ANALISIS POSTUR KERJA PERAJIN SAPU RAYUNG DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC)

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Lampiran Standart Nordic Questionnaire

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

Metode dan Pengukuran Kerja

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2013 to user

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

PERANCANGAN FASILITAS KERJA DALAM PEMBUATAN DANDANG DI UD. KARYA DARMA

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

Universitas Sumatera Utara

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE REBA, OWAS DAN QEC

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

MODUL I DESAIN ERGONOMI

C.6. Perancangan Alat Bantu Kerja Pada Pekerjaan Manual Material Handling...

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Transkripsi:

ANALISIS POSTUR KERJA PERAJIN SAPU RAYUNG DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) Dita Saraswati 1*, Choirul Bariyah 2 1,2 Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Dr. Soepomo, S.H, Janturan, Yogyakarta * Email: Ditasaraswati8@gmail.com, choirul.bariyah@ie.uad.ac.id Abstrak Proses produksi yang dijalankan pada pembuatan sapu rayung di desa Bojong, Mungkid, Magelang merupakan proses yang sepenuhnya manual. Operator bekerja dalam posisi duduk dengan alas bangku kecil yang tidak sesuai dengan ukuran dimensi tubuh operator. Kondisi tersebut diperparah dengan durasi kerja 8 jam per hari sehingga menimbulkan keluhan sakit leher, nyeri punggung dan pegal pada tubuh. Hal ini berpotensi mengakibatkan gangguan otot rangka dan resiko cidera pada pekerja. Risiko cidera dalam proses produksi sapu rayung pada penelitian ini dianalisis menggunakan Quick Exposure Check (QEC) yang melibatkan 3 perajin sapu rayung. QEC dilakukan dengan perhitungan exposure level untuk mengetahui resiko cidera paling tinggi pada tahapan proses pembuatan sapu rayung. Perhitungan gaya yang bekerja pada segmen tubuh operator pada proses produksi sapu rayung dianalisis menggunakan prinsip biomekanika kerja. Hasil analisis dengan QEC menunjukkan tingkat resiko cidera paling tinggi terjadi pada proses pembuatan kipas sapu, pada operator 3 dengan nilai exposure level 65,90%. Nilai tersebut termasuk dalam tindakan Perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan. Analisis biomekanika kerja dilakukan dengan perhitungan gaya yang bekerja pada elemen menarik dan elemen mengulur tali pada proses pembuatan kipas sapu. Pada aktivitas kerja menarik diperoleh gaya terbesar pada bagian paha kaki kanan sebesar 122,51 N. Pada aktivitas kerja mengulur menghasilkan gaya terbesar pada bagian paha kiri yaitu sebesar 55,66 N. Kata kunci: Biomekanika Kerja, Mosculoskeletal Disorders, Quick Exposure Check. 1. PENDAHULUAN Desa Bojong, Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang merupakan sentra industri kerajinan sapu rayung. Dalam menjalankan proses pembuatan sapu rayung dilakukan dengan sistem kerja yang manual dengan bantuan fasilitas kerja yang sangat sederhana. Permasalahan yang nampak di lapangan adalah ketidakserasian dimensi ukuran fasilitas kerja dengan ukuran yubuh pekerja penggunanya. Kondisi tersebut mengakibatkan postur kerja operator tidak alami karena harus mengalami punggung membungkuk, leher dan kepala menunduk, punggung terpuntir (twisting), pergelangan kaki dan tangan terpuntir, serta kaki menekuk. Postur tubuh yang demikian dapat menimbulkan resiko cedera otot pada pekerja. Semakin besar sudut terhadap garis batang tubuh maka semakin besar pula nilai momen pada joint tertentu [Pribadi, Maulana. E dkk., 2009]. Berdasarkan survey keluhan pekerja dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map yang dilakukan oleh Vera Pariesta Harahap (2017) diketahui bahwa pekerja sapu rayung mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bawah (93%) punggung atas (80%), pergelangan kaki (93%), bahu kanan (66%) dan leher (63%). Gambar 1 menunjukkan posisi kerja pekerja sapu rayung saat membuat sapu rayung. Gambar 1. Posisi Kerja Pekerja Sapu Rayung Berdasarkan gambaran posisi kerja tersebut tampak bahwa postur pekerja sapu rayung tidak memenuhi prinsip ergonomi. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi exposure level pada 192

