BAB 3 KERANGKA PIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 32 Puskesmas induk yang berada di seluruh Kabupaten Tulungagung.

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG NOMOR :.../.../.../2013 TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas memiliki peranan penting dalam pengelolaan obat, terutama dalam aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Terpadu Puskesmas (SP2TP) ditetapkan melalui Surat Keputusan MENKES/SK/II/1981.

SOP PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SINE PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika. Surabaya 09 April 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin :

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A.

bagaimana prosedur penerimaan dan pengeluaran obat-obatan di

Pert 12. Team Teaching Universitas Islam Malang 2016

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENDISTRIBUSIAN OBAT PADA PUSKESMAS DTP SERANG KOTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif.

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

Primary HealthcareForSupporting Drug Planning at Primary Healathcare of East Tegal, Tegal District

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP)

BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK. sehingga menghambat kegiatan operasional dalam perusahaan.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental, yang berupa desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia. Penyakit ini membunuh 1,5 juta orang pada tahun 2014 (1,1 juta orang

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA CV. GANI TEKNIK. Nama : Maria Yuliani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Riyanti, SE.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Penyebab Kekosongan Obat Kusta di RS. X Tahun 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB I PENDAHULUAN. supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI MUTU OBAT PADA INSTALASI FARMASI PEMERINTAH

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

3.2 ANALISIS PROSEDUR YANG SEDANG BERJALAN. bidang kedokteran spesialis anak dimana sistem perhitungan stok obat dan

BAB IV KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. keunggulannya masing-masing. Keunggulan tersebut dapat berupa. perawatan kesehatan. Salah satu yang penting yang harus diperhatikan

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT INSTALASI PERBEKALAN FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti contohnya pada puskesmas, dimana pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sistem akuntansi penjualan, terdiri dari kegiatan-kegiatan transaksi penjualan: kredit dan tunai

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. baik, efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah

Sistem Pelaporan Elektronik Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian 2014

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

DATA FLOW DIAGRAM STUDI KASUS ANALISA SISTEM BERJALAN

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak hanya perusahaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

25/3/2016. Citraningsih Yuniarti RSUD KOTA YOGYAKARTA 2016

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA PIKIR 3.1. Kerangka Pikir Aspek dalam pengelolaan obat publik di instalasi farmasi kabupaten meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan obat, penerimaan obat, penyimpanan dan pendistribusian obat sampai ke puskesmas. Untuk terlaksananya pengelolaan obat yang efektif dan efesien perlu ditunjang dengan sistem informasi manajemen pengelolaan obat, sehingga dengan adanya sistem ini dapat menggalang keterpaduan kegiatan pengelolaan obat dan mengatasi berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan dan keterlambatan salah satu kegiatan. Sistem Informasi Manajemen Logistik Obat merupakan pengembangan sistem informasi yang dibuat untuk membantu mengatasi permasalahan pada sistem informasi manajemen logistik obat pada Gudang Farmasi Kabupaten Aceh Tenggara yang ada saat ini. Sistem ini akan menghasilkan informasi tentang gambaran ketersediaan obat, baik di tingkat Kabupaten maupun Puskesmas, informasi obat yang akan dan telah kadaluarsa, pembuatan laporan obat kabupaten secara otomatis dan perhitungan indikator-indikator yang diperlukan dalam manajemen logistik obat. Untuk menghasilkan informasi yang cepat, akurat dan efisien, diperlukan sistem informasi melalui pengkajian terhadap input, proses dan output yang dihasilkan dengan memanfaatkan data yang ada. Selain itu pula perlu dilakukan pengkajian terhadap umpan balik sebagai dasar pengendalian terhadap sistem yang berjalan. 52

53 Masukan : LPLPO PKM Data Kasus Peny. Faktur penerimaan obat Daftar harga obat Kartu stok obat SBBK obat Buku penerimaan laporan LPLPO Buku harian distribusi obat Daftar perencana obat Daftar rencana obat masuk Alokasi dana pengadaan obat Proses : Pengumpulan Data Pemasukan data Rekap data Pengolahan Data Umpan balik Keluaran : Laporan mutasi obat Laporan Kasus Penyakit Laporan Perencanaan obat Laporan persediaan obat akhir tahun Profil pengelolaan obat Prediksi : - Obat kurang/kosong - Obat kadaluarsa - Lokasi obat Indikator : Ketersediaan obat %Obat kadaluarsa Ketepatan perencanaan obat %Obat yang tidak diresepkan Ketepatan waktu pelaporan LPLPO PKM Gambar 3. 1 Kerangka Pikir Pemgembangan Sistem Informasi Manajemen Logistik Obat Gudang Farmasi Kabupaten Aceh Tenggara 3.3. Definisi Operasional 3.3.1. Masukan Komponen masukan berupa data-data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan masukan sistem, baik dari tingkat Puskesmas, dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, maupun data intern dari Gudang Farmasi sendiri. 1. LPLPO adalah data laporan pemakaian dan lembar permintaan obat yang disampaikan oleh Puskesmas atau unit pelayanan kesehatan kepada unit pengelola obat di Kabupaten/Kota. Formulir ini digunakan sebagai bukti pengeluaran obat di GFK, bukti penerimaan obat di Puskesmas, surat pesanan obat dari Puskesmas

