1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang meletakkan pondasi bahwa siswa adalah objek pasif, karena yang diutamakan adalah knowledge of mathematic (Turmudi, 2008). Hingga saat ini masih banyak siswa memandang bahwa guru sebagai satu-satunya sumber belajar sehingga siswa tergantung pada guru dan kurang inisiatif mempelajarai materi lebih lanjut. Siswa mengalami kesulitan jika menghadapi soal soal matematika sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya penelitian yang memperhatikan individu dan melibatkan siswa satu per satu dalam pembelajaran. Penelitian itu berupa pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat dijadikan rujukan oleh para guru dalam mengelola pembelajaran matematika. Untuk menunjang penerapan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut dapat dikembangkan ke dalam berbagai bentuk, misalnya bahan ajar yang berupa modul. Winkel (2004: 174) menyatakan bahwa, melalui modul siswa dapat mengontrol kecepatannya masing-masing serta maju sesuai dengan kemampuannya. Melalui modul potensi siswa dapat meningkat dan berkembang. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Bawen, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar materi tersebut. Beberapa diantaranya adalah siswa kurang memahami konsep bangun ruang sisi datar. Sumber belajar seperti buku paket dan LKS yang digunakan belum bisa dipahami oleh siswa karena kata-kata yang digunakan sulit dimengerti dan pembelajaran lebih cenderung didiominasi oleh guru. Guru biasanya mengajar dengan metode ekspositoris dan diskusi. Adanya kendala tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Prestasi belajar siswa diperoleh dari tes awal. Hasil tes awal menunjukkan rata-rata nilai kelas VIII- F SMP Negeri 1 Bawen adalah 60,88 dengan nilai KKM adalah 70 dan 96,97% siswa belum tuntas. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas.
2. Pembelajaran dengan Menggunakan Modul Modul merupakan suatu paket pembelajaran yang disediakan bagi siswa, baik belajar secara individu maupun dengan bantuan dari guru untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pembelajaran dengan modul mempunyai prinsip-prinsip yaitu fleksibelitas (menyesuaikan perbedaan siswa), feedback, mastery learning (penguasaan tuntas bagi siswa), memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahannya atau kelemahannya, motivasi dan kerja, serta pengayaan (Sabri, Ahmad, 2007 : 145). Modul ini digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah. Dengan modul siswa dapat mengaktifkan kegiatan belajar, membaca, memecahkan soal dengan bahan tertulis dan guru tidak lagi mengajar menggunakan pembelajaran tradisional seperti metode ceramah (Suryosubroto, 1983). Namun dalam pembelajaran dengan menggunakan modul guru berlaku sebagai fasilitator, akan membagi materi pelajaran dalam bentuk tertulis, dan selanjutnya dibagikan kepada siswa. Siswa akan membaca untuk memahami materi pelajaran tersebut, mengerjakan tugas yang ada pada setiap sub pokok bahasan. Sehingga suasana kelas menjadi tenang dan tidak terdengar suara guru menjelaskan materi pelajaran. Mungkin hanya sesekali guru memberi penjelasan secara klasikal namun selebihnya guru hanya memberi penjelasan per individu sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing individu dalam menyerap materi pelajaran (Vembriarto, 1981: 17 ). Mungkin ada individu yang cepat paham akan materi pelajaran, mungkin ada yang kurang bahkan belum paham. Mereka yang cepat paham tentu tidak perlu minta penjelasan kepada guru, namun bagi yang kurang atau belum paham mungkin perlu bertanya kepada guru, bertanya kepada teman kelompoknya atau mencari solusi lain untuk membantu pemahaman terhadap materi pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul, dapat mengetahui bahwa siswa mampu mengerjakan modulnya lebih cepat daripada siswa yang lain. Hal tersebut disebabkan karena siswa tersebut memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa yang lain. Siswa yang lambat mengerjakan modulnya mendapat kesempatan untuk menambah waktu belajar sehingga dapat menguasai seluruh materi walaupun lebih lama dibandingkan dengan siswa lain. Selain itu, guru memberikan bimbingan khusus kepada siswa bersangkutan serta mengikuti remidial (Nasution, 2007).
3. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan melakukan kolaborasi antara mahasiswa dan guru. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan revisi model Lewin menurut Elliot (Wiriaatmadja, 2005). Suatu siklus akan dihentikan jika indikator keberhasilan yang ditentukan telah tercapai. Indikator keberhasilan tercapai jika ketuntasan secara klasikal 85% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah 70. Jika ada siswa yang belum memenuhi indikator yang ditentukan, maka pembelajaran pada siklus dilanjutkan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-F SMP Negeri 1 Bawen tahun ajaran 2011/ 2012. Jumlah siswa kelas VIII-F adalah 33 siswa, yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, tes awal, tes setiap akhir siklus, dan dokumentasi. Observasi dilakukan sebelum penelitian dan pada saat PTK berlangsung. Pengumpulan data observasi dengan menulis aktifitas yang dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung. Tes awal diberikan sebelum PTK dilaksanakan. Tes diberikan setiap akhir siklus I dan II untuk mengetahui prestasi belajar siswa dan membuat dokumentasi dengan menggunakan kamera pada saat PBM berlangsung. 4. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII-F SMP Negeri 1 Bawen tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 33 orang. Hasil dari pembelajaran dengan menggunakan modul di kelas, diberikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas VII-F Nilai Peresentase Tes Awal Siklus I Siklus II < 70 96,97% 27,27% 9,09% 70 3,03% 72,73% 90,91% Rata-rata 60,88 79,52 83,82
4.1. Analisis Pra Siklus Prestasi belajar siswa pada tes awal masih belum optimal, hal tersebut ditunjukkan dengan 96,97% siswa belum mencapai nilai KKM dengan rata-rata 60,88. Berdasarkan prestasi belajar siswa pada tes awal ini, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan modul materi unsur-unsur yang terdapat pada kubus, balok, prisma, dan limas. Pembelajaran tersebut dilaksanakan karena sumber belajar yang digunakan seperti buku paket dan LKS belum bisa dipahami oleh siswa dan pembelajaran lebih cenderung mengaktifkan guru. Oleh karena itu, perlu dikembangkannya perangkat pembelajaran seperti modul, agar siswa lebih cepat memahami dan mengerti materi yang disampaikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4.2. Analisis Siklus I Perencanaan dilakukan dengan penyusunan modul dan rencana pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, mempersiapkan alat peraga, dan soal tes siklus I. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul pada siklus I terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pertemuan 1 membahas unsur-unsur yang terdapat pada kubus dan balok dengan demonstrasi alat peraga dan siswa mengerjakan kegiatan 1 dan 2 pada modul. Pertemuan 2 mengerjakan tugas mandiri 1 dan mengadakan tes siklus I. Pertemuan ke 1 siswa diberikan kesempatan membaca dan bertanya tentang materi yang disampaikan seperti terdapat pada modul yang telah diberikan. Ditunjukkan unsur-unsur kubus dan balok dengan melakukan demonstrasi alat peraga mengunakan stoples yang berbentuk kubus dan aquarium yang berbentuk balok. Setelah itu, siswa mengerjakan kegiatan 1 dan 2 yang terdapat pada modul dan memeriksa hasil jawabannya. Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, diberikan penguatan materi dan reward berupa pujian kepada siswa. Siswa secara bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dan menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya. Pertemuan ke 2 siswa diberikan latihan yang harus dikerjakan secara individu. Latihan tersbut
terdapat pada modul, tugas mandiri 1. Dijelaskan langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh siswa dengan harapan siswa tidak bingung pada saat pembelajaran berlangsung dan dapat mengikuti dengan baik. Prestasi belajar pada tes siklus I menunjukkan 72,73% siswa tuntas memiliki KKM 70 yang ditentukan dengan rata-rata nilai 79,52, sedangkan 27,27% atau 9 siswa tidak tuntas mencapai nilai KKM. 4.3. Analisis Siklus II Disusun rencana pembelajaran, alat peraga, dan tes siklus II yang akan digunakan berdasarkan refleksi dari pembelajaran siklus I. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul pada siklus II terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pertemuan 3 membahas unsur-unsur yang terdapat pada prisma dan limas dengan diskusi kelompok dan siswa mengerjakan kegiatan 3 dan 4 pada modul dilanjutkan mengerjakan tugas mandiri 2 secara individu. Pertemuan 4 mengadakan tes siklus II. Pertemuan ke 3, siswa diberikan kesempatan bertanya tentang materi yang sudah dipelajari di rumah. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3 sampai 4 orang. Setelah itu, siswa dipersilahkan berdiskusi untuk mengerjakan kegiatan 3 dan 4 yang terdapat pada modul dan memeriksa hasil jawabannya dengan presentasi hasil diskusi. Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, diberikan penguatan materi dan reward berupa hadiah kepada siswa serta pekerjaan rumah yang terdapat pada modul. Sisw secara bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dan menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya. Pembelajaran pada pertemuan ke 4 diawali dengan berdoa, absensi, dan memeriksa tugas rumah secara bersama-sama. Selama aktivitas berlangsung, peneliti berkeliling dengan tujuan melihat aktivitas siswa dan menjadi fasilitator. Setelah memeriksa tugas rumah secara bersamasama, proses pembelajaran dilanjutkan dengan tes siklus II. Prestasi belajar tes siklus II menunjukkan 90,91% siswa memiliki nilai di atas KKM dengan rata-rata nilai 83,82, sedangkan 9,09% atau 3 siswa yang belum mencapai nilai KKM.
