BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam negara kita. Hal ini dapat terlihat dalam. Gambar 1.1 Grafik Penerimaan Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang seperti yang dinyatakan dalam pasal 23A Undang-Undang Dasar

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. persentase terbesar dari total penerimaan negara secara keseluruhan ( Tiaras dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan terpenting bagi negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perdagangan dan jasa semakin banyak bermunculan dimana-mana.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berlimpah dan terletak pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pemungutan pajak suatu negara memerlukan suatu sistem yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dasar 1945 Amandemen III yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN. hanya 520 ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar 10,4 persen (Surya : 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan suatu negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. tersebut melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Adanya perbedaan kebijakan antara PSAK dan peraturan perpajakan

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Pajak. terutang berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gencarnya Pengembangan dan Pembangunan di Indonesia dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber migas dan non migas. Pelaksanaan perpajakan diatur oleh pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

BAB I PENDAHULUAN. wajib pajak sangatlah diperhatikan. Pajak merupakan hal paling penting karena

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk kepentingan masyarakat melalui pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, peternakan, perumahan, kaeuangan dan usaha-usaha lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi tidak terkecuali pemerintah memerlukan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam menunjang perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak mengherankan ketika pemerintah kemudian membuat aturan

I. BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran pajak dengan cara melakukan manajemen pajak. Suandy, 2011). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sektor pajak mendapatkan perhatian yang luas. Perpajakan di indonesia telah menjadi sumber penerimaan negara yang utama. Pajak memegang peranan penting dalam negara kita. Hal ini dapat terlihat dalam target penerimaan negara yang tercantum dalam RAPBN yang ditentukan oleh pemerintah setiap tahunnya. Di dalam RAPBN kita bisa melihat target penerimaan khususnya penerimaan yang berasal dari pajak, dan setiap tahun pemerintah selalu berupaya menaikkan target tersebut. Berikut ini komposisi penerimaan pajak Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2013: 1,200,000.00 Gambar 1.1 Grafik Penerimaan Indonesia 1,000,000.00 800,000.00 600,000.00 400,000.00 200,000.00 Pajak dalam negeri pajak perdagangan international penerimaan bukan pajak hibah 0.00 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Data Pokok APBN 2009-2013 1

2 Dari gambar grafik tersebut kita dapat melihat bahwa pajak merupakan denyut nadi penerimaan negara. Terutama pajak yang bersumber dari dalam negeri. Karena hampir 75% penerimaan negara bersumber dari pajak dalam negeri, dan penerimaan pajak tersebut seperti kita ketahui dari gambar 1.1 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam periode 2009 sampai 2013, pemerintah telah berhasil meningkatkan penerimaan perpajakan hingga hampir mencapai dua kali lipat dari 601.251,8 Triliun pada tahun 2009 menjadi 1.134.289,2 Triliun pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran wajib rakyat, dan dimana ketentuan pungutannya diatur dalam pasal 23A Amandemen Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi pajak dan pungutan lain yang bersifat mamaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. (Waluyo, 2010:4). Sebagai salah satu kontribusi terbesar, pada tahun 2008 pemerintah kembali melakukan perubahan atas UU Pajak Penghasilan (PPh) No 36 tahun 2008 guna meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Untuk mencapai misi pemerintah tersebut, maka melalui UU No 36 tentang Pajak Penghasilan tahun 2008 pemerintah memberikan penurunan tarif Pajak Penghasilan menjadi 28% pada tahun 2009 dan tarif tersebut menjadi 25% mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2010.(Waluyo, 2010:112).

3 Dengan demikian, adanya reformasi perpajakan tentunya juga dirancang agar para wajib pajak tidak melakukan penghindaran pajak secara agresif. Menurut Frank et.al (2009) dalam Sari dan Martani (2010) dijelaskan bahwa tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion. Tax evasion merupakan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara. Agresivitas pajak dapat timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah. Pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang sebagian besar penghasilannya dari pajak. Sementara perusahaan sebagai wajib pajak menganggap bahwa pajak termasuk digolongkan dalam biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Dan dengan membayar pajak, hal itu berarti mengurangi jumlah laba bersih yang akan diterima perusahaan. Oleh karenanya pemilik perusahaan diduga akan cenderung lebih suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif. (Chen et al :2008) Terdapat beberapa penelitian yang mencoba mengaitkan faktor kondisi keuangan perusahaan terhadap agresivitas pajak perusahaan. beberapa diantaranya adalah likuiditas. Menurut Suyanto dan Supramono (2012) likuiditas sebuah perusahaan diprediksi dapat mempengaruhi

4 tingkat agresivitas pajak perusahaan. Dimana jika sebuah perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, maka bisa digambarkan bahwa arus kas perusahaan tersebut berjalan dengan baik. Dengan adanya perputaran kas yang baik maka perusahaan tidak enggan untuk membayar seluruh kewajibannya termasuk membayar pajak sesuai dengan aturan atau hukum yang berlaku. Namun sebaliknya, menurut Bradley (1994) dan siahaan (2005) dalam Suyanto (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas yang rendah akan tidak taat terhadap pajak guna mempertahankan arus kas perusahaan daripada harus membayar pajak. Keown (2005) dalam Suyanto (2012) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap (fixed rate of return) dengan harapan memberikan keuntungan yang lebih besar dari pada biaya tetapnya sehingga akan meningkatkan pengembalian bagi pemegang saham. Opler dan Titman (1994) dalam Yuyetta (2009) telah membuktikan adanya kinerja yang buruk pada perusahan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi dibandingkan kinerja pada perusahaan yang tingkat leverage nya lebih rendah. kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh secara simultan terhadap tindakan pajak agresif. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau nilai hasil akhir operasional perusahaan selama periode tertentu (Munawir:2002). Maka diprediksi bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi akan selalu mentaati pembayaran

