Jurnal Riset Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS VARIASI NILAI WINDOW LEVEL TERHADAP KUALITAS HASIL CT SCAN THORAX LUNG WINDOW. Rahmadani

JImeD, Vol. 3, No. 2 ISSN X

BAB III METODE PENELITIAN. citra dilakukan analisis pada kontras. Kerangka konsep ditunjukkan pada

Samsun, Legia Prananto, Asep Awan Gunawan, Novita Wulandari

BAB I PENDAHULUAN. (USRDS) menunjukkan prevalens rate penderita penyakit ginjal di Amerika

Jurnal Riset Kesehatan OPTIMALISASI CITRA MSCT TRAKTUS URINARIUS MENGGUNAKAN TRACKING DENGAN VARIASI SLICE THICKNESS DAN WINDOW SETTING

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE SKRIPSI BERTI MONO ADEVENTI GAJAH

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menghasilkan gambaran bagian-bagian tubuh dengan rinci. Pemeriksaan CT

Evaluasi Ketebalan Irisan (Slice Thickness) pada Pesawat CT- Scan Single Slice

PENENTUAN NILAI NOISE BERDASARKAN SLICE THICKNESS PADA CITRA CT SCAN SKRIPSI HEDIANA SIHOMBING NIM :

UJI KESESUAIAN CT NUMBER PADA PESAWAT CT SCAN MULTI SLICE DI UNIT RADIOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM YOGYAKARTA PDHI

ANALISIS IMAGE NOISE DAN NILAI DOSIS RADIASI PENGGUNAAN APLIKASI CARE DOSE 4D DAN NON CARE DOSE 4D PADA PESAWAT MSCT SIEMENS

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

Variasi Anatomi Percabangan dari Arteri Renalis. Anatomical Variation of Renal Artery Branches

Comparison Study Between Artifacts Lumbal MRI T1 Spin Echo With Pre Saturation And T1 Spin Echo Without Pre Saturation

ANALISIS PENGGUNAAN TEKNIK POST PROCESSING VOLUME RENDERING (VR) PADA CT ANGIOGRAFI ARTERI ABDOMINALIS DENGAN MSCT SKRIPSI ALFIAN TURNIP

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KUALITAS CITRA CT SCAN PADA PROTOKOL DOSIS TINGGI DAN DOSIS RENDAH UNTUK PEMERIKSAAN KEPALA PASIEN DEWASA DAN ANAK

ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah

ANALISIS NOISE LEVEL HASIL CITRA CT SCAN PADA TEGANGAN TABUNG 120 kv DAN 135 kv DENGAN VARIASI KETEBALAN IRISAN (SLICE THICKNESS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENOLAKAN EVALUASI RADIOGRAF BLASS NIER OVERZICHT-INTRAVENOUS PYELOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. yang menggunakan sinar-x dengan melakukan suntikan bahan

Prediksi Evolusi Diameter Aorta Berdasarkan Sinyal Trombus dari Magnetic Resonance Images pada Small Abdominal Aortic Aneurysms

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

The Opacity of Kidney in Nephrogram Phase with Different Urea and Creatinine levels in Patients Who Undergoing Intravenous Pyelography Examination

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-298.html MIKM UNDIP Universitas Diponegoro Program Pascasarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

PENDAHULUAN PENYAJIAN

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

PENENTUAN CT DOSE INDEX (CTDI) UNTUK VARIASI SLICE THICKNESS DENGAN PROGRAM DOSXYZNRC

PEMERIKSAAN MRI KELOMPOK 1. Delika Putri Destika Ayu Fajriyah Qurota Hasna Ratuloli Ighfirlii Nurul Hildayati Nurul Ummah Rizky Amalia

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

KORELASI NILAI TIME REPETITION (TR) DAN TIME ECHO (TE) TERHADAP SIGNAL TO NOISE RATIO (SNR) PADA CITRA MRI

CURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL

CT AND MRI WHICH IS THE BEST? dr. EDDY SUDIJANTO, Sp.Rad(K)

Analisis Pengaruh Faktor Eksposi terhadap Nilai Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada Pesawat Computed Tomography (CT) Scan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang mengenai teritori MCA yang dirawat di RSU Kariadi. akut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN VOLUME PHANTOM DARI CITRA COMPUTED TOMOGRAPHY (CT) SCAN