Berdasarkan nilai pra siklus, tes siklus I, dan tes siklus II dapat dilihat peningkatan nilai siswa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 1. KKM Grafik 1. Nilai Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II Grafik 1 menunjukkan nilai siswa pada tes awal, siklus I, dan siklus II. Ada beberapa siswa yang mengalami peningkatan dan adapula siswa yang mengalami penurunan. Nilai siswa mengalami peningkatan dari tes awal ke siklus I. Hal tersebut ditunjukkan dengan tes awal 3,03 % siswa tuntas memiliki nilai KKM dan rata-rata nilai 60,88 sedangkan tes siklus I, 72,73% siswa tuntas dan rata-rata nilainya yaitu 79,52. Siklus II terdapat nilai siswa yang mengalami peningkatan. Rata-rata nilai siswa pada siklus II yaitu 83,82 dengan 90,91% siswa tuntas memiliki nilai di atas KKM. Jadi, prestasi siswa dari tes awal, tes siklus I, hingga tes siklus II mengalami peningkatan. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan modul materi bangun ruang sisi datar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII-F SMP Negeri 1 Bawen semester II tahun pelajaran 2011/ 2012. Hal tersebut ditunjukkan dengan 85% siswa tuntas mencapai nilai KKM 70. Sebelum peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul, terdapat 3,03% siswa yang tuntas mencapi nilai KKM dengan rata-rata 60,88. Prestasi belajar siswa pada siklus I, terdapat 72,73% siswa tuntas mencapai nilai KKM dengan rata-rata 79,52. Prestasi siswa pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan, oleh karena itu
dilanjutkan siklus II. Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,2% yaitu 90,91% siswa tuntas mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 83,82. Jadi, prestasi siswa dari tes awal, tes siklus I, hingga tes siklus II mengalami peningkatan. Pembelajaran dengan menggunakan modul yang baik adalah siswa aktif mempelajarinya bersama dengan temannya dan guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari modul secara individual. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan saran dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Peneliti memberikan beberapa saran, sebagai berikut : 1. Perlunya sumber belajar bagi siswa agar mudah dipahami tujuan dan materi yang dipelajari seperti modul. 2. Modul dibagikan beberapa hari sebelum pembelajaran dimulai, supaya dapat dipelajari lebih dahulu oleh siswa. 3. Guru diharapkan kreatif dalam kegiatan pembelajaran dan mengembangkan perangkat pembelajaran seperti membuat modul, alat peraga, strategi pembelajaran agar dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Guru diharapkan untuk menambah pertemuan diluar jam pelajaran di kelas. Hal tersebut dilakukan agar siswa memiliki lebih banyak waktu untuk mempelajari modul dengan bimbingan guru meskipun modul adalah paket belajar secara individu. 5. Sekolah diharapkan perlu mendukung kegiatan pengembangan perangkat pembelajaran agar dapat terlaksana secara optimal. 6. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang pembelajaran menggunakan modul Matematika pada materi ini, ada cara untuk mengembangkan modul agar dapat membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu, menambah lembar kegiatan bagi siswa pada modul dengan alat peraga dan pembuatan modul secara berkelanjutan.
Saran-saran di atas diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, pembaca, dan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Daftar Pustaka Nasution, S. 2007. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Padang: Quantum Teaching Suryosubroto B. 1983. Sistem Pengajaran Dengan Modul. Yogyakarta: PT. Bina Aksara Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika: Paradigma Eksploratif dan Investigatif. Jakarta: Leuser Cita Pustaka Vembriarto, St. 1981. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya