TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) (STUDI KASUS DI TK. ISLAM PANDANSARI) SURABAYA Jayanti Dewi Purwanti Nurul Abidah*) *) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya Korespondensi :nurulabidah10@yahoo.co.id ABSTRAK Perkembangan otak anak tidak hanya tergantung pada faktor genetik, tapi juga peran orang tua dalam mengoptimalkannya. Salah satunya melalui bermain dan permainan yang tepat dan bermanfaat. Bermain sambil belajar, belajar sambil bermain, memang ungkapan yang tepat untuk menggambarkan ciri aktivitas fisik dan mental anak seusia ini. Dan hasilnya pun tampak nyata (Seri Ayah Bunda, 007). Dari survey awal yang dilakukan dari 10 orang ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun yang bersekolah di TK Islam Pandansari Surabaya. yaitu responden (0%) berpengetahuan baik, 1 responden (10%) berpengetahuan cukup, 7 responden (70%) berpengetahuan kurang. Tujuan penelitian mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif untuk perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Pandansari Jl. Purwodadi I No. 79 Surabaya. Jenis penelitian adalah observasional, karena peneliti hanya mengamati tidak memberikan perlakuan khusus terhadap obyek penelitian. Ditinjau dari segi pengolahan data penelitian ini digolongkan penelitian deskriptif. dengan sampel 7 responden yang diambil secara total sampling, dengan teknik cross sectional yang diproses dari lembar kuesioner. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 7 responden sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden), berusia > 30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 75% (3 responden), berpendidikan tinggi sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 100 % ( respond en), paritas multiapara sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 80% (8 responden) dan yang bekerja sebagian besars berpengetahuan baik sebesar 57.1% (8 responden). Diharapkan ibu untuk selalu menggali informasi tentang alat permainan edukatif untuk perkembangan anak usia pra sekolah 3-5 tahun dengan cara membaca buku atau bertanya pada guru pendidik. Kata kunci : Pengetahuan, Alat Permainan Edukatif. PENDAHULUAN Perkembangan otak anak tidak hanya tergantung pada faktor genetik, tapi juga peran orang tua dalam mengoptimalkannya. Salah satunya melalui bermain dan permainan yang tepat dan bermanfaat. 1
Laju proses berpikir anak pada dasarnya tidak bisa terlepas dari perkembangan otaknya. Pada bayi yang baru lahir, meski sudah memiliki neuron (sel saraf) yang hampir lengkap, tapi belum sepenuhnya berfungsi matang. Pada anak prasekolah, meski perkembangan otaknya tidak sepesat dua tahun pertama usianya, mereka tetap membutuhkan stimulasi yang memadai, sehingga diharapkan fungsi-fungsi otak anak dapat berkembang optimal. Tentu saja, orang tua yang bijaksana akan memberi perangsangan yang sesuai dengan kesiapan fisik dan mental anak. Artinya tetap mempertimbangkan tahapan kemampuan anak (Seri Ayah Bunda, 007). Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat syaraf yang berujung didalam dan diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat syaraf itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak-anak (Desmita, 009). Bermain, bermain, dan bermain. Inilah ciri aktivitas anak prasekolah yang khas, anak usia 3-5 tahun. Hampir seluruh kegiatan mereka melibatkan unsur bermain. Tetapi, bermain dalam kurun usia ini bukannya tanpa arti. Karena justru lewat kegiatan bermainlah mereka belajar. Belajar tentang banyak hal. Belajar memanfaatkan perangkat fisiknya sendiri, belajar mengenal arti berkawan, belajar berkomunikasi dengan bahasa verbal yang sama dengan bahasa orang-orang dilingkungkan, serta belajar berperilaku terkendali sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Bermain sambil belajar, belajar sambil
bermain, memang ungkapan yang tepat untuk menggambarkan ciri aktivitas fisik dan mental anak seusia ini. Dan hasilnya pun tampak nyata (Seri Ayah Bunda, 007). Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud bermain adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak). Sementara, yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Secara sepintas, keduanya hampir sama dan sulit dipisahkan. Dunia anak adalah dunia bermain, belajarnya anak sebagian besar melalui permainan yang mereka lakukan. Sehingga, jika keduanya (bermain dan belajar) dipisahkan, sama artinya dengan memisahkan anak-anak dari dunianya sendiri. Anak-anak akan menjadi terasing dalam lingkungan hidupnya (Suyadi, 009). Dengan demikian, antara belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar bertemu pada titik yang sama, yakni mengembangkan aspek kecerdasan tertentu pada anak. Hanya saja, penekanan keduanya berbeda. Jika belajar sambil bermain lebih menekankan pada keberhasilan bermain dengan alat atau jenis permainan tertentu. Keduanya berujung pada titik yang sama, yakni pengembangan kemampuan tertentu, Baca Tulis Hitung (Calistung), misalnya. Bedanya hanya terletak pada metode penekanan bermain saja (Suyadi, 009) Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif (APE) untuk perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun). METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah observasional dan tergolong cross sectional karena pengamatan dilakukan pada suatu saat saja. Ditinjau dari segi pengolahan data penelitian ini digolongkan penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang 3
