BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, memiliki peran terhadap

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP VASEKTOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

FAKTOR DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI. Andik Setiyono, Siti Novianti RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

BAB I PENDAHULUAN. seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI DAN PSIKIS TERHADAP KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM VASEKTOMI DI DESA SEKIP KECAMATAN LUBUK PAKAM

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). sejahtera. Sejalan dengan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai masalah tentang peningkatan jumlah penduduk. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat IV terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Dengan peningkatan penduduk yang sangat pesat dan tidak dapat dikendalikan, maka pemerintah dengan tegas melakukan program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan peningkatan jumlah penduduk serta mendorong masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004). BKKBN Pusat mencatat tahun 2011 lalu jumlah penduduk Indonesia mencapai 241 juta jiwa. Akhir tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 245 juta jiwa. Deputi Advokasi, Penggerakan dan Informasi pada BKKBN, menyebutkan bahwa pada Desember 2011, jumlah penduduk di Indonesia sudah sebanyak 241 juta jiwa. Jumlah tersebut naik 3% dibandingkan tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,5% pertahun atau bertambah sekitar 3,5 juta jiwa. Jika diakumulasikan, maka hingga akhir tahun 2012, jumlah penduduk Indonesia di perkirakan akan mencapai 245 juta jiwa (Hardiyanto, 2011). Karena pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup pesat. Untuk itu, BKKBN melaksanakan program sebagai upaya menekan angka pertumbuhan penduduk. Salah satunya adalah dengan menyukseskan program KB, yaitu satu keluarga itu maksimal hanya memiliki dua orang anak (Hardiyanto, 2011).

2 Program KB merupakan program pembangunan sosial dasar yang sangat penting artinya bagi pembangunan nasional dan kemajuan bangsa. Program KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008). Tujuan program KB adalah mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan keluarga kecil berkualitas melalui penggunaan alat kontrasepsi sehingga bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk tersebut dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini bersifat tidak permanen, dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkan. Dalam penggunaan kontrasepsi kebanyakan orang berpikir bahwa hanya untuk wanita saja, tetapi sekarang pria sudah mulai berminat menggunakan kontrasepsi (Manuaba et all, 2009). Keikutsertaan suami/pria dalam program KB di Indonesia sangat diperlukan karena biasanya suami lebih dominan sebagai penentu kebijaksanaan di dalam keluarga. Berbagai cara KB yang melibatkan pria adalah : senggama terputus, kondom dan vasektomi. Untuk pasangan suami-istri yang ingin menunda atau menjarangkan kehamilan maka dengan cara senggama terputus dan kondom dianggap cukup efektif, sedangkan bagi yang tidak menginginkan kehamilan lagi maka cara vasektomi adalah yang paling baik (Tjokronegoro, 2003).

3 Vasektomi merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang dianjurkan karena jenis kontrasepsi ini merupakan metode kontrasepsi mantap (kontap). Vasektomi merupakan metode operasi pria (MOP), dengan jalan memotong vas deferens sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah melakukan vasektomi, seorang pria hanya membutuhkan istirahat satu hari, setelah itu dia dapat beraktifitas kembali (Manuaba et all, 2009). Pada kenyataannya masih banyak pria/suami yang melihat vasektomi sebagai hal yang mirip dengan pengebirian dan menganggap setiap prosedur pembedahan yang menyangkut alat kelamin mereka diperkirakan menjadi ancaman bagi fungsi seksual dan identitas seksual. Pada dasarnya masih banyak pria yang masih takut melakukan vasektomi karena vasektomi dianggap sebagai hal yang negatif dan dapat mempengaruhi kepuasan seksual dan frekuensi hubungan seksual (Salie, 2006). Hubungan seksual sangat penting bagi sebuah pasangan suami istri, karena hubungan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, dengan dilakukannya vasektomi muncul kekhawatiran bahwa jenis kontrasepsi ini akan mempengaruhi perilaku seksual pasangan tersebut. Menurut penelitian Salie (2006), telah ditemukan bahwa ketika seorang pria memilih kontrasepsi vasektomi, hal ini berpengaruh terhadap perilaku seksualitas dilihat dari kualitas dan kuantitasnya (frekuensi, kepuasan, dan apakah ada penurunan atau peningkatan setelah melakukan vasektomi). Hal ini tentu saja tidak hanya dirasakan oleh seorang pria/suami akan tetapi juga berpengaruh terhadap pasangannya/istri. Sekalipun bukan satu-satunya yang dapat memegang kendali kerukunan rumah tangga, tetapi ketidak-puasan seks sudah dapat menimbulkan perbedaan pendapat, perselisihan dan akhirnya terjadi perceraian. Itulah sebabnya

