ANALISIS KARAKTERISTIK DAN AMBANG BATAS ALARM VELOCITY DAN INVERSE-VELOCITY JENIS BATUAN DAN STRUKTUR GEOLOGI DATA SLOPE STABILITY RADAR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERILAKU LONGSOR LERENG TAMBANG TERBUKA BATUBARA BERDASARKAN DATA MONITORING RADAR TESIS RACHMAT HM

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER

BAB I PENDAHULUAN. PT Beringin Jaya Abadi merupakan salah satu tambang terbuka

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat

DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

MANAJEMEN RESIKO KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN RADAR

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING

PAPER GEOLOGI TEKNIK

Tambang Terbuka (013)

STUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

SIDANG TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALIVIA DESI ANITA KUSUMA NINGTYAS NRP

ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i. SARI...iv. ABSTRACT...v. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR TABEL...ix. DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR LAMPIRAN...

Studi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai Kuat Tekan

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar

ANALISIS RISIKO KESTABILAN LERENG TAMBANG TERBUKA (STUDI KASUS TAMBANG MINERAL X)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINEMATIKA KESTABILAN LERENG BATUPASIR FORMASI BUTAK

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 9 No. 2 Februari 2017

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

PERANGKAT LUNAK ANALISIS GETARAN TANAH AKIBAT PELEDAKAN

KATA PENGANTAR. ( Untung Wachyudi ) vii

Baku tingkat getaran peledakan pada kegiatan tambang terbuka terhadap bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan

PENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA GRASBERG

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA

Penentuan kekuatan geser jangka panjang batupasir dengan pendekatan perilaku rayapan geser visko-elastik

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR

Kornelis Bria 1, Ag. Isjudarto 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. TINJAUAN UMUM TAHAPAN PENELITIAN BERBASIS STUDI NUMERIK... 73

Jogjakarta Plaza Hotel, Yogyakarta Juni 2014 FOR THE MINING INDUSTRY 2014

(FORENSIC GEOTECHNICAL ENGINEERING) TOPIK KHUSUS CEC 715 SEMESTER GANJIL 2012/2013

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

GEOTEKNIK TERAPAN PADA TAMBANG BATUBARA TERBUKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1. 1 Peta persebaran longsoran di dinding utara penambangan Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara (Dept. Geoteknik dan Hidrogeologi PT.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

DISAIN TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DENGAN CAD

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

Analisis Kinematik untuk Mengetahui Potensi Ambrukan Baji di Blok Cikoneng PT. CSD Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten

BAB IV ANALISIS KINEMATIK

SOLUSI TAMBANG INDONESIA. Pro l Perusahaan PT. SOLUSI TAMBANG INDONESIA

Metode Tambang Batubara

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI

Simulasi Keruntuhan Lereng Akibat Percepatan Sentrifugal dengan Pemodelan Fisik

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

1) Geometri : Lebar, kekasaran dinding, sketsa lapangan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Februari 2012 Penulis. Yudha Prasetya. vii. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

Kelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Analisis Baliklongsoran Lowwall Pit B3 di Tambang Batubara PT BJA menggunakan Metode Probabilistik Monte Carlo

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA

KAJIAN GEOTEKNIK KESTABILAN LERENG PADA PT. INDOASIA CEMERLANG SITE KINTAP KECAMATAN SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT PROFINSI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

KELOMPOK KEILMUAN TEKNIK PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

Rencana Rancangan Tahapan Penambangan untuk Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta Kridatama Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT SOUTH PINANG PANEL 1, PT. KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

Pengaruh Peak Particle Velocity ( PPV ) dari hasil kegiatan peledakan terhadap kekuatan lereng penambangan ( FK) pada penambangan Batubara Oleh :

Transkripsi:

