Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut

dokumen-dokumen yang mirip
Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

TIPOLOGI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KARAKTERISTIK PENGGUNA PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KECAMATAN RUNGKUT

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Penentuan Rute Angkutan Umum Optimal Dengan Transport Network Simulator (TRANETSIM) di Kota Tuban

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Analisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah Di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus : Daerah Industri di Surabaya)

Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Pengaruh Perkembangan Permukiman Terhadap Dinamika Harga Lahan Di Surabaya Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

Visualisasi Sistem Informasi Pendaftaran Kadaster 3D Studi Kasus: Rumah Susun Grudo, Surabaya

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah di Perumahan Griya Agung Permata, Lamongan

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Analisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus: Daerah Industri di Surabaya)

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Pabundu Tika (2005:4) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

P R O F I L DESA DANUREJO

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP DINAMIKA HARGA LAHAN DI SURABAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

RENCANA INVESTASI 5.1. INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KELURAHAN LIMUSNUNGGAL

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3).

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-322 Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut Kezia Irene Yosefa dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111, Indonesia e-mail: ardy.navastara@urplan.its.ac.id Abstrak Sebagai wilayah pengembangan perumahan di Surabaya Timur, Kecamatan Rungkut perlu dilengkapi dengan prasarana RTH untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Namun saat ini masih terdapat ketidakseimbangan kualitas dan distribusi RTH pada kawasan perumahan di Kecamatan Rungkut. Padahal RTH di kawasan perumahan memiliki peran penting sebagai pengatur iklim mikro serta media pemanfaatan aktivitas masyarakat. Oleh karena itu perlu terus dilakukan pengembangan untuk mengoptimalkan RTH pada kawasan perumahan di Kecamatan Rungkut. Untuk mewujudkannya, peran dan unsur masyarakat sebagai pengguna sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan karakteristik dan pola perilaku pengguna nantinya akan mempengaruhi kebutuhan pengembangan RTH yang sesuai dengan masyarakat sebagai penggunanya. Pada penelitian ini kemudian dilakukan analisis mendalam terkait karakteristik pengguna RTH kawasan perumahan di Kecamatan Rungkut yang sangat beragam. Metode yang dilakukan dengan observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner terhadap pengguna RTH untuk diperolah karakteristiknya. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan analisis cluster untuk dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristiknya untuk masukan dalam pengembangan RTH ke depannya. Hasil yang diperoleh yaitu terdapat tiga kelompok karakteristik pengguna dengan perbedaan karakteristik: kepadatan penduduk, usia, daerah asal, status rumah tangga, dan pendapatan. Kata Kunci Karakteristik pengguna, pengguna RTH, RTH perumahan S I. PENDAHULUAN URABAYA Timur merupakan wilayah dengan distribusi perumahan terbesar di Kota Surabaya, dengan persentase sebesar 12% dari luas wilayah Kota Surabaya [1]. Sebagai salah satu wilayah di Surabaya Timur, Kecamatan Rungkut berperan sebagai wilayah peri urban dengan peluang lokasi pengembangan perumahan [2]. Adapun pengembangan perumahan di Kecamatan Rungkut perlu diimbangi dengan pengembangan sarana prasarana mendukung, diantaranya RTH pada kawasan [3]. Hal ini sesuai dengan tema Kota Surabaya yaitu: Smart, Humane, and Ecological dimana RTH memegang peran penting didalamnya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun tingginya pembangunan yang ada menyebabkan semakin luasnya lahan terbangun dan mengurangi lahan terbuka yang tersedia. Hal ini terlihat dari masih belum memenuhinya Kecamatan Rungkut terhadap persentase penyediaan RTH perkotaan yaitu 30%. Sedangkan saat ini masih ditemukan ketidakseimbangan distribusi dan kualitas RTH pada kawasan perumahan di Kecamatan Rungkut yang seharusnya seimbang dalam setiap jenis perumahan [4]. Padahal RTH pada kawasan perumahan sangat dibutuhkan selain sebagai pengatur iklim mikro juga untuk media pemanfaatan aktivitas masyarakat. Oleh karena itu ada upaya pengoptimalan RTH pada kawasan perumahan Kecamatan Rungkut sebagai ruang sosial yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas masyarakatnya [5]. Dengan demikian pengembangan RTH perlu terus dilakukan secara terintegrasi untuk mengoptimalkan perannya bagi masyarakat. Adapun untuk mewujudkan pengembangan RTH yang optimal sangat dibutuhkan peran dan unsur pengguna. