ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAOS BAKSO TUSUK YANG BEREDAR DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA KERUPUK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR RHODAMIN B PADA JAJANAN KUE BERWARNA MERAH MUDA YANG BEREDAR DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

ANALISIS RHODAMIN B PADA MAKANAN JAJANAN ANAK DI SEKITAR SDN 2 DAN SDN 3 KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

ANALISIS KEBERADAAN RHODAMIN B PADA IKAN CAKALANG FUFU YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS DAN KERUPUK DI KOTA MEDAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

Uji Kandungan Rhodamin B dan Formalin Pada Jajanan Anak Di Sekolah Dasar Kota Banjarbaru

ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA TARTRAZIN DALAM MINUMAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN WARA KOTA PALOPO

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

DAFTAR PUSTAKA. Alsuhendra, dan Ridawati, Bahan Toksik Dalam Makanan. Cetakan pertama. Penerbit: PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR PENGAWET BENZOAT PADA SAUS TOMAT PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SYRUP BERWARNA MERAH YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

Ibnu Sina Biomedika Volume 1, No.1 (2017) 97

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

Identifikasi Rhodamin B pada Produk Pangan dan Kosmetik yang Beredar di Bandung

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN. Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua, yaitu pewarna alami dan sintetis.selain itu, khusus untuk makanan dikenal

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR RHODAMIN B DALAM KERUPUK BERWARNA MERAH YANG BEREDAR DI PASAR ANTASARI KOTA BANJARMASIN

Nurmaya Effendi, Mamat Pratama, Husna Kamaruddin. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS RODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR MODERN KOTA KENDARI

ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA MIE BASAH PADA BEBERAPA LOKASI DI KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

Transkripsi:

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAOS BAKSO TUSUK YANG BEREDAR DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Giovani M.B Longdong 1), Jemmy Abidjulu 2), Novel S. Kojong 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 2) Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Rhodamine B is an odorless crystal form dye, characterized with greenish or purple-reddish colored and easily soluble in a bright red-fluorescent solution as a textile or clothing dye. The purpose of this study is to identify and find out how the levels of rhodamine B on meatball sauces around the campus of Sam Ratulangi University, Manado using quantitative analysis with Spectrophotometry UV-Vis methods. The results of this study proved that meatball sauces positively using Rhodamine B, with the each of the value were P1 (2.735 μg/ml), P2 (2.552 μg/ml), P3 (4.797 μg/ml), P4 (4.250 μg/ml), P5 (5.180 μg/ml) dan P6 (5.618 μg/ml), respectively. Keywords: Meatball sauce, Rhodamin B, Spectrophotometry UV-Vis ABSTRAK Rhodamin B adalah zat pewarna berupa kristal yang tidak berbau dan berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna merah terang berfluoresan sebagai bahan pewarna tekstil atau pakaian. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi dan mengetahui berapa kadar rhodamin B pada saos bakso tusuk disekitar kampus Universitas Sam Ratulangi Manado dengan menggunakan analisis kuantitatif yaitu metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian membuktikan bahwa saos bakso tusuk positif menggunakan Rhodamin B, dengan nilai masing-masing P1 (2,735 μg/ml), P2 (2,552 μg/ml), P3 (4,797 μg/ml), P4 (4,250 μg/ml), P5 (5,180 μg/ml) dan P6 (5,618 μg/ml). Kata Kunci : Saos bakso tusuk, Rhodamin B, Spektrofotometri UV-Vis 28

PENDAHULUAN Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu makanan yang kita makan bukan hanya harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahanbahan kimia yang dapat menyebabkan keracunan penyakit (Yuliarti, 2007). Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan (Deman J.M. 1997). selain itu, beberapa warna spesifik dari buah juga dikaitkan dengan kematangan. Warna juga mempengaruhi persepsi akan rasa. Oleh karena itu,warna menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih satu produk makanan atau minuman. Tujuan dari penggunaan zat warna tersebut adalah untuk membuat penampilan makanan dan minuman menjadi menarik, sehingga memenuhi keinginan konsumen. Dan awalnya makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral, atau memperoleh zat warna alami makanan adalah mahal. Selain itu, umumnya tidak stabil terhadap pengaruh cahaya dan panas sehingga sering tidak cocok untuk digunakan dalam industri makanan. Maka, penggunaan warna sintetik lebih meluas. Keunggulan-keunggulan zat warna sintetik adalah lebih stabil dan lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan. Daya mewarnainya lebih kuat dan memiliki rentang warna lebih luas. Selain itu zat warna sintetik lebih murah dan lebih mudah untuk digunakan (Yuliarti, 2007). Pemerintah Indonesia melalui peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/MenKes/Per/V/85 menetapkan ada beberapa zat pewarna berbahaya, Rhodamin B termasuk salah satu zat berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan. Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Menurut peraturan Pemerintah RI No. 28 tahun 2004, Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan, Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati akan tetapi sampai sekarang masih banyak produsen yang menggunakan Rhodamin B dalam produk makanan dan minuman. Rhodamin B dapat ditemukan dalam berbagai produk seperti kerupuk, saos, kue, dll. Saos adalah bahan pelengkap makanan yang terbuat dari tomat. Saos merupakan salah satu bahan penyedap dan penambah rasa pada makanan. Saos yang berwarna merah biasanya menggunakan zat pewarna sintetis seperti amaran, disamping itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan dalam produk saos pangan yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil. Penggunaan Rhodamin B dalam 29

