BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

THE INFLUENCE OF FORM AND MATERIALS ON THE PROPER ACOUSTIC FUNCTION OF THEATRICAL PERFORMANCES AND MUSIC CONCERTS AT GEDUNG KESENIAN IN JAKARTA

PENGARUH BENTUK RUANG DAN ELEMEN ARSITEKTURAL TERHADAP KUALITAS SU AR A P AD A FUNGSI PIDATO PADA RUANG AUDITORIUM GIRI SAS AN A WIK AS ATRIAN BOGOR

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Classroom Acoustics. Topik Khusus A Dosen R. Sugeng Joko Sarwono. Sylvester Chrisander

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

TF4041- TOPIK KHUSUS A

PENGENDALIAN CACAT AKUSTIK GEDUNG SULTAN SURIANSYAH DITINJAU DARI ASPEK PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

LATAR BELAKANG UTS TF AKUSTIK [NARENDRA PRATAKSITA ]

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

AKUSTIKA RUANG KULIAH

OPTIMASI MATERIAL AKUSTIK UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BUNYI PADA RUANG AUDITORIUM MULTI-FUNGSI

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

REDESAIN INTERIOR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN CAK DURASIM SURABAYA BERDASARKAN AKUSTIK RUANGAN

Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

BAB V HASIL RANCANGAN

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN AKUSTIKA RUANG DALAM PADA PERANCANGAN AUDITORIUM MONO-FUNGSI, SIDOARJO - JAWA TIMUR

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da

ABSTRAK. 1 Stella Mailoa, Bravacassa Indonesia

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Take Home Test Akustik TF3204 Laporan Kondisi Ruangan Aula Barat ITB

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

BAB II DATA AWAL PROYEK

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

Akustik ruang tertutup mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks, perambatan dan sifat bunyi dalam ruang tertutup lebih sulit daripada ruang

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

Perbandingan Soundscape Pada Ruang Kelas SD, SMP, dan SMA di Kota Bandung

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

Alexander Christian Nugroho

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

Gambar 1. Ruang 9231 (sumber: kamera penulis)

PENILAIAN KUALITATIF KONDISI AKUSTIK RUANG KONFERENSI ASIA AFRIKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK

BAB III TEORI PENUNJANG

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Latar Belakang. Topik Permasalahan. Judgement (subjective dan atau objective)

PENATAAN RUANG BIOSKOP TERHADAP KUALITAS AKUSTIK DI BIOSKOP 21 AMBARUKMO PLAZA YOGYAKARTA SKRIPSI

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

Perancangan Tata Suara Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PENGANTAR ARSITEKTUR TA SKS

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan sebuah ruang untuk lebih dari satu fungsi akustik sudah menjadi

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB 5 HASIL RANCANGAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

APLIKASI VARIABEL PENYERAP BUNYI SEDERHANA UNTUK WAKTU DENGUNG FREKUENSI MENENGAH ATAS PADA AUDITORIUM FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

Analisis Akustik Ruangan Aula Barat ITB

Perancangan Ulang Akustik pada Auditorium STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

EFISIENSI PEMANFAATAN MATERIAL BAMBU PADA PERANCANGAN BANGUNAN DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

Pengendalian Kebisingan pada Fasilitas Pendidikan Studi Kasus Gedung Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS

[ANALISIS JUDGMENT SUBJEKTIF KUALITAS AKUSTIK GEDUNG TEATER TERTUTUP DAGO TEA HOUSE]

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Ruang auditorium pidato memiliki standar dan persyaratan khusus yang harus dipenuhi agar dapat mengakomodasi aktivitas di dalam ruangan tersebut dengan optimal. Ruang Auditorium Bale Sawala merupakan sebuah ruang auditorium pidato berbentuk lingkaran yang berada pada bagian tengah Gedung Rektorat Universitas Padjajaran Jatinangor. Melalui proses transformasi bentuk, ruang yang awalnya difungsikan sebagai ruang serba guna berbentuk oval dengan tatanan ruang yang bebas diubah menjadi sebuah ruang auditorium pidato berbentuk lingkaran dengan persyaratan akustik khusus. Melalui serangkaian pengukuran pengujian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa hanya 60% dari keseluruhan posisi audiens yang memiliki kualitas suara yang optimal. Dengan demikian perlu dikaji pengaruh dari transformasi bentuk ruang Auditorium Bale Sawala terhadap kelayakan akustik fungsi pidato ruangan tersebut. Karena hal ini dapat memberikan dampak terhadap kejelasan suara yang terdengar dan keberlangsungan aktivitas pidato dalam ruang. 5.1.1. Transformasi Bentuk Ruang Transformasi bentuk adalah perubahan rupa suatu ruangan, bangunan, atau lingkungan binaan menjadi keadaan yang baru. Tujuannya untuk menghadirkan ruang yang mampu mewadahi fungsinya dengan lebih optimal daripada sebelumnya, seperti yang terjadi pada Gedung Rektorat Universitas Padjajaran Jatinangor khususnya pada ruang Aula Bale Sawala. Fokus transformasi ini bertitik berat pada konsep bentuk dan fungsi ruangnya sebagai upaya penyesuaian bentuk ruang terhadap tatanan bentuk keseluruhan bangunan. Dengan ruang sekelilingnya yang melingkar, bentuk ruang yang oval menjadi menjadi tidak cocok. Maka dilakukan transformasi topologikal dengan mengubah bentuk oval menjadi bentuk lingkaran. Bentuk dan elemen pelingkup ruang sangat mempengaruhi kelayakan akustik sebuah auditorium pidato. Bentuk ruang yang kurang tepat, baik dimensi ruang, tekstur ruang, posisi dan orientasi ruang, maupun dalam penggunaan material dapat 89

menyebabkan cacat akustik yang akan menurunkan kualitas dan kenyamanan akustik dalam ruangan. Maka perlu dilakukan berbagai penyesuaian sebagai berikut. a. Dimensi Ruang Ruang Auditorium Bale Sawala berdiamter 20 meter dengan tinggi 5.20 meter serta luas ruangan 315 m2 dan volume 1068 m3. Ruangan ini terdiri dari 11 baris tempat duduk dan dapat menampung maksimal 232 audiens. Bentuk ruang Auditorium Bale Sawala yang lingkaran menyebabkan adanya ruang-ruang yang tidak efektif, sehingga mengakibatkan volume menjadi terlalu besar untuk fungsi pidato yang seharusnya membutuhkan nilai volume per tempat duduk yang relatif kecil. Hal ini dapat menimbulkan waktu dengung yang terlalu panjang, sehingga menurunkan tingkat kejelasan suara. b. Tekstur Ruang Bentuk ruang Auditorium Bale Sawala yang lingkaran ini sangat berpotensi menimbulkan cacat akustik berupa pemusatan bunyi yang akan berakibat pada penurunan tingkat kenyamanan akustik di dalam ruangan. Oleh karena itu pada bidang-bidang pelingkup ruang diberikan tekstur dengan pola tertentu terutama pada dinding dan plafon. Tekstur yang banyak digunakan berupa pola zig-zag atau pola maju-mundur yang tidak teratur. Dengan demikian potensi terjadinya pemusatan suara dapat dihindari. c. Material Ruang Dalam Material akustik yang digunakan pada interior Auditorium Bale Sawala terdiri dari material pemantul bunyi, pendifusi bunyi, dan penyerap bunyi. Penggunaan material yang bervariasi bertujuan untuk memberikan kejelasan suara yang optimal. Material pemantul dan pendifusi bunyi digunakan di area panggung, area samping tempat duduk, dan plafon untuk memaksimalkan pemantulan bunyi ke seluruh ruangan. Sedangkan material penyerap bunyi digunakan sebagai material penutup lantai dan material kursi. d. Posisi dan Orientasi Ruang Auditorium ini memiliki tipe panggung prosenium yang berada di bagian depan ruangan berseberangan dengan area tempat duduk. Tatanan tempat duduk penonton menggunakan pola tradisional dengan tiga jalur sirkulasi pada bagian tengah, kiri, dan kanan area penonton. Tempat duduk dibuat berselang-seling pada setiap barisnya untuk memaksimalkan kenyamanan 90