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari penyediaan RTH sendiri dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pengguna [6]. Selain itu Francis dalam Permana (2011) menyatakan bahwa desain ruang terbuka harus memperhatikan unsur pengguna dan aktivitasnya [7]. Adapun hal tersebut dibutuhkan karena karakteristik dan pola perilaku pengguna sangat berpengaruh terhadap keputusan gaya hidup dan kebutuhan individu tersebut, salah satunya terhadap kebutuhan RTH [8]. Dengan demikian, pertimbangan terhadap karakteristik pengguna dalam pengembangan RTH pada kawasan perumahan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan kebutuhan terhadap RTH yang ada. Namun saat ini, pengembangan RTH yang dilakukan masih dilakukan secara teknis dan belum menggali unsur karakteristik pengguna lebih dalam. Oleh karena itu penelitian ini diperlukan sebagai masukan dalam konsep pengembangan RTH ditinjau dari karakteristik penggunanya untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang semakin cerdas dalam mencermati perkembangan jaman. Dengan begitu setiap masyarakat dapat memiliki RTH yang ideal dan dapat dimanfaatkan secara baik di sekitar lingkungan perumahannya.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-323 II. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalistik. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskripti kualitatif. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini diambil dari teori terkait karakteristik dan perilaku pengguna RTH, terutama pada kawasan perumahan. Hal ini dikarenakan dalam mengembangkan dan menentukan keputusan perancangan dan perencanaan perlu dihubungkan dengan prinsip dasar sosiologi dan psikologi manusia untuk memecahkan masalah lingkungan yang ada [7]. Berikut ini merupakan variabel dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 1. Variabel Penelitian No Indikator Variabel Definisi Operasional 1 Karakteristik Sosial Demografi Tingkat Kepadatan Penduduk Usia Daerah Asal Status Rumah Tangga Tingkat kepadatan penduduk wilayah penelitian Usia yang merepresentasikan penanggung jawab rumah tangga Daerah asal domisili pengguna untuk merepresentasikan skala pelayanan RTH Status rumah tangga pengguna RTH untuk merepresentasikan pemanfaatan RTH dalam skala rumah tangganya Tabel 2. Pembagian Sampling No Kelurahan RTH Jumlah Sampel 1 Rungkut Kidul Taman RW 07 Al Magfirah 15 2 Wonorejo Kebun Bibit Wonorejo 15 3 Penjaringan Sari Taman Kunang Kunang 15 4 Penjaringan Sari Taman RW 09 Pandugo 15 5 Kedung Baruk Taman RW 06 Baruk Utara 15 6 Kali Rungkut Taman RW 01 Kali Rungkut 15 7 Medokan Ayu Taman Medokan Asri Barat 15 Total 105 Sumber : Yosefa dan Navastara, 2017 Analisis cluster digunakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi objek penelitian berdasarkan kesamaan karakteristik indikator dan variabel yang digunakan ke dalam beberapa kelompok. Analisis cluster yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis cluster hirarki dengan pertimbangan data penelitian yang tidak begitu banyak, waktu pengolahannya yang lebih cepat, serta hasilnya yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Adapun sebelum melakukan proses analisis cluster, dilakukan skoring dari hasil kuisioner yang sifatnya bersifat kualitatif agar dapat diolah dalam software SPSS 2.0. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 2 Karakteristik Sosial Ekonomi Jenis Pekerjaan Tingkat Pendidikan Pendapatan Jenis pekerjaan yang merepresentasikan kondisi ekonomi rumah tangga Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden Jumlah pendapatan yang didapatkan oleh responden setiap bulannya 3 Pola Perilaku Gaya Hidup Orientasi prioritas responden dalam kehidupan sehari-hari Interaksi Sosial Mengeksplorasi bentuk interaksi sosial berdasarkan rekan kunjungan dalam memanfaatkan RTH Sumber : Yosefa dan Navastara, 2017 C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya melalui observasi, wawancara, dan kuisioner. Adapun proses penyebaran kuisioner dilakukan terhadap pengguna RTH kawasan perumahan yang didapatkan melalui proses perhitungan rumus slovin (α = 0.1) dengan teknik sampel quota sampling. Adapun jumlah responden yang digunakan yaitu sebanyak 105 responden dengan pembagian sampel sebagai berikut: D. Metode Analisis Data Metode analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis cluster dengan menggunakan software SPSS 2.0. Gambar 1. Peta Kecamatan Rungkut Kecamatan Rungkut secara administratif termasuk dalam bagian wilayah Surabaya Timur. Kecamatan Rungkut sendiri terbagi menjadi 6 Kelurahan yaitu: Kelurahan Kedungbaruk, Wonorejo, Medokan Ayu, Rungkut Kidul, Kali Rungkut, dan Penjaringansari. Adapun Kecamatan Rungkut memiliki batas wilayah yaitu: Batas Utara : Kecamatan Sukolilo Batas Timur : Selat Madura Batas Selatan : Kecamatan Gununganyar Batas Barat : Kecamatan Tenggilis Mejoyo B. Skoring Variabel Karakteristik Pengguna RTH pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut Pada tahap ini dilakukan proses penentuan nilai skoring dari