4 masalah seksual sebaiknya dibicarakan secara terbuka sehingga tidak mengecewakan dalam keluarga (Glasier, 2002). Sejak tahun 1980, peminat vasektomi telah meningkat di seluruh dunia (Miller, Shain, & Pasta, 1990). Vasektomi adalah metode pembatasan kelahiran yang paling umum digunakan di Amerika Serikat pada 1980-an, dimana 17% dari pria menikah antara usia 35 dan 44 tahun menjalani vasektomi (Davis, 2010). Kecenderungan keluarga modern terhadap mempunyai anak lebih sedikit, hal ini didorong oleh meningkatnya biaya pendidikan, penurunan kontribusi ekonomi, dan perubahan peran perempuan dari seorang ibu rumah tangga tradisional menjadi peserta pasar tenaga kerja (Hirschman, 2004). Pengguna vasektomi di Kota Malang hingga bulan Februari 2013, sudah ada 262 orang yang menggunakan vasektomi. Demikian yang disampaikan oleh Kepala Bidang Keluarga Berencana, BKBPM Kota Malang (Nyoman, 2013). Sedangkan sesuai data yang didapat pada Kelurahann Sawojajar terdapat 20 orang yang telah melakukan vasektomi, dimana pria yang berusia antara 35-55 tahun yang melakukan vasektomi, Sesuai study pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada akseptor vasektomi sebagian dari mereka mengatakan terjadi perubahan fungsi seksual setelah melakukan vasektomi. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Karena sesuai data yang didapat peneliti akseptor vasektomi yang terbanyak berada di Kelurahan Sawojajar Kota Malang.

5 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor di Kelurahan Sawojajar Kota Malang? 2. Bagaimana perubahan fungsi seksual yang terjadi pada akseptor akibat penggunaan kontrasepsi vasektomi di Kelurahan Sawojajar Kota Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. 2. Menganalisis bagaimanakah perubahan fungsi seksual yang terjadi pada akseptor akibat penggunaan kontrasepsi vasektomi di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dengan mengetahui pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor maka akan menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan maternitas.

6 1.4.2 Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan menjadi pedoman bagi peneliti lain dalam mengembangkan topik yang berkaitan masalah program KB pria dengan pengaruh vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor. 1.4.3 Bagi Institusi Keperawatan Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan bagi institusi pendidikan dan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit dan Puskesmas) tentang pengaruh vasektomi terhadap perubahan pola seksualitas pada pasangan suami istr pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor. 1.4.4 Bagi PASUTRI Menjadi acuan untuk mengetahui pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor sehingga diharapkan akseptor dapat meningkatkan pengetahuan tentang vasektomi. 1.4.5 Bagi BKKBN & BKBPM Sebagai bahan informasi bagi BKKBN & BKBPM untuk mensosialisasikan dan mempromosikan kontrasepsi vasektomi kepada masyarakat. 1.5 Keaslian Peneliti Menurut penelitian Maria Nurrita, Maria Komariah, Ermiati, (2009) mengenai Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap Kontrasepsi Mantap Vasektomi Di Kecamatan Rancaekek didapatkan hasil bahwa hampir setengahnya dari responden memiliki pengetahuan yang kurang terhadap

7 kontrasepsi vasektomi. Pada aspek sikap didapatkan hasil bahwa sebagian dari responden memiliki sikap yang mendukung terhadap kontrasepsi vasektomi. Berdasarkan hasil penelitian Fresadita Nora Khotima (2009) mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Istri Dengan Pemilihan Kontrasepsi Vasektomi Pada Pasangan Usia Subur didapatkan hasil bahwa sebanyak 20,6% pasangan suami istri di kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang memilih kontrasepsi vasektomi. Berdasarkan uraian di atas, bahwa perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian diatas dapat dilihat dari variabel penelitian yang di gunakan. Pada penelitian oleh Nora Khotima (2009), variabel independen yang digunakan adalah Pengetahuan Dan Sikap suami sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Kontrasepsi Mantap Vasektomi. Pada penelitian oleh Maria Nurrita, Maria Komariah, Ermiati, (2009), variable independen yang digunakan adalah Pengetahuan Dan Sikap Istri sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Pemilihan Kontrasepsi Vasektomi. Sedangkan pada penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah Kontrasepsi Vasektomi sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Perubahan fungsi Seksual.