Analisis Stakeholder dalam Pengurangan Risiko Banjir di Kabupaten Klaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. tiga lempeng tektonik dunia yaitu Hindia-Australia di Selatan, Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala,

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan daerah dengan potensi bencana yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI KLATEN BUPATI KLATEN,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

BAB I PENDAHULUAN. Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

ANALISIS RISIKO BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kekeringan dalam Permasalahan Kekeringan dan Cara. lebih panjang akan mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan air

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

ANALISIS KERENTANAN SOSIAL GEMPABUMI DI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Boyolali disebelah utara, Kabupaten Sukoharjo disebelah timur, Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) disebelah selatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

M, 2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENJADI RELAWAN DI DAERAH BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

ANALISIS KESEIMBANGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN

PENGARUH KEBERADAAN TRANSPORTASI UMUM ANGKUTAN DESA TERHADAP PERGERAKAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN. Publikasi Karya Ilmiah

MITIGASI BENCANA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN EURASIA. Gambar 1.1. Kondisi Geologi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Program Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Bencana Erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan bagian dariprovinsi Jawa Tengah, yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : 4/PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/XI/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan Pipa Air Minum

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

The 6 th University Research Colloquium 2017 Analisis Stakeholder dalam Pengurangan Risiko Banjir di Kabupaten Klaten Muzakar Isa 1*, Liana Mangifera 2 1,2 Prodi Manajemen Universitas Muhamamdiyah Surakarta *Email: muzakar.isa@ums.ac.id Keywords: Pengurangan Risiko, Banjir; Kerentanan, Stakeholders Abstrak Kabupaten Klaten memiliki risiko banjir yang tinggi. Berbagai upaya pengurangan risiko banjir telah dilakukan oleh berbagai stakeholders tetapi hasilnya belum maksimal. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran serta stakeholders dalam pengurangan risiko banjir di Kabupaten Klaten. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method, yaitu perpaduan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian ini masyarakat yang berada di daerah rawan banjir di Kabupaten Klaten. Penentuan sampel menggunakan metode purposif sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara terstuktur. Analisis data menggunakan adalah penyusunan indeks, analisis stakeholder dengan program MACTOR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14 stakeholder dalam pengurangan risiko banjir ini. Mereka memiliki 6 kepentingan yang berbeda beda, yaitu income, lingkungan, pembangunan daerah dan keselamatan jiwa. Dalam upaya pengurangan risiko banjir di Kabupaten Klaten, BPBD mempunyai peran sentral bersama dengan Kepala Desa setempat dan relawan (masyarakat). Sedangkan perguruan tinggi merupakan aktor yang mempunyai pengaruh paling rendah dalam pengurangan risiko banjir ini. 1. PENDAHULUAN Indonesia berada pada peringkat 6 sebagai Negara rawan banjir di dunia [3]. Selama tahun 1815-2015 Indonesia mengalami banjir sebanyak 5.903 kali atau sebesar 36,94% dari total becana alam yang terjadi di Indonesia [2]. Provisni Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi rawan banjir dengan kategori tinggi [1]. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kabupaten yang rawan banjir adalah Kabupaten Cilacap, Kabupaten Pati dan Kabupaten Klaten [2]. Kabupaten Klaten selama tahun 2011-2015 mengalami 20 kali banjir. Banjir tersebut memiliki risiko yang tidak sedikit, yaitu 1 orang meninggal dunia, 2.094 orang mengungsi, 7 rumah rusak berat dan 605 ha lahan mengalami kerusakan [2]. Swart dan Frank (2007), dan Dam (2010) menjelaskan bahwa risiko banjir dipengaruhi oleh ancaman bahaya (hazard), dan kerentanan (vulnerability). McEntire (2012) menjelaskan kerentanan merupakan kondisi yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman banjir. Kerentanan disebutkan sebagai penentu utama timbulnya risiko banjir, karena hazard tidak dapat menyebabkan risiko banjir kecuali berinteraksi dengan fisik, lingkungan, sosial, dan ekonomi yang rentan. Hazard juga tidak dapat dihilangkan, akan tetapi masyarakat dan sumberdaya yang ada dapat ISSN 2407-9189 237

