BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian Bahan Ajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching

Fitri Rahmawati, MP. Staf Pengajar Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara

BAB I PENDAHULUAN. ajar terlebih dahulu sebelum mengikuti pembelajaran di kelas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

Mekarkeun Bahan Ajar Basa dina Kapaigelan Basa Sunda ku Usep Kuswari

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.

Pengertian Bahan Ajar

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR R. NETY RUSTIKAYANTI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

KONSEP KURIKULUM 2013

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2015

TEKNIK PENYUSUNAN MODUL Oleh: Dwi Rahdiyanta *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPDIKNAS DIT. PEMBINAAN SMA HALAMAN 1

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak tertulis (Amri dan Ahmadi 2010:159). Hal senada juga diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI HIMPUNAN BERBANTU VIDEO PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN GEOGRAFI BER- BASIS PENDEKATAN SAINTIFIK.

SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan antara peserta didik dan pendidik yang dirancang sedemikian rupa

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 HALAMAN 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan

Seri Bahan Bimbingan Teknis Implementasi KTSP TEKNIK PENYUSUNAN MODUL

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

PENGEMBANGAN COURSEWARE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M.

Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KOMIK PENDIDIKAN SEBAGAI MEDIA INOFATIF MI/SD Sigit Dwi Laksana (Staf Pengajar di Universitas Muhammadiyah Ponorogo)

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII

SISCA RAHMADONNA, M.Pd Diadopsi dari Berbagai Sumber

MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Saat belajar siswa tidak lepas dari sumber belajar. Sumber belajar

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori

Pengertian Bahan Ajar

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. dengan aturan-aturan lama dan merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi. agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN SAMPUL... i. PENGESAHAN KELULUSAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv. SARI...

BAB II LANDASAN TEORI. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang

BAB III METODE PENELITIAN. mata pelajaran ekonomi ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik pada akhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kegrafikaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Multirepresentasi

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

PEMANFAATAN KOMIK STRIP SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMPRODUKSI CERITA ULANG DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Abstrak PENDAHULUAN.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Retno Ningtyas, Tri Nova Hasti Yunianta, Wahyudi. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah berupaya untuk mengembangkan serta menyempurnakan kurikulum

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 3. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M.

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap ( Dimiyati :2006). Belajar

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya, sedangkan menurut Lestari (2013:1) bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat 2011:152) Terdapat beberapa pengertian tentang bahan ajar yang dikemukakan oleh para ahli. Bahan ajar berasal dari dua kata yakni bahan atau material dan mengajar atau teaching. Bahan ajar dapat diartikan sebagai segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar mencakup tentang pengetahuan yang terangkum kedalam materi pembelajaran yang ada pada bahan ajar tersebut. Bahan ajar dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan pendidik maupun peserta didik. Penjelasan di atas mengemukakan bahwa peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan 14

15 proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya. a. Tujuan Bahan Ajar Bahan ajar disusun dengan melihat berbagai macam tujuan yang ingin dicapai didalam kurikulum yang sedang digunakan yang selanjutnya terealisasikan melalui pembelajaran didalam kelas. Menurut Majid (2005:15), bahan ajar disusun dengan memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1.) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu. 2.) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar. 3.) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. 4.) Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik. Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan-tujuan disusunnya bahan ajar. Secara umum tujuan bahan ajar itu disusun untuk: 1.) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik. 2.) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. 3.) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