visual dan audial penonton. Tatanan tempat duduk yang menyerupai bentuk kipas akan membuat penonton berada sedekat mungkin dengan area panggung. Namun sangat disayangkan bahwa area dengan kualitas akustik terbaik di bagian tengah ruangan hanya digunakan sebagai jalur sirkulasi. e. Pemusatan Suara Dengan bentuk ruangan yang memiliki bidang pelingkup ruangan yang melenkung, ruang Auditorium Bale Sawala memiliki potensi terjadinya pemusatan bunyi (hotspot) yang akan merugikan. Letak pemusatan bunyi cenderung berpusat pada bagian tengah ruangan, sehingga tingkat kekerasan suara pada bagian tengah sangat tinggi bahkan cenderung berlebihan sedangkan kekerasan suara pada area samping lemah. Dengan dilakukan beberapa upaya penyesuaian terutama terhadap elemen dinding yang melengkung melalui penggunaan pola dan material akustik, maka potensi terjadinya pemusatan bunyi pada ruangan dapat dihindari. Tabel 5.1. Kesimpulan Upaya Penyesuaian pada Ruang Auditorium Bale Sawala Aspek Dimensi Ruang Tekstur Ruang Kelayakan Akustik Volume ruang terlalu besar untuk kapasitas 232 audiens. Penggunaan pola maju mundur dan pola zig-zag pada bidang dinding dan langit-langit ruangan. Material Ruang Penggunaan variasi material pemantul bunyi, pendifusi bunyi, dan Dalam penyerap bunyi untuk memperoleh waktu dengung optimum. Posisi dan Orientasi Ruang Pemusatan Bunyi Penggunaan tipe panggung prosenium dengan tempat duduk yang berundak dan dibuat selang-seling untuk memaksimalkan kenyamanan audial dan visual audiens. Penggunaan tekstur dan material sesuai fungsinya untuk menghindari pemusatan bunyi. 5.1.2. Kelayakan Akustik Fungsi Pidato Pada ruang auditorium dengan fungsi pidato, parameter utama kelayakan akustik ruangnya adalah Speech Clarity atau kejelasan pidato. Speech Clarity adalah penilaian sejauh mana suatu pidato dapat didengar dan dipahami oleh pendengarnya. Kejelasan suara dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu inteligibilitas suara (speech intelligibility), artikulasi suara (speech articulation), dan definisi suara (definition). 91