The 6 th University Research Colloqium 2017 menentukan tinggi rendahnya tingkat kerentanan. Risiko banjir di Kabupaten Klaten dapat dikurangi melalui kerjasama antar stakaholders terkait. Permasalahannya adalah belum ada analisis yang meneliti siapa saja sebenarnya stakaholders yang terlibat dalam pengurangan risiko banjir ini. Selain itu, setiap stakeholders pasti memiliki kepentingan yang berbeda beda sehingga perlu ada upaya konsolidasi antar stakeholders terkait. Dengan ini dapat dikatakan bahwa belum kelembagaan yang tepat dalam mengurangan risiko banjir di kabupaten Klaten. Risiko banjir harus dikurangi karena risiko yang tinggi berpengaruh pada pertumbuihan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan indicator utama keberhasilan pembangunan daerah. Pemerintah dan stakeholders terkait harus secara bersama sama mewujudkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan setiap tahunnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil dapat dicapai melalui kondisi wilayah dan masyarakat yang kondusif. Salah satu kondisi wilayah dan masyarakat yang kondusif adalah kemampuan masyarakat mengatasi bencana (banjir). Isa menjelaskan frekuansi banjir berpengaruh terhadap risiko banjir. Ketika ada banjir, terjadi banyak kerusakan factor produksi yang berpengaruh banyak pada kerusakan dan kerugian sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi [3]. Pengurangan risiko banjir harus dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi daerah. Secara teori, risiko banjir merupakan fungsi dari hazard dan kerentanan. Untuk itu dalam rangka mengurangi risiko banjir, harus dilakukan pengurangan kerentanan melalui peran serta stakeholders terkait. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis peran serta stakeholders dalam penguruangan risiko banjor di Kabupaten Klaten. 2. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method, yaitu perpaduan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Populasi dalam peneliltian ini adalah masyarakat yang pernah mengalami banjir di Kabupaten Klaten. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan observasi dan indepth interview. Analisis data menggunakan adalah analisis stakeholder dengan program MACTOR (Matrix of Alliances and Conflicts: Tactics, Objectives and Recommendations). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum Wilayah Klaten merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak diantara 7 32 19 sampai 7 41`8 33 Lintang Selatan dan 110 26 14 sampai 110 47 51 Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Timur dan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah Barat. Secara administrasi, Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan. Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 (tiga) dataran, yaitu Dataran Lereng Merapi, Dataran Gunung Kapur dan Dataran Rendah. Dataran Lereng Merapi membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Dataran Gunung Kapur membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan 238 ISSN 2407-9189

The 6 th University Research Colloquium 2017 Bayat dan Cawas. Dataran Rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten kecuali sebagian kecil wilayah yang merupakan dataran Lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031 dijelaskan bahwa Kawasan rawan bencana alam banjir di Kabupaten Klaten adalah (1) Kecamatan Bayat; (2) Kecamatan Cawas; (3) Kecamatan Ceper; (4) Kecamatan Gantiwarno; (5) Kecamatan Juwiring; (6) Kecamatan Karangdowo; (7) Kecamatan Pedan; (8) Kecamatan Prambanan; (9) Kecamatan Trucuk; (10) Kecamatan Wedi; dan (11) Kecamatan Wonosari. 3.2. Analisis Stakeholders Penelitian ini melibatkan 16 actor (stakeholder) yang merupakan perwakilan dari pelaku utama pengurangan risiko banjir di Kabupaten Klaten. Stakeholders tersebut adalah (1) Badan Perencanaan, penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelbangda), (2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), (3) Dinas Kesehatan (Dinkes), (4) Dinas Pekerjaan Umum (DPU), (5) (LSM 1), (6) LSM 2, (7) Perguruan Tinggi (PT), (8) Camat, (9) Kepala Desa (Kades), (10) Petani (Petani), (11) Pedagang (Pedagang), (12) Tokoh Masyarakat (Relawan 2), (13) Masyarakat (Relawan 1), (14) PMI (PMI), (15) Tim SAR (SAR), dan (16) TNI dan POLRI (TNI-POLRI). Stakeholders tersebut memiliki 4 Objectives yaitu pendapatan, lingkungan alam dan buatan, pembangunan daerah dan keselamatan masyarakat. Gambar 1 (terlampir) menunjukkan bahwa BPBD merupakan stakeholders yang mempunyai pengaruh paling tinggi dalam pengurangan risiko banjir di Klaten sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Dalam upaya pengurangan risiko banjir di Kabupaten Klaten terlihat bahwa pihak BPBD mempunyai peran sentral. Selain BPBD, ada dua tokoh utama yang memiliki pengrauh tinggi dalam pengurangan risiko banjir di Klaten yaitu Kepala Desa setempat dan relawan (masyarakat setempat). Disisi lain, perguruan tinggi merupakan actor yang mempunyai pengaruh paling rendah dalam pengurangan risiko banjir ini. Selajutnya actor yang mempunyai tingkat pengaruh rendah dan ketergantungan tinggi adalah pelaku usaha (petani dan pedagang) sehingga mereka sangat tergantung pada aktor lain. Hal ini berbeda dengan actor lainnya yang memiliki daya saing lebih tinggi sehingga mempunyai potensi risiko yang lebih rendah. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa petani dan pedagang merupakan actor korban dari bencana bajir yang terjadi, sedangkan actor lainnya merupakan actor yang memberikan upaya pengurangan risiko banjir. Scala competitiveness dengan objectives sebagaimana gambar 3 menunjukan bahwa objectives Pendapatan, Lingkungan, Pembangunan daerah dan keselamatan masyarakat mendapatkan respon positif dari semua actor atau menunjukkan bahwa semua aktor setuju terhadap objectives ini. Objectives pendapatan memperoleh respon positif dan negative. Secara umum para actor dalam melakukan kegiatan pengurangan risiko banjir ini masih memikirkan pendapatan. Terdapat tidak actor yang tidak memikirkan pendapatan yaitu TNI-POLRI, PMII dan SAR. Berdasarkan 4 objectif yang ada, terdapat 3 obyektif yang memiliki hubungan kuat, yaitu keselamatan masyarakat, lingkungan dan pembangunan daerah. Sedangkan pendapatan merupakan tujuan yang tidak kuat bagi stakeholders dalam pengurangan risiko banjir ini. Convergensi antar aktor sebagaimana gambar 4 (terlampir) pada pengurangan risiko banjir di Kabupaten Klaten menunjukkan nilai-nilai yang kuat pada stakeholder Bappelbangda, BPBD, Dinas Kesehatan, ISSN 2407-9189 239

