BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON POHON PADA TEGAKAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

PENDAHULUAN Latar Belakang

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

III. METODOLOGI PE ELITIA

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Rekapitulasi data tegakan akasia (Acacia mangium)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Eldridge et al. (1993), taksonomi tanaman Eucalyptus adalah. : Plantae (Tumbuhan) : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

3 METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI BIOMASSA DAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

II. TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

PENDUGAAN POTENSI KANDUNGAN KARBON PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis LINN.F) DI AREAL KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu

IV. METODE PENELITIAN

ESTIMATION OF CARBON POTENTIAL ABOVE THE GROUND AT THE STAND LEVEL POLES AND TREES IN FOREST CITY PEKANBARU

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak tanam pohon pada masing-masing areal hutan tanaman akasia adalah (3 x 2,5) meter. Kedua lokasi penelitian tersebut terletak di areal Hutan Tanaman (HTI) PT. Wana Subur Lestari, Kalimantan Barat. a b. Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan 5.1.1 Potensi Volume Pengukuran volume pohon ditegakan dilakukan dengan cara mengukur tinggi pohon (m) dan keliling pohon (cm) kemudian hasil pengukuran tersebut dikonversi dengan angka bentuk A. crassicarpa (0,7), sehingga didapat volume pohon akasia. Volume pohon yang didapat akan memberikan informasi mengenai potensi volume tegakan akasia (A. crassicarpa) pada areal tegakan umur 12 bulan dan umur 6 bulan. Potensi volume tegakan akasia (A. crassicarpa) pada kedua umur tegakan dapat dilihat pada Tabel 1.

17 Tabel 1 Potensi volume tegakan Acacia crassicarpa pada umur 6 bulan dan umur 12 bulan di HTI PT.Wana Subur Lestari Umur (bulan) Jarak Tanam (m) Luas Petak (ha) Jumlah Pohon (N/ha) Diameter rata-rata (cm) Volume Per hektar (m³/ha) Volume Per pohon (m³) Angka Bentuk Kerapatan (N/ha) 6 3 x 3 0,7 0,2 278 4,2742 1390 4,1419 0.0029 12 3 x 3 0,7 0,2 144 7,8291 720 7,7592 0,0107 Potensi volume tegakan akasia (A. crassicarpa) pada petak umur 12 bulan berbeda dengan potensi volume yang dimiliki oleh tegakan akasia petak umur 6 bulan. Potensi volume tegakan akasia pada umur 6 bulan per hektarnya sebesar 4,1419 m³/ha, sedangkan potensi volume tegakan akasia umur 12 bulan adalah sebesar 7,7592 m³/ha. Perbedaan lainnya dilihat dari jumlah pohonnya per tegakan umur, berdasarkan Tabel 1 terdapat perbedaan, untuk tegakan akasia umur 12 bulan memiliki jumlah pohon yang lebih sedikit dibandingkan dengan tegakan akasia umur 6 bulan. Untuk tegakan akasia umur 12 bulan jumlah pohonnya sebanyak 144 pohon/ha, sedangkan untuk tegakan akasia umur 6 bulan jumlah pohonnya sebanyak 278 pohon/ha. Perbedaan jumlah pohon tersebut disebabkan karena faktor-faktor yang berkaitan dengan keadaan tempat tumbuh, walaupun kedua tegakan tersebut berada dalam satu wilayah atau estate yang sama (estate Terentang), tetapi kualitas tempat tumbuhnya dapat berbeda serta kesesuaian lokasi tempat tumbuh untuk tanaman yang kurang tepat. Kemungkinan kualitas bibit yang kurang baik serta adanya serangan hama dan penyakit pada pohon juga dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah pohon.

18 9 Potensi volume tegakan Acacia crassicarpa (m³/ha) 8 7 6 5 4 3 2 1 4,1419 7,7591 0 6 12 Umur tegakan (bulan) Gambar 5 Potensi volume pohon Acacia crassicarpa pada tegakan umur 6 bulan dan pada tegakan umur 12 bulan 5.1.2 Potensi Biomassa Pohon Dalam peneltitian ini, biomasaa yang diukur adalah total biomasaa yang terdapat didalam pohon akasia (A. crassicarpa). Potensi biomassa hutan dapat diketahui melalui data hasil inventarisasi baik dengan menggunakan faktor konversi volume ke biomassa maupun persamaan allometrik yang menghubungkan dimensi pohon (diameter dan tinggi pohon) dengan biomassanya (Tiryana 2005). Kandungan biomasaa pohon yang terdapat pada tiap tegakan berbeda, tegakan akasia (A. crassicarpa) pada umur 12 bulan memiliki potensi biomassa yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 6 bulan. Potensi biomassa pohon akasia pada petak umur 12 bulan adalah 20,9497 ton/ha, sedangkan untuk tegakan akasia pada umur 6 bulan adalah 7,2483 ton/ha. Tabel 2 Potensi biomassa pohon Acacia crassicarpa pada tegakan umur 6 bulan dan 12 bulan Umur Pohon (bulan) Kerapatan (N / ha) Biomassa Pohon (ton / ha) 6 1390 7,2483 12 720 20,9497