16 b. Ruang Lingkup Bahan Ajar Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun non-cetak. Menurut Ali (2011:20) bahan ajar dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yakni: 1.) Bahan ajar pandang (Visual) Terdiri dari bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, booklet, foto atau gambar, dan bahan ajar non-cetak seperti model atau market. 2.) Bahan ajar dengar (Audio) Yang termasuk kedalam bahan ajar audio ini adalah kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3.) Bahan ajar pandang dengar (Audio Visual) Yang termasuk kedalam bahan ajar ini yakni, Compact Disk dan film. 4.) Bahan ajar multimedia interaktif Terdiri dari CAI (Computer Assisted Interactive) dan bahan ajar web (web based learning materials). Bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa handout, buku, modul, brosur, dan lembar kerja siswa. Di bawah ini akan diuraikan penjelasan terkait jenis-jenis bahan ajar, yakni: 1.) Handout Handout adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Handout juga diartikan sebagai bahan tertulis yang disiapkan untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa. Saat ini handout dapat diperoleh melalui internet atau menyadur dari berbagai buku dan sumber lainnya. 2.) Buku Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun dengan menggunakan bahasa sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi buku, dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. 3.) Modul Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul harus berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadap evaluasi. Modul yang diberikan kepada siswa dapat bermanfaat agar siswa mampu belajar secara mandiri tanpa harus dibantu oleh guru. 4.) Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan mendapat materi ajar tersebut secara mandiri. Lembar Kerja Siswa dapat digunakan oleh siswa, sehingga siswa akan mendapat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. 5.) Buku Ajar Buku ajar adalah sarana belajar yang bisa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dan pengertian moderen yang umum dipahami. 6.) Buku Teks Buku teks juga dapat didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu. Buku teks dibuat dengan maksud dan tujuan-tujuan instruksional yang

17 jenis, yakni: dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Secara umum, menurut Lestari (2011: 79) buku dibedakan menjadi empat 1.) Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap. 2.) Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja, misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya. 3.) Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam melaksanakan proses pengajaran. 4.) Buku bahan ajar atau buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan diajarkan. Bahan ajar non-cetak meliputi bahan ajar dengar hitam, dan compact disc audio. Bahan ajar pandang dengar video compact disc dan film. Bahan ajar multimedia interaktif, material pembelajaran interaktif, dan bahan ajar web. c. Karakteristik Bahan Ajar Ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk mempermudah peserta didik untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya. Menurut Lestari (2008: 49), sesuai dengan penulisan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003 bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly. 1.) Self Instructional Ketergantungan kepada orang lainharus dikurangi atau malah dihilangkan ketika sesorang peserta didik menggunakan bahan ajar tersebut. Peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan, inilah yang dimaksud dengan self instructional. Hal ini sesuai dengan tujuan bahan ajar,

18 yaitu agar peserta didik mampu belajar secara mandiri. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka didalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir ataupun tujuan antaranya. Selain itu, dengan bahan ajar tersebut akan memudahkan peserta didik belajar secara tuntas dengan memberikan materi pembelajaran yang dikemas kedalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat peserta didik untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran adalah: a.) Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran. b.) Memberikan kemungkinan bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya. c.) Kontekstual, yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa. d.) Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan yang lebih penting adalah bahasa tersebut harus komunikatif karena peserta didik hanya berhadapan dengan buku ketika mereka belajar mandiri. e.) Memberikan rangkuman materi pembelajaran, untuk membantu peserta didik membuat sebuah catatan-catatan selama mereka belajar mandiri. f.) Mendorong peserta didik untuk melakukan self assessment dengan memberikan instrumen penilaian atau assessment.

19 g.) Terdapat instrument yang dapat digunakan menetapkan tingkat penguasaan materi untuk menetapkan kegiatan belajar selanjutnya. h.) Tersedia informasi tentang rujukan atau pengayaan atau referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud. 2.) Self Contained Self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh. Tujuan konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Pembagian atau pemisahan materi dari satu kompetensi atau subkompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keleluasaan kompetensi atau subkompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut. 3.) Stand Alone (Berdiri Sendiri) Stand alone (berdiri sendiri), yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas pada bahan ajar tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain bahan ajar yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai bahan ajar yang berdiri sendiri. Artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri tanpa bergantung dengan bahan ajar lain.

