BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak tanam pohon pada masing-masing areal hutan tanaman akasia adalah (3 x 2,5) meter. Kedua lokasi penelitian tersebut terletak di areal Hutan Tanaman (HTI) PT. Wana Subur Lestari, Kalimantan Barat. a b. Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan 5.1.1 Potensi Volume Pengukuran volume pohon ditegakan dilakukan dengan cara mengukur tinggi pohon (m) dan keliling pohon (cm) kemudian hasil pengukuran tersebut dikonversi dengan angka bentuk A. crassicarpa (0,7), sehingga didapat volume pohon akasia. Volume pohon yang didapat akan memberikan informasi mengenai potensi volume tegakan akasia (A. crassicarpa) pada areal tegakan umur 12 bulan dan umur 6 bulan. Potensi volume tegakan akasia (A. crassicarpa) pada kedua umur tegakan dapat dilihat pada Tabel 1.
17 Tabel 1 Potensi volume tegakan Acacia crassicarpa pada umur 6 bulan dan umur 12 bulan di HTI PT.Wana Subur Lestari Umur (bulan) Jarak Tanam (m) Luas Petak (ha) Jumlah Pohon (N/ha) Diameter rata-rata (cm) Volume Per hektar (m³/ha) Volume Per pohon (m³) Angka Bentuk Kerapatan (N/ha) 6 3 x 3 0,7 0,2 278 4,2742 1390 4,1419 0.0029 12 3 x 3 0,7 0,2 144 7,8291 720 7,7592 0,0107 Potensi volume tegakan akasia (A. crassicarpa) pada petak umur 12 bulan berbeda dengan potensi volume yang dimiliki oleh tegakan akasia petak umur 6 bulan. Potensi volume tegakan akasia pada umur 6 bulan per hektarnya sebesar 4,1419 m³/ha, sedangkan potensi volume tegakan akasia umur 12 bulan adalah sebesar 7,7592 m³/ha. Perbedaan lainnya dilihat dari jumlah pohonnya per tegakan umur, berdasarkan Tabel 1 terdapat perbedaan, untuk tegakan akasia umur 12 bulan memiliki jumlah pohon yang lebih sedikit dibandingkan dengan tegakan akasia umur 6 bulan. Untuk tegakan akasia umur 12 bulan jumlah pohonnya sebanyak 144 pohon/ha, sedangkan untuk tegakan akasia umur 6 bulan jumlah pohonnya sebanyak 278 pohon/ha. Perbedaan jumlah pohon tersebut disebabkan karena faktor-faktor yang berkaitan dengan keadaan tempat tumbuh, walaupun kedua tegakan tersebut berada dalam satu wilayah atau estate yang sama (estate Terentang), tetapi kualitas tempat tumbuhnya dapat berbeda serta kesesuaian lokasi tempat tumbuh untuk tanaman yang kurang tepat. Kemungkinan kualitas bibit yang kurang baik serta adanya serangan hama dan penyakit pada pohon juga dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah pohon.
18 9 Potensi volume tegakan Acacia crassicarpa (m³/ha) 8 7 6 5 4 3 2 1 4,1419 7,7591 0 6 12 Umur tegakan (bulan) Gambar 5 Potensi volume pohon Acacia crassicarpa pada tegakan umur 6 bulan dan pada tegakan umur 12 bulan 5.1.2 Potensi Biomassa Pohon Dalam peneltitian ini, biomasaa yang diukur adalah total biomasaa yang terdapat didalam pohon akasia (A. crassicarpa). Potensi biomassa hutan dapat diketahui melalui data hasil inventarisasi baik dengan menggunakan faktor konversi volume ke biomassa maupun persamaan allometrik yang menghubungkan dimensi pohon (diameter dan tinggi pohon) dengan biomassanya (Tiryana 2005). Kandungan biomasaa pohon yang terdapat pada tiap tegakan berbeda, tegakan akasia (A. crassicarpa) pada umur 12 bulan memiliki potensi biomassa yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 6 bulan. Potensi biomassa pohon akasia pada petak umur 12 bulan adalah 20,9497 ton/ha, sedangkan untuk tegakan akasia pada umur 6 bulan adalah 7,2483 ton/ha. Tabel 2 Potensi biomassa pohon Acacia crassicarpa pada tegakan umur 6 bulan dan 12 bulan Umur Pohon (bulan) Kerapatan (N / ha) Biomassa Pohon (ton / ha) 6 1390 7,2483 12 720 20,9497