19 Potensi Simpanan Biomassa Pohon Akasia (ton/ha) 25 20 15 10 5 0 7,2483 20,9497 6 12 Gambar 6 Potensi biomassa pohon tegakan Acacia crassicarpa pada tegakan umur 6 bulan dan pada tegakan umur 12 bulan 5.1.3 Potensi Simpanan Karbon Potensi simpanan karbon yang dilakukan pada penelitian ini adalah potensi simpanan karbon yang terdapat pada pohon akasia (A. crassicarpa) pada masingmasing umur tegakan (12 bulan dan 6 bulan). Hasil perhitungan dilapangan menggunakan studi tentang biomassa yaitu dengan mengkonversi perhitungan jumlah biomassa yang didapat dengan faktor konversi 0,5 dimana hampir 50% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon (Brown 1997). Potensi simpanan karbon yang terdapat pada pohon akasia (A. crassicarpa) pada umur 12 bulan adalah 10,4749 ton/ha, sedangkan untuk potensi simpanan karbon yang dimiliki oleh tegakan akasia umur 6 bulan lebih sedikit yaitu 3,6242 ton/ha. Hal tersebut disebabkan oleh potensi biomassa yang dimiliki oleh tegakan akasia (A. crassicarpa) umur 12 bulan lebih tinggi daripada potensi biomassa pohon akasia pada umur 6 bulan, dimana sebanyak 50% dari biomassa mengandung karbon. Umur tegakan (bulan)

20 12 Potensi Karbon Pohon Akasia (ton/ha) 10 8 6 4 2 10,4749 3,6242 0 12 6 Umur tegakan (bulan) Gambar 7 Potensi simpanan karbon pohon di tegakan Acacia crassicarpa pada tegakan umur 12 bulan dan pada tegakan umur 6 bulan 5.1.4 Hasil Analisis Data Simpanan Karbon Hasil simpanan karbon pohon yang telah diperoleh baik pada tegakan akasia umur 12 bulan maupun tegakan akasia umur 6 bulan, kemudian diuji secara statistik dengan uji-t. Dimana hasil uji-t dalam menguji hipotesis yang telah dibuat yaitu faktor umur, dapat dilihat dari nilai p-value. Nilai p-valeu < 0,001 sehingga pada taraf nyata 5% tolak H0 : τı = τ2 = 0 (umur tegakan tidak berpengaruh), dan memiliki arti dapat terima H1 : min ada satu τ1 0, i = 1, 2. Dapat disimpulkan pada taraf nyata 5% ada atau terdapat faktor umur tegakan yang berpengaruh terhadap simpanan karbon pohon di hutan tanaman. 5.2 Pembahasan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan, terutama kayu. Penelitian dilakukan di tegakan akasia umur 12 bulan dan pada umur 6 bulan yang berada di areal Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Wana Subur Lestari (WSL) Terentang, Kalimantan Barat. Areal HTI ini seluruhnya