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-324 kesembilan variabel penelitian yang dilakukan berdasarkan literatur penelitian. Adapun variabel yang perlu ditetapkan dalam skoring di antaranya adalah: tingkat kepadatan penduduk, usia, daerah asal, status rumah tangga, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan, gaya hidup, interaksi sosial. Proses skoring yang dilakukan terhadap variabel di atas dilakukan berdasarkan standar, peraturan, maupun ketetapan pada literatur terkait yang dapat menjadi dasar penentuan skoring. Adapun rentang nilai yang diberikan dalam proses skoring adalah 1 hingga 3. Rentang nilai 1 digunakan untuk menunjukkan variabel dalam tingkatan atau kondisi yang baik, sementara rentang nilai 3 digunakan untuk menunjukkan variabel dalam tingkatan atau kondisi yang paling buruk. Berikut ini adalah penjelasan hasil skoring yang telah dilakukan: 1) Tingkat kepadatan penduduk Tingkat kepadatan penduduk diklasifikasikan ke dalam tiga golongan perumahan berdasarkan kepadatan penduduknya: [10] Skor 1 : di bawah 100 penduduk per hektar Skor 2 : 100-200 penduduk per hektar Skor 3 : di atas 200 penduduk per hektar 2) Usia Usia dikategorikan berdasarkan kategori usia yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan RI (2009) yaitu: Skor 1 : 19-45 tahun Skor 2 : 46-65 tahun Skor 3 : 65 tahun ke atas 3) Daerah asal Daerah asal dikategorikan berdasarkan skala dan radius layanan RTH kawasan lingkungan/permukiman yaitu: [11] Skor 1 : Berasal dari kecamatan yang sama dengan kelurahan yang berbeda Skor 2 : Berasal dari kelurahan yang sama dengan RW yang berbeda Skor 3 : Berasal dari RW yang sama dengan RT yang sama maupun berbeda 4) Status rumah tangga Status rumah tangga dalam penelitian ini digunakan untuk mendefinisikan pemanfaatan RTH berdasarkan skala rumah tangga pengguna RTH. Oleh karena itu, status rumah tangga dikategorikan ke dalam 3 kelompok berdasarkan life cycle keluarga yang dapat mendefinisikan jenjang fase serta keputusan dari keluarga tersebut. Rumah tangga lajang (single) dan keluarga tanpa anak umumnya lebih mementingkan akses dan mobilitas dibanding aktivitas lingkungan sekitarnya. Sedangkan keluarga dengan anak terkecil > 15 tahun umumnya mementingkan fasilitas dan kualitas lingkungan tempat tinggalnya, salah satunya penghijauan dan interaksi sosial dengan sekitarnya [12]. Oleh karena itu penetapan skor status rumah tangga di antaranya: Skor 1 : Keluarga dengan anak terkecil > 15 tahun Skor 2 : Keluarga dengan anak terkecil < 15 tahun Skor 3 : Lajang (single) dan keluarga tanpa anak 5) Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan yang terdapat pada pengguna RTH kawasan perumahan di antaranya adalah: tidak bekerja, ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa, PNS, pegawai swasta, wirausaha, pensiunan, dll. Adapun saat ini tidak ada standar atau peraturan khusus terkait klasifikasi jenis pekerjaan sehingga proses skoring ditentukan berdasarkan literatur dan hasil kuisioner. Dari hasil kuisioner yang ada, jenis pekerjaan yang dimiliki oleh pengguna RTH dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: pekerjaan dengan pendapatan tetap, pendapatan tidak tetap, serta tidak berpendapatan. Pekerjaan dengan pendapatan tetap di antaranya berupa: wirausaha, pegawai swasta, dan PNS. Pekerjaan dengan pendapatan tidak tetap di antaranya berupa: pensiunan serta pelajar/mahasiswa. Kemudian pekerjaan tanpa pendapatan di antaranya: pengangguran/tidak bekerja dan ibu rumah tangga. Sehingga skoring yang dilakukan terhadap jenis pekerjaan di antaranya: Skor 1 : Pekerjaan pendapatan tetap (wirausaha, pegawai swasta, PNS) Skor 2 : Pekerjaan pendapatan tidak tetap (pensiunan, pelajar/mahasiswa) Skor 3 : Pekerjaan tanpa pendapatan (ibu rumah tangga dan tidak bekerja/pengangguran) 6) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan diklasifikasikan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota yaitu: [13] Skor 1 : Tingkat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Skor 2 : Tingkat SMP/Sederajat Skor 3 : Tidak sekolah Tamat SD/Sederajat 7) Pendapatan Saat ini tidak ada standar atau pengklasifikasian secara khusus pendapatan yang dimiliki oleh pengguna RTH. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, tingkat pendapatan pengguna RTH dibagi dalam dua kategori berdasarkan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur dimana Kota Surabaya memiliki UMR sebesar Rp 3.045.000,- [14]. Oleh karena itu tingkat pendapatan keluarga terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: Skor 1 : Pendapatan > Rp 3.045.000,- Skor 3 : Pendapatan < Rp 3.045.000,- 8) Gaya hidup Gaya hidup diklasifikasikan berdasarkan kelompok gaya hidup yaitu: tipe komunitas, family oriented, tipe karir, dan tipe konsumtif. Adapun saat ini belum ada literatur terkait klasifikasi / tingkatan gaya hidup tersebut, sehingga penentuan skoring dilakukan berdasarkan analisis hasil kuisioner dengan literatur yang ada. Berdasarkan teori maka diketahui bahwa pengguna dengan tipe karir cenderung lebih memprioritaskan pekerjaannya sehingga umumnya intensitas pemanfaatan RTH nya rendah. Hal ini sesuai dengan hasil kuisioner dimana pengguna dengan tipe karir cenderung memanfaatkan RTH secara sendiri dengan intensitas yang rendah. Adapun pengguna dengan tipe komunitas cenderung memiliki pemanfaatan RTH yang tinggi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-325 Tabel 4. Karakteristik Pengguna Kelompok RTH Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 RTH Peta Lokasi RTH Rungkut Kidul, Kunang kunang, Kali Rungkut, Wonorejo Kedung Baruk Pandugo, Medokan Foto Salah satu fasilitas pada RTH Cluster 1 Salah satu fasilitas pada RTH Cluster 2 Salah satu fasilitas pada RTH Cluster 3 Kepadatan < 100 jiwa/hektar > 200 jiwa/hektar < 100 jiwa/hektar penduduk Usia 19-45 tahun 46-65 tahun 19-45 tahun Daerah asal Berasal dari kecamatan yang sama dengan kelurahan yang berbeda Berasal dari RW yang sama dengan RT yang sama maupun berbeda Berasal dari RW yang sama dengan RT yang sama maupun berbeda Berasal dari kelurahan yang sama dengan RW yang berbeda Status rumah Keluarga dengan anak terkecil < 15 tahun Keluarga dengan anak terkecil > 15 tahun Keluarga dengan anak terkecil > 15 tahun tangga Jenis pekerjaan Pekerjaan