produk pangan mungkin karena harganya murah dibandingkan zat pangan yang diizinkan, oleh karena itu banyak beredar zat pewarna Rhodamin B pada makanan sehingga peneliti berniat meneliti apakah zat warna Rhodamin B digunakan pada saos bakso tusuk. Analisis pada saos bakso tusuk ini dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. METODE Analisis Kuantitatif Preparasi Sampel Menimbang 2 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan penguap lalu ditambahkan 7 tetes HCL dan ditambahkan 15 ml methanol. Dipanaskan diatas waterbath selama 15 menit. Disentrifugasi selama 4 menit. Lalu ditambahkan Na-sulfat anhidrat secukupnya kemudian disaring dan diamati dengan spektrofotometri UV-Vis. Pembuatan Larutan Baku Dibuat larutan baku Rhodamin B dengan konsentrasi 100 ppm. Dari larutan tersebut dibuat larutan baku 10 ppm. Selanjutnya dibuat satu seri larutan baku dengan konsentrasi masing-masing 0,6, 0,8, 1, 4, dan 6 ppm, sebagai pelarut digunakan larutan HCl 0,1 N. blanko digunakan HCl 0,1 N. Penetapan kadar zat pewarna Rhodamin B Masing-masing larutan diukur secara spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 557 nm. Dihitung kadar Rhodamin B dalam sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax+b. HASIL DAN PEMBAHASAN Kurva Kalibrasi Larutan Baku Rhodamin B Kurva kalibrasi larutan baku Rhodamin B dibuat dengan konsentrasi 10 ppm. Selanjutnya dibuat seri larutan baku dengan konsentrasi masing-masing 0,6, 0,8, 1, 4, 6 ppm, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 557 nm. Gambar 3. Kurva kalibrasi larutan baku Rhodamin B Hasil perhitungan persamaan regresi kurva kalibrasi diatas diperoleh persamaan garis y = 0,0548 x + 0,0631 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,987. Hasil kolerasi yang terdapat positif antara kadar dan serapan, artinya dengan meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat. Kadar Rhodamin B pada Sampel Penetapan kadar Rhodamin B dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 557 nm. Hasil analisis Rhodamin B pada saos bakso tusuk diambil dari 6 penjual berbeda yang beredar disekitar kampus universitas sam ratulangi. Analisis dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan 30

Kadar Rhodamin B (μg/ml) PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302-2493 dengan menggunakan spektrofotometer UV- Vis. Tabel 1. Absorbansi pada tiap sampel dengan 3x pengulangan Sampel P1 P2 P3 P4 P5 P6 Absorbansi 1 2 3 0.204 0.521 0.494 0.503 0.553 0.545 0.209 0.213 0.278 0.203 0.261 0.222 0.228 0.173 0.207 0.182 0.227 0.348 Absorbansi Rata-rata 0.213 0.302 0.326 0.296 0.347 0.371 Kadar Rhodamin B (μg/ml) 2.735 4.359 4.797 4.25 5.180 5.618 Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel dari penjual yang berada disekitar kampus Universitas Sam Ratulangi memiliki kandungan Rhodamin B dari hasil pengukuran spektrofotometer uv-vis. Adapun nilai kadar yang didapat yaitu untuk P1 sebesar 2.735 μg/ml, P2 sebesar 4.359 μg/ml, P3 sebesar 4.797 μg/ml, P4 sebesar 4.25 μg/ml, P5 sebesar 5.180 μg/ml, P6 sebesar 5.618 μg/ml dari hasil perhitungan yang dimasukkan ke dalam rumus y=0.0548x + 0.0631 dengan nilai R 2 = 0.987. Analisis kuantitatif Rhodamin B dengan tujuan untuk mengetahui kadar Rhodamin B dalam sampel saos bakso tusuk, berdasarkan pengukuran spektrofotometer UV-Vis dapat dihitung konsentrasi sampel yang dianalisis. Alasan menggunakan metode spektrofotometer UV- Vis adalah karena senyawa Rhodamin B memiliki gugus kromofor yaitu gugus dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak seperti gugus karboksil, senyawa aromatik dan juga memiliki gugus auksokrom yaitu gugus yang memiliki pasangan elektron bebas seperti NR 2. Hal pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan baku, larutan baku dibuat pada konsentrasi 10 ppm dengan pelarut HCL 0,1 N dan menghasilkan larutan baku 10ppm yang berwarna pink pekat. Larutan baku tersebut kemudian di encerkaan pada konsentrasi 0,6, 0,8, 1, 4, 6 ppm, agar dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis sebab sampel yang terlalu pekat kemungkinan tidak akan terbaca sehingga perlu pengenceran. Variasi pengenceran (Konsentrasi) digunakan untuk membuat kurva standar. 6 5 4 3 2 1 0 2,735 2,552 5,18 5,618 4,797 4,25 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Jenis Sampel P=Penjual 31