20 4.) Adaptif Bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika bahan ajar tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel digunakan diberbagai tempat, serta isi materi pembelajaran dan perangkat lunaknya dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu. Bahan ajar harus memuat materi-materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait perkembangan zaman atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi. 5.) User Friendly Bahan ajar hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat atau akrab dengan pemakaiannya. Setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly. Menghasilkan bahan ajar ang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, bahan ajar perlu dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah-kaidah elemen yang mensyaratkannya. Elemen-elemen yang harus dipenuhi dalam menyusun bahan ajar, antara lain konsistensi, format, dan organisasi, spasi atau halaman kosong. Jadi bahan ajar selayaknya hadir untuk memudahkan pembaca untuk mendapat informasi dengan sejelas-jelasnya. a.) Konsistensi Konsistensi harus dipenuhi dalam hal bentuk dan huruf dari setiap halaman. Disarankan untuk tidak menggunakan terlalu banyak variasi dalam bentuk dan

21 ukuran huruf. Kerapian dalam setiap halaman terlihat pada jarak spasi yag konsisten, misalnya antar judul dengan isi (baris pertama), atau judul dengan subjudul, dan sub-judul dengan isi sub-judul, dan seterusnya. Konsistensi dalam pemakaian spasi akan membuat pembaca lebih terarah, membaca isi dari judul atau isi dari sub-judul, dan sebagainya. Selain konsisten tentang bentuk huruf, ukuran, dan spasi sebuah bahan ajar hendaknya konsisten juga dalam menetapkan batas (margin) dari pengetikan. Pemilihan bentuk huruf dan ukuran huruf hendaknya mempertimbangkan kemudahan bagi peserta didik untuk membacanya sesuai dengan karakteristik pembaca atau peserta didik. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik terhadap bahan ajar tersebut. b.) Format Konsistensi diharapkan juga menggunakan format yang sesuai, baik format kolom (bentuk kolom tunggal atau bentuk loran atau multi kolom) dan juga format paragraf yang sesuai. c.) Organisasi Bahan ajar yang terorganisasi dengan baik akan memudahkan dan meningkatkan semangat peserta didik untuk membaca atau belajar menggunakan bahan ajar tersebut. Materi pembelajaran harus terorganisasi dengan baik, dalam arti membuat materi pembelajaran yang terdapat dalam bahan ajar tersusun secara sistematis. Secara umum pengorganisasian antara isi materi dan ilustrasinya (misalkan gambar, foto, peta, dan lainnya), antara paragraf yang satu dengan lainnya, antara judul dengan sub-judul beserta uraiannya, ditujukan bagi kemudahan peserta didik dalam memanfaatkan bahan ajar tersebut untuk dapat belajar secara mandiri.

22 d.) Perwajahan Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar kadang-kadang lebih banyak dari bagian sampul, sehingga diharapkan bagian sampul diberikan gambar, kombinasi warna, dan ukuran huruf yang serasi. Apabila peserta didik sudah mulai membaca atau menggunakan bahan ajar tersebut, maka untuk mempertahankan ketertarikan atau untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, perlu diberikan gambar atau ilustrasi bahkan bahan ajar yang berupa buku dapat dilengkapi dengan bahan multimedia (misalkan CD dan lainnya) sebagai bahan komplemen dari bahan ajar yang diberikan. Selain itu, dalam bahan ajar juga dapat diberikan tugas dan latihan yang dikemas sehingga peserta didik tidak merasa bosan menggunakan bahan ajar tersebut. Bahan ajar diberikan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri, untuk itu dalam bahan ajar diharapkan adanya sebuah spasi kosong atau halaman kosong. Halaman kosong ini dapat digunakan oleh peserta didik untuk mencatat hal-hal penting yang didapatkan ketika menggunakan bahan ajar, juga dapat digunakan oleh peserta didik untuk beristirahat dalam proses belajar. Penempatan halaman kosong harus diberikan secara proporsional. d. Konsep Penyusunan Bahan Ajar Bahan ajar disusun sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan, agar nantinya bahan ajar yang disusun dapat menjadi bahan ajar yang tepat guna. Menurut (Widodo dan Jasmadi 2008:6) bahan ajar harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah pengembangan bahan ajar. Rambu-rambu yang harus dipatuhi dalam pembuatan bahan ajar adalah: 1.) Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti proses belajar mengajar. 2.) Bahan ajar dharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta didik.