dengan pendapatan tetap Pekerjaan dengan pendapatan tetap Pekerjaan dengan pendapatan tetap Tingkat pendidikan SMA/Sederajat Perguruan Tinggi SMA/Sederajat Perguruan Tinggi SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Pendapatan Pendapatan < Rp 3.045.000,- Pendapatan > Rp 3.045.000,- Pendapatan < Rp 3.045.000,- Gaya Hidup Family Oriented dan Tipe Konsumtif Family Oriented dan Tipe Konsumtif Family Oriented dan Tipe Konsumtif Interaksi Sosial Rekan kunjungan keluarga, teman/kerabat Rekan kunjungan keluarga, teman/kerabat Rekan kunjungan keluarga, teman/kerabat Sumber : Yosefa dan Navastara, 2017 hal ini dikarenakan kelompok tersebut cenderung mengutamakan interaksi sosial yang ada. Hal ini sesuai dengan hasil kuisioner yang menunjukkan bahwa pengguna dengan tipe komunitas secara rutin melakukan kegiatan pemanfaatan RTH. Sehingga berdasarkan analisis di atas, maka gaya hidup diklasifikasikan menjadi: Skor 1 : Tipe Komunitas Skor 2 : Family Oriented dan Tipe Konsumtif Skor 3 : Tipe Karir 9) Interaksi sosial Tingkat interaksi sosial yang dilakukan oleh pengguna ditinjau melalui rekan kunjungan pengguna dalam memanfaatkan RTH. Adapun pengguna RTH kawasan perumahan memanfaatkan RTH umumnya secara sendiri, dengan keluarga, teman/kerabat, maupun komunitas. Saat ini tidak ada standar atau pengklasifikasian tingkat interaksi sosial, namun peneliti mengelompokkannya berdasarkan hasil analisis dari hasil kuisioner dan literatur yang ada. Adapun berdasarkan Laurier (1985) bahwa interaksi sosial dapat dinilai berdasarkan hubungan timbal balik yang dilakukan pengguna dalam memanfaatkan RTH nya [9]. Sehingga berdasarkan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengguna yang tidak memiliki rekan kunjungan umumnya memiliki hubungan timbal balik yang rendah dibanding pengguna dengan rekan kunjungan. Sedangkan pengguna dengan rekan kunjungan komunitas memiliki hubungan timbal balik yang lebih tinggi dibanding pengguna dengan rekan kunjungan keluarga maupun teman/kerabat. Hal ini dikarenakan massa yang terdapat dalam komunitas umumnya jauh lebih besar dibanding dengan keluarga serta teman/kerabat. Sehingga berdasarkan analisis di atas, maka tingkat interaksi sosial pada pengguna dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu: Skor 1 : Rekan kunjungan komunitas Skor 2 : Rekan kunjungan keluarga, teman/kerabat Skor 3 : Tidak ada rekan kunjungan / sendiri C. Pengelompokkan Karakteristik Pengguna RTH pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut Setelah menentukan skoring, data-data yang ada diolah sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan literatur dan analisis di atas. Kemudian data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristiknya dengan tools hierarchial cluster melalui software SPSS 20. Dalam penelitian ini dipilih 2 untuk minimum number of cluster dan 4 untuk maximum number of cluster. Berdasarkan proses analisis cluster yang dilakukan, terbentuk tiga kelompok jenis cluster yang dihasilkan di antaranya: 4 clusters, 3 clusters, dan 2 clusters sesuai dengan nilai minimum dan maximum number of clusters yang diinput dalam SPSS. Dari