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

Bab I. Pendahuluan. dibutuhkan. Tidak hanya untuk memudahkan proses penyimpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organ dalam tubuh seperti Computed Tomography (CT) scan, Digital

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN

PENGARUH PENGGUNAAN ATURAN SISTEM POIN PADA VARIASI TEGANGAN TABUNG TERHADAP NILAI DENSITAS RADIOGRAF FOTO THORAX

TINGKAT PENGGUNAAN CT-SCAN PADA PEMERIKSAAN FRAKTUR MAKSILLA DI RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PENENTUAN BIODISTRIBUSI DAN UPTAKE TIROID DARI Tc 99m PERTEKNETAT PADA PASIEN HIPERTIROID MENGGUNAKAN TEKNIK IN VIVO

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI)

Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada

Manual Book. Kecepatan Aliran Darah pada Aneurisma Aorta. Tentang Aplikasi. Menjalankan Program

Magnetic Resonance Image. By Arman

PENGARUH PERUBAHAN TR TERHADAP NILAI CNR DAN EFISIENSI KONTRAS PADA CITRA MRI HEAD SEQUENCE T1 WEIGHTED IMAGE

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBEDAAN CITRA MRI BRAIN PADA SEKUENT1SE DAN T1FLAIR

Keywords: CT Scan, maxillofacial fraktur, window width and window level,

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Penemuan Dimensi Standar Kepala Manusia Berdasarkan Citra CT

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERPRETASI ELECTROCARDIOGRAM (ECG) PERAWAT DENGAN PEMBELAJARAN PELATIHAN DAN MULTIMEDIA DI RSUD DR.

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)

PERATURAN TENTANG MRI DAN CT SCAN. Agung Nugroho O, ST, MSi Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang 3

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

Elvin Nathan NRP: ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

Transkripsi:

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 65-72 Jurnal Riset Kesehatan http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk PERBEDAAN KUALITAS CITRA ANATOMIS PEMERIKSAAN COMPUTED TOMOGRAPHY ANGIOGRAPHY (CTA) AORTA ABDOMINALIS DENGAN VARIASI NILAI THRESHOLD Nisa Izzaty Khoirina *) ; Yeti Kartikasari ; Sudiyono Rumah Sakit Pupuk Kalimantan Timur Jl. Oxygen No. 01 Komp. PT. Pupuk Kaltim ; Kota Bontang Abstrak Aorta abdomen CTA adalah pemeriksaan radiologis minimal invasif dengan media kontras yang masuk melalui pembuluh darah, yang bertujuan menghasilkan radiografi aorta abdomen dengan menggunakan modalitas CT-Scan. Nilai threshold terkait erat dengan perubahan waktu tunda pemindaian yang akan mempengaruhi penambahan vaskular, dan dapat berdampak pada resolusi kontras sehingga akan mempengaruhi kualitas gambar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan CT-Scan 64 slice untuk menilai perbedaan kualitas gambar pada pemeriksaan abdomen CTA Aorta dengan variasi threshold 100, 150 dan 200. Uji statistic Kruskal Wallis diikuti oleh uji statistik post hoc Mann Whitney yang digunakan untuk melihat perbedaan variasi threshold. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pemeriksaan abdomen CTA Aorta dengan nilai p <0.00 (p <0,05). Variasi optimal yang digunakan dalam pemeriksaan pemeriksaan abdomen CTA Aorta adalah pada nilai threshold 150. 150 adalah threshold optimal untuk pemeriksaan CTA aorta abdomen dengan variasi nilai threshold antara 100, 150 dan 200, namun untuk patologi arteri ginjal sebaiknya menggunakan nilai threshold 100 dan 200 untuk kelainan pada arteri hepatik. Kata kunci: CTA; Abdomen; Threshold; Aorta Abstract [ANATOMIC IMAGE QUALITY DIFFERENCE OF COMPUTED TOMOGRAPHY ANGIOGRAPHY (CTA) ABDOMINAL AORTA WITH VARIATION OF THRESHOLD VALUE] Abdominal aorta CTA is minimally invasive radiological examinations with contrast medium entering through the blood vessels, aiming to produce a radiograph of the abdominal aorta using CT scan modality. The threshold value is closely related to changes time scan delay that will affect the vascular enhancement, and can have an impact on the contrast resolution so it will affect the image quality. This research performed by using the 64 slices of CT-Scan modality to assess differences in the quality of the image on the CTA Aorta abdominal examination with variations of threshold 100, 150 and 200. Kruskal Wallis followed by Mann Whitney post hoc statistical test used to look at differences in threshold variation. The result showed significant differences in CTA Aorta abdominal examination with a p value of <0.00 (p < 0.05). Optimal variation used in the examination of CTA Aorta abdominal examination is in threshold value 150. 150 was optimal threshold for the CTA examination of the abdominal aorta with a variation of the threshold value between 100, 150 and 200, however for the pathology of renal artery preferably using threshold value of 100 and 200 for hepatic artery pathologic. Keywords: CTA ; Abdomen ; threshold ; aorta *) Penulis Korespondensi. E-mail: nszztykhrn@gmail.com

