MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan

dokumen-dokumen yang mirip
b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengawetan pangan dengan pengeringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PENGOLAHAN DAGING DAGING KURING/CURED MEAT. Materi 5a TATAP MUKA ke 5 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

PENGOLAHAN DAGING. (Restructured/Reformed Meat)

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Pengawetan bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING RESTRUKTURISASI (Restructured/Reformed Meat)

Harryara Sitanggang

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

Karakteristik mutu daging

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

Pembuatan Sosis Ikan

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

BABI PENDAHULUAN. Rawon merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang mudah

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

Transkripsi:

MATA PELAJARAN : PRAKARYA Kelas : IX SEMESTER : II Tema : Pengolahan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Siswa mampu: 3.3 menganalisis prinsip perancangan, pembuatan, penyajian, dan pengemasan bahan pangan setengah jadi dari hasil peternakan (daging, telur, susu) dan (ikan, udang, cumi, rumput laut) menjadi produk pangan jadi (siap konsumsi) yang ada di wilayah setempat 4.3 membuat bahan pangan setengah jadi dari hasil peternakan (daging,telur, susu) dan (ikan, udang,cumi, rumput laut) menjadi produk pangan jadi (siap konsumsi) serta menyajikan atau melakukan pengemasan Pengertian produk pangan setengah jadi menjadi produk pangan jadi (siap konsumsi) Jenis bahan dan alat Teknik Tahapan/langkah Penyajian dan kemasan produk pangan peternakan dan siap konsumsi -mengamati jenis bahan dan alat produk pangan setengah jadi menjadi makanan siap konsumsi di wilayah setempat dari berbagai sumber -membuat pertanyaan tentang cara merancang dan mengolah bahan pangan setengah jadi menjadi produk pangan jadi (siap konsumsi) -membuat rancangan kebutuhan alat dan bahan serta teknik -mengolah bahan pangan setengah jadi menjadi produk pangan siap konsumsi, serta menyajikan dan mengemas -mengevaluasi dan melaporkan proses dan hasil pangan setengah jadi menjadi produk pangan siap konsumsi 1. Sikap: Jurnal (observasi/ pengamatan) 2. Pengetahuan : - Observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan - Penugasan (portofolio) 3. Keterampilan: -Praktik -Produk Siswa mampu: 3.4 menganalisis rancangan pembuatan, penyajian, dan pengemasan bahan hasil dari hasil peternakan (daging, telur, susu) dan (ikan, udang, cumi, rumput laut) menjadi produk pangan yang ada di wilayah setempat 4.4 mengolah bahan hasil dari hasil peternakan (daging, telur, susu) dan (ikan, udang, cumi, rumput laut) yang ada di wilayah setempat menjadi produk pangan serta menyajikan atau melakukan pengemasan -Pengertian hasil menjadi produk pangan -Jenis bahan dan alat -Teknik hasil -Tahapan/langkah -Penyajian dan kemasan hasil - mengamati jenis bahan dan alat hasil dari hasil menjadi produk pangan di wilayah setempat dari berbagai sumber -membuat pertanyaan tentang cara mengolah dan mengemas hasil dari hasil -membuat rancangan kebutuhan alat dan bahan serta teknik -mengolah bahan hasil dari hasil peternakan dan menjadi produk pangan, serta mengemas dan menyajikan -mengevaluasi dan melaporkan proses dan hasil 1. Sikap: -Jurnal (observasi/ pengamatan) 2. Pengetahuan : -Observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan -Penugasan (portofolio) 3. Keterampilan: -Praktik -Produk Pengolahan 1

