BAB I PENDAHULUAN. terus dilakukan, antara lain, melalui pengajaran secara formal di sekolahsekolah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TOPONIMI JAWA BARAT. (Berdasarkan Cerita Rakyat) DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA BARAT

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

JULI 2013 PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2013 PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT

JUNI 2013 PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BERITA RESMI STATISTIK

PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH (SUNDA) MELALUI PEMBINAAN KEGIATAN APRESAISI BAHASA DAN SENI DI JAWA BARAT. (Dingding Haerudin) Bahasa Daerah FPBS UPI

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

1. COOPERATIVE FAIR KE-1

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota se-jawa Barat. Disampaikan dengan hormat, terima kasih. T April 2017 antor Wilayaha

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

Perkembangan Jumlah Pegawai Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat Berdasarkan Status Kepegawaian Tahun Dinas Kehutanan Propinsi

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang terkumpul dianalisis dan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

BERITA RESMI STATISTIK

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

LAPORAN KETUA PENTAS PAI III TINGKAT PROPINSI JAWA BARAT SOREANG, APRIL 2011

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Suharsimi Arikunto (2006:118) objek penelitian adalah

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENCAPAIAN KONTRAK KINERJA PROVINSI (KKP) PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2013

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PENINGKATAN DAN PENGEBANGAN BAHASA DAN SENI DAERAH DI SEKOLAH DI JAWA BARAT ANGKET

KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERTEMUAN ADINKES PROVINSI JAWA BARAT. Bandung, 10 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. undang undang ini adalah besaran alokasi dana desa yang sebelumnya hanya. cukup besar mulai Tahun 2015 yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

PAGU ANGGARAN (Rp) 1 Pengadaan Pakaian Korpri 134,950, Juli. 1 Jasa Kebersihan 164,700,000 Pebruari. 2 Jasa Keamanan 135,000,000 Pebruari

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No.20 pasal 51 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Tabel 17.1 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Tenaga Edukatif Negeri dan Swasta Provinsi Jawa BaratTahun 2010/2011

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah di Jawa Barat terus dilakukan, antara lain, melalui pengajaran secara formal di sekolahsekolah. Cara seperti ini termasuk yang paling efektif dan efisien karena kegiatannya dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi sehingga hasilnya dapat terukur. Pendidikan bahasa daerah di Jawa Barat dilaksanakan di SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA Negeri maupun Swasta serta Perguruan Tinggi (UPI, UNPAD, UNPAS Bandung, UNSUR Cianjur, dan UNSIL Tasikmalaya). Program pelaksanaan pengajaran bahasa daerah (Sunda) berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Dinas ini memiliki balai yang khusus mengkaji dan mengembangkan bahasa daerah di Jawa Barat, yakni Balai Pengembangan Bahasa Daerah (BPBD). Salah satu wujud perhatiannya ialah mengidentifikasi dan mengkaji bahasa daerah serta pembelajarannya di sekolah-sekolah di Jawa Barat. Memang hal itu sejalan dengan salah satu Perda Kebudayaan Propinsi Jawa Barat, yakni Perda Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Di dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa Bahasa daerah adalah bahasa Sunda, Cirebon, dan Melayu-Betawi yang tumbuh dan 1

2 berkembang di wilayah Jawa Barat (Bab I, Pasal 1 (7). Bahasa Sunda termasuk bahasa daerah di Jawa barat, yang merupakan bahasa daerah terbesar kedua di Indonesia setelah bahasa Jawa. Wilayah pemakaiannya hampir seluruh Jawa Barat, sebagian wilayah Pantura (Cirebon yang menggunakan bahasa Cirebon, dan Indramayu yang menggunakan bahasa Indramayu), sebagian wilayah Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek), yang menggunakan bahasa Melayu-Betawi. Identifikasi dan pengkajian bahasa daerah serta pembelajarannya yang telah dilakukan oleh Balai Pengembangan Bahasa Daerah (BPBD) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, antara lain: Pengkajian Pengajaran Bahasa Daerah di Jawa Barat (2004), Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Sunda) SD dan SMP di Jawa Barat (2004), Strategi Penggunaan dan Pembelajaran Bahasa Daerah (Sunda) pada Pendidikan Dasar di Jawa Barat (2005), Pengajaran bahasa daerah (Sunda) di Jawa Barat menyimpan banyak permasalahan. Sebagaimana dikemukakan Sudaryat (2001:92) dalam Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) I di Bandung bahwa Pengajaran bahasa daerah (Sunda) di sekolah berfungsi penting dalam kehidupan sosial budaya Sunda karena termasuk cara yang efektif dalam memelihara, membina, dan mengembangkan bahasa, sastra, dan social budaya Sunda. Penghilangan pengajaran bahasa Sunda di sekolah akan menimbulkan kerugian. Dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Sunda sekarang ditemukan adanya masalah, antara lain, (1) kurangnya guru yang profesional, (2) kurangnya minat dan sikap