5 pajak. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas rendah akan tidak taat pada pembayaran pajak perusahaan guna mempertahankan aset perusahaan dari pada harus membayar pajak. Kemudian karakteristik kepemilikan disini juga diprediksi akan mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Martani (2010) menunjukkan bahwa tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga. Alasan yang mungkin terjadi adalah dimungkinkan bagi perusahaan yang ada di Indonesia keuntungan berupa penghematan pajak lebih besar daripada kemungkinan rugi karena turunnya harga saham perusahaan. Hal ini mungkin juga terjadi dari budaya bisnis dan budaya pemeriksaan di Indonesia. Dimana dalam kondisi seperti ini korupsi dan tindakan curang sudah dianggap biasa. Dalam kaitannya dengan judul penelitian kali ini yang dimaksud dengan pertambangan sesuai dengan Pasal 1 UU Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Kemudian dari data Ditjen Pajak, sektor pertambangan merupakan sektor yang tingkat pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) masih sangat buruk. Sebagai catatan sampai 15 desember

6 2012, penerimaan pajak penghasilan (PPh) dari sektor pertambangan batubara mencapai Rp 26,40 triliun, angka ini sedikit mengalami kenaikan periode yang sama dengan tahun 2011 yakni sebesar Rp 22,29 triliun. Tapi porsi dari seluruh penerimaan PPh tahun lalu hanya sekitar 6,59 %. Angka penerimaan ini agak mengherankan karena akspor komoditas batubara tergolong besar yaitu setiap tahunnya rata-rata mencapai US$ 20 miliar. Selain itu juga diketahui masih banyak perusahaan yang memiliki lahan kuasa pertambangan yang tidak mendaftar sebagai wajib pajak. Dan banyak juga pemilik izin pertambangan tidak mengeksploitasi sendiri tambang mereka. Karena mereka hanya terima imbalan bersih perusahaan besar tanpa tahu berapa banyak hasil tambang yang telah dikeruk dari lahannya. Tidak hanya pada sektor pertambangan yang lebih sering bermasalah, pada sektor perkebunan pun direktorat jendral pajak mengaku kesulitan mengejar Wajib Pajak (WP) mereka. Kendala yang ditemui pada sektor perkebunan adalah menyangkut sertifikat tanah. Penelitian yang dilakukan oleh Krisnata Dwi Suyanto (2012) yang berjudul Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, dan Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2010. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa variabel likuiditas mempunyai pengaruh negatif namun tidak signifikan, variabel leverage mempunyai pengaruh positif dan signifikan, variabel komisaris independen mempunyai pengaruh negatif dan signifikan lalu

7 variable manajemen laba mempunyai pengaruh positif ddan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian kali ini menggunakan sampel perusahaan pada sektor pertambangan yang tercatat di BEI selama periode 2010-2012. Dan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage, profitabilitas dan karakteristik kepemilikan. Sedangkan untuk variabel dependen yaitu agresivitas pajak perusahaan. Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disebutkan, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah agresivitas pajak pada perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di BEI selama kurun waktu empat tahun terhitung sejak adanya penurunan tarif pajak penghasilan. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas dan Karakteristik Kepemilikan terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012). 1.2. Perumusan Masalah Masalah perpajakan merupakan keadaan yang selalu berkembang dalam kehidupan masyarakat. Karena arti pajak sendiri diartikan berbeda antara pihak pemerintah dan pihak perusahaan. Dan berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk

8 mengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan pada sektor pertambangan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif? 2. Apakah leverage perusahaan berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif? 3. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif? 4. Apakah karakterisitk kepemilikan perusahaan keluarga berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif? 1.3. Tujuan Penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk membuktikan pengaruh likuiditas perusahaan terhadap tindakan pajak agresif. 2. Untuk membuktikan pengaruh leverage perusahaan terhadap tindakan pajak agresif. 3. Untuk membuktikan pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap tindakan pajak agresif. 4. Untuk membuktikan pengaruh karakteristik kepemilikan perusahaan keluarga terhadap tindakan pajak agresif.

9 1.4. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharap mampu memberikan kontribusi ilmiah bagi berbagai pihak. Dan secara global akan memberikan kontribusi kepada : 1. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan bentuk aplikasi keilmuan peneliti yang diperoleh selama perkuliahan. Hal ini diharapkan dapat memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk berfikir kritis dan jeli dalam menghadapi dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. 2. Bagi pihak lain a. Bagi pihak-pihak lain yang turut membaca penelitian ini agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan topik penulisan dan sebagai sumbangan pemikiran tentang pengetahuan dibidang manajemen keuangan khususnya yang membahas tentang agresivitas pajak perusahaan. b. Sebagai masukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dimasa mendatang serta sebagai bahan rujukan (tambahan referensi) khususnya dalam bidang keuangan.

10 1.5. Batasan Penelitian Untuk memfokuskan penelitian ini maka ditetapkan beberapa batasan masalah yaitu : Penelitian difokuskan pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.