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 66-72 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi pencitraan dalam bidang diagnostik sangat pesat, salah satu inovasi teknologi pencitraan yang terus berkembang adalah Computed Tomography Scan (CT Scan). CT Scan merupakan salah satu sarana penunjang penegakan diagnosa yang menggunakan gabungan dari sinar-x dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar berupa variasi irisan tubuh manusia (Bontrager, 2010). Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini telah diciptakan alat CT Scan yang lebih canggih yaitu Multi Slice Computed Tomography (MSCT). Prinsip MSCT adalah pergerakan tabung sinar-x yang berputar secara stasioner dan memancarkan sinar-x secara kontinyu, sambil diiringi pergerakan pasien oleh control table, melewati bidang penyinaran sehingga akan dihasilkan banyak potongan (multi slice) dalam satu kali pergerakan pasien (Said, 2008). MSCT dengan berbagai keunggulan diantaranya kecepatan scan yang tinggi, karakter resolusi tinggi, akuisisi volume memberikan gambaran detail sehingga tepat digunakan untuk pemeriksaan Computed Tomography Scan Angiography (CTA). CTA adalah pemeriksaan radiologi invasif minimal dengan memasukan media kontras melalui pembuluh darah, dengan tujuan untuk melihat pembuluh darah pada tubuh dengan menggunakan modalitas CT scan. CTA telah berhasil digunakan untuk mendeteksi kelainan dan anatomi pembuluh darah, masalah dan penyakit tertentu. CTA berguna menggambarkan sistem saraf, aorta abdomen dan aorta thorax (Fishmann dan Jeffrey,1998). Menurut Corey Goldman dan Javier Sanz (2005), CTA aorta abdominal dapat memvisualisasi aorta abdominalis dan organ visceral untuk vaskular anatomi dan mendiagnosa kelainan yang mempengaruhi sistem vaskular diantaranya acute aortic syndrome, abdominal aneurysm, renal artery stenosis, mesenteric ischemia dan tumor. Karena itu digunakan untuk perencanaan terapi endovaskuler, pengobatan onkologi, bedah transplantasi dan trauma multi sistem. Menurut Corey (2006), prosedur pemeriksaan CTA aorta abdominal dilakukan dengan persiapan pasien dengan puasa selama minimal empat jam sebelum pemeriksaan. Scanning dimulai dari costae 12 hingga caput femoralis atau crista iliaca, scaning dimulai dengan posisi head first dengan pemberian kontras media. Pemeriksaan dilakukan dengan slice thickness 10 mm. Kontras media yang digunakan pada pemeriksaan CTA aorta abdominal adalah kontras media non-ionik (konsentrasi iodium 300-400 mgi/ml) sebanyak 100 ml dengan contrast injection rate (rata-rata injeksi) 3-4 ml per detik menggunakan bolus tracking dengan meletakkan region-of-interest (ROI) di atas truncus coeliacus hingga nilai threshold mencapai 150-200. Pada pemeriksaan CTA aorta abdominal, penentuan waktu scanning yang tepat adalah hal penting untuk menghasilkan radiograf yang baik. Penentuan waktu scaning diperoleh dari time scan delay dengan pengaplikasian nilai threshold pada metode bolus tracking. Nilai threshold adalah nilai yang didapat saat enhancement media kontras pada titik ROI mencapai nilai tertentu dan enhancement adalah penyangatan suatu organ atau jaringan yang diukur dengan nilai dari kritikal anatomi yang ditetapkan dengan ROI (Bae, 2006). Menurut Bontrager (2001), kualitas citra meliputi semua faktor yang berhubungan dengan akurasi dengan menampakkan struktur dan jaringan ke dalam radiograf atau citra. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kualitas citra CTA aorta abdominalis yang baik harus dapat menampakkan bagian-bagian pembuluh darah aorta abdominalis yang diduga mengalami kelainan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas citra yaitu artefak, spasial resolusi, noise dan kontras resolusi. Menurut Seeram (2001) dan Bushberg, (2003) kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau menampakkan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil. Perubahan nilai threshold erat kaitannya dengan perubahan time scan delay yang akan berpengaruh pada enhacement vaskular, dan enhancement vaskular dapat berdampak pada kontras resolusi dan akan mempengaruhi kualitas citra radiograf. Faktor-faktor di atas saling berkaitan sehingga dapat mempengaruhi interpretasi radiolog dalam membaca radiograf. 2. Metode Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental design with control dengan metode one-shoot case study. Pemeriksaan CTA dilakukan dengan menggunakan modalitas CT-Scan 64 slice untuk menilai perbedaan kualitas citra pada pemeriksaan CTA Aorta