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN AMBANG BATAS ALARM VELOCITY DAN INVERSE-VELOCITY JENIS BATUAN DAN STRUKTUR GEOLOGI DATA SLOPE STABILITY RADAR Barlian Dwinagara, Muh. Arif Idham Program Studi Magister Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia arifogeologist@gmail.com Abstrak Kestabilan lereng pada tambang terbuka menjadi perhatian dalam hubungan keselamatan maupun ekonomi dalam suatu lingkungan tambang. Banyak ketidakpastian dalam analisa kestabilan lereng, diantaranya karena sifat fisik, karakterististik massa batuan dan struktur geologi. Pemantauan perpindahan lereng (displacement monitoring) adalah salah satu metode analisis kestabilan berdasarkan data yang terukur secara riil di lapangan dan dapat membantu meminimalkan risiko terhadap keselamatan karyawan dan peralatan dalam lingkungan tambang. Slope Stability Radar (SSR) adalah salah satu peralatan pemantauan yang saat ini mulai dipakai oleh tambang terbuka di Indonesia. Tingkat akurasi, realibilitas dan intensitas pemantaun oleh SSR sangat baik dalam menampilkan real deformation dari suatu lereng. Dalam analisis data SSR, trend dari grafik yang menjadi kunci pemantuan. Kombinasi dari trend deformasi, trend maksimum velocity dan minimum invers-velocity akan dihasilkan suatu nilai threshold dalam hubungannya dengan early warning time sebelum terjadinya longsor. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar naik dan lipatan banyak meningkatkan ketidakstabilan pada dinding tambang hingga beberapa kasus menjadi pemicu kejadian longsor. Dari data velocity dan Inverse-velocity menunjukkan waktu kejadian longsor pada area dengan struktur geologi sebagai pemicu (triggering) terjadi lebih cepat. Penelitian dilakukan sebagai upaya membantu para engineer dalam meningkatkan kualitas pemantauan dengan melihat karakteristik berdasarkan trend data SSR, khususnya pada area dengan perbedaan jenis batuan dan adanya pengaruh struktur geologi terhadap longsoran. Perbedaan karakteristik yang ada diharapkan membantu dalam menentukan threshold alarm sehingga dapat dijadikan acuan dalam SSR program dalam suatu manajemen risiko longsor, khususnya pada lingkungan tambang batubara. Kata kunci : Inverse-velocity, Slope Stability Radar, Threshold Alarm, Velocity, Warning time 1. PENDAHULUAN Membuat lereng lebih optimis dengan striping ratio lebih kecil adalah salah satu langkah srategis dalam meningkatkan produktivitas penambangan. Disain optimis menimbulkan risiko lebih sehingga kestabilan lereng pada tambang terbuka menjadi salah satu issu penting terkait keselamatan karyawan dan peralatan dalam lingkungan tambang. Teknologi metode pemantauan lereng tambang telah mengalami perkembangan yang signifikan. Salah satunya adalah Slope Stability Radar (SSR). Data pemantauan lereng dengan menggunakan instrument dianggap paling mewakili deformasi massa batuan itu sendiri. Struktur geologi sebagai faktor ketidakpastian akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng. Pada area dengan struktur geologi berpengaruh, deformasi massa batuan cenderung memiliki perpindahan yang lebih cepat. Tujuan utama penelitian ini diharapkan dari data wall folder slope stability dapat memberikan karakteristik dan nilai ambang batas (Threshold-alarm) berdasarkan velocity dan inverse-velocity lereng Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 20

yang longsor pada Mudstone dan Sandstone sebagai batuan utama dan pada area Struktur Geologi dan non struktur geologi yang bekerja. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Velocity dan Inverse-velocity Velocity memperlihatkan kecepatan material longsor dihitung dari perubahan deformasi berbanding dengan perubahan waktu, semakin tinggi nilai velocity dalam waktu tertentu maka lereng menunjukkan fenomena ketidakstabilan. Invers velocity adalah kebalikan dari velocity itu sendiri. Jika nilai semakin rendah atau mendekati angka nol pada inverse_velocity maka lereng akan semakin tidak stabil atau longsor. Perbedaan nilai velocity dan inverse-velocity perlu diamati untuk mengetahui perubahan perilaku dalam sistem dan analisis kestabilan lereng. 2.2 Jenis Batuan Evaluasi jenis batuan dari material longsor didapatkan dari pengamatan secara fisik dengan pemetaan geologi permukaan skala kecil. berdasarkan jenis batuan secara umum dari hasil pemetaan geologi dari dinding yang telah longsor terdiri dari : - Batu lempung (Mudstone/claystone): secara umum insitu strength very low low, beberapa area medium strength, joint slickensided - Batu pasir (Sandstone) : secara umum insitu strength low - medium, beberapa medium to high, ukuran butiran fine medium grained, joint planar to wavy. - Laminated shaley siltstone/mudstone :insitu strength very low low, terdapat inklusi karbon. - Seam batubara. Hitam pecahan medium - widely, insitu strength low medium. - Mudstones dan Sandstone dianggap sangat stabil jika pada area tersebut tidak terdapat struktur geologi y 2.3 Pengaruh Struktur Geologi Kebanyakan struktur geologi kompleks tidak dapat didefinisikan sebelum tersingkap dari kegiatan suatu proses penambangan, karena jarak antar bor geologi yang jarang melalui daerah struktur geologi yang kompleks. Dalam kejadian longsor yang diamati, dinding yang tidak stabil terdapat beberapa patahan dan lipatan skala kecil yang tidak dapat diamati secara detail untuk digambarkan dan dimodelkan. Struktur geologi area low-wall terdiri dari serangkaian patahan dan lipatan yang sejajar dengan bidang arah perlapisan (dip) batubaradampak dari patahan pada area high-wall relatif lebih kecil karena itu secara umum perlapisan batubara menuju ke high-wall relative linier dan bergantung pada kekuatan material penyusun high-wall itu sendiri. Mekanisme longsor slacking dari bedding plane yang lemah pada perlapisan batuan akan sangat berisiko terhadap kestabilan lereng. Bidang struktur geologi sesar naik pada area high-wall tidak linier (variatif) dapat lebih curam ataupun hilang pada area yang belum terbuka di kedalaman tertentu. Struktur geologi pada area low-wall lebih variatif (lihat Gambar 1) dan akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng dan berpotensi bahaya yang dapat berdampak terhadap keselamatan karyawan dan peralatan, kehilangan dan atau kontaminasi batubara serta penundaan aktifitas penambangan. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 21

