BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik pada pemeriksaan tensi menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygnomanometer) atau alat digital lainnya (Palmer, 2007). Hipertensi sering disebut sebagai silent killer, sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama bertahuntahun tanpa menyadarinya. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menunjukan gejala yang jelas. Menurut WHO tekanan sistolik 140 mmhg dan diastolik >90 mmhg (untuk usia <60 tahun) dan tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolik >95 (untuk usia >60 tahun) (Nugroho, 2011). Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum di masyarakat banyak orang yang menderita penyakit hipertensi tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ tubuh. Sekitar 50% penderita hipertensi tidak menunjukan gejala yang jelas terutama dalam taraf awal, namun beberapa gejala dapat terjadi secara bersamaan dan di yakini berhubungan dengan tekanan darah tinggi (Yundini, 2006). Diseluruh dunia hampir 1 milliar orang sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa, menyandang atau menderita penyakit darah tinggi. Jumlah ini cenderung meningkat di Inggris, penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta jiwa, hal ini terjadi mungkin dari sepertiga populasi penduduk itu tidak menyadari kondisi mereka dan akhirnya mencapai tingkat yang berbahaya, itu berarti jutaan orang di dunia ini beresiko mengalami serangan jantung dan stroke (Kowalski,2007). Indonesia, sampai saat ini memang belum ada data yang bersifat nasional, multisenter, yang dapat menggambarkan prevensi kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004, secara umum prevelensi 5
6 hipertensi berkisar antara 15%-20% (Depkes, 2010). Laporan bulanan puskesmas Ciptomulyo dari awal Januari 2015 sampai bulan Juni 2015 sekitar 1541 orang, dengan penderita hipertensi laki-laki sebanyak 491 orang, dan penderita hipertensi perempuan sebanyak 1050 orang. Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2006). Sebagian besar penyebab hipertensi tak diketahui, berbagai faktor terkait dengan genetik dan pola hidup seperti aktifitas fisik yang kurang, kelebihan berat badan dan kaya lemak serta kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol yang akan berpengaruh pada tekanan darah (Kowalski, 2007). Masalah yang sering terjadi adalah banyak penderita hipertensi yang bosan minum obat penurun tekanan darah, karena akan menimbulkan ketergantungan, apabila tidak minum obat tensinya tetap tinggi, dan kebiasan hidup yang tidak sehat, jarang berolahraga, tidak mengatur pola makannya. Selama ini yang dianjurkan tenaga kesehatan, ketika sudah terkena hipertensi pola makan dijaga, olahraga, kurangi garam. Penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu secara farmakologis dan non farmakologis, secara farmakologis yaitu dengan obat-obatan penurun tekanan darah seperti Captopril, Nifedipin, sedangkan untuk non famakologis dengan membatasi konsumsi garam, menkonsumsi buah dan sayur, berolahraga secara teratur (Hartono, 2004).
7 Pengalaman lansia mengontrol tekanan darah atau menstabilkan tekanan darahnya adalah dengan sering mengecek tekanan darah di puskesmas dua kali dalam sebulan dan rutin dalam meminum obat serta pengaturan diit dengan mengkonsumsi rendah garam dan mengkonsumsi buah-buahan, dan rutin berolahrga seperti senam aerobik selama 30 menit dilakukan 2 kali dalam seminggu. Penderita hipertensi dianjurkan untuk membatasi konsumsi garam dapur setiap memasak dan memakan makanan sehari-hari karena didalam garam mengandung sumber natrium/sodium yang dapat meningkatkan tekanan darah. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium ( Na), oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium (Gunawan, 2005). Penderita hipertensi sebelum berolahraga perlu mendapatkan informasi mengenai penyebab hipertensinya. Selain itu, kondisi organ tubuh yang akan terpengaruh oleh penyakit tersebut seperti : keadaan jantung, keadaan ginjal, keadaan mata (untuk mengetahui derajat hipertensi), serta pemeriksaan laboratorium darah maupun urin. Kondisi organ tersebut akan mempengaruhi keberhasilan olahraga yang dilakukan. Penderita hipertensi bisa melakukan olahraga seperti senam erobic joging, jalan pagi, berenang dan menggunakan sepeda. Latihan olahraga dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada usia tengah baya yang sehat dan juga mereka yang mempunyai tekanan darah tinggi ringan. Latihan olahraga tidak secara signifikan menurunkan tensi pada penderita yang mengalami hipertensi berat, tetapi paling tidak olahraga membuat seseorang menjadi lebih santai (Kusmana, 2007). Uraian diatas meunjukan bahwa betapa pentingnya mengontrol darah tinggi dengan cara membatasi konsumsi garam, rajin berolahraga
8 dan rutin minum obat, sehingga penulis ingin meneliti tentang Pengalaman lansia penderita hipertensi dalam mengontrol tekanan darah di wilayah kerja puskesmas Ciptomulyo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana pengalaman lansia penderita hipertensi dalam mengontrol tekanan darah di wilayah kerja Puskesmas Ciptomulyo 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan pengalaman lansia penderita hipertensi dalam mengontrol tekanan darah di wilayah Puskesmas Ciptomulyo. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Non Farmakologis 1) Memberikan gambaran tentang upaya lansia dalam pengaturan diit rendah garam 2) Memberikan gambaran tentang upaya lansia dalam rutin berolahraga dengan senam untuk menstabilkan tekanan darah b. Farmakologis 1) Memberikan gambaran tentang mengupayakan pengobatan dengan rutin kontrol ke Puskemsas dan minum obat untuk menstabilkan tekanan darah 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi pada masyarakat bagaimana tentang cara mengontrol atau menstabilkan tekanan darah. 1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan Sebagai bahan informasi dan masukan bagi petugas kesehatan dalam promosi kesehatan pada masyarakat tentang cara mengontrol tekanan darah
9 1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan Maanfaat penelitian ini sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian berikutnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkarya ilmu keperawatan komunitas.