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-326 ketiga kelompok jenis cluster tersebut, kelompok yang dipilih oleh peneliti adalah kelompok 3 clusters untuk mengklasifikasikan karakteristik pengguna RTH yang ada. Hal ini didasarkan pertimbangan keheteroginitas yang dihasilkan pada masing-masing kelompok cluster sehingga yang dianggap paling representatif dalam penelitian ini adalah kelompok 3 clusters. Adapun berdasarkan hasil dari pengelompokkan cluster berikut maka dapat diketahui kesamaan karaktersitik pengguna antara masing-masing RTH pada kelompok cluster yang sama. Berikut ini adalah penjabaran dari karakteristik pengguna dari masing-masing cluster yang dihasilkan: 1) Cluster 1 Cluster 1 terdiri dari pengguna pada RTH Rungkut Kidul, Kunang-kunang, Kali Rungkut dan Wonorejo. Secara keseluruhan, kelompok RTH ini berada pada wilayah kepadatan penduduk yang rendah yaitu di bawah 100 jiwa/hektar dengan daerah asal pengguna mayoritas berasal dari Kecamatan dan Kelurahan yang sama dengan RTH tersebut. Fakta tersebut berbanding terbalik dengan teori Madanipour (2009) yang menyatakan bahwa pada ruang publik perumahan berkepadatan rendah umumnya penghuni membatasi penggunaan interaksi pada ruang publik. Hal ini dikarenakan RTH ini bahkan dimanfaatkan pengguna di luar skala skala pelayanan RTH yang seharusnya [10]. Kelompok pengguna RTH ini memiliki rentang usia 19-45 tahun dan berasal dari rumah tangga dengan anak terkecil kurang dari 15 tahun serta pendapatan di bawah Rp 3.045.000,-. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa kelompok pengguna RTH ini cenderung berasal dari keluarga muda yang umumnya memanfaatkan RTH untuk aktivitas bersama keluarga. Hal ini sesuai dengan karakteristik interaksi sosial kelompok pengguna yang umumnya mengunjungi RTH dengan rekan kunjungan keluarga, teman, maupun kerabat dan gaya hidup. 2) Cluster 2 Cluster 2 terdiri dari pengguna pada RTH Kedung Baruk. Secara keseluruhan kelompok RTH ini berada pada wilayah kepadatan penduduk tinggi yaitu di atas 200 jiwa/hektar dengan daerah asal pengguna seluruhnya berasal dari RW yang sama. Kondisi ini sesuai dengan peruntukkan area layanan RTH Kedung Baruk yaitu skala RW berdasarkan ketentuan Permen PU No 08/2007 [11]. Adapun Madanipour (2009) dalam teorinya menyatakan bahwa pada ruang terbuka publik perumahan berkepadatan tinggi umumnya menimbulkan konflik akibat rendahnya tingkat privasi di lingkungannya [10]. Namun pada RTH kawasan perumahan ini, tingkat privasi sangat diutamakan dengan adanya pos penjagaan sehingga tidak semua pengguna daerah sekitar dapat leluasa memanfaatkan RTH ini, meskipun RTH tersebut sudah menjadi milik Pemerintah Kota Surabaya. Hal inilah yang menyebabkan pengguna RTH kelompok ini hanya berasal dari kawasan RW sekitar yang berada dalam satu lingkup kawasan perumahan. Kondisi ini mengindikasikan terjadinya segregasi secara spasial yaitu pemisahan pemanfaatan ruang yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat wilayah tersebut. Adapun pengguna RTH pada kelompok ini umumnya memiliki usia dengan rentang 46-65 tahun dengan skala rumah tangga keluarga dengan anak terkecil di atas 15 tahun serta pendapatan di atas Rp 3.045.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna RTH pada kawasan perumahan ini didominasi oleh keluarga dengan ekonomi menengah keatas yang umumnya merupakan pensiunan maupun bekerja sebagai pegawai setiap harinya. 