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Longsor Gambar 1. Intrepretasi struktur geologi major pada area Low Wall Karakteristik longsor pada daerah penelitian diklasifikasikan menjadi 4 tahap utama yaitu, linier, regresif, progresif dan longsor (Broadbent dan Zavodni, 1982), dan tahapan pasca longsor atau post failure (Mercer, 2006). a. Karakteristik Velocity dan Inverse-velocity Jenis Batuan Pada jenis batuan mudstone dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap utama, Tahap sebelum longsor terdiri dari tahap perilaku perpindahan linear. 1) Tahap perilaku perpindahan progresif dan timbulnya longsor untuk menjadi longsor. 2) Tahap timbulnya longsor, model perilaku longsor. 3) Tahap setelah longsor terdiri dari tahap rebound pada saat perilaku material menjadi regresif mendekati stabil. Secara grafik karakteristik velocity mudstone dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Karakteristik Velocity Mudstone b. Karakteristik Velocity dan Inverse-velocity Struktur Geologi. Pada area dimana struktur geologi dominan dapat diklasifikasikan menjadi empat tahap utama, yaitu: Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 22

1) Tahap sebelum longsor batuan terdiri dari tahap perilaku perpindahan linear namun secara umum tidak ada perpindahan (flat movement). 2) Tahap perilaku progresif, ini umumnya terjadi lebih cepat dan tiba-tiba. umumnya dipicu oleh kegiatan penggalian pada kaki lereng yang menjadi faktor utama atau air hujan yang mengisi bidang lemah pada batuan. 3) Tahap timbulnya longsor. 4) Tahap setelah longsor tipe empat (Mercer, 2006) pada saat lereng mengalami pemulihan sebagian yang kemudian diikuti oleh keruntuhan akhir lainnya. Fase ini dapat berulang beberapa kali jika akumulasi material longsor belum sepenuhnya jatuh dan terdapat pemicu yang kuat seperti hujan, dan peledakan yang dapat mengubah perilaku dari regresif menjadi progresif. Secara grafik karakteristik velocity karena pengaruh struktur geologi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Karakteristik Velocity Struktur Geologi 3.2 Penentuan Threshold a. Threshold Untuk Jenis Batuan Nilai minimum velocity pada batuan mudstone 25 mm/jam dan sandstone 20 mm/jam sehingga nilai frekuensi terbesar dari inverse velocity pada mudstone 0.04 jam/mm dan sandstone 0.05 jam/mm. Waktu sebelum longsor (onset failure) pada mudstone adalah 3.06 jam dan pada sandstone 2.08 jam, hal ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan sebelum terjadinya longsor pada sandstone lebih cepat dibanding mudstone. Kecepatan longsor berdasarkan jenis batuan ini masih harus diverifikasi lagi dengan parameter lain yang kemungkinan berpengaruh pada longsoran lereng. Tabel 1 menunjukkan nilai threshold dan on-set failure pada batuan mudstone dan sandstone. Grafik yang menunjukkan nilai velocity dan invers velocity untuk batuan mudstone dan sandstone dapat dilihat pada Gambar 4 7. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 23

Tabel 1. Threshold mudstone dan sandstone Ambang batas (threshold) On-set failure Lokasi Velocity Inverse (mm/jam) Velocity (jam/mm) (jam) Mudstone 25 0.04-3.06 Sandstone 20 0.05-2.68 Gambar 4. Threshold Velocity Mudstone Gambar 5. Threshold Velocity Sandstone Gambar 6. Threshold Inverse-Velocity Mudstone Gambar 7. Threshold Inverse-Velocity Sandstone Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 24