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 67-72 Abdominalis dengan variasi nilai threshold 100, 150 dan 200. Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis di RSU dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Besar sampel yang seharusnya digunakan pada penelitian variasi nilai threshold 100, 150 dan 200 pada pemeriksaan CTA Aorta Abdominal ini menurut hitungan rumus Federer adalah 9 orang sampel atau lebih pada tiap variasi nilai threshold. Dengan demikian jumlah semua sampel seharusnya adalah 27 orang atau lebih. Namun, terdapat keterbatasan dalam penelitian ini dikarenakan waktu penelitian yang sempit sehingga peneliti hanya mendapatkan 9 orang sampel dengan 3 sampel pada setiap variasi nilai threshold. Dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, karena tidak memenuhi jumlah sampel minimal pada rumus frederer, sehingga digunakan uji statistik Kruskal-Walis untuk melihat melihat perbedaan yang bermakna pada kualitas citra anatomis pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis dengan variasi nilai threshold, serta melihat mean rank tertinggi yang berarti nilai threshold tersebut merupakan nilai threshold yang optimal untuk pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Mann Whitney untuk melihat perbedaan yang bermakna pada kualitas citra dengan membandingkan tiap variasi nilai threshold. 3. Hasil dan Pembahasan Deskripsi Sampel Sampel penelitian ini merupakan hasil reformat CTA Aorta Abdominalis dengan menggunakan pesawat Siemens 64 Slice di Instalasi Radiologi Rumah Sakit dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Objek penelitian adalah 9 orang sample degan variasi nilai threshold yang berbeda-beda, yaitu 3 orang dengan nilai threshold 100, 3 orang dengan nilai threshold 150 dan 3 orang dengan nilai threshold 200. Pasien dipilih berdasarkan kriteria yang telah di tentukan yaitu berat badan antara 50-70 kg, usia antara 35-55 th dan tinggi badan antara 150-170 cm dengan tekanan darah sistole 100-120 mmhg. Kriteria tersebut menurut Bae (2006) adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan contrast enhancement termasuk time scan delay, volume media kontras, kecepatan injeksi dan larutan saline agar variabel bebas yaitu nilai threshold dapat di kontrol. Hasil Scaning ketiga variasi nilai threshold kemudian diolah ke dalam image maximum intensity projection (MIP) dengan mula-mula mengatur rekonstruksi increment sebesar 0.3 mm, kurang-lebih setengah dari pemilihan slice thickness setebal 0.625 mm. Kemudian mengatur rekontruksi kernel very smooth angio. Setelah itu hasil image yang telah direkonstruksi dikirim ke reformat tiga dimensi. Setelah didapatkan hasil rekonstruksi, kemudian dilakukan pengolahan gamber menggunakan aplikasi bone removal untuk menghilangkan tulang-tulang disekitar abdomen sehingga didapatkan gambaran jaringan lunak. Langkah selanjutnya yaitu melakukan rekonstruksi gambar MIP sehingga didapatkan gambaran pembuluh darah yang akan dinilai oleh radiolog. Berikut adalah gambaran MIP Aorta Abdominalis yang di nilai oleh radiolog. Deskripsi Hasil Pemeriksaan Sembilan lembar hasil reformat gambaran MIP masing-masing pasien kemudian dinilai oleh tiga responden radiolog untuk mendapatkan nilai kualitas dan perbedaan hasil gambaran MIP pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis dengan variasi nilai threshold dengan menggunakan instrument berupa lembar kuesioner. Kuesioner tersebut berisi tabel dengan delapan kriteria anatomi yang dinilai, tabel tersebut berupa isian tentang bagaimana gambaran arteri splenika, arteri gastrika, arteri hepatika, arteri lienalis, arteri mesenterika superior dan inferior, arteri renalis serta arteri iliaka komunis yang dihasilkan dan kejelasan anatomi tersebut. Rentang nilainya adalah 1 sampai 3; nilai 1 merupakan nilai minimal dan nilai 3 merupakan nilai maksimal. Jadi setiap radiograf akan mempunyai nilai 24 sebagai nilai tertinggi dan 8 sebagai nilai terendah. Setelah semua responden mengisi kuesioner yang ada, penilaian responden kemudian direkapitulasi untuk mengetahui nilai yang diperoleh dari masing-masing hasil gambaran MIP Aorta abdominalis. Rekapitulasi