19 Potensi Simpanan Biomassa Pohon Akasia (ton/ha) 25 20 15 10 5 0 7,2483 20,9497 6 12 Gambar 6 Potensi biomassa pohon tegakan Acacia crassicarpa pada tegakan umur 6 bulan dan pada tegakan umur 12 bulan 5.1.3 Potensi Simpanan Karbon Potensi simpanan karbon yang dilakukan pada penelitian ini adalah potensi simpanan karbon yang terdapat pada pohon akasia (A. crassicarpa) pada masingmasing umur tegakan (12 bulan dan 6 bulan). Hasil perhitungan dilapangan menggunakan studi tentang biomassa yaitu dengan mengkonversi perhitungan jumlah biomassa yang didapat dengan faktor konversi 0,5 dimana hampir 50% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon (Brown 1997). Potensi simpanan karbon yang terdapat pada pohon akasia (A. crassicarpa) pada umur 12 bulan adalah 10,4749 ton/ha, sedangkan untuk potensi simpanan karbon yang dimiliki oleh tegakan akasia umur 6 bulan lebih sedikit yaitu 3,6242 ton/ha. Hal tersebut disebabkan oleh potensi biomassa yang dimiliki oleh tegakan akasia (A. crassicarpa) umur 12 bulan lebih tinggi daripada potensi biomassa pohon akasia pada umur 6 bulan, dimana sebanyak 50% dari biomassa mengandung karbon. Umur tegakan (bulan)
20 12 Potensi Karbon Pohon Akasia (ton/ha) 10 8 6 4 2 10,4749 3,6242 0 12 6 Umur tegakan (bulan) Gambar 7 Potensi simpanan karbon pohon di tegakan Acacia crassicarpa pada tegakan umur 12 bulan dan pada tegakan umur 6 bulan 5.1.4 Hasil Analisis Data Simpanan Karbon Hasil simpanan karbon pohon yang telah diperoleh baik pada tegakan akasia umur 12 bulan maupun tegakan akasia umur 6 bulan, kemudian diuji secara statistik dengan uji-t. Dimana hasil uji-t dalam menguji hipotesis yang telah dibuat yaitu faktor umur, dapat dilihat dari nilai p-value. Nilai p-valeu < 0,001 sehingga pada taraf nyata 5% tolak H0 : τı = τ2 = 0 (umur tegakan tidak berpengaruh), dan memiliki arti dapat terima H1 : min ada satu τ1 0, i = 1, 2. Dapat disimpulkan pada taraf nyata 5% ada atau terdapat faktor umur tegakan yang berpengaruh terhadap simpanan karbon pohon di hutan tanaman. 5.2 Pembahasan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan, terutama kayu. Penelitian dilakukan di tegakan akasia umur 12 bulan dan pada umur 6 bulan yang berada di areal Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Wana Subur Lestari (WSL) Terentang, Kalimantan Barat. Areal HTI ini seluruhnya
21 merupakan hutan rawa gambut (lahan basah) yang kedalamannya rata-rata 2m, dan jenis A. crassicarpa merupakan salah satu jenis yang dipilih untuk dikembangkan pada areal HTI tersebut. Salah satu jenis akasia yang memiliki adaptabilitas dan pertumbuhan yang baik pada kondisi lahan kritis ialah A. crassicarpa dan tanaman tersebut juga tahan pada tanah masam sekitar ph 3.5, oleh sebab itu di areal HTI terutama areal hutan rawa gambut yang merupakan ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih dari 20 m. Dengan adanya pembangunan HTI dapat berperan baik sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Pohon-pohon muda tumbuh lebih cepat dan menyerap lebih banyak karbondioksida dibandingkan pohon-pohon tua. Pohon-pohon tua paling sedikit mengikat karbondioksida, tetapi lebih banyak menyimpan karbon dalam biomassanya (Ramadhan 2011). Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui terdapat perbedaan potensi volume dari tegakan akasia pada umur 12 bulan dengan tegakan akasia pada umur 6 bulan. Potensi volume dari pohon akasia per hektar umur 12 bulan jumlahnya jauh lebih besar yaitu 7,7591 m³/ha, sedangkan potensi volume yang dimiliki oleh tegakan akasia umur 6 bulan lebih sedikit yaitu 4,1419 m³/ha. Perbedaan yang lain terlihat dari jumlah pohon yang tidak sama pada tiap yang mempengaruhi kerapatan pohon. Meskipun pohon pada tegakan umur 6 bulan cukup baik, karena jumlah pohonnya lebih banyak yaitu 278 pohon dibandingkan dengan pohon pada tegakan umur 12 bulan yang jumlahnya hanya ada 144 pohon. Sedangkan, jumlah pohon yang terdapat pada tegakan