a. Inteligibilitas Suara (Speech Intelligibility) Ruang auditorium pidato harus memiliki tingkat inteligibilitas suara yang baik, supaya materi pembicaraan dapat tersampaikan dengan tepat. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi, yaitu kekerasan suara, bising latar belakang, waktu dengung, dan kondisi fisik ruang. Tingkat kekerasan suara ketika tidak menggunakan pengeras suara sudah cukup baik, yaitu 49.3 58.1 db, walaupun ada beberapa area yang masih di bawah standar optimal yaitu 50 db. Selain itu masih terdapat beberapa area yang memiliki tingkat bising latar belakang lebih dari syarat 25 db yang diperbolehkan. Ruang Auditorium Bale Sawala memiliki waktu dengung sebesar 1.04 detik. Nilai ini terlalu panjang untuk fungsi pidato yang seharusnya memiliki nilai 0.7 0.8 detik. Dari kuesioner 70% juga menyatakan bahwa suara pembicara terdengar mengalun. Berdasarkan hasil tes inteligibilitas suara, nilai rata-rata inteligibilitas suara ruang Auditorium Bale Sawala adalah 83.97%. Nilai ini dapat dikatakan baik karena berada di atas nilai optimal yaitu 70%. Kesalahan paling banyak terjadi pada peserta yang duduk di tempat dengan jarak yang relatif jauh dari sumber suara. b. Artikulasi Suara (Speech Articulation) Ruang auditorium pidato harus memiliki tingkat artikulasi suara yang baik, supaya pembicaraan dapat dimengerti dengan benar oleh pendengar. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi artikulasi suara, yaitu kekuatan suara, kecepatan suara, intonasi suara, dan kondisi fisik ruang auditorium. Kekuatan suara pembicara yang memadai akan memberikan efek positif, pendengar akan menjadi semangat mengikuti pembicaraaan. Tempo suara dapat divariasikan sesuai dengan kebutuhan dan maksud yang ingin disampaikan, serta dapat meningkatkan fokus perhatian audiens dan mencegah kebosanan. Adanya permainan intonasi dalam pembicaraan memberikan daya tarik dan membuat pembicaraan menjadi lebih mudah dipahami. Berdasarkan hasil tes artikulasi suara, nilai rata-rata artikulasi suara ruang Auditorium Bale Sawala adalah 75.76%. Nilai ini cukup baik karena berada di atas nilai optimal 70%. Namun masih ada beberapa area yang di bawah nilai standar, yaitu pada area terjauh dari sumber bunyi. 92

c. Definisi Suara (Definition) Dari hasil perhitungan didapatkan nilai definisi suara pada ruang Auditorium Bale Sawala adalah 0.48 0.52. Pada ruang auditorium dengan fungsi pidato, nilai definisi suara yang optimal adalah di atas 0.45. Dengan demikian nilai definisi suara ruang Auditorium Bale Sawala dapat dikatakan baik, walaupun dapat ditingkatkan lagi. d. Sistem Pengeras Suara Sistem pengeras suara digunakan untuk membantu menghasilkan tingkat kekerasan suara yang cukup dan merata di dalam ruangan. Pada ruang Auditorium Bale Sawala ditempatkan empat buah pengeras suara, yaitu dua speaker pada bagian depan ruangan di samping kanan dan kiri area panggung, dan dua speaker pada bagian belakang ruangan. Posisi speaker ini terlalu menyorot ke posisi tempat duduk tertentu dan kekuatan suara yang dikeluarkan terlalu keras terutama bagi. Penggunaan pengeras suara seharusnya cukup diposisikan pada area-area dengan tingkat kekerasan suara di bawah standar. Selain itu dapat digunakan hanging speaker yang dapat menyebarkan suara secara lebih merata dan tidak terhalang. Tabel 5.2 Kesimpulan Analisis Kelayakan Akustik Fungsi Pidato Aspek Kelayakan Akustik Bentuk ruang kurang mendukung, maka perlu dilakukan berbagai Bentuk Ruang Speech Intelligibility penyesuaian pada elemen interior ruangan, yaitu tekstur ruang, posisi dan orientasi ruang, dan material ruang. Tingkat inteligibilitas suara baik, namun tingkat kekerasan suara kurang merata, masih ada bising latar belakang yang mengganggu, dan nilai waktu dengung terlalu panjang. Speech Articulation Tingkat artikulasi suara baik, didukung dengan kekuatan suara, kecepatan suara, dan intonasi suara yang tepat sesuai kebutuhan. Definition Nilai definisi suara baik, walaupun nilai waktu dengung terlalu panjang. Sistem Pengeras Suara Jumlah pengeras suara terlalu banyak dan pengaturan suara yang terlalu keras. Posisi pengeras suara juga tidak tepat karena terlalu menyorot ke area tempat duduk tertentu. Berdasarkan hasil perhitungan, pengujian, dan analisis yang telah dilakukan, ruang Auditorium Bale Sawala memiliki tingkat kejelasan suara yang cukup baik. 93