54 kepada Dinas Kesehatan Kabupaten cq. GFK dan sebagai bukti penggunaan obat di Puskesmas. 2. Data Kasus Penyakit (LB1), yaitu data kasus penyakit dari setiap puskesmas yang dikirim melalui form. LB1 puskesmas ke Dinas Kesehatan pada setiap awal bulan untuk kasus sesuai kelompok umur pada bulan sebelumnya. 3. Faktur Penerimaan obat adalah suatu dokumen bukti penerimaan obat yang diberikan oleh distributor/penyalur obat kepada petugas penerima barang/obat di GFK. Dokumen ini berisikan nomor dokumen, tanggal, nama obat, jumlah obat, masa kadaluarsa obat, nomor batch, nama distributor dan alamat distributor. 3. Daftar harga obat adalah daftar harga obat setiap item yang digunakan oleh GFK berdasarkan ketetapan Menteri Kesehatan RI yang berlaku pada tahun berjalan. 4. Kartu stok obat atau Kartu Persediaan Barang adalah kartu yang digunakan untuk mencatat semua kegiatan mutasi obat di gudang, antara lain mencatat jumlah penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa. Hasil pencatatan ini merupakan basis data yang selanjutnya digunakan sebagai bahan uji silang terhadap stok obat dalam gudang penyimpanan. 5. SBBK obat atau surat bukti barang keluar adalah sebuah dokumen bukti pengeluaran obat yang dibuat oleh GFK kepada pihak penerima obat, yaitu Puskesmas. Dokumen ini berisi tanggal dan nomor dokumen, alamat Puskesmas penerima, nama obat, jumlah obat, nama petugas yang menyerahkan dan petugas yang menerima dengan persetujuan kepala GFK.

55 6. Daftar perencanaan obat adalah suatu daftar yang berisikan jumlah total kebutuhan obat pertahun Kabupaten berdasarkan hasil rekapitulasi rata-rata pemakaian obat pertahun dan besarnya alokasi dana yang tersedia, sisa stok, dengan memperhitungkan waktu tunggu kedatangan obat (lead time), stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan perencanaan obat Kabupaten sesuai dengan tahun berjalan. 7. Daftar rencana obat masuk adalah suatu daftar yang berisi nama dan jenis obat yang akan masuk pada tahun yang berjalan berdasarkan sumber pengadaannya. 8. Alokasi dana pengadaan obat adalah jumlah ketersediaan dana yang dialokasikan untuk pengadaan obat berdasarkan sumber yang ada. 3.3.2. Proses Komponen proses merupakan kegiatan pengolahan data masukan untuk menghasilkan suatu keluaran berupa cetak laporan, prediksi/perkiraan, dan beberapa indikator yang sangat berguna bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, terutama sebagai pedoman dasar untuk melaksanakan monitoring, evaluasi dan bimbingan teknis dan sebagai dasar untuk memberikan umpan balik kepada Puskesmas. 1. Pengumpulan data adalah kegiatan mengumpulkan seluruh data yang diperlukan sebagai masukan (input) dari sumber data baik dari Puskesmas, Dinas Kesehatan, maupun dari GFK. 2. Pemasukan data adalah kegiatan memindahkan dan memasukkan data dari kertas yang berupa laporan, kartu maupun formulir kedalam sistem komputer. 3. Pengolahan data adalah pengubahan data dengan menggunakan teknik tertentu sehingga menghasilkan keluaran, dapat berupa laporan-laporan maupun informasi yang berguna.