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 68-72 tersebut adalah keseluruhan penilaian dari 3 responden, kemudian nilai tersebut dijumlahkan dari masing-masing responden. Tabel 1. Hasil Penilaian 3 Orang Responden pada Nilai Threshold 100 Citra yang dinilai Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 Arteri Arteri Spleenika 2 1 2 1 1 2 2 1 1 Arteri Gastrika 2 2 2 1 2 1 2 2 2 Arteri Hepatika 1 2 2 2 2 2 2 1 2 Arteri Lienalis 2 1 2 2 2 2 2 2 2 Aretri mesenterika 2 1 2 2 2 2 2 2 2 superior Arteri mesenterika 2 1 1 1 1 2 1 1 1 inferior Arteri renalis 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Arteri iliaka komunis 2 2 1 2 2 2 1 2 2 Jumlah 15 12 14 13 14 15 14 13 14 Rata-rata pasien 15 14 13.67 Tabel 2. Hasil Penilaian 3 Orang Responden pada Nilai Threshold 150 Citra yang dinilai Arteri Spleenika Arteri Gastrika Arteri Hepatika Arteri Lienalis Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 Aretri mesenterika superior 3 2 3 3 2 3 3 3 3 Arteri mesenterika inferior 3 3 3 2 3 3 3 3 3 Arteri renalis 2 2 2 3 2 2 2 3 2 Arteri iliaka komunis 3 3 3 2 3 3 3 3 3 Jumlah 24 22 22 20 22 22 23 22 22 rata-rata 22,67 21,33 22,33 Tabel 3. Hasil Penilaian 3 Orang Responden pada Nilai Threshold 200 Citra yang dinilai Arteri Spleenika Arteri Gastrika Arteri Hepatika Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 Arteri Lienalis 3 3 2 2 2 3 2 2 2 Aretri mesenterika superior 2 1 2 1 2 1 1 2 1 Arteri mesenterika inferior 1 2 1 2 1 1 1 2 1 Arteri renalis 2 3 2 2 2 2 2 2 3 iliaka komunis 2 2 1 2 2 2 3 2 1 Jumlah 15 17 15 15 16 14 15 17 14 rata-rata 15,67 15 15,33 Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai threshold yang diberikan nilai tertinggi oleh responden adalah nilai threshold 150. Responden berpendapat bahwa hasil gambar MIP aorta abdominalis dengan nilai threshold 150 adalah radiograf dengan batas antara vaskular dan jaringan sangat jelas serta penyangatan vaskuler sangat baik. Pada hasil gambar MIP aorta abdominalis dengan nilai threshold 100 adalah nilai terendah yang di berikan oleh responden, sedangkan pada MIP aorta abdominalis dengan nilai threshold 200 merupakan radiograf yang batas antara vaskular dan jaringannya cukup baik. Hasil analisa dari rekapitulasi ini tidak berbeda dengan hasil analisa dengan uji statistik, hasilnya antara lain sebagai berikut: Hasil Uji Statistik Kruskall Wallis dan Post Hoc Mann Whitney Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil gambaran MIP Aorta abdominalis dengan variasi nilai threshold antara 100, 150 dan 200 serta ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara variasi nilai threshold tersebut sehingga dapat diketahui nilai threshold yang paling baik dalam memvisualisasi aorta abdominalis pada gambaran MIP. NILAI KUISIONER Chi-Square 20,905 Df 2 P value,000 Dengan uji Kruskall Wallis, diperoleh nilai p=0.000 (p<0.05), maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan hasil gambaran MIP aorta abdominalis dengan variasi nilai threshold antara