OLAHAN SETENGAH JADI Daging, Unggas dan Ikan MAKANAN OLAHAN SETENGAH JADI Olahan pangan setengah jadi adalah mengolah bahan baku pangan dengan proses pengawetan, baik pengawetan secara kimia, fisik ataupun mikrobiologi, menjadi aneka ragam olahan pangan setengah jadi, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pangan. Keuntungan : 1. Menjadi bahan baku yang fleksibel untuk lanjut 2. Dapat diperjual-belikan antar daerah; sebagai komoditas ekspor. 3. Dapat dikemas lebih ringkas (distribusi mudah) 4. Menghemat ruangan dan mengurangi biaya penyimpanan. 5. Tahan lama dan lebih kuat dari cuaca dingin atau panas. Surimi adalah produk olahan, hasil setengah jadi berupa hancuran daging ikan beku yang telah mengalami proses, pelumeran (leaching), pengepresan, penambahan bahan tambahan, pengepakan. Surimi dibuat dari daging ikan giling yang telah diekstraksi dengan air yang diberi bahan anti-denaturasi, lalu dibekukan. Surimi merupakan produk antara atau bahan-bahan baku dasar dalam pembutan komaboko (produk gel ikan), sosis, fish nugget KOMABOKO Ikan Asap Bahan bakar yang digunakan dalam proses pengasapan ikan yaitu tempurung kelapa. Hal ini dikarenakan tempurung kelapa bisa memberikan panas yang cukup dan asap yang lumayan banyak sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu tinggi maka harus digunakan jenis kayu keras (non-resinous) atau sabut dan tempurung kelapa, sebab kayu-kayu yang lunak akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan. Cara pengasapan adalah dengan menaruh ikan dalam kotak yang kemudian diasapi dari bawah. Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat ikan menjadi awet dalam jangka waktu yang lama, karena diperlukan perpaduan dengan teknik pengasinan dan pengeringan. Fenol merupakan senyawa yang paling berperan terhadap cita rasa Karbonil berperan terhadap warna Asap kayu terdiri dari uap dan padatan yang berupa partikel-partikel yang amat kecil yang keduanya mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi dalam perbandingan yang berbeda. Senyawa-senyawa kimia yang menguap diserap oleh ikan terutama dalam bentuk uap, senyawa tersebut memberikan warna dan rasa yang diinginkan pada ikan asap. Partikel-partikel padatan tidak begitu penting pada proses pengasapan dan asap akan mengawetkan makanan karena adanya aksi desinfeksi dari formaldehid, asam asetat dan phenol yang terkandung dalam asap. Tahapan pengasapan : - Penggaraman (daging kompak, flavor, awet) - Pengeringan (pengasapan; volatil menempel) - Pemanasan - Pengasapan Mutu ditentukan : kesegaran ikan, jenis ikan, ketelitian pengerjaan tiap tahapan Tujuan : mengawetkan, flavor, penampilan Panas : suhu C Waktu cepat (jam) Kadar air masih cukup tinggi Dingin : Suhu C Waktu lama (hari) Kering Pengasapan menyebabkan penurunan kadar air dan naiknya kadar garam, sehingga ikan asap cenderung kering. Dalam kondisi inilah jamur dan kapang dapat tumbuh karena suka keadaan yang kadar airnya rendah. Pertumbuhan jamur pada ikan asap dapat menyebabkan terjadinya perubahan Pengolahan 2

