antara 16-24 tahun. Ternyata di dalam tas kosmetik mereka tersimpan peralatan kosmetik senilai 69 poundsterling atau sekitar Rp. 1.145.607 (Garcia, www.inilah.com). Selain itu, status ekonomi keluarga yang cukup berada, tersedianya berbagai tempat belanja dan berbagai fasilitas kecantikan bisa jadi juga mendukung terbentuknya perilaku konsumtif dalam hal produk kecantikan. Masa remaja merupakan masa dimana hubungan teman sebaya merupakan bagian terbesar dalam kehidupan seorang remaja (Santrock, 2003). Remaja sudah mulai mengurangi ketergantungan mereka dengan orang tua dan mulai menjalin hubungan persahabatan dengan temantemannya untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarganya. Remaja seringkali tergabung dalam beberapa kelompokkelompok kecil yang mereka anggap memenuhi kebutuhan mereka akan

4 hubungan kebersamaan dimana mereka dapat dihargai baik secara materi maupun psikologis (Santrock, 2003). Suatu tekanan yang dapat memodifikasi apa yang dilakukan dan dikatakan seseorang sehingga dapat sesuai dengan apa yang orang lain katakan dan lakukan adalah suatu tekanan konformitas (Middlebrook, 1980). Konformitas merupakan upaya yang sering dilakukan remaja untuk dapat diterima didalam kelompoknya. Misalnya dengan menggunakan bahasa yang sama dengan kelompoknya, menyamakan penampilan agar tidak beda dengan teman-temannya, dan tergabung dalam perkumpulan tertentu (Santrock, 2003). Kebanyakan remaja akan menolak menjadi tampak beda. Ketika pendapat remaja berbeda dengan pendapat kelompok maka kemungkinan ia akan merasa tertekan dan berusaha mengubah pendapatnya untuk melakukan konformitas dengan pendapat kelompok tersebut. Mereka akan mengikuti norma yang berlaku di kelompok, meskipun tidak ada paksaan secara langsung untuk hal itu sehingga persahabatan akan lebih mudah terjalin. Konformitas lebih sering terjadi pada remaja putri dibandingkan remaja putra. Ini disebabkan remaja putri cenderung lebih fleksibel, lebih terbuka, dan lebih responsif terhadap lingkungan sosial mereka (Myers, 1996). Disamping itu, remaja putri lebih mementingkan pengharapan dalam hubungan pertemanan dibandingkan pencapaian kesuksesannya (Fuhrmann, 1990). Remaja putri seringkali menjadikan kelompoknya sebagai acuan dalam berpenampilan agar mereka dapat terlihat sama dan diakui menjadi bagian dari kelompok tersebut. Mereka akan mengikuti kelompoknya dalam

5 berbagai hal seperti ingin menyamakan bentuk tubuh, cara berpakaian, cara berdandan, dan minat yang erat kaitannya dengan penilaian orang lain. Untuk dapat berpenampilan yang sama dalam kelompoknya, remaja biasanya mencari berbagai informasi mengenai ideal body image dari berbagai media. Dalam hal ini, Hurlock (1973) mengemukakan bahwa media semakin memperlihatkan ada atau tidaknya sikap konformitas pada remaja. Remaja putri yang konformis cenderung mengikuti apa yang ditampilkan oleh media. Ini dilakukan agar mereka dapat memenuhi standar penerimaan sosial yang dapat mereka identifikasi dari kelompok mereka. Remaja memiliki karakteristik mudah terbujuk rayuan iklan, berpikir tidak hemat, dan kurang realistis (Mangkunegara, 2009). Mereka cenderung akan mengikuti media tersebut. Mereka berupaya untuk dapat mencapai ideal self yang ditampilkan media dengan mengkonsumsi produk-produk kecantikan tersebut. Terkadang dalam mengambil keputusan untuk membeli itu, remaja tidak memikirkan pemborosan yang terjadi dan inefisiensi, sehingga mereka menjadi cenderung berperilaku konsumtif. Mereka mengkonsumsi produk-produk tersebut bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi karena keinginan untuk meniru orang lain. Ini mereka lakukan agar terlihat sama dengan anggota kelompoknya atau bahkan untuk menjaga gengsi agar tidak ketinggalan jaman. Oleh karena itu, kemungkinan perilaku konsumtif dalam produk kecantikan berhubungan dengan upaya konformitas remaja putri.

6 SMA Labschool UPI Bandung adalah salah satu sekolah yang ratarata siswa/i nya dapat digolongkan ke dalam kelas sosial menengah ke atas. Ini dapat terlihat dari biaya sekolah yang tinggi. Remaja putri di sekolah ini cenderung berpenampilan serupa. Selain itu, kebanyakan remaja putri di SMA ini membawa dan menggunakan produk kecantikan saat di sekolah. Bisa jadi perilaku konsumtif produk kecantikan terjadi pada remaja putri di SMA Labschool UPI Bandung memiliki hubungan dengan konformitas mereka. Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini menguji hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif produk kecantikan pada remaja putri di SMA Labschool UPI Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang disampaikan, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif produk kecantikan pada remaja putri di SMA Labschool UPI Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif produk kecantikan pada remaja putri di SMA Labschool UPI Bandung.

7 1.4 Hipotesis H 0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif produk kecantikan pada remaja putri di SMA Labschool UPI Bandung. (H 0 : ρ=0) Ha : Ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif produk kecantikan pada remaja putri di SMA Labschool UPI Bandung. (H 0 : ρ 0) Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini digunakan α = 0,05. 1.5 Metodologi Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode korelasi. Metode ini ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Untuk menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif produk kecantikan pada remaja putri, digunakan uji korelasi product moment pearson dengan menggungakan bantuan software SPSS for Windows 17.0.

8 1.6 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Labschool UPI. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling terhadap 93 orang siswi SMA Labschool UPI.