3) Cluster 3 Cluster 3 terdiri dari pengguna pada RTH Medokan Asri Barat dan Pandugo. Hampir sama dengan kelompok pengguna pada cluster 1, RTH pada kelompok ini berada pada wilayah dengan kepadatan rendah yaitu di bawah 100 jiwa/hektar. Namun berbeda dengan pengguna pada cluster 1, kelompok pengguna ini umumnya berasal dari RT dan RW yang sama dengan lokasi wilayah RTH sesuai dengan ketentuan area pelayanan RTH tersebut menurut Permen PU No 05/2008 [11]. Hal ini bukan dikarenakan lokasi RTH yang berada di tengah kawasan perumahan, membuat RTH ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat sekitar terutama masyarakat diluar kawasan perumahan. Pada kelompok RTH ini pengguna yang memanfaatkan RTH umumnya memiliki usia dengan rentang 19-45 tahun dan berasal dari rumah tangga dengan anak terkecil di atas 15 tahun serta pendapatan di bawah Rp 3.045.000,-. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan RTH kelompok ini banyak digunakan oleh para pemuda baik yang masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa baik untuk berolahraga maupun aktivitas lainnya. IV. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan terkait analisis karakteristik pengguna RTH pada kawasan perumahan di Kecamatan Rungkut, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Terdapat 3 kelompok pengguna yang memiliki kesamaan karakteristik pada RTH kawasan perumahan di Kecamatan Rungkut. 2. Masing-masing kelompok pengguna RTH yang dihasilkan mendefinisikan skala layanan pemanfaatan masing-masing RTH. 3. Ketiga kelompok pengguna RTH yang terbentuk masing-masing memiliki perbedaan karakteristik: kepadatan penduduk, usia, daerah asal, status rumah tangga, dan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA [1] Kurniawati, U. F. (2012). Pengaruh Perkembangan Perumahan Terhadap Emisi Karbon Dioksida di Kota Surabaya. Surabaya. [2] Junaidi, M. (2016). Faktor Faktor yang Menyebabkan Alih Fungsi Lahan dari Tambak Menjadi Perumahan di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Jurnal Pendidikan Geografi, Vol.03, No. 03, 378-383. [3] Undang undang No 1 Tahun 2011 [4] Widyo, W. (2003). Perwujudan Permukiman Terpadu dalam Pengembangan Wilayah (Studi Kasus: Kawasan Permukiman Rungkut Surabaya). Jurnal ITATS. [5] Rencana Detail Tata Ruang Kota Surabaya 2010-2020 [6] Peraturan Kementrian Dalam Negeri No 1 Tahun 2007 [7] Permana, S. (2011). Tipologi dan Karakteristik Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau Skala Kota di Kota Bandung. Master Thesis, Institut Teknologi Bandung.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-327 [8] Marselina, R. (2014). Tipologi RTH Privat Berdasarkan Preferensi Penghuni di Perumahan Terencana dan Tidak Terencana. Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 4. [9] Laurie, M. (1984). Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermatra. [10] Madanipour, A. (2010). Whose Public Spaces? International Case Studies in Urban Design and Development. Routledge. [11] Direktorat Jenderal Penataan Ruang. (2008). Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. [12] Ling, O. G. (2015). Life Cycle dan Mobilitas Penghuni Estat Perumahan Kelas Menengah. Konsep, Strategi, dan Dinamika Pengembangan Real Estate di Metropolitan Jakarta, 41-52. [13] Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI No 23 Tahun 2013 [14] Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur No 68 Tahun 2015 [15] Yosefa, Kezia Iene dan Ardy Navastara (2017). Tipologi Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut, Undergraduate Thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. (Tidak Dipublikasikan)