mempunyai anak usia prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Pandansari Surabaya periode tahun ajaran 009-010 sejumlah 7 anak, didapatkan besar sampel sejumlah 7 orang dengan tehnik sampling jenuh. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 1 Distribusi Usia Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November Desember 010. No Usia Jumlah Persentase 1 3 < 0 tahun 0-30 tahun > 30 tahun 5 18 4 18,5 % 66,7 % 14,8 % Jumlah 7 100% Sumber : data primer tahun 010 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 7 responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar berusia 0-30 tahun sebanyak 66,7% (18 responden) dan sebagian kecil berusia > 30 tahun sebesar 14,8% (4 responden). Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel Distribusi Pendidikan Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November Desember 010. No Pendidikan Jumlah Persentase 1 Rendah (SD/ SMP) 5 18,5% Menengah (SMA/SMK) 0 74,1% 3 Tinggi (Akademi/ PT) 7,4 % Jumlah 7 100% Sumber : data primer tahun 010 4
Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 7 responden sebagian besar berpendidikan menengah (SMA/ SMK) sebesar 74,1% (0 responden) dan sebagian kecil berpendidikan tinggi (akadem/ PT) sebesar 7,4% ( responden) 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Tabel 3 Distribusi Paritas Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November Desember 010. Paritas Jumlah Prosentase (%) Primipara 7 8 Multipara 13 5 Grandemulti 5 0 Total 5 100 Sumber : data primer tahun 010 Dari tabel 3 di atas diketahui bahwa dari 5 responden didapatkan 7 responden (8%) primipara, multipara sebanyak 13 responden (5%), dan grandemulti sebanyak 5 responden (0%). 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Tabel 4 Distribusi Status Pekerjaan Orang Tua wali murid di TK Islam Pandansari Purwodadi I No. 79 Surabaya, November Desember 010. No Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Tidak bekerja Bekerja 13 14 48.1% 51.9% Jumlah 7 100% Sumber : data primer tahun 010 5
Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa dari 7 responden sebagian besar bekerja sebesar 51,9% (14 responden) dan sebagian kecil tidak bekerja 48,1% (13 responden). 5. Tingkat Pengetahuan Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai alat permainan edukatif di TK Islam Pandansari Jl. Purwodadi I No. 79 Surabaya, November- Desember 010. Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase (%) Baik Cukup Kurang 9 8 10 33,3 % 9,6 % 37,0 % Total 7 100 Sumber : data primer tahun 010 Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa dari 7 responden sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden) dan sebagian kecil berpengetahuan cukup sebesar 9,6% (8 responden). 6. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan umur di TK Islam Pandansari Surabaya Tabel.6 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan umur di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 010. No 1 3 Umur < 0 tahun 0 30 tahun > 30 tahun Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 0 0 1 0.0 4 80.0 6 33.3 6 33.3 6 33.3 3 75.0 1 5.0 0 0 N % 5 18 4 100 100 100 Jumlah 9 33.3 8 9.6 10 37.0 7 100 Sumber: data primer tahun 010 6
Berdasarkan tabel.6 menunjukkan bahwa dari 5 responden yang berusia < 0 tahun sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 80% (4 responden), dari 18 responden yang berusia 0-30 tahun berpengetahuan baik sebesar 33.3% (6 responden) dan dari 4 responden yang berusia > 30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 75% (3 responden). 7. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pendidikan di TK Islam Pandansari Surabaya. Tabel 7 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pendidikan di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 010. No 1 3 Pendidikan Dasar Menengah Tinggi Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 0 0 1 0.0 4 80.0 7 35.0 7 35.0 6 30.0 100 0 0 0 0 N % 5 0 100 100 100 Jumlah 9 33.3 8 9.6 10 37.0 7 100 Sumber: data primer tahun 010 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 5 responden yang berpendidikan dasar (SDdanSMP) sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 80%(4 responden), dari 0 responden yang berpendidikan menengah sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 35% (7 responden) dan dari responden yang berpendidikan tinggi sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 100 % ( responden). 7
8. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan paritas di TK Islam Pandansari Surabaya Tabel.8 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan paritas di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 010. No 1 Pengetahuan Pendidikan Baik Cukup Kurang N % Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Primipara 1 5.9 6 35.3 10 58.8 17 100 Multipara 8 80.0 0.0 0 0 10 100 Jumlah 9 33.3 8 9.6 10 37.0 7 100 Sumber: data primer tahun 010 Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa dari 17 responden yang paritas primipara sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 58.8% (10 responden) dan dari 10 responden paritas multipara sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 80% (8 responden). 9. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pekerjaan di TK Islam Pandansari Surabaya. Tabel 9 Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pekerjaan di TK Islam Pandansari Surabaya, November- Desember 010. No 1 Pengetahuan Pekerjaan Baik Cukup Kurang N % Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Tidak bekerja 1 7.7 5 38.5 7 53.8 13 100 Bekerja 8 57.1 3 1.4 3 1.4 14 100 Jumlah 9 33.3 8 9.6 10 37.0 7 100 Sumber: data primer tahun 010 8
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa dari 13 responden yang tidak bekerja sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 53.8% (7 responden) dan dari 14 responden yang bekerja sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 57.1% (8 responden). 10. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif di TK Islam Pandansari Surabaya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 responden sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden). Terdapat banyak faktor yang dapat mempengarui pengetahuan antara lain faktor internal yang meliputi umur, paritas motivasi yang merupakan dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan yang akan dapat mempengaruhi seseorang untuk merubah perilakunya kearah perilaku yang positif (Soekanto, 005), persepsi yang merupakan suatu obyek yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh beberapa orang (Sarlito, 00) dan IQ semakin tinggi IQ seseorang akan semakin cerdas pula secara potensial seseorang yang IQ-nya kurang akan banyak mengalami kesulitan belajar (Sarlito, 005), sedangkan faktor eksternal yang meliputi pendidikan, penyuluhan, media massa dan lingkungan. Dalam hal ini tidak sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Notoatmojo (003), semakin banyak informasi yang di dapat, maka semakin banyak pula pengetahuan yang di dapat. Hasil di lapangan menunjukkan masih banyak ibu berpengetahuan kurang, hal ini disebabkan sebagian ibu tidak mengerti alat mainan apa yang dapat membantu kecerdasan anak ini dikarena, informasi tentang alat permaianan edukatif itu sendiri ibu tidak mengerti, anggapan ibu yang penting anak suka ibu selalu 9
membelikannya agat tidak menangis terus. Sehingga banyak pengetahuan ibu yang kurang tentang alat permaianana apa yang dapat membantu edukatif anak. 11. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan umur di TK Islam Pandansari Surabaya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia > 30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 75% (3 responden). Hal ini sesuai dengan teori Nursalam dan Pariani (001) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Menurut teori Notoatmodjo (00) membuktikan semakin tua umur seseorang semakin baik pula tingkat pengetahuan dikarenakan semakin tua umur seseorang bertambah pula pengalamannya. Pada umur dua puluhan seseorang telah memiliki kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berfikir kreatif, sekitar awal atau pertengahan usia tiga puluhan kebanyakan orang mudah dan mampu menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil, tenang secara emosional. Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesamaan dengan teori yang dikemukakan diatas bahwa, ibu yang memiliki usia puluhan memiliki pengetahuan yang baik tentang bagaimana cara memilih alat permainan edukatif yang berguna bagi anak untuk membentuk perilaku yang baik dalam mempelajari anak. Dimana pada umur > 30 tahun tersebut menunjukkan bahwa umur ibu sudah menginjak dewasa akan memiliki pemikiran yang matang, dimana pada umur tersebut seseorang akan lebih aktif dalam mencari informasi-informasi baru, perkembangan otak anak tidak hanya tergantung pada faktor genetik, tapi juga peran orang tua dalam 10
mengoptimalkannya. Salah satunya melalui bermain dan permainan yang tepat dan bermanfaat. 1. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pendidikan di TK Islam Pandansari Surabaya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 100 % ( responden). Menurut Kuncoro dikutip oleh Nursalam (001) bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Menurut Notoatmodjo (003), yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan seseorang akan semakin mudah atau terbuka dalam menyerap, memilih dan beradaptasi dengan segala informasi dan sesuatu yang baru. Menurut IB Mantra (00), makin tinggi pendidikan seseorang makin muda orang tersebut untuk menerima informasi, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap nilainilai baru yang di perkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 001). Tinggi pendidikan seseorang makin muda orang tersebut untuk menerima informasi, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang di perkenalkan Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas terdapat ada persamaan dalam penelitian, bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sehingga berpengetahuan baik, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu yang mayoritas maka pengetahuan ibu tentang memilih permainan yang edukatif untuk anak sangat di pertimbangkan, hal ini guna keamanan, membentuk pola pikir dan perilaku yang baik 11