23 3.) Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik diri. 4.) Program belajar mengajar yang akan dilangsungkan. 5.) Didalam bahan ajar telah mencakup tujuan tujuan kegiatan pembelajaran yang spesifik. 6.) Guna mendukung ketercapain tujuan, bahan ajar harus memuat materi pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan dan latihan. 7.) Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik. Pembuatan bahan ajar berupa modul ajar harus bertujuan untuk memperjelas dan mempermudah penyajian agar tidak bersifat sangat verbal. Modul juga harus mampu mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta didik, maupun bagi pendidik itu sendiri. Pemakaian modul ajar harus dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, misalnya meningkatkan motivasi dan semangat belajar peserta didik, mengembangkan kemampuan peserta didik untuk dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. Bahan ajar juga diharapkan membuat peserta didik mampu mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan bahan ajar, harus disusun secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat menambah pengetahuan dan kompetensi peserta didik secara baik dan efektif. Penulisan bahan ajar merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan bahan ajar mengacu pada kompetensi yang terdapat dalam Rencana Kegiatan Belajar-Mengajar, atau garisgaris besar program pendidikan dan pelatihan, atau unit kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja yang telah dikembangkan. Pengembangan bahan ajar bagi peserta didik mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dipersyaratkan untuk menguasai suatu kompetensi.

24 Sangat disarankan agar satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi satu bahan ajar. Akan tetapi, mengingat karakteristik khusus, keluasan, dan komplektisitas kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan menjadi lebih dari satu bahan ajar. 2. Booklet Booklet adalah sebuah buku kecil yang memiliki paling sedikit lima halaman tetapi tidak lebih dari empat puluh delapan halaman di luar hitungan sampul (Satmoko, 2006:2). Booklet berisikan informasi-informasi penting. Isi booklet harus jelas, tegas, mudah dimengerti dan akan lebih menarik jika booklet tersebut disertai dengan gambar. Booklet memiliki bentuk yang beragam dan yang tidak terlalu besar. Sehingga dapat dikatakan booklet merupakan bahan ajar yang minimalis dan menarik untuk digunakan didalam pembelajaran. Booklet sebagai alat bantu, sarana, dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan. Booklet berisikan informasi-informasi penting, suatu booklet isinya harus jelas, tegas, mudah dimengerti dan akan lebih menarik jika booklet tersebut disertai dengan gambar. Sedangkan menurut Holmes, booklet memuat lembaran-lembaran paling banyak 20 halaman dengan ukuran 20x30 cm yang dijilid dalam satu satuan, dengan berbagai visual yakni: huruf, foto, gambar garis atau lukisan (Mintarti, 2001:24). a. Tujuan Booklet Booklet adalah sebuah buku kecil yang banyak digunakan didalam dunia industri dan perusahaan. Terutama digunakan untuk mewakili perusahaan dan rincian produk. Booklet juga ibaratnya sebuah utusan yang membawa pesan penting. Penampilan dan desain booklet mewakili gambaran sebuah perusahaan.