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 69-72 tiga kelompok. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Untuk mengetahui urutan nilai rata-rata dari hasil gambaran MIP aorta abdominalis dari masing-masing variasi nilai threshold, dilakukan Kruskall Wallis mean rank, mean rank tertinggi adalah variasi nilai threshold 150 berdasarkan tabel berikut: Variasi nilai threshold N Nilai Kuisioner 100 9 6,33 150 9 23,00 200 9 12,67 Total 27 Mean Rank Selanjutnya untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna atau tidak pada perbandingan tiap-tiap variasi nilai threshold satu sama lain, maka dilakukan analisis Post Hoc Mann Whitney. Langkahnya adalah melakukan perbandingan ketiga variasi nilai threshold dengan membandingkan dua variasi satu sama lain, yaitu antara penggunaan nilai threshold 100 dengan 150, 100 dengan 200 dan 150 dengan 200. Hasilnya adalah sebagai berikut : Mann Whitney Test p value 100 deng an 150 p=0.0 00 Variasi nilai threshold 100 dengan 200 p=0.02 0 150 dengan 200 p=0.00 0 Dengan demikian dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil gambaran MIP aorta abdominalis pada semua variasi nilai threshold karena semua p value dari setiap perbandingan nilai threshold lebih kecil dari 0.05. Pembahasan Dari hasil penjabaran di atas, baik secara manual berdasarkan hasil rekapitulasi maupun menggunakan uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pada kualitas citra anatomis gambaran MIP aorta abdominalis dengan variasi nilai threshold. Berdasarkan hasil uji statistik Post Hoc Mann-Whitney terhadap hasil gambaran MIP aorta abdominalis pada semua variasi nilai threshold (tabel 11) diperoleh p value <0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada perbedaan kualitas citra anatomis dengan variasi nilai threshold pada pemeriksaan CTA aorta abdominalis. Sedangkan untuk menentukan mean rank tertinggi, di lakukan uji statistik Kruskal Wallis (tabel 10) dan diperoleh hasil 150 merupakan nilai threshold dengan nilai mean rank tertinggi. Hal ini merupakan suatu tanda bahwa 150 merupakan nilai threshold yang optimal. Perbedaan penggunaan nilai threshold pada pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis Kualitas citra radiograf CTA Aorta Abdominalis sebagai output dari pada penelitian ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu artefak, spasial resolusi, noise dan kontras resolusi (Bontranger, 2001). Kontras resolusi erat kaitannya dengan enhancement vaskular dari radiograf Aorta Abdominalis yang akan dinilai oleh responden pada penelitian ini. Pada pemeriksaan CTA Aorta Abdominal, penentuan waktu scaning yang tepat adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan radiograf yang baik. Penentuan waktu scaning diperoleh dari time scan delay dengan pengaplikasian nilai threshold sehingga scanning di mulai ketika gambaran kurva meningkat mencapai peak enhancement. Oleh karena itu pengunaan nilai threshold akan banyak mempengaruhi enhancement vaskular pada radiograf. Setelah dilakukan penelitian penggunaan nilai threshold dengan variasi 100, 150 dan 200 pada pemeriksaan CTA Aorta Abdominal kemudian hasil citra CTA tersebut di berikan penilaian oleh tiga orang radiolog, diperoleh bahwa penilaian radiolog terhadap enhancement vaskular memiliki perubahan disetiap variasi nilai threshold yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian statistik, pada uji beda yang dilakukan dengan uji Kruskal Wallis yang kemudian dilanjutkan dengan uji Post-hoc Mann Whitney, didapat kesimpulan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada perbedaan kualitas citra pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis dengan variasi nilai threshold. Perbedaan tersebut dapat dilhat pada tabel tabulasi hasil penilaian responden (tabel 6, 7 dan 8). Pada nilai threshold 100 rata-rata penilaian yang diberikan responden terhadap arteri splenika, arteri gastrika, arteri hepatika, arteri