The 6 th University Research Colloqium 2017 DPU, Camat, Kepala Desa, LSM, Perguruan Tinggi, Relawan, pelaku usaha. Ini berarti semakin sentral posisi keempat aktor tersebut karena memiliki tingkat kepentingan bersama yang tinggi. Stakeholder yang memiliki tingkat konvergensi paling rendah adalah TNI-POLRI, PMII dan SAR. Tingkat konvergensi rendah ini karena tiga actor memiliki keterkaitan dengan salah satu obyektif yang berbeda dengan 13 actor lainnya. Convergensi actor mengelompok dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok pertama terdiri dari Bappelbangda, BPBD, Dinas Kesehatan, DPU, Camat, Kepala Desa, LSM, Relawan, dan pelaku usaha. Kelompok kedua terdiri atas TNI-POLRI, PMI dan SAR. Kelompok ketiga yaitu perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan fenomena yang menarik karena tidak memiliki penruh dalam mitigari banjir. Gambar 5 (terlampir) menunjukkan bahwa stakeholder yang memiliki potensi divergensi yang tinggi adalah TNI-POLRI, dan SAR dengan relawan (masyarakat). Sementara actor yang potensi divergensinya rendah adalah Bappelbangda, BPBD, Dinas Kesehatan, DPU, Camat, Kepala Desa, LSM, Perguruan Tinggi, dan pelaku usaha. Hasil ini menunjukkan bahwa Bappelbangda, BPBD, Dinas Kesehatan, DPU, Camat, Kepala Desa, LSM, Perguruan Tinggi, dan pelaku usaha mempunyai kemungkinan konflik yang rendah sehingga bisa menjadi stakeholder sentral dalam proses pengurangan risiko banjir di kabupaten Klaten. relawan (masyarakat). Sedangkan perguruan tinggi merupakan actor yang mempunyai pengaruh paling rendah dalam pengurangan risiko banjir ini UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada LPPM Universitas Muhammadiyah Surakarta, tim pelaksana dan yang telah membiayai dan berperan aktif dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat ini. REFERENSI [1] Badan Nasional Penanggulangan Bencan. Data Informasi Bencana Indonesia, Jakarta: BNPB. 2014. [2] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Data Informasi Bencana Indonesia, Jakarta: BNPB. 2016. [3] Isa, M. Bencana Alam: Berdampak Positif Atau Negatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi?, The 3rd University Research Colloquium 2016, Kudus. 2016. 4. KESIMPULAN Pengurangan risiko banjir di Kabupaten Klaten dilakukan oleh 14 stakeholder (actor). Mereka memiliki 6 kepentingan yang berbeda beda, yaitu income, lingkungan, pembangunan daerah dan keselamatan jiwa. Dalam upaya pengurangan risiko banjir ini, BPBD mempunyai peran yang sentral bersama dengan Kepala Desa setempat dan 240 ISSN 2407-9189

ISSN 2407-9189 The 6 th University Research Colloquium 2017 Lampiran Gambar 1. Gambar Pengaruh Dan Ketergantungan Masing Masing Actor dalam Pengurangan Risiko Banjir di Kabupaten Klaten Gambar 2. Daya Saing Masing Masing Actor dalam Pengurangan Risiko Banjir di Kabupaten Klaten Gambar 3. Hubungan Antar Kepentingan Masing Masing Actor dalam Pengurangan Risiko Banjir di Kabupaten Klaten 241

The 6 th University Research Colloqium 2017 ISSN 2407-9189 Gambar 4. Convergen Antar Actor dalam Pengurangan Risiko Banjir di Kabupaten Klaten

ISSN 2407-9189 The 6 th University Research Colloquium 2017 Gambar 5. Divergen Antar Actor dalam Pengurangan Risiko Banjir di Kabupaten Klaten

The 6 th University Research Colloqium 2017 244 ISSN 2407-9189