setiap tahap proses pembuatan sapu rayung dan mengetahui besarnya gaya yang bekerja pada segmen tubuh pekerja khususnya pada bagian kaki. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diberikan rekomendasi perbaikan postur kerja perajin sapu rayung. 2. METODOLOGI Penelitian ini mengambil objek postur kerja operator sapu rayung di sentra kerajinan sapu rayung Desa Bojong, Mungkid, Magelang. Penelitian dilakukan melalui sejumlah tahap penelitian seperti ditunjukkan dalam gambar 2. Observasi Lapangan Penyebaran Kuesioner QEC Penentuan sudut segmen tubuh Identifikasi Masalah Perhitungan Exposure Level Perhitungan besar gaya Perumusan Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Penentuan kategori Action Penentuan Proses dengan Exposure Level Tertinggi Analisis Kesimpulan Gambar.2. Tahapan Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembuatan sapu rayung yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah pada 4 tahap utama seperti terlihat dalam gambar 3. Gambar 3. Tahapan pembuatan sapu rayung Empat tahapan utama dalam pembuatan sapu rayung tersebut menjadi objek dalam penyebaran kuesioner QEC. Penelitian ini melibatkan 3 operator yang bertugas melakukan pembentukan sapu rayung dengan 4 tahapan tersebut. Data hasil pengisian kuesioner QEC digunakan untuk mengetahui proses produksi serta operator yang beresiko cidera paling tinggi. Tahap selanjutnya dilakukan perhitungan besarnya gaya yang dialami setiap segmen tubuh terutama bagian bawah tubuh seperti paha, betis, jari kaki. Disamping itu sebelumnya juga dilakukan perhitungan persentase penggunaan gaya otot, serta penentuan berat tubuh tiap segmen. Tabel 1 memberikan informasi rekapitulasi Exposure Score setiap operator pada 4 tahapan proses. 193

Tabel.1. Rekapitulasi Exposure Score Nilai Exposure Score Memilah Membentuk Membuat Anggota Tubuh Menjahit Sapu Rayung Kipas Sapu Pinggir Sapu yg diamati Operator 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Punggung (statis) - - - - - - - - - - - - Punggung(bergerak) 10 10 10 34 34 34 22 22 22 24 28 28 Bahu/Leher 10 10 10 34 34 34 22 22 22 32 32 32 Pergelangan Tangan 10 10 10 34 40 34 18 24 24 26 20 26 Leher 6 8 6 14 14 14 6 8 6 10 10 10 Total Exposure Score 36 38 36 116 110 116 68 76 74 92 90 96 Berdasarkan data pada Tabel 1 selanjutnya dilakukan perhitungan besarnya Exposure Level. Besarnya Exposure level dari setiap operator pada setiap tahapan proses dihitung untuk dapat mengetahui level aksi yang diperlukan. Gambar 4 memberikan informasi tentang Exposure level setiap operator pada setiap tahap pembuatan sapu rayung. 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Proses 1 Proses 2 Proses 3 Proses 4 Operator 1 Operator 2 Operator 3 Gambar.4. Rekap Perbandingan Exposure Level Berdasarkan hasil perhitungan action level diketahui bahwa tahapan proses yang memiliki nilai paling tinggi adalah tahap 2 yaitu proses pembentukan sapu dengan Exposure level tertinggi 65.90%. dengan rata-rata nilai Exposure Level 65,74 % masuk kategori action perlu penelitian lebih lanjut dan perbaikan segera. Penelusuran lanjut yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengukur besarnya gaya yang bekerja pada segmen kaki perajin sapu rayung. Mekanisme pengukuran gaya tersebut dilakukan berdasarkan hasil perhitungan Exposure level tertinggi yaitu pada operator 3, sehingga operator 3 dipilih menjadi responden dalam pengukuran besarnya gaya yang bekerja. Perhitungannya gaya yang bekerja pada segmen tubuh memerlukan data antropometri operator yang meliputi berat badan dan panjang tubuh operator. Operator 3 adalah berjenis kelamin laki laki dengan usia 33 tahun dan berat badan 53 kilogram. Data lain yang diperlukan untuk menghitung gaya ialah data anthropometri operator yang terangkum dalam Tabel.2. 194