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 70-72 lienalis, arteri mesenterika superior dan inferior, arteri renalis serta arteri iliaka komunis adalah cukup baik dengan penilaian yang terbaik pada nilai threshold 100 adalah arteri renalis dan tidak enhance adalah arteri mesenterika inferior. Namun, gambaran arteri renalis pada nilai threshold 100 tidak lebih baik bila dibandingkan dengan penilaian arteri renalis pada nilai threshold 150 dan 200. Pada nilai threshold 150 merupakan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai threshold yang lain, rata rata penilaian responden terhadap setiap organ adalah sangat baik dengan organ yang paling jelas adalah arteri spleenika dan yang kurang jelas adalah arteri renalis. Pada nilai threshold 200, penilaian rata rata responden perorgan cukup baik, organ yang paling enhance yang dinilai radiolog adalah arteri hepatika sedangkan yang tidak enhance adalah arteri mesenterika inferior. Arteri hepatika pada nilai threshold 200 lebih baik nilainya daripada gambaran arteri hepatika pada nilai threshold 100 dan 150, sehingga apabila dicurigai terdapat patologis atau kelainan di daerah arteri hepatika, sebaiknya menggunakan nilai threshold 200. Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa nilai threshold yang batas antara vaskular dengan jaringan sangat jelas dan penyangatan vaskuler sangat baik adalah 150, namun berdasarkan penilaian radiolog (tabel 5,6 dan 7) apabila terdapat patologi pada arteri hepatika sebaiknya menggunakan nilai threshold 200. Nilai threshold yang paling optimal pada pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis Pada tabel tabulasi hasil penilaian responden (tabel 6, 7 dan 8) dan tabel hasil uji Kruskall Wallis (tabel 9 dan 10), nilai threshold 150 merupakan nilai threshold dengan mean rank tertinggi. Menunjukan bahwa nilat threshold tersebut adalah yang paling baik dalam memvisualisasi aorta abdominalis pada gambaran MIP. Nilai threshold yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini berhubungan erat dengan time scan delay, semakin tinggi nilai threshold yang di gunakan maka akan semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak kurva peak enhancement. Sebagai contoh pada penggunaan nilai threshold 100, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak kurva peak enhancement adalah 15 detik. Pada penggunaan nilai threshold 150, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak kurva peak enhancement adalah 20 detik. Sedangkan pada penggunaan nilai threshold 200, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak kurva peak enhancement adalah 25 detik. Media kontras yang masuk melalui pembuluh vena pada flow rate 3,5 ml/detik dengan volume 100 ml (media kontras 80 ml dan larutan NaCl 20 ml) akan habis seluruhnya dalam waktu 28,5 detik. Untuk mendapatkan enhancement vaskular yang optimal diharapkan scanning dimulai saat media kontras sedang melewati pembuluh darah. Delay scan setelah peak enhancement pada semua perlakuan sampel telah diatur sama yaitu 4 detik. Sehingga waktu scanning pada penggunaan nilai threshold 100 dimulai pada detik ke 19, pada nilai threshold 150 dimulai pada detik ke 24 dan pada nilai threshold 200 dimulai pada detik ke 29. Hal ini lah yang menyebabkan pada penggunaan nilai threshold 100, media kontras belum mengisi penuh arteri-arteri di sekitar aorta abdominalis sehingga batas antara vaskular dengan jaringan tidak baik dan penyangatan vaskuler dinilai kurang terang. Sedangkan pada penggunaan nilai threshold 200 media kontras telah melewati arteri-arteri di sekitar aorta abdominalis dan sebagian sudah mulai memasuki pembuluh darah vena sehingga enhancement vaskuler kurang terang dibandingkan dengan penggunaan nilai threshold 150. Pada penggunaan nilai threshold 150, scaning dimulai saat pertengahan media kontras melewati pembuluh darah, media kontras telah memasuki arteri-arteri disekitar aorta abdominalis namun belum masuk kedalam pembuluh vena sehingga enhancement vaskular sedang berada pada kondisi maksimal. Menurut Bae (2006), hal-hal yang dapat mempengaruhi enhancement adalah flow rate, konsentrasi iodium, volume media kontras, saline flush dan time scan delay. Flow rate berpengaruh terhadap magnitude enhancement, semakin tinggi flow rate yang digunakan maka semakin panjang magnitude enhancement. Flow rate yang tinggi membutuhkan time scan delay lebih pendek agar scanning tepat saat peak enhancement. Flow rate yang digunakan pada penelitian ini adalah 3.5 ml/s, dengan nilai threshold 150 yang merupakan nilai threshold yang paling optimal dalam pencitraan aorta abdominalis delay time yang digunakan adalah 4 detik.