b. Threshold Untuk Struktur Geologi Nilai minimum velocity dengan struktur geologi adalah 20 mm/jam dan pada area dengan non struktur geologi 25 mm/jam. Nilai maksimum inverse-velocity dengan struktur geologi dominan adalah 0.05 jam/mm danstruktur geologi tidak dominan 0.04 jam/mm. Waktu sebelum longsor (onset failure) pada area struktur geologi adalah 2.75 jam dan untuk area non struktur geologi 4.15 jam. Hal ini menunjukkan kecepatan longsor pada area dengan struktur geologi lebih dominan sebagai pemicu (triggering) lebih tinggi dibanding non struktur geologi. Gambaran data dan grafik dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 8 11. Tabel 2. Threshold pengaruh struktur geologi Struktur Geologi Ambang batas (threshold) Velocity Inverse Velocity (jam/mm) On-set failure (jam) (mm/jam) Struktur Geologi 20 0.05-2.75 Non-Struktur Geologi 25 0.04-4.15 Gambar 8. Threshold velocity struktur geologi Gambar 9. Threshold velocity Non-struktur Gambar 10. Threshold inverse-velocity struktur Gambar 11. Threshold inverse-velocity Non-struktur Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 25

4. KESIMPULAN Pada penelitian pemantauan dengan Slope Stability Radar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. a. Karakteristik longsor berdasarkan jenis batuan baik Sandstone maupun Mudstone secara umum dimulai perilaku perpindahan secara fase Linier fase progresif menuju Longsor Fase Regresif/flat movement. b. Waktu yang dibutuhkan sebelum terjadinya longsor pada sandstone lebih cepat dibanding mudstone. Sehingga threshold alarm pada Sandstone lebih kecil yaitu 20 mm/s dan utnuk Mudstone adalah 25 mm/s. Kecepatan longsor berdasarkan jenis batuan ini masih harus diverifikasi lagi dengan parameter lain yang mempengaruhi kestabilan lereng. c. Karakteristik pada area struktur geologi terdiri dari tahap perilaku perpindahan linear namun secara umum tidak ada perpindahan fase flat movement fase Progresif - fase Pemulihan sebahagian fase Keruntuhan akhir. d. Fase Progresif umumnya terjadi lebih cepat dan tiba-tiba. umumnya dipicu oleh kegiatan penggalian pada kaki lereng yang menjadi faktor utama atau air hujan yang mengisi bidang lemah pada batuan. Fase pemulihan sebahagian dan fase keruntuhan akhir dapat berulang kali jika akumulasi material longsor belum sepenuhnya jatuh dan terdapat pemicu yang kuat seperti hujan, dan peledakan yang dapat mengubah perilaku dari regresif menjadi progresif. e. Struktur geologi yang ada banyak meningkatkan ketidakstabilan pada dinding tambang hingga beberapa kasus menjadi pemicu kejadian longsor. Dari data velocity dan Inverse-velocity menunjukkan waktu kejadian longsor pada area dengan Struktur Geologi sebagai pemicu (Triggers) terjadi lebih cepat. DAFTAR PUSTAKA Broadbent C.D. and Zavodni, Z.M., 1982, Influence of Rock Structures on Stability, in Stability in Surface Mining, Society of Mining Engineers, Denver, Co. Vol. 3, Ch.2. Fukuzono, T., 1985, A new method for predicting the failure time of a slope.proces. 4th International Conference and Field Workshop on Landslides, Tokyo,145 150. Golder, 2007, Preliminary Geotechnical Review Wahana Pit Feasibility Study South Kalimantan. Internal dokumen. Gultom, J., Sanang, A. M., Musa, R.H., 2014, Prediksi Waktu Longsoran DiLereng Highwall Tambang Batubara Terbuka Dengan Metode Inverse Velocity, Prosiding TPT XXIII Perhapi, Makassar Indonesia. Harries, N., 2008, The use of Slope Stability Radar (SSR) in managing slope instability hazards, Geomechanics, pp. 53-54, January/February 2008. Hoek, E., and Bray, J.W., 1981, Rock Slope Engineering, Institution ofmining and Metallurgy, London. Kramadibrata, K., Saptono, S., Wicaksana, Y., Prassetyo, S., 2009, Soft RockBehaviour With Particular Reference to Coal Bearing Strata. 2nd International Symposium of Novel Carbon Resource Science - ITB, 10-11 March 2009 Mercer, K. G., 2006, Investigation into the Time Dependent Deformation Behaviour and Failure Mechanisms of Unsupported Rock S lopes Based on the Interpretation of Observed Deformation Behaviour, Unpublished PhD Thesis, University of the Witwatersrand, Johannesburg, South Africa. Rai, M. A., Kramadibrata, S., Wattimena, R., 2013, Mekanika Batuan, Bandung, Penerbit ITB. Rose, N. D. and Hungr, O., 2006 : Forecasting Potential Rock Slope Failure in Open Pit Mines Using the Inverse-Velocity Method, International Journal of Rock Mechanics and Mining Sciences, Vol. 44, pp 308-320 Wahana Geotech, 2014, Laporan Geoteknik Pada Area Longsoran Low Wall Blok 77-79. Internal Document, Kalsel, Indonesia. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman A 26