21 merupakan hutan rawa gambut (lahan basah) yang kedalamannya rata-rata 2m, dan jenis A. crassicarpa merupakan salah satu jenis yang dipilih untuk dikembangkan pada areal HTI tersebut. Salah satu jenis akasia yang memiliki adaptabilitas dan pertumbuhan yang baik pada kondisi lahan kritis ialah A. crassicarpa dan tanaman tersebut juga tahan pada tanah masam sekitar ph 3.5, oleh sebab itu di areal HTI terutama areal hutan rawa gambut yang merupakan ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih dari 20 m. Dengan adanya pembangunan HTI dapat berperan baik sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Pohon-pohon muda tumbuh lebih cepat dan menyerap lebih banyak karbondioksida dibandingkan pohon-pohon tua. Pohon-pohon tua paling sedikit mengikat karbondioksida, tetapi lebih banyak menyimpan karbon dalam biomassanya (Ramadhan 2011). Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui terdapat perbedaan potensi volume dari tegakan akasia pada umur 12 bulan dengan tegakan akasia pada umur 6 bulan. Potensi volume dari pohon akasia per hektar umur 12 bulan jumlahnya jauh lebih besar yaitu 7,7591 m³/ha, sedangkan potensi volume yang dimiliki oleh tegakan akasia umur 6 bulan lebih sedikit yaitu 4,1419 m³/ha. Perbedaan yang lain terlihat dari jumlah pohon yang tidak sama pada tiap yang mempengaruhi kerapatan pohon. Meskipun pohon pada tegakan umur 6 bulan cukup baik, karena jumlah pohonnya lebih banyak yaitu 278 pohon dibandingkan dengan pohon pada tegakan umur 12 bulan yang jumlahnya hanya ada 144 pohon. Sedangkan, jumlah pohon yang terdapat pada tegakan umur 12 bulan lebih sedikit daripada pohon pada tegakan umur 6 bulan disebabkan karena pada saat proses penanaman lahan atau media tanamnya masih dalam keadaan waterlock atau tergenang air, sehingga tanaman mati atau tumbuh tidak sempurna. Kematian yang terjadi pada pohon juga dapat diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit serta kualitas bibit yang kurang baik. Perbedaan jumlah pohon pada tegakan umur 6 bulan dan umur 12 bulan tidak berpengaruh terhadap perbedaan jumlah potensi volume dari kedua tegakan umur pohon tersebut. Perbedaan potensi volume pada kedua tegakan umur tersebut dikarenakan pada tegakan umur 12 bulan jumlah

22 pohon dan kerapatannya lebih rendah dibandingkan tegakan akasia umur 6 bulan, sehingga dapat mempengaruhi potensi volume pada masing-masing tegakan, serta pertumbuhan alami pohon dari tegakan umur 12 bulan jauh lebih besar dan waktu penanamannya yang dilakukan lebih awal dibandingkan dengan pohon akasia pada tegakan umur 6 bulan, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya diameter dan volume yang dimiliki kedua umur tegakan akasia. Perbedaan potensi volume dari kedua umur tegakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 5. Pada Tabel 1 terlihat bahwa, pohon pada tegakan umur 12 memiliki diameter rata-rata dan volume per pohon lebih besar yaitu 7,8291 cm dan 0,0107 m³, sedangkan pohon pada tegakan umur 6 bulan hanya memiliki diameter rata-rata sebesar 4,2742 cm dan volume per pohon sebesar 0,0029 m³. Hasil pendugaan biomassa pohon pada tegakan akasia diperoleh hasil berbeda jauh pada tiap umur tegakan. Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa tegakan pohon akasia umur 12 bulan memilki nilai potensi biomassa yang lebih besar yaitu 20,9497 ton/ha jika dibandingkan dengan tegakan pohon akasia umur 6 bulan yang hanya memilki nilai potensi biomassa sebesar 7,2483 ton/ha. Besarnya nilai potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 12 bulan dibandingkan dengan biomassa pohon tegakan akasia umur 6 bulan dikarenakan faktor umur tegakan yang lebih tua, makin besar potensi biomassa tegakan diakibatkan oleh makin tua umur tegakan tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena diameter pohon mengalami pertumbuhan melalui pembelahan sel yang berlangsung secara terus menerus dan akan semakin lambat pada umur tertentu. Pada akhirnya akan terbentuk sel-sel baru yang akan menambah diameter batang (Sjostrom 1998 dalam Yuniawati 2011), sehingga perbedaan potensi biomassa pohon antara kedua umur tegakan tersebut cukup jauh, yaitu potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 12 bulan besar nilainya hampir tiga kali dari nilai potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 6 bulan. Gambut merupakan media tanam yang miskin unsur hara dan sifat kemasaman yang tinggi sehingga pada umumnya tanaman mempunyai pertumbuhan yang lambat. Pada Tabel 2 dapat dilihat, fakta dilapangan menunjukkan nilai biomassa pohonnya lebih kecil dan tingkat kerapatan pohon pada tegakan umur 6 bulan lebih rapat dibandingkan dengan tegakan akasia umur 12 bulan, pada tegakan umur 6 bulan terjadi