bau menjadi tengik dan perubahan tekstur. Tetapi pada pemanasan yang kurang sempurna (panas ringan) dan penanganan yang keliru, Clostridium botulinum bisa tetap ada. Spora lebih tahan terhadap pengasapan ini jika pemanasan dilakukan secara singkat dengan suhu yang rendah. Ikan yang biasa diasapkan adalah bandeng. Selain bandeng, ikan tembang, lemuru, kembung, selar, tongkol, dan cakalang juga biasa diasapkan. Selain cemaran mikroorganisme, pada ikan asap juga mungkin terjadi cemaran debu akibat pengasapan yang terlalu lama. Tetapi justru dengan pengasapan yang lama, mikroorganisme sulit mengkontaminasi komoditas tersebut. Ciri kerusakan : adanya kapang yang menempel pada ikan asap kering Cara pencegahan : Pengasapan dan pemanasan yang maksimal pada suhu 70ºC - 80ºC sehingga dihasilkan ikan asap yang aman untuk dikonsumsi dan dapat disimpan selama 1 bulan. Pembersihan kulit luar ikan asap dari cemaran abu yang menempel. Ikan Asin Menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai garam dapur untuk mengawetkan ikan. Tehnik ini disebut juga dengan sebutan penggaraman. Mekanisme penggaraman terjadi dalam 3 tahap yaitu : garam mengikat air didalam bahan. (2) menurunkan aktivitas air produk sehingga mikroba pembusuk dan perusak yang tidak tahan terhadap aw rendah tidak dapat tumbuh. (3) merubah konsentrasi intra dan ekstrasel dalam jaringan bahan sehingga menghasilkan tekstur tertentu. Garam berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak tahan terhadap garam. Daging Curing Curing merupakan proses pemeraman daging dengan menggunakan garam sendawa (garam salpeter) biasanya dalam bentuk NaNO2, NaNO3, KNO2 dan KNO3; garam dapur, bumbubumbu, fosfat (Sodium tripolifosfat/stpp) dan bahan-bahan lainnya. Tetapi biasanya curing dilakukan hanya dengan garam salpeter/sendawa dan garam dapur saja dan kemudian, ditambahkan bahan-bahan lainnya bila akan dibuat produk olahannya. Curing itu sendiri merupakan cara mengawetkan daging secara kimiawi Curing itu sendiri merupakan cara mengawetkan daging secara kimiawi. Produk dari daging curing ini disebut dengan cured meat. Biasanya cured meat ini merupakan produk intermediate daging karena setelah dicuring, daging bisa diolah menjadi olahan lainnya, misalnya sosis, bakso dan lainlainnya. (Suharyanto, 2009) Curing pada daging ini dimaksudkan untuk meningkatkan warna merah daging, menstabilkan flavor, mengawetkan dan lain-lainnya. Jadi bila menghendaki produk daging (misalnya sosis) dengan warna merah cerah daging, maka perelu dicuring dengan nitrit. Nitrat/nitrit berfungsi untuk fiksasi warna merah daging, antimikrobial terutama Clostridium botulinum, dan menstabilkan flavor. Garam berfungsi sebagai pembangkit flavor yang khas dan antimikrobial. Bumbu-bumbu adalah penting untuk meningkatkan flavor sehingga meningkatkan kesukaan pada konsumen. Selain itu bumbu juga bersifat antimikrobial dan antioksidan sehingga berperan mengawetkan. Fosfat, berfungsi untuk meningkatkan kekenyalan produk dan mengurangi pengkerutan daging selama proses serta menghambat oksidasi produk. Beberapa olahan tidak menggunakan fosfat, jadi bersifat pilihan saja. Khusus nitrat/nitrit, penggunaannya harus dibatasi karena bila berlebihan bisa berdampak negatif bagi yang mengkonsumsinya. Kadar akhir nitrit pada suatu produk harus tidak lebih dari 200 ppm dan nitrat tidak lebih dari 500 ppm. Berdasarkan Departemen Pertanian Amerika Serikat, penambahan garam nitriat atau nitrit tidak boleh lebih dari 239,7 g/1001 larutan garam, 62,8 g/100 kg daging untuk curing kering dan 15,7 g/100 kg daging cacahan untuk sosis. (Suharyanto, 2009) Pengolahan 3