56 4. Analisa data adalah kegiatan menelaah hasil pengolahan data dan membandingkan dengan nilai indikatornya. 5. Monitoring Adalah pemeriksaan terhadap hasil analisis data yang sedang dilakukan. 6. Evaluasi Adalah melakukan pembandingan antara data hasil monitoring dengan yang telah direncanakan. 7. Supervisi adalah pemeriksaan segala sesuatu yang terjadi apakah sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. 8. Database Design adalah mekanisme pembuatan struktur basis data untuk pendefinisian, penyimpanan, dan pemanipulasian data dari dokemen terkait. 9. Data mining adalah pendekatan untuk memperoleh informasi yang digerakan oleh data (data-driven) proses menemukan hubungan dalam data yang tidak diketahui oleh pemakai atau teknik yang digunakan secara otomatis untuk mengeksplorasi secara menyeluruh dan membawa ke permukaan relasi-relasi yang kompleks pada set data yang sangat besar. 3.3.3. Keluaran 1. Prototype aplikasi adalah aplikasi pemograman komputer yang telah dirancang dan siap dioperasikan. 2. Ketersediaan obat adalah jumlah obat yang tersedia di GFK dibagi dengan rata-rata pemakaian obat per bulan (dalam waktu tiga bulan terakhir). Angka ideal ketersediaan obat adalah 100%. 3. Laporan kasus penyakit puskesmas adalah laporan yang berisikan data jumlah kasus perjenis penyakit perkelompok umur dari suatu atau keseluruhan puskesmas pada bulan atau tahun tertentu.

57 4. Ketepatan perencanaan obat adalah jumlah total obat yang direncanakan dibagi dengan jumlah pemakaian obat pertahun. Angka ideal ketepatan perencanaan obat adalah 100% dari kebutuhan, baik jumlah maupun jenisnya. 5. Persentase obat yang tidak diresepkan adalah jumlah dan jenis obat yang tidak pernah diresepkan selama 6 (enam) bulan dibagi dengan jumlah total jenis obat yang tersedia. 6. Ketepatan waktu pelaporan LPLPO Puskesmas adalah jumlah LPLPO yang diterima tepat waktu dibanding dengan jumlah seluruh LPLPO yang seharusnya diterima setiap bulan. Angka ideal pengiriman LPLPO sebaiknya paling lambat tanggal 10 tiap bulannya. Angka idealnya adalah 100%. 7. Laporan mutasi obat adalah laporan berkala mengenai mutasi yang dilakukan per triwulan yang berisi jumlah penerimaan, pengeluaran dan sisa stok yang ada di GFK, kecuali narkotika dan psikotropika yang dilaporkan setiap bulan. Kegunaan laporan ini adalah mengetahui jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran obat per triwulan, mengetahui sisa stok obat per triwulan dan sebagai pertanggungjawaban bagi Kepala GFK dan Bendaharawan Barang. 8. Laporan kegiatan distribusi obat adalah laporan yang berfungsi sebagai laporan Puskesmas atau mutasi obat dan kunjungan resep per tahun. Informasi yang didapat antara lain jumlah obat yang tersedia/stok akhir, jumlah obat yang diterima, jumlah kunjungan resep. Manfaat laporan ini adalah mengetahui jumlah persediaan obat di setiap unit pelayanan kesehatan, mengetahui perbandingan sisa stok dengan pemakaian perbulan dan perbandingan jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian per bulan. 9. Laporan Perencanaan Obat adalah Laporan yang disampaikan oleh Gudang Farmasi pada akhir tahun anggaran kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusannya ke Bupati. Laporan ini berisi usulan kebutuhan dan alokasi anggaran obat, alokasi anggaran obat dari berbagai sumber anggaran, rancangan pengadaan obat dari berbagai sumber anggaran, rancangan

58 kegiatan distribusi, usulan alokasi anggaran distribusi obat dan rancangan kegiatan supervisi ke Puskesmas. 10. Laporan Persediaan Akhir Tahun adalah laporan pertanggungjawaban Kepala Gudang Farmasi Kabupaten yang berisi semua aspek yang berkaitan dengan manajemen logistik obat dalam satu tahun. Laporan ini dibuat setiap akhir tahun anggaran yang memuat jumlah penerimaan dan pengeluaran selama satu tahun angaran dan persediaan pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan. Kegunaan laporan ini adalah mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran obat selama satu tahun anggaran, mengetahui sisa persediaan obat pada akhir tahun anggaran dan sebagai bahan pertanggungjawaban Kepala GFK dan Bendaharawan Barang. 11. Profil pengelolaan obat adalah laporan yang dibuat oleh GFK yang berfungsi untuk mengukur tingkat kinerja pengelolaan obat di Kabupaten selama satu tahun anggaran. 12. Prediksi obat kurang/kosong adalah jumlah dan jenis obat yang diperkirakan akan berkurang/kosong dengan melihat sisa stok dan rata-rata pemakaian/pengeluaran obat dengan batas waktu minimal 3 (tiga) bulan terakhir. 13. Prediksi obat kadaluarsa adalah jumlah dan jenis obat yang diperkirakan akan mengalami kadaluarsa dengan batas waktu kadaluwarsa obat minimal 6 (enam) bulan terakhir. 14. Prediksi lokasi adalah letak atau keberadaan obat di GFK.