Tabel 2. Data antrhopometri kaki operator Segmen Kaki Panjang (cm) Paha Kanan (paka) 44 Paha Kanan 1 (paka1) 29 Paha Kiri (paki) 44 Paha Kiri 1 (paki1) 29 Betis Kanan (beka) 39 Betis Kanan 1 (beka1) 20 Betis Kiri (beki) 38 Betis Kiri 1 (beki1) 19 Jari kaki kanan (jka) 13 3.1 Penentuan Berat Tiap Segmen Tubuh Pada penentuan massa tiap segmen, tubuh manusia digambarkan sebagai stick diagram. Menurut Webb Associaties, 1978, persentase massa segmen tubuh ditentukan berdasarkan pemodelan distribusi berat tubuh. Tabel 3 menunjukkan data distribusi berat badan menurut Webb Associates. Tabel 3. Pemodelan distribusi berat badan Group Segment (%) of Total Body Weight Individual Segment (%) of Group Segment Weight Head and Neck 8,4% a. Head 73.80% b. Neck 26.20% a. Thorax 43.80% Torso 50,0% b. Lumbar 29.40% c. Pelvis 26.80% a. Upperarm 59.40% Total Arm 5,10% b. Forearm 33.30% c. Hand 11.80% a. Tight 63.70% Total Leg 15,70% b. Shank 27.40% c. Foot 8.90% Sumber: Webb Associates,1978 Berat tubuh tiap segmen dapat dibagi dengan menggunakan proporsi berat tubuh. Berat tubuh tiap segmen ditampilkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil perhitungandistribusi berat badan Proporsi Berat Tubuh (kg) Segmen Tubuh Individual Segmen Tubuh (kg) Head and Head 73.80% 39.114 8.40% Neck Neck 26.20% 13.886 Thorax 43.80% 23.214 Torso 50.00% Lumbar 29.40% 15.582 Pelvis 26.80% 14.204 Total Arm left/right Total Leg 5.10% 15. 70% Kiri 26,50 26,50 Kanan Upper arm 59.40% 31.482 15.74 15.74 Forearm 33.30% 17,649 8.82 8.82 Hand 11.80% 6.254 3.13 3.13 Thigh 63.70% 33.761 16.88 16.88 Shank 27.40% 14.522 7.26 7.26 Foot 8.90% 4.717 2.36 2.36 195

Berikut ini adalah formulasi yang digunakan untuk menghitung besarnya gaya pada setiap pekerja, sehingga diketahui beban kerja pada segmen tubuh yang mana yang paling besar pada tiap elemen kerja. Elemen kerja dalam proses pembentukan kipas sapu rayung dibagi menjadi dua elemen kerja yakni elemen kerja menarik dan elemen kerja mengulur. Berdasarkan hukum Newton mengenai aksi reaksi, gaya berat tubuh (W) memberikan reaksi ke atas berupa gaya normal (FN). 3.2 Perhitungan gaya pada paha kanan Besarnya sudut pada tiap segmen ditunjukkan pada Gambar 5. bagian paha kanan pada elemen kerja mengulur Gambar 5. Postur bagian tubuh kanan pada elemen kerja mengulur Perhitungan gaya pada paha kanan elemen kerja mengulur, (1) F paka x R paka) (W paki x R paki) (W beka x R beka) (W beki x R beki) (W beban x R beban) = 0 (F paka x R paka) F paka F paka = (W paki x R paki) + (W beka x R beka) + (W beki x R beki) + (W beban x R beban) = (W paki x R paki) + (W beka x R beka) + (W beki x R beki) + (W beban x R beban) / R paka = [(16,88)( 29 cos 30 o ) + (7,26)( 44 cos 40 o + 20 sin 55 o ) + (7,26) ( 44 cos 30 o + 19 sin 45 o ) + (0,5)( 29 cos 40 o + 29 cos 30 o + 44 cos 40 o + 20 sin 55 o + 44 cos 30 o + 19 sin 45 o )/( 29 cos 40 o ) =[423,94 + 363,65 + 374,18 + 74,48]/22,21 =1236.25/22.21 = 55,66 N 3.3 Gaya pada paha kiri Besarnya sudut pada tiap segmen pada paha kiri pada elemen kerja mengulur ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Bagian tubuh kiri pada elemen kerja mengulur Perhitungan gaya pada paha kiri elemen kerja mengulur (F paki x R paki) (W paka x R paka) (W beka x R beka) (W beki x R beki) (W beban x R beban) = 0 (F paki x R paki) = (W paka x R paka) + (W beka x R beka) + (W beki x R beki) + (W beban x 196