3 pelajar, (3) ketidakberhasilan proses belajar mengajar, (4) isi kurikulum dan bahan ajar, dan (5) lingkungan pengajaran. Masalah pengajaran bahasa daerah tersebut berdampak pula pada pendidikan nasional. Hal ini disebabkan oleh berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik, yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan (GBHN, 1999). Keberhasilan pengajaran bahasa, termasuk pengajaran bahasa Sunda, ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain, (1) hasrat peserta didik, (2) harapan yang tinggi akan keberhasilan belajar, (3) tujuan yang realistis dan dapat dicapai, (4) silabus yang sesuai, (5) organisasi pengajaran dan situasi belajar yang memadai, (6) waktu yang cukup, (7) bahan ajar yang membantu, (8) guru yang terlatih, dan (9) penampilan profesionalisme guru dan pembimbingan peserta didik (Stevens, dalam Long & Richards, 1987). Faktor-faktor tersebut mengacu pada enam komponen. Faktor (1) berkaitan dengan peserta didik, faktor (2) berkaitan dengan evaluasi, faktor (3), (4), dan (6) berkaitan dengan kurikulum, faktor (5) berkaitan dengan metodologi, faktor (7) bahan ajar, dan faktor (8)-(9) berkaitan dengan guru. Di dalam kaitannya dengan identifikasi dan pengkajian bahasa daerah serta pengajarannya di sekolah (SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA) di Jawa Barat, pengkajian ini memusatkan perhatian kepada pembelajaran Bahasa Daerah (Sunda) berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4 1.2 Masalah Identifikasi ini menyangkut pembelajaran bahasa daerah (Sunda) di Jawa Barat, sejak SD/MI, SMP/MTs, sampai SMA/SMK/MA. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah perlu dirumuskan beberapa masalah. Rumusan masalah itu dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. a. Bagaimana penyusunan KTSP Bahasa Sunda di sekolah di Jawa Barat? b. Bagaimana pelaksanaan KTSP Bahasa Sunda di sekolah di Jawa Barat? c. Masalah apa saja yang timbul dalam pelaksanaan KTSP Bahasa Sunda? d. Usulan apa saja yang diajukan guru bahasa Sunda di sekolah di Jawa Barat? 1.3 Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil identifikasi mengenai pembelajaran bahasa Sunda di sekolah (SD/MI, SMP/MTs, sampai SMA/SMK/MA) di Jawa Barat. Unsur-unsur yang dideskripsikannya berkaitan dengan (1) penyusunan KTSP Bahasa Sunda, (2) pelaksanaan KTSP Bahasa Sunda, (3) masalah pembelajaran bahasa Sunda, dan (4) usulan guru-guru tentang pembelajaran bahasa Sunda. 1.4 Metodologi Penelitian Dalam kegiatan identifikasi ini terdapat empat hal utama yang berkaitan dengan metodologi, yakni (a) penentuan sumber data, (b) teknik pengumpulan data, (c) instrumen penelitian, dan (d) teknik pengolahan data.