Nugget Pati termodifikasi biasa digunakan 1-3% pada produk emulsi. Nugget merupakan salah satu contoh produk emulsi (contoh lainnya yaitu sosis). Pati ini mempunyai viskositas dan daya ikat air yang tinggi. Profil tersebut sangat sesuai untuk memperbaiki tekstur dan daya simpan. Parameter yang perlu diperhatikan pada produk ini yaitu daya ikat air, kemudahan untuk dipotong, dan stabilitas terhadap pembekuan & thawing Nugget ayam bisa ditambah karagenan sebanyak 0,4-0,7%. Supaya produk mempunyai sifat stabil dan teksturnya sesuai dengan yang diharapkan. Karagenan diekstrak dari ganggang merah. Nugget biasanya dibuat dari daging ayam tetapi semua daging bisa dibuat nugget. Bahan untuk membuat nugget adalah daging, garam, bumbu-bumbu, tepung, kuning telur, bisa ditambahkan susu full cream dan lain-lain. Proses pembuatannya meliputi tahap penggilingan daging, pembentukan adonan (campur dengan bumbu dan bahan lainnya), pencetakan dan dikukus selama 45 menit, pemotongan, pelapisan dan penggorengan. (Suharyanto, 2009) Sosis Berdasarkan prosedurnya, sosis merupakan makanan yang dibuat dari daging (atau ikan) yang digiling dan dibumbui dan kemudian dimasukkan ke dalam selongsong bulat panjang. Selongsong dapat berupa usus sapi ataupun buatan. Proses pembuatan sosis melalui beberapa tahap, yaitu curing, pembuatan adonan, pengisian selongsong, pengasapan (untuk sosis asap) dan perebusan (Suharyanto, 2009) Kornet adalah bahan olahan daging yang diawetkan. Pembuatannya merupakan campuran dengan bumbu-bumbu, garam dan nitrit. Prosesnya adalah curing, penggilingan, pembumbuan, pengalengan dan sterilisasi (Suharyanto, 2009) Ikan Kaleng Sistem yang satu ini memasukkan ikan ke dalam kaleng alumunium atau bahan logam lainnya, lalu diberi zat kimia sebagai pengawet seperti garam, asam, gula dan sebagainya. Bahan pangan dikemas dulu secara hermetis, baru kemudian dipanaskan. Bahan pangan dipanaskan lebih dahulu baru dikemas (dipak) secara hermetis baik setelah dingin maupun panas. Penggunaan kemasan secara dingin itu sering disebut sebagai pengalengan aseptis. Mikroorganisme bisa mencemari ikan kaleng akibat pemanasan ataupun pendinginan yang kurang sempurna. Kerusakan bisa disebabkan oleh pencemaran sesudah diolah, yang kurang sempurna, pembusukan sebelum diolah, pembusukan kimiawi, fisis atau pengisian yang berlebihan. Salah satu penyebab kerusakan pada makanan kaleng yaitu Clostridium botulinum. Mikroorganisme ini tidak suka udara (anaerob) dan memproduksi spora yang dapat berkembang dalam berbagai tingkat keasaman dan suhu serta dapat menyesuaikan diri terhadap garam yang mempunyai konsentrasi tinggi. Clostridium botulinum mampu memproduksi racun yang kuat dalam komoditas dengan kandungan protein yang tinggi. Clostridium botulinum menyerang sistem saraf dengan gejala-gejala yang terlihat 3-6 hari setelah makanan yang tercemar dicerna oleh tubuh. Gejalanya yaitu mulut kering, sulit menelan dan bicara, pandangan berkunang-kunang dan sulit bernafas. Racun dari Clostridium botulinum cocok pada kondisi asam tetapi tidak tahan terhadap larutan basa/ alkali. Ciri kerusakan : kaleng berkarat, bocor dan menggelembung Cara pencegahan : Pemanasan dan pendinginan sebaiknya dilakukan secara maksimal. Terasi Jenis Bahan dan Produk Pangan Pengelompokan Bahan dan Produk Pangan Berdasarkan Suhu Pendinginan Suhu Jenis Bahan dan Produk Pangan -1 1 C Sosis, daging giling, daging asap 0 5 C Daging kaleng pasteurisasi, 0 Pengolahan 4

8 C Daging dan ikan olahan, daging kyuring mentah dan olahan Fellows, P Food Processing Technology (Principle and Practice). New York: Ellis Horwood Pengolahan 5