umur 12 bulan lebih sedikit daripada pohon pada tegakan umur 6 bulan disebabkan karena pada saat proses penanaman lahan atau media tanamnya masih dalam keadaan waterlock atau tergenang air, sehingga tanaman mati atau tumbuh tidak sempurna. Kematian yang terjadi pada pohon juga dapat diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit serta kualitas bibit yang kurang baik. Perbedaan jumlah pohon pada tegakan umur 6 bulan dan umur 12 bulan tidak berpengaruh terhadap perbedaan jumlah potensi volume dari kedua tegakan umur pohon tersebut. Perbedaan potensi volume pada kedua tegakan umur tersebut dikarenakan pada tegakan umur 12 bulan jumlah
22 pohon dan kerapatannya lebih rendah dibandingkan tegakan akasia umur 6 bulan, sehingga dapat mempengaruhi potensi volume pada masing-masing tegakan, serta pertumbuhan alami pohon dari tegakan umur 12 bulan jauh lebih besar dan waktu penanamannya yang dilakukan lebih awal dibandingkan dengan pohon akasia pada tegakan umur 6 bulan, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya diameter dan volume yang dimiliki kedua umur tegakan akasia. Perbedaan potensi volume dari kedua umur tegakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 5. Pada Tabel 1 terlihat bahwa, pohon pada tegakan umur 12 memiliki diameter rata-rata dan volume per pohon lebih besar yaitu 7,8291 cm dan 0,0107 m³, sedangkan pohon pada tegakan umur 6 bulan hanya memiliki diameter rata-rata sebesar 4,2742 cm dan volume per pohon sebesar 0,0029 m³. Hasil pendugaan biomassa pohon pada tegakan akasia diperoleh hasil berbeda jauh pada tiap umur tegakan. Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa tegakan pohon akasia umur 12 bulan memilki nilai potensi biomassa yang lebih besar yaitu 20,9497 ton/ha jika dibandingkan dengan tegakan pohon akasia umur 6 bulan yang hanya memilki nilai potensi biomassa sebesar 7,2483 ton/ha. Besarnya nilai potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 12 bulan dibandingkan dengan biomassa pohon tegakan akasia umur 6 bulan dikarenakan faktor umur tegakan yang lebih tua, makin besar potensi biomassa tegakan diakibatkan oleh makin tua umur tegakan tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena diameter pohon mengalami pertumbuhan melalui pembelahan sel yang berlangsung secara terus menerus dan akan semakin lambat pada umur tertentu. Pada akhirnya akan terbentuk sel-sel baru yang akan menambah diameter batang (Sjostrom 1998 dalam Yuniawati 2011), sehingga perbedaan potensi biomassa pohon antara kedua umur tegakan tersebut cukup jauh, yaitu potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 12 bulan besar nilainya hampir tiga kali dari nilai potensi biomassa pohon pada tegakan akasia umur 6 bulan. Gambut merupakan media tanam yang miskin unsur hara dan sifat kemasaman yang tinggi sehingga pada umumnya tanaman mempunyai pertumbuhan yang lambat. Pada Tabel 2 dapat dilihat, fakta dilapangan menunjukkan nilai biomassa pohonnya lebih kecil dan tingkat kerapatan pohon pada tegakan umur 6 bulan lebih rapat dibandingkan dengan tegakan akasia umur 12 bulan, pada tegakan umur 6 bulan terjadi
23 persaingan unsur hara yang tinggi, sehingga tidak mendukukung fungsi fisiologis dengan baik. Apabila proses fisiologis berlangsung dengan baik maka proses pembentukan jaringan tubuh tanaman akan berjalan sempurna sehingga dapat meningkatkan biomassa tanaman dalam satuan ton per hektar. Selain itu, dilapangan tidak menerapkan pemupukan pada saat bibit sudah ditanam di lapangan. Pemupukan di lapangan sebenarnya sangat penting terutama pada media tanam yang miskin umsur hara seperti gambut, karena pemupukan di lapangan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pohon. Hal ini juga yang menyebabkan nilai potensi biomassa