BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita bangsa tersebut, pembangunan nasional disemua bidang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam sektor ketenagakerjaan ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke IV yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan

KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Analisa Media Edisi Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem jaminan sosial nasional merupakan sistem perlindungan sosial

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup dengan bersosialisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

*15906 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 40 TAHUN 2004 (40/2004) TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Provinsi Riau. Vol. II, No. 02, (Oktober, 2015), 1-2.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

Transformasi BPJS 2. September 2011

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. juga tak lepas dari pertimbangan dari hasil pekerjaan yang didapat. Tabungan

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia. Pengembangan masalah ketenagakerjaan dan jaminan sosial bagi tenaga kerja di Indonesia mutlak diperlukan mengingat bidang ini sangat menentukan keberhasilan pembangunan dalam segala segi. Perlindungan dan pemeliharaan jaminan sosial tenaga kerja diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat mendasar dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong royong sebagaimana terkandung dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Perlindungan tenaga kerja melalui program jaminan sosial tidak semata-mata diperuntukkan bagi tenaga kerja itu sendiri, tetapi diperuntukkan pula bagi keluarganya pada saat terjadi risiko-risiko seperti misalnya kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia da hari tua (Lanny, 1997 : 1,2). Indonesia telah sukses melaksanakan berbagai adaptasi sebagai upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistika jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perkotaan sebanyak 119 321 070 jiwa (20,21 persen). Dari jumlah tersebut, jumlah angkatan kerja penduduk Indonesia, yakni penduduk 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi yaitu mereka yang bekerja, mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha sebesar 1

107,7 juta jiwa, yang terdiri dari 68,2 juta orang laki-laki dan 39,5 juta orang perempuan. Dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, jumlah angkatan kerja yang tinggal di perkotaan sebesar 50,7 juta orang dan yang tinggal di pedesaan sebesar 57,0 juta orang. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 104,9 juta jiwa dan yang mencari kerja sebesar 2,8 juta jiwa.pada bulan september 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,51 juta orang (11,13 persen), berkurang sebesar 0.08 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2015 yang sebesar 28.59 juta orang (11,22 persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015 sebesar 8,29 persen, turun menjadi 8,22 persen pada september 2015. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan turun dari 14,21 persen pada Maret 2015 menjadi 14,09 persen pada september 2015. Selama periode Maret 2015-September 2015, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,03 juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret 2015 menjadi 10,62 juta orang pada September 2015), sementara di daerah pedesaan turun sebanyak 0,05 juta orang (dari 17,94 juta orang pada Maret 2015 menjadi 17,89 juta orang pada September 2015). Pada periode Maret 2015-September 2015, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami penurunan. Pengembangan sistem jaminan sosial ini dirasakan sangat mendesak oleh karena isu kemiskinan, kesenjangan dan keadilan sosial yang belum seluruhnya terselesaikan walaupun Indonesia sudah merdeka sejak beberapa puluh tahun 2

yang lalu. Program jaminan sosial ini sudah dikenal lama, ketika pemerintahan Hindia Belanda hingga sistem ini terus berlangsung ketika Indonesia merdeka, hanya saja program ini berjalan lamban. Didalam perjalanannya yang panjang telah banyak dikembangkan sistem sosial namun sifatnya masih partial dan hanya ditujukan kepada kelompok tertentu saja. Penyelenggara program jaminan sosial bagi berbagai kelompok masyarakat dan jenis programnya, ternyata menerapkan prinsip yang berbeda sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang pada awalnya adalah perusahaan perseroan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), perusahaan perseroan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri sipil (Taspen), perusahaan perseroan asuransi sosial angkatan bersenjata republik Indonesia (Asabri), perusahaan perseroan asuransi kesehatan Indonesia (Askes). Namun, setelah mengikuti proses yang cukup panjang maka dari 4 PT (Persero) yang selama ini menyelenggarakan program jaminan sosial berubah menjadi 2 BPJS (BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan) yang sudah menjadi perintah Undang-Undang, karena itu harus dilaksanakan. Perubahan tersebut harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar berjalan sesuai dengan ketentuan UU BPJS. Keberadaan BPJS mutlak ada sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Untuk menerapkan sistem tersebut, maka di tahun 2011, dibuat pula UU NO.24/2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 kemudian menentukan PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014. 3

Program Bukan Penerima Upah ini sendiri memiliki latar belakang yang dijelaskan pihak BPJS Ketenagakerjaan yaitu karena animo masyarakat yang terkategori pekerja mandiri ini yang sangat minim. Menurut pihak BPJS, pekerja mandiri ini memang sudah layak masuk peserta BPJS tenaga kerja karena sudah bisa dianggap sebagai pencari nafkah. Pihak BPJS Ketenagakerjaan juga mengatakan para pekerja sektor informal ini yang seharusnya mendapatkan layanan BPJS Ketenagakerjaan, namun sayangnya ketertarikannya masih sangat kurang (http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/bukan-penerima- Upah-(BPU).html). Ada sebuah hal yang menarik dari program Bukan Penerima Upah ini sendiri untuk para pesertanya yang seharusnya membuat para pekerja sektor informal lebih antusias untuk mendaftar. Hal menarik dari program Bukan Penerima Upah ini adalah diberikannya fasilitas khusus yang tidak dimiliki oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan dari kategori pekerja tetap atau dibandingkan dengan Jamkesmas maupun Jamkesda, yaitu mendapatkan fasilitas perawatan dan pengobatan, mendapatkan cover penuh sesuai dengan penghasilan yang dilaporkan, mendapatkan jaminan kematian, dan iuran yang murah dan terejangkau. Badan Pusat Statistika menjelaskan secara sederhana, bahwa angkatan kerja sektor formal dan sektor informal dari penduduk yang bekerja dapat di identifikasi berdasarkan dari beberapa status pekerjaan. Terdapat 7 status pekerjaan yang menjadi data dari BPS yaitu, berusaha sendiri, berusaha di bantu buruh tidak tetap, berusaha di bantu buruh tetap, buruh/karyawan, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja keluarga/tidak dibayar. 4