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 71-72 Pada penggunaan nilai threshold 100 jika menginginkan hasil radiograf dengan enhancement yang sama dengan penggunaan nilai threshold 150 maka flow rate yang digunakan harus lebih lambat dari 3,5 ml/s dengan delay time yang sama yaitu 4 detik. Sedangkan pada penggunaan nilai threshold 200 jika menginginkan hasil radiograf dengan enhancement yang sama dengan penggunaan nilai threshold 150, maka yang harus dilakukan adalah mempercepat laju flow rate diatas 3,5 ml/s, namun hal ini harus di sesuaikan dengan penggunaan jarum abocath, semakin cepat flow rate jarum abocath harus semakin besar. Konsentrasi iodium juga berpengaruh terhadap magnitude enhancement, semakin besar kandungan iodium pada media kontras maka magnitude enhancement akan semakin besar. Volume media kontras yang masuk kedalam tubuh pasien dapat dipilih melalui dua cara yaitu menggunakan konsentrasi tinggi dengan volum yang sedikit atau menggunakan konsentrasi rendah dengan volume media kontras yang banyak. Media kontras yang dipilih untuk digunakan adalah 370 mgi/ml sebanyak 80 ml. Penggunaan larutan saline bertujuan untuk mengoptimalkan enhancement dengan mendorong sisa kontras yang ada pada selang infus, saline juga berfungsi untuk memperpanjang waktu magnitude enhancement. Pada penelitian ini penggunaannya 20 ml post injeksi media kontras. 4. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian untuk mengetahui perbedaan kualitas citra anatomis pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis dengan variasi nilai threshold diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap variasi nilai threshold yang digunakan dalam pemeriksaan CTA Aorta Abdominalis. Hal ini terlihat dari p value 0.000 (p < 0.05) dari uji statistik yang telah lakukan. nilai threshold yang optimal untuk pemerisaan CTA aorta abdominalis 150 adalah dari variasi nilai threshold antara 100, 150 dan 200, namun untuk patologi pada arteri hepatika menggunakan nilai threshold 200. 5. Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan kepada Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah mendanai keberlangsungan jurnal ini. Atau ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada pemberi dana penelitian atau donatur. Ucapan terima kasih dapat juga disampaikan kepada pihak-pihak yang membantu pelaksanaan penelitian. 6. Daftar Pustaka Bae T. Kyongtae. 2006. Principles of Contrast Medium delivery and scan Timing in MDCT. MDTCA Pratical Approach-Springer. Ballinger, P.W. 1999. Radiographic Positions & Radiologic Procedures, tenth edition, The CV Mosby, St. Louis Missouri Bontrager Kenneth L. 2001. Textbook of radiographic positioning and related anatomy, Missourry USA: Mosby, Inc Boas F. Edward and Fleischmann D. 2012. CT Artifact: Cause and reduction Technique, Departement of Radiology, Stanford University, U.S.A. Bushberg, J.T. 2003. The Essential Phisics of Medical Second Edition, Lippicot Williams and Wilkins, Philadelphia. Corey Goldman and Javier Sanz. 2005. CT angiography of the abdominal aorta and its branches with protocols, Informa healthcare, Chennai Fishman, E. K and Jeffrey, R. B. 1998. Spiral CT:Principles, Technique and Application. Lippincott Williams, Haggerstown, Maryland, U.S.A. Fleischmann Dominik. 2006. CT Angiographyof Peripheral Arterial Disease, Departement of Radiology, Stanford University, U.S.A. Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC. Galanski and Prokop. 2003. Principles and Techniques of Images Reconstruction With CT, WB Saunders Company Hoffer Mathias. 2005. CT Teaching manual: a systematic approach to CT Reading, Edition 5, Thieme Book Company USA. Katzberg W Richard. 1992. The Contrast Media Manual, William & Wilkins,Philadelphia Lipson A Scott. 2006. MDCT and 3D workstations, springer Science+Busines Media Inc. Nesseth. 2000. Procedures and Documentation for CT and MRI, Kansas: Mc Graw Hill Medical Publishing Division

Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 72-72 Pearce, E.C. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Seeram E. 2001, Computed Tomography: physical principles, clinical applications, and quality control, Philadelphia: Second edition, WB Saunders Company. Snell Richard S. 2011. Anatomi Klinis. Edisi 6, ECG: Jakarta Tortorici, M.R and Patrick, J.A. 1995. Advanced Radiographic and Angiographic Procedures with an Introduction to Specialized Imaging. FA. Davis Company : Philadelphia