23 persaingan unsur hara yang tinggi, sehingga tidak mendukukung fungsi fisiologis dengan baik. Apabila proses fisiologis berlangsung dengan baik maka proses pembentukan jaringan tubuh tanaman akan berjalan sempurna sehingga dapat meningkatkan biomassa tanaman dalam satuan ton per hektar. Selain itu, dilapangan tidak menerapkan pemupukan pada saat bibit sudah ditanam di lapangan. Pemupukan di lapangan sebenarnya sangat penting terutama pada media tanam yang miskin umsur hara seperti gambut, karena pemupukan di lapangan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pohon. Hal ini juga yang menyebabkan nilai potensi biomassa pada kedua tegakan umur tersebut nilai potensi biomassanya tidak terlalu besar. Faktor lain yang mempengaruhi laju peningkatan karbon atau biomassa pohon adalah umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan strukturtegakan, serta kualitas tempat tumbuh (Madgwick 1976 dalam Ramadhan 2011). Besarnya nilai potensi biomassa pohon yang dimiliki pada masing-masing tegakan umur pohon akasia, akan berpengaruh terhadap beasarnya nilai potensi simpanan atau kandungan karbon pohon pada tegakan umur tersebut. Pendugaan potensi simpanan karbon dalam suatu tegakan dapat dilihat dari besarnya potensi biomassa yang ada. Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon pada vegetasi hutan, karena 50% dari biomassa adalah karbon (Brown & Gaston dalam Salim 2005). Maka dari itu, potensi simpanan karbon pohon pada tegakan akasia adalah setengah dari potensi biomassanya yang artinya bahwa peningkatan jumlah biomassa akan meningkatkan jumlah potensi simpanan karbon. Pada hasil pengolahan data biomassa, pohon akasia pada tegakan umur 12 bulan memiliki nilai potensi simpanan karbonnya lebih besar dibandingkan dengan nilai potensi simpanan karbon pohon akasia pada tegakan umur 6 bulan. Pada Gambar 5 menunjukkan hasil perhitungan potensi simpanan karbon pohon pada tegakan umur 12 bulan adalah sebesar 10,4748 ton/ha, sedangkan hasil potensi simpanan karbon pohon tegakan akasia umur 6 bulan lebih sedikit yaitu 3,6242 ton/ha, hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi umur tanaman maka massa karbon pohon pada tegakan semakin besar. Tingginya massa karbon pada tegakan hutan meningkat pada setiap peningkatan umur tanaman, hal ini disebabkan dengan meningkatnya umur tanaman maka pohon atau tanaman

24 menjadi lebih besar yang dihasilkan dari proses fotosintesis (Yuniawati 2011). Hal itu tersebut sejalan dengan Hairiah dan Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa potensi massa karbon dapat dilihat dari biomassanya tegakan yang ada. Besarnya massa karbon tiap bagian pohon dipengaruhi oleh massa biomassa vegetasi. Perbandingan potensi kandungan karbon pada masing-masing tegakan berbanding lurus dengan perbandingan potensi biomassanya. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil pengolahan data biomassa menunjukkan potensi simpanan karbon pada tegakan akasia umur 12 bulan hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan potensi simpanan karbon pada tegakan akasia umur 6 bulan. Hasil potensi simpanan karbon pohon yang telah diperoleh pada tegakan akasia umur 12 bulan dan tegakan umur 6 bulan tahun tanam 2010, kemudian dianalisis kembali menggunakan statistika untuk menguji keaktualan data dengan pengujian statistik uji-t atau uji sebaran t dan analisis statistiknya menggunakan pengujian hipotesis yang telah dibuat. Hasil analisis data untuk menguji hipostesis yaitu pada faktor umur diperoleh nilai p-value < 0,001 dan nilai tersebut < 0,05 sehingga pada taraf nyata 5% tolak H0 : τı= τ2 = 0 (umur tegakan tidak berpengaruh), dan memiliki arti dapat terima H1 : min ada satu τ1 0, i = 1, 2. Dapat disimpulkan pada taraf nyata 5% ada atau terdapat umur yang berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon pohon di hutan tanaman. Hasil analisis data dilapangan dengan menggunakan statistik menunjukkan hasil yang berkesesuaian dengan kondisi yang ada dilapangan. Pengujian statistika tersebut mampu membuktikan hipotesis yang dibuat, yaitu faktor umur tegakan memberikan pengaruh terhadap simpanan karbon pohon di hutan tanaman. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil analisis statistika ini adalah umur tegakan pengamatan yang memberikan pengaruh terhadap simpanan karbon pohon di hutan tanaman adalah umur tegakan yang lebih tua (tegakan umur 12 bulan).