F paki F paki R beban) = (W paka x R paka) + (W beka x R beka) + (W beki x R beki) + (W beban x R beban) / R paki =[(16,88)( 29 cos 40 o ) + (7,26)( 44 cos 40 o + 20 sin 55 o ) + (7,26)( 44 cos 30 o + 19 sin 45 o ) + (0,5)( 29 cos 40 o + 29 cos 30 o + 44 cos 40 o + 20 sin 55 o + 44 cos 30 o + 19 sin 45 o )/( 29 cos 30 o ) = [374,00+ 363,65 + 374,18 + 74,48]/ 25,11 = 1186.31/25.11 = 47,25 N Secara lengkap perbandingan besarnya gaya yang bekerja pada kaki kanan dan kaki kiri ditampilkan dalam gambar 7. 140 120 100 80 60 40 20 0 Paka Paki Beka Beki Jkaka Elemen Kerja Menarik Elemen Kerja Mengulur Gambar 7. Grafik perbandingan perhitungan gaya tiap segmen tubuh Berdasarkan hasil perhitungan besarnya gaya yang bekerja pada tiap segmen kaki diketahui bahwa gaya terbesar terjadi pada segmen paha kaki kanan baik untuk kerja menarik maupun mengulur. Posisi statis dalam kondisi duduk yang lama dengan fasilitas yang tidak memadai menjadi salah satu penyebabnya. Kondisi ini pula menjadi sebab terjadinya paha mengalami flexion dimana posisinya mengalami penyimpangan dari posisi netral. Menurut Guidelines on Ergonomics Risk Assessment at Workplace yang diterbitkan oleh Department of Occupational Safety and Heakth Ministry of Human Resource Malaysia (2017) posisi tubuh yang pada saat bekerja mengalami penyimpangan sigifikan dari posisi netral dikategorikan sebagai posisi yang tidak aman (Awkward position). Disamping itu paha kiri maupun kanan mengalami kerja berlulang selama proses menarik dan mengulur dalam proses pembuatan sapu rayung. Pekerjaan perajin sapu rayung selain mengandung gerakan pengulangan juga terangkai dengan faktor resiko yang lain seperti posisi tubuh statis. Mmepertahankan posisi kerja dalam posisi statis dapat memicu munculnya kelelahan, keluhan sakit dan cidera yang dapat bermuara pada terjadinya Moskuloskelatal disorders (MSDs). Perbedaan yang tampak pada gaya yang bekerja pada kaki kanan dan kaki kiri adalah bahwa pada kaki kanan lebih besar gaya pada saat aktivitas menarik sementara kaki kiri mengalami gaya yang lebih besar pada saat aktivitas mengulur. Kondisi ini lebih jelas dapat dilihat pada paha kiri dan betis kiri seperti ditunjukkan dalam gambar 7. Validasi di lapangan menunjukkan bahwa kaki kanan lebih banyak berperan dalam aktivitas menarik untuk menjaga agar pita yang digunakan untuk mengikat rayung bisa tetap dalam kondisi terpancang kuat. Sementara kaki kiri lebih banyak berperan pada aktivitas mengulur pita tali rayung. Perbaikan yang dapat direkomendasikan untuk mengurangi keluhan perajin sapu rayung yang berkaitan dengan efek postur kerja yang tidak nyaman adalah dengan memperkecil sudutsudut penyimpangan postur pada setiap segmen tubuh dari posisi normal. Disamping itu untuk mengurangi resiko cedera perlu dilakukan penataan kembali layout produksi serta perbaikan fasilitas kerja terutama dari sisi kesesuaian dimensi ukuran fasilitas dengan ukuran tubuh penggunanya. Perbaikan tersebut memungkinkan untuk mengurangi terjadinya puntiran tubuh 197

(twisting) saat perajin sapu rayung bekerja. Menurut Bridger (2003) postur kerja dipengaruhi oleh berbagai hal seperti persyaratan tugas, kebutuhan pekerjaan manual (posisi, gaya) pergantian shift,waktu istirahat, pekerjaan statis atau dinamis. Postur kerja juga dipengaruhi oleh desain area kerja seperti dimensi tempat duduk, dimensi permukaan kerja, desain tempat duduk, dimensi ruang kerja, privasi, tingkat dan kualitas pencahayaan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil perhitungan QEC, postur kerja perajin sapu rayung memiliki potensi terjadinya cedera bagi operator terutama pada stasiun kerja 2 yang memiliki range resiko cidera paling tinggi yaitu 64,76%. b. Berdasarkan perhitungan gaya pada segmen kaki perajin sapu rayung pada aktivitas menarik dan mengulur secara berturut-turut adalah pada paha kaki kanan sebesar 122,51 N, dan segmen tubuh betis kaki kanan sebesar 34,39 N, paha kaki kiri sebesar 47,25 N, dan segmen tubuh betis kaki kiri yaitu 24,19 N. DAFTAR PUSTAKA Bridger, R.S, 2003, Introduction to Ergonomics, Taylor and Francis Inc, New York. Churchil, E.,1978, Anthropometrics Source Book, Volume 1: Anthropometric fo Designers, NASA Houston, Webb Associates, United States Department of Occupational Safety and Health, 2017, Guidelines on Ergonomics Risk Assessment at Workplace, Malaysia : Ministry of Human Resources Harahap, Vera. P, 2017, Analisis Postur Kerja pada Aktivitas Pembuatan Sapu Rayung dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA), Laporan Tugas Akhir, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Pribadi, Maulana Erwin, Wahyuniardi. R, Herquitanto.A, 2009, Analisis Sikap Kerja Statis Operator Bagian Maintenance dan Assembly PT. NTP-Bandung (Pendekatan Aspek Biomekanika dengan menggunakan Software Catia V5 dan Ergomaster), Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX, Semarang, 17 18 November 2009. 198