Gambar 4. Kadar Rhodamin B dalam Sampel Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa sampel saos bakso tusuk pada ke enam sampel tersebut mengandung rhodamin B. Dengan ke enam jenis sampel yang diambil dari berbeda-beda penjual, dimana P3, P4, P5, P6 adalah sampel yang memiliki kandungan paling tinggi dan P1, P2, memiliki kandungan yang rendah. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar Rhodamin B untuk sampel pada penjual 1 yaitu (2,735 μg/ml), pada penjual 2 (2,552 μg/ml), pada penjual 3 (4,797 μg/ml), pada penjual 4 (4,25 μg/ml), pada penjual 5 (5,180 μg/ml), pada penjual 6 (5,618 μg/ml) dari hasil ini dapat diketahui ternyata saos bakso tusuk pada penjual VI memiliki kadar Rhodamin B lebih tinggi dibandingkan dari beberapa penjual lainnya. Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintesis yang digunakan pada industri tekstil zat pewarna ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) pada aturan No.239/MenKes/Per/V/85, namun walaupun sudah dilarang penggunaan Rhodamin B dalam makanan masih banyak terdapat dilapangan. Rhodamin B yang dikonsumsi dalam jumlah cukup besar dan berulangulang akan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati dan kanker hati. Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa penggunaan zat pewarna Rhodamin B pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Pada uji terhadap mencit, diperoleh hasil yaitu terjadi perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma, batas antar sel tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin berat sekali tingkat kerusakan jaringan hati mencit (Anonim, 2006). KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Jajanan saos bakso tusuk yang beredar di sekitar kampus Universitas Sam Ratulangi menggunakan Rhodamin B sebagai pewarna. 2. Nilai rata-rata kadar Rhodamin B yaitu: pada penjual 1 (2.735 μg/ml), penjual 2 (4.359 μg/ml), penjual 3 (4.797 μg/ml), penjual 4 (4.25 μg/ml), penjual 5 (5.180 μg/ml), penjual 6 (5.618 μg/ml) DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1985. Permenkes RI No. 239/MenKes/Per/1985 tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya. Departemen Kesehatan, Jakarta. Anonim.2006. BPOM Temukan Makanan Dicampuri Rhodamin B. diakses tanggal 8 September 2008. 32

Anonim. 2008. Bahan Tambahan Terlarang dan Berbahaya. diakses tanggal 8 september 2008. Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC. Budianto, P. E. 2008. Analisis Rhodamin B Dalam Saos dan Cabe Giling Di Pasaran Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Farkultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Pertama. Bumi Aksara, Jakarta. Cahyadi,W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Edisi Kedua. Bumi Aksara, Jakarta. Day, R. A and A. C Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta. Deman, J.M. 1997. Kimia Makanan. Bandung : Penerbit ITB. Departemen Kesehatan Indinesia. 1992. Direktorat Pengawas Obat dan Makanan, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1998, Tentang bahan Bahan makanan. Edisi II, Jilid II 1992. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Ditjen POM (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes RI. Hal. 10-11. Djarismawati., Sugiharti., dan R. Nainggolan. 2004. Pengetahuan Perilaku Pedagang Cabe Merah Giling dalam Penggunaan Rhodamin B di Pasar Tradisional di DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. Erliza. 2007. Sejarah Saos Sambal. http://ilmukefarmasiaan./2012/saossambal.htmls. Firdaus, A., dan Winarti Sri, 2010. Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosela untuk Pewarna Makanan dan Minuman, dalam Jurnal Teknologi Pertanian (Vol.11, No. 2, Agustus 2010), hlm 78 Gandjar, I. G dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hastomo, A. E. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam jelly di Pasaran Kecematan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis.Fakutas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Judarwanto, Widodo.2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. http://ludruk.com Pebrayetna. 2007. Sejarah Saos Sambal. http://ilmukefarmasian.2012/11/saossambal.htmls. 33

Putri, W.K.A. 2009. Pemeriksaan Penyalahgunaan Rhodamin B sebagai Pewarna Pada Sediaan Lipstik yang Beredar Di Pusat Kota Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan. SNI 01-2891-1992. Saos Cabe. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Widyaningsih, dkk. 2006. Formalin.Trubus agrisarana. Surabaya. Winarno, F.G. dan Rahayu, T.S. 1994. Bahan Makanan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Wirasto. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Fakultas Farmasi Universitas Muhammdiyah, Surakarta. Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Andi Offset. Yogyakarta. 34