25 Booklet adalah solusi ideal untuk meningkatkan bisnis yang ada pada sebuah perusahaan. Booklet menjelaskan segala sesuatu tentang produk dengan bantuan gambar. Sebuah booklet yang mempunyai desain dan kualitas yang baik selalu menjadi titik untuk menarik perhatian sejumlah besar klien dalam bidang, profesi atau dalam Industri apapun. Booklet tidak hanya digunakan didalam bidang perusahaan saja. Pada bidang kesehatan booklet sering digunakan sebagai media yang berisikan tentang obat-obat, cara menyembuhkan penyakit, manfaat obat toga dan lain sebagainya. Di dalam bidang kesehatan booklet digunakan untuk memudahkan dalam memberikan informasi terkait kesehatan. Bidang pendidikan juga merupakan salah satu bidang yang dapat memanfaatkan booklet sebagai bahan ajar. Booklet sangat jarang digunakan didalam dunia pendidikan. Tujuan dari penggunaan booklet tersebut seperti media yang berbentuk bahan ajar yang dapat memudahkan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Tujuan lainnya yakni sebagai bahan ajar yang digunakan sekolah untuk memperkenalkan Sekolah kepala khalayak umum, yang berisikan tentang identitas Sekolah dan lain sebagainya. b. Penyusunan Booklet Penyusunan Booklet menurut Prastowo (2014:380) dalam menyusun sebuah booklet sebagai bahan ajar, booklet setidaknya mencangkup sebagai berikut: 1.) Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. 2.) KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.

26 3.) Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 7 kalimat. 4.) Dalam booklet terdapat lebih banyak gambar dari pada teks, sehingga tidak terkesan monoton. 5.) Gambar ditampilkan secara nyata yaitu gambar-gambar yang sudah dikenal oleh peserta didik. 6.) Isi disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik. 7.) Mudah dibawa kemana saja dan dibaca kapan saja, dimana saja. 8.) Memuat informasi yang lengkap, walau tidak rinci dan berurutan. Menurut Mintarti (2001:26), booklet sebagai media pembelajaran telah berhasil meningkatkan pengetahuan khalayak sasaran dalam bidang tertentu. Booklet yang secara efektif mampu mengubah perilaku khalayak sasaran bukan sembarang booklet. Semakin tinggi kamampuan booklet untuk merangsang terjadinya proses belajar pada diri khalayak sasaran melalui panca inderanya dan merubah perilakunya maka semakin efektif booklet tersebut. Booklet memuat berbagai lambang visual, huruf, gambar, kalimat dan sebagainya, sehingga efektivitas booklet dapat ditingkatkan dengan merekayasa lambang-lambang visual yang ada. Berbagai rekayasa booklet antara lain mengatur komposisi warna, tampilan gambar, besar dan jenis huruf, ketebalan dan jenis kertas. Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, karena Booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak digunakan

27 sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila seseorang menghendakinya. 3. Komik Buku pelajaran sekarang ini lebih banyak berupa textbook, meskipun sudah ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum memberikan pengaruh yang cukup terhadap peningkatan minat baca siswa. Inovasi yang banyak digunakan saat ini seperti penggunaan komik pada buku yang digunakan dalam pembelajaran. Komik dalam etimologi bahasa Indonesia berasal dari kata comic yang kurang lebih secara semantik berarti lucu, lelucon atau kata komikos dari kata komos revel bahasa yunani (Gumelar 2011:2).. Berdasarkan sifatnya media komik pembelajaran mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah untuk dipahami oleh siswa (Novianti, 2010). Pembelajaran dengan media komik bergambar mengharapkan dapat meningkatkan minat peserta didik untuk lebih memahami materi. Penggunaan komik dalam proses pembelajaran dapat merangsang motivasi dan ketertarikan siswa terhadap suatu pokok bahasan yang dianggap sulit untuk dimengerti, merangsang aktivitas diskusi, membangun pemahamanan dan memperpanjang daya ingat (Beard dkk, 2002). Para ahli memiliki pendapat yang beragam terkait pengertian komik. Menurut (Sudjana dan Rivai,2013:64) komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Menurut Rohani (dalam Novianti & Syaichudin, 2010), komik dalam arti luas atau arti umum yakni serangkaian gambar (kartun) yang mengungkapkan suatu karakter melali cerita dalam urutan yang erat serta