5.2. Saran Secara umum Auditorium Bale Sawala sudah cukup memenuhi syarat sebagai ruang auditorium pidato yang baik. Akan tetapi masih ada beberapa aspek yang belum terpenuhi yaitu masalah tingkat kekerasan suara, tingkat bising latar belakang, dan nilai waktu dengung. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperpendek waktu dengung pada ruang Auditorium Bale Sawala adalah memperkecil volume ruang atau menambah nilai penyerapan bunyi pada elemen ruang dalam. Namun karena untuk memperkecil volume ruangan diperlukan renovasi secara menyeluruh, maka yanga dapat dilakukan adalah dengan merubah luas permukaan material yang akan memperkecil nilai waktu dengung pada ruangan. Pada ruangan dapat digunakan bahan penyerap bunyi dengan jenis yang lebih tebal dengan nilai absorbsi yang lebih tinggi atau dapat ditambahkan material penyerap bunyi pada beberapa area lainnya. Dengan demikian dengung yang berlebihan akan dapat diserap dan nilai kejelasan pidato dapat ditingkatkan. Untuk mengatasi masalah tingkat bising latar belakang yang berlebihan pada ruangan dapat digunakan material insulasi suara pada bagian dinding luar ruangan sehingga suara eksternal tidak mengganggu aktivitas di dalam. Walaupun sudah digunakan material busa dan kain pada beberapa area dinding luar, namun pemilihannya kurang dapat menyerap suara secara maksimal, maka diperlukan material yang lebih tebal dengan koefisian absorbs yang lebih besar. Selain itu hindari adanya celah-celah yang tidak dapat tertutup rapat pada bagian pintu supaya tidak memberikan ruang bagi suara ekternal masuk ke dalam ruangan. Pada bagian ruang audio juga perlu digunakan peredam suara sehingga suara dari dalam tidak mengganggu audiens yang duduk di sekitar ruangan tersebut. Untuk penggunaan pengeras suara harus diperhatikan untuk tujuan memberikan tingkat kekerasan suara yang cukup dan merata pada ruangan. Perlu adanya pengaturan yang tepat terhadap sistem pengeras suara pada ruang Auditorium Bale Sawala. Sistem pengeras suara juga harus diposisikan sesuai dengan kebutuhan, yaitu pada area-area yang memiliki tingkat kekersasan di bawah standar. Selain itu perlu diatur kekerasan suara yang dikeluarkan oleh speaker sehingga tidak ketidaknyamanan pada audiens seperti yang terjadi saat ini. 94 menimbulkan masalah

95

DAFTAR PUSTAKA Antoniades, C.A. 1990. Poetics of Architecture: Theory of Design. New York : Van Nostrand Reinhold. Ching, Francis D. K. 1979. Architecture: Form, Space, and Orders. New York : Van Nostrand Reinhold. Davis, Don. dan Davis, Carolyn. 1984. Sound System Engineering. Indiana : Howard W. Sams & Co., Inc. Doelle, Leslie L. 1993. Environmental Acoustics. New York : McGraw Hill. Egan, M. David. 1972. Concepts in Architectural Acoustics. New York : McGraw Hill. Egan, M. David. 1988. Architectural Acoustics. New York : McGraw Hill. Krier, Rob. 1988. Architectural Composition. London : Academy Editions. Laseau, Paul. 1980. Graphic Thinking for Architects and Designers. New York : Van Nostrand Reinhold Mehta, Madan. 1999. Architectural Acoustics : Principles and Design. New Jersey : Prentice Hall. Palladio, Andrea. 1965. The Four Books of Architecture. New York : Dover Publications. Rossi, Aldo. 1982. The Architecture of the City. Massachusetts : MIT Press. Snyder, C. James. 1979. Introduction to Architecture. New York : McGraw Hill. Sudibjo, Slamet. 1987. Evaluasi Purna Huni Dasar Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: PDII-LIPI. Sutanto, Handoko. 2015. Prinsip-Prinsip Akustik dalam Arsitektur. Yogyakarta: Kanisius. Webster. 1973. The New Grolier Webster International Dictionary of the English Language. New York : Grolier. 95

96