bagi anak sewaktu menginjak dewasa. Dengan memberikan alat permainan pada anak dengan yang berguna akan membentuk karakter dalam kehidupan sehari hari. 13. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan paritas di TK Islam Pandansari Surabaya Berdasarkan hasil penelitian responden paritas multipara sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 80% (8 responden). Menurut Notoatmodjo (003), ba hwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Pengalaman merupakan guru yang terbaik, baik pengalaman itu dari diri sendiri ataupun melihat dari orang lain, begitu pula dengan pengalaman orang tua dalam memilih permainan yang berguna bagi anaknya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki paritas multipara dalam memilihkan anaknya alat permainan yang edukatif sangat diperhatikan dalam membelikan, hal sesuai dari pengalaman pada anak yang pertama, merupakan suatu pengalaman bagi ibu untuk membelikan alat permainan. 14. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentang alat permainan edukatif berdasarkan pekerjaan di TK Islam Pandansari Surabaya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 57.1% (8 responden). Menurut Notoatmodjo (003), dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman, menurut Sarlito (00), seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena seseorang akan mempunyai banyak informasi. Sedangkan menurut WHO, Depkes, RI, FKUI,000. Mengatakan bahwa ibu yang bekerja di 1
sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan sehingga pengetahuan dan pengalaman lebih banyak. Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas ada persamaan dengan hasil penelitian bahwa ibu yang bekerja mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemilihan alat permainan edukatif bagi anak, hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja lebih banyak informasi yang didapat dari luar, informasi dari media masa atau media elektronik, mainan apa yang dapat berguna bagi anak dalam pendidikan. Mungkin juga disebabkan oleh pengamatan ibu terhadap anak yang sedang bermain dengan alat permainannya atau disebabkan oleh informasi yang diperoleh baik dari guru TK, media elektronik, media massa tentang APE (Alat Permainan Edukatif). Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (003) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dapat terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, dimana pengetahuan itu sendiri atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. SIMPULAN 1. Responden sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 37% (10 responden).. Responden yang berusia > 30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 75% (3 responden). 3. Responden yang berpendidikan tinggi sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 100 % ( responden). 4. Responden paritas multipara sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 80% (8 responden). 5. Responden yang bekerja sebagian besar berpengetahuan baik sebesar 57.1% (8 responden). 13
KEPUSTAKAAN Ahmadi, Abu (005). Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rineka Cipta. Arikunto, S (00). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta. Ayahbunda, Tim Redaksi (007). Seri Ayah Bunda, Jakarta, PT Gaya Favorit Press. Chaplin, J.P. 00. Dictionary of Psychology. Terj. Kartini Kartono, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Desmita (005). Psikologi Perkembangan, Jogjakarta, PT Remaja Rosdakarya. Hidayat, Alimul Aziz, 009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Keraf, S & Mikhael (001), Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Kanisius. Monk F. J., dkk (001) Kutipan dari Desmita, Psikologi Perkembangan, Jogyakarta : PT. Remaja Rosdakarya. Notoatmodjo, S (003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Rineka Cipta. (005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Nursalam dan Siti Pariani (001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta, CV Agung Setia. Nursalam (003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika. Rachmani, I.F dkk (005). Seri Ayah Bunda, Jakarta, PT Aspirasi Pemuda. Sarlito, Mas. 00. Teori Psikologi Sosial Liberty. Yogyakarta.. 005. Teori Psikologi Sosial Liberty. Yogyakarta. Suyadi (009). Permainan Edukatif yang Mencerdaskan, Jogjakarta, Power Books (IHDINA). Soekanto. 005. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Yusuf LN, Syamsu (010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT Remaja Rosdakarya. www.google.com. Sampai Dimana Kemampuan Anak Prasekolah 14
15
16
17