28 dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Meurut McCloud dalam (Gumelar, 2011:6), mengemukakan komik adalah gambar yang berjajar dalam urutan yang disengaja, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik dari pembaca. Berdasarkan beberapa definisi komik diatas maka dapat diketahui bahwa komik adalah gambar berjajar yang berbentuk majalah, surat kabar, atau berbentuk buku bersifat menghibur untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. a. Jenis-jenis Komik Komik memiliki berbagai macam jenis dalam tampilan maupun penyampaiannya. Adapun jenis-jenis komik menurut Trimo dalam (Laksmi, 2009:4), yaitu : 1.) Komik Strip Komik strip adalah suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya. 2.) Buku Komik Buku komik adalah komik yang berbentuk buku. Di Indonesia buku komik umumnya hanya memuat satu judul saja, sedangkan di Jepang beredar dalam format satu buku yang terdiri dari beberapa judul komik. Komik jenis ini juga dikenal dengan sebutan comic magazine. Jenis-jenis komik juga dapat dilihat dari golongon pembaca komik itu sendiri. Menurut Gumelar (2011:54-55) terdapat tiga kelompok jenis komik berdasarkan segmentasi usianya, yaitu: 1.)Children story, segmen pembaca untuk usia prasekolah, TK, SD, dan sederajat, atau untuk kategori semua umur. 2.)Teen story, segmen pembaca untuk anak-anak remaja, seperti SMP, SMA, mahasiswa, dan yang sederajat. 3.)Adult story, segmen pembaca untuk dewasa

29 b. Kelebihan dan Kekurangan Komik Sebagai salah satu media visual, komik tentunya memiliki kelebihan tersendiri, jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kelebihan media komik dalam kegiatan belajar mengajar menurut Trimo dalam Laksmi (2009:4), adalah : 1.) Komik menambah pembendaharaan kosa kata pembacanya. 2.) Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak. 3.) Mengembangkan minat baca anak. 4.) Seluruh jalan cerita komik menuju satu hal yaitu kebaikan atau pelajaran yang lain. Selain memiliki kelebihan, komik juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan komik Menurut Trimo dalam Laksmi (2009:4), antara lain: 1.) Kemudahan orang membaca komik, membuat orang malas membaca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar atau yang isinya tulisan panjang saja. 2.) Ditinjau dari segi bahasa komik yang banyak menggunakan kata-kata kotor atau kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. 3.) Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang prevented. 4.) Banyak adegan percintaan yang menonjol dan tidak sesuai untuk anak dibawah umur. 4.) Pembelajaran Tematik Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Pengertian Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Hamalik, 2008: 25). Kurikulum yang digunakan dijenjang Sekolah Dasar saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang menggunakan kurikulum tematik, mampu mengintegrasikan beberapa macam mata pelajaran menjadi satu tema.

30 Pembelajaran Tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Daryanto, 2014:3) Pembelajaran tematik memiliki arti penting didalam pembelajaran. Hal ini yang membuat pembelajaran tematik menjadi unik dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya. Menurut Daryanto (2014:4) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga siswa mampu memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan serta mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. a. Landasan Pembelajaran Tematik Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran yang lebih membuat siswa untuk aktif didalam pembelajaran yang dilaksanakan. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk siswa. Menurut Daryanto (2014:3) landasan dari pembelajaran tematik yakni: 1.) Landasan Filosofis Landasan filosofis dari pembelajaran tematik terdiri dari: a.) Progresivisme Proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. b.) Konstruktivisme Anak mengontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. c.) Humanisme Melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensi dan motivasi yang dimilikinya. 2.) Landasan Psikologis Pada landasan psikologis ini terdiri dari: a.) Psikologi perkembangan untuk menentukan tingkat keluasan dan kedalaman isi sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

31 b.) Psikologi belajar untuk menentukan bagaimana isi atau materi pembelajaran disampaikan kepada siswa serta bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. 3.) Landasan Yuridis Pada landasan yuridis ini terdiri dari: a.) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. b.) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, Pembelajaran Tematik memiliki karakteristik-karakteristik yang membuat pembelajaran Tematik menjadi lebih baik untuk dapat diterapkan pada pembelajaran yang ada di kelas. Adapun karakteristik pembelajaran Tematik menurut Daryanto (2014:3) sebagai berikut: 1.) Berpusat kepada siswa. Pembelajaran Tematik berpusat kepada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2.) Memberikan pengalaman langsung. Pembelajaran Tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3.) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran Tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dan berkaitan dengan kehidupan siswa.