Komponen pekerja sektor informal sendiri terdiri dari penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja keluarga/tidak dibayar. Pada bulan Februari 2013-Februari 2014 Pekerja sektor informal secara absolut bertambah sebanyak 420 ribu orang, tetapi secara persentase pekerja informal berkurang dari 60,34 persen pada Februari 2013 menjadi 59,81 persen pada Februari 2014. Bekerja di sektor informal memang harus siap menerima risiko absennya sejumlah aspek perlindungan sosial, seperti upah minimum, uang pesangon, cuti, upah lembur, jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiun. Kegiatan sektor informal umumnya cenderung tidak stabil dan pekerjanya rentan terperangkap dalam pengangguran dan kemiskinan. Hadirnya pekerja sektor informal tidak bisa dihindari karena hal itu berkaitan dengan kinerja ekonomi yang belum mampu menciptakan kesempatan kerja formal secara memadai. Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah ketenagakerjaan adalah bagian integral dari masalah ekonomi, sehingga masalah pembangunan ketenagakerjaan juga merupakan bagian dari masalah pembangunan ekonomi. Globalisasi juga melanda bidang ketenagakerjaan yang berimplikasi pada dua segi, yaitu memberikan kesempatan yang lebih terbuka (oportunity) kepada Tenaga Kerja Indonesia untuk mengisi kesempatan kerja diluar negeri terhadap tenaga kerja yang masuk ke Indonesia. Dengan kondisi seperti ini, tantangan yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan ada dua, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan formal/modern yang seluas-luasnya, kedua diberikan dukungan kepada pekerja agar dapat berpindah dari pekerjaan dengan 5

produktivitas rendah ke pekerjaan dengan produktivitas tinggi. Upah pekerja formal yang semakin meningkat akibat kenaikan upah minimum yang tidak diimbangi dengan meningkatnya upah tenaga kerja informal. Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja, pada saat krisis ekonomi peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani ikan (Mulyadi, 2005 : 15). Masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut adalah kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat, keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika usaha, kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, kualitas sumber daya masyarakat yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik, degradasi sumber daya lingkungan bak di kawasan pesisir, laut maupun pulau-pulau kecil dan belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritinan sebagai pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2009 dalam https//gracilliaraystra.wordpress.com diakses pada 07 April 2017 pukul 20.00 WIB). 6

Kampung nelayan seberang lingkungan XII kelurahan I kecamatan Medan Belawan, berdasarkan data prasurvey yang dilakukan terdapat 565 kepala keluarga dan 80 persen mayoritas masyarakatnya adalah bekerja pada sektor informal yaitu nelayan. Kondisi nelayan begitu penuh dengan ketidakpastian pendapatan serta carut marut kemiskinan. Kampung nelayan seberang termasuk dalam kategori miskin karena tidak memiliki faktor produksi sendiri, tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, bahkan untuk tingkat pendidikan umunya rendah, hanya terdapat pendidikan Sekolah Dasar di daerah Kampung Nelayan tersebut (Siagian M, 2011 : 20). Kondisi penduduk berdasarkan pendidikannya di Kampung Nelayan Seberang secara umum dapat dikatakan distribusinya belum seperti yang diharapkan. Bersadarkan hasil wawancara diketahui bahwa banyak penduduk yang ada di Kampung Nelayan Seberang hanya tamatan SD/Sederajat. Selain itu, Wilayah Kampung Nelayan yang dipisahkan oleh laut daru daratan utama Kecamatan Medan Belawan membuat akses pendidikan diwilayah ini menjadi terhambat. Hal ini dibuktikan dengan fasilitas pendidikan yang minim berupa gedung sekolah yang ada di Kampung Nelayan Seberang. Hanya terdapat 2 gedung sekolah, 1 (satu) gedung sekolah SD Negeri dan 1 (satu) gedung sekolah SMP Negeri yang akan menampung ratusan anak usia sekolah yang ada disana. Tentu dengan jumlah anak usia sekolah yang tidak sebanding dengan kelas yang ada membuat banyak anak yang tidak bisa bersekolah serta kualitas pendidikan pun akan menjadi terganggu. Banyak anak usia sekolah yang ada di Kampung Nelayan Seberang memilih untuk melanjutkan sekolah di luar daerah 7

mereka tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut orangtua yang pekerjaan mereka nelayan tentu membutuhkan banyak biaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Melihat hal tersebut, tidak dapat dihindarkan apabila terjadi kecelakaan pada saat bekerja atau melaut. Hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejateraan pekerja sektor informal khususnya nelayan dan keluarganya melalui program bukan penerima upah atau pekerja yang bekerja diluar hubungan kerja. Peningkatan kesejahteraan pekerja di sektor itu sangat dimungkinkan karena BPJS ketenagakerjaan memuat layanan jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiunan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dengan judul Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan? 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah Di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang program Bukan Penerima Upah yang dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dalam upaya peningkatan derajat kesejahteraan pekerja di sektor informal. 2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa kritik dan saran kepada pihak-pihak pelaksana program Bukan Penerima Upah dengan mengetahui respon peserta BPJS Ketenagakerjaan. 3. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 9

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. BAB V : ANALISIS DATA Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian. 10