5 1.4.1 Penentuan Sumber Data Lokasi penelitian ini ialah seluruh sekolah (SD dan SMP) yang tersebar di wilayah Propinsi Jawa Barat. Propinsi Jawa Barat meliputi 25 daerah pemerintahan, yang terdiri ata 17 kabupaten dan 9 kota, yang seluruhnya mencakup 595 kecamatan. Secara geo-kultural akan dibedakan enam wilayah Jawa Barat, yakni (1) Priangan Timur, (2) Priangan Tengah (Bandung Raya), (3) Priangan Barat (Sukaci), (4) Purwasuka, (5) Bodebek, dan (6) Cirebon. Subjek penelitian ini adalah implementasi KBK bahasa Sunda di SD dan SMP di Jawa Barat. Sumber data penelitian ini ialah guru-guru SD dan guru-guru bahasa Sunda SMP di Jawa Barat. Seluruh sumber data itu dijadikan populasi. Tidak semua populasi dijadikan sumber data, tetapi diambil sebagaian sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratifikasi purposif, dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Seluruh wilayah di Jawa Barat, yang terdiri atas 25 kabupaten/kota atau 595 kecamatan, dijadikan wilayah populasi. (2) Penentuan data dilakukan secara purposif, yakni setiap kabupaten atau kota ditentukan 30 orang guru, dengan perimbangan guru SD 30%, guru SMP / MTs 30%, dan guru SMA/K 40%. Jadi, responden seluruhnya berjumlah 500 orang, yang terdiri atas 225 orang guru SD/MI, 225 orang guru SMP/MTs, dan 300 guru SMA/K. Perimbangan jumlah informan serta distribusinya di kabupaten atau kota dapat dilihat pada tabel berikut.

6 Tabel 1.1 WILAYAH PROPINSI JAWA BARAT No. Wilayah Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Responden 1. Priangan Kota Banjar 4 30 Timur Kabupaten Ciamis 30 30 Kabupaten Tasikmalaya 47 30 Kota Tasikmalaya 17 30 2. Priangan Tengah (Bandung Raya) 3. Priangan Barat Kabupaten Garut 40 30 Kabupaten Bandung 45 30 Kota Bandung 31 30 Kota Cimahi 3 30 Kabupaten Sumedang 29 30 Kabupaten Sukabumi 53 30 Kota Sukabumi 6 30 Kabupaten Cianjur 26 30 (Sukaci) 4. Purwasuka Kabupaten Purwakarta 17 30 Kabupaten Karawang 22 30 Kabupaten Subang 22 30 5. Bodebek Kabupaten Bogor 41 30 Kota Bogor 7 30 Kota Depok 6 30 Kabupaten Bekasi 17 30 Kota Bekasi 16 30 6. Cirebon Kabupaten Cirebon 30 30 Kota Cirebon 5 30 Kabupaten Indramayu 24 30 Kabupaten Kuningan 28 30 Kabupaten Majalengka 23 30 J u m l a h 25 595 750 1.4.2 Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan penekanan pada studi lapangan. Unsur yang diidentifikasi ialah pembelajaran bahasa daerah (Sunda) di sekolah (SD/MI, SMP/MTs, dan

7 SMA/SMK/MA). Untuk keperluan itu digunakan tipe penelitian observasional (observational research) dengan jenis observasi alamiah (naturalistic observation) dan analisis isi (content analysis). Prosedur pengumpulan data dalam identifikasi ini dilakukan melalui tahap-tahap berikut. (1) Mengumpulkan ketua MGMP, KKG, dan wakil KCD kabupaten/kota. (2) Menjelaskan kriteria penentuan guru SD-SMP sebagai informan. (3) Membagikan angket kepada wakil kabupaten/kota. (4) Mengumpulkan angket dari tiap-tiap kabupaten/kota di Jawa Barat. 1.4.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam identifikasi ini ialah angket atau daftar tanyaan. Angket digunakan karena jenis dan sumber data serta responden yang diperlukan cukup banyak. Di dalam identifikasi ini digunakan jenis (1) angket berstruktur, yakni angket yang berisi daftar tanyaan dengan alternatif jawaban. Meskipun begitu, dalam beberapa daftar tanyaan terdapat (2) angket tak berstruktur karena responden harus melengkapi atau menjawab daftar tanyaan secara bebas. 1.4.4 Teknik Pengolahan Data Data pengajaran bahasa daerah yang telah terkumpul akan diperiksa, diidentifikasi, disusun, diolah, dan ditafsirkan sebagai bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk kepentingan pengolahan data, terutama data

8 kuantitatif, digunakan statistika deskriptif, yang berupa tabel dan perhitungan nilai kecenderungan memusat seperti persentase. Prosedur pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap berikut. (1) Pemilahan data atas lima hal, yakni KBK, perencanaan pengajaran, metodologi pengajaran, bahan ajar, dan evaluasi pengajaran. (2) Analisis implementasi KBK bahasa Sunda, yang meliputi KBK, rencana dan silabus pengajaran, metodologi, bahan ajar, dan evaluasi pengajaran. (3) Pemaparan, penafsiran, dan penyimpulan implementasi KBK bahasa Sunda di SD dan SMP di Jawa Barat.