32 4.) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran Tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Siswa mampu memahami konsepkonsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam keidupan sehari-hari. 5.) Bersifat fleksibel. Pembelajaran Tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6.) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7.) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Karakteristik siswa Sekolah Dasar yang senang bermain membuat pembelajaran tematik ini dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memiliki prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan untuk siswa. c. Manfaat Pembelajaran Tematik Setiap model pembelajaran yang diterapkan, pastinya memiliki beberapa manfaat. Menurut Daryanto (2014:4) manfaat pembelajaran tematik, yakni: 1.) Penggabungan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. 2.) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir. 3.) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

33 4.) Adanya pemaduan antar mata pelajaran, membuat penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. B. Kajian Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut ini dapat dijadikan sebagai kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, diantaranya adalah pada penelitian yang pertama yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Komik untuk Materi Pembuatan Busana Secara Industri Bagi Siswa Kelas XI Busan Butik di SMKN 1 Sewon yang merupakan penelitian dari Mita Septia Sari pada tahun 2015, dengan menunjukkan hasil penelitian yakni 1) mengembangkan media pembelajaran dengan tahap : a) analisis kebutuhan produk, dilakukan dengan menganalisis kurikulum, dan silabus, sehingga dapat diketahui kompetensi dasar yang memerlukan sebuah pengembangan komik, yaitu pembuatan busana secara industri, b) mengembangkan produk awal terdiri dari perencanaan, pra produksi, produksi, pasca produksi dan review produk, d) validasi ahli dan revisi, dengan meminta bantuan para ahli untuk menilai komik, dan melakukan revisi sesuai saran, e) uji coba kelompok kecil dan revisi, dengan mengujikan 5 siswa, e) uji coba kelompok besar dan produk akhir, komik diujikan kepada 25 siswa Busana Butik, dan menghasilkan produk berupa komik pembuatan busana secara industri. 2) kelayakan komik dilakukan dengan uji coba kelompok besar yang menyatakan produk sangat layak dengan persentase 52%. Berdasarkan hasil dari uji validasi siswa dapat disimpulkan bahwa komik pembuatan busana secara industri dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian tersebut adalah pada penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan media pembelajaran komik, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian

34 pengembangan bahan ajar booklet komik 3 dimensi. Perbedaan tersebut terkait dengan media pembelajaran dan bahan ajar yang dikembangkan. Penelitian kedua yang berjudul Pengembangan Media Booklet Science, Environment, Technology, and Society Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam untuk Kelas X SMA pada tahun 2015. Yang disusun oleh Kurnia Ratnadewi Pralisaputri dengan hasil yang menunjukkan bahwa, telah berhasil dikembangkan media booklet SETS dengan hasil validasi secara keseluruhan menyatakan media booklet SETS layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji efektivitas diketahui bahwa media booklet SETS efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian tersebut adalah pada penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan media booklet Science, Environment, Technology, and Society, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian pengembangan bahan ajar booklet komik 3 dimensi. Perbedaan tersebut terkait dengan media booklet dan bahan ajar booklet yang digunakan di dalam pembelajaran.

35 C. Kerangka Pikir Kondisi Nyata: - LKS hanya dimiliki oleh beberapa siswa saja. - Pendistribusian buku dari Pemerintah sering terlambat. - Jika pendistribusian buku terlambat, siswa sementara melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan buku. - Beberapa siswa kurang tertarik dengan penggunaan bahan ajar yang digunakan saat ini. Sehingga minat sisiwa dalam mengikuti pembelajaran kurang. - Siswa kurang antusias dan kurang aktif di dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang ada. Tindakan yang dilakukan. Perencanaan Validasi