pada kedua tegakan umur tersebut nilai potensi biomassanya tidak terlalu besar. Faktor lain yang mempengaruhi laju peningkatan karbon atau biomassa pohon adalah umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan strukturtegakan, serta kualitas tempat tumbuh (Madgwick 1976 dalam Ramadhan 2011). Besarnya nilai potensi biomassa pohon yang dimiliki pada masing-masing tegakan umur pohon akasia, akan berpengaruh terhadap beasarnya nilai potensi simpanan atau kandungan karbon pohon pada tegakan umur tersebut. Pendugaan potensi simpanan karbon dalam suatu tegakan dapat dilihat dari besarnya potensi biomassa yang ada. Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon pada vegetasi hutan, karena 50% dari biomassa adalah karbon (Brown & Gaston dalam Salim 2005). Maka dari itu, potensi simpanan karbon pohon pada tegakan akasia adalah setengah dari potensi biomassanya yang artinya bahwa peningkatan jumlah biomassa akan meningkatkan jumlah potensi simpanan karbon. Pada hasil pengolahan data biomassa, pohon akasia pada tegakan umur 12 bulan memiliki nilai potensi simpanan karbonnya lebih besar dibandingkan dengan nilai potensi simpanan karbon pohon akasia pada tegakan umur 6 bulan. Pada Gambar 5 menunjukkan hasil perhitungan potensi simpanan karbon pohon pada tegakan umur 12 bulan adalah sebesar 10,4748 ton/ha, sedangkan hasil potensi simpanan karbon pohon tegakan akasia umur 6 bulan lebih sedikit yaitu 3,6242 ton/ha, hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi umur tanaman maka massa karbon pohon pada tegakan semakin besar. Tingginya massa karbon pada tegakan hutan meningkat pada setiap peningkatan umur tanaman, hal ini disebabkan dengan meningkatnya umur tanaman maka pohon atau tanaman
24 menjadi lebih besar yang dihasilkan dari proses fotosintesis (Yuniawati 2011). Hal itu tersebut sejalan dengan Hairiah dan Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa potensi massa karbon dapat dilihat dari biomassanya tegakan yang ada. Besarnya massa karbon tiap bagian pohon dipengaruhi oleh massa biomassa vegetasi. Perbandingan potensi kandungan karbon pada masing-masing tegakan berbanding lurus dengan perbandingan potensi biomassanya. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil pengolahan data biomassa menunjukkan potensi simpanan karbon pada tegakan akasia umur 12 bulan hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan potensi simpanan karbon pada tegakan akasia umur 6 bulan. Hasil potensi simpanan karbon pohon yang telah diperoleh pada tegakan akasia umur 12 bulan dan tegakan umur 6 bulan tahun tanam 2010, kemudian dianalisis kembali menggunakan statistika untuk menguji keaktualan data dengan pengujian statistik uji-t atau uji sebaran t dan analisis statistiknya menggunakan pengujian hipotesis yang telah dibuat. Hasil analisis data untuk menguji hipostesis yaitu pada faktor umur diperoleh nilai p-value < 0,001 dan nilai tersebut < 0,05 sehingga pada taraf nyata 5% tolak H0 : τı= τ2 = 0 (umur tegakan tidak berpengaruh), dan memiliki arti dapat terima H1 : min ada satu τ1 0, i = 1, 2. Dapat disimpulkan pada taraf nyata 5% ada atau terdapat umur yang berpengaruh terhadap potensi simpanan karbon pohon di hutan tanaman. Hasil analisis data dilapangan dengan menggunakan statistik menunjukkan hasil yang berkesesuaian dengan kondisi yang ada dilapangan. Pengujian statistika tersebut mampu membuktikan hipotesis yang dibuat, yaitu faktor umur tegakan memberikan pengaruh terhadap simpanan karbon pohon di hutan tanaman. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil analisis statistika ini adalah umur tegakan pengamatan yang memberikan pengaruh terhadap simpanan karbon pohon di hutan tanaman adalah umur tegakan yang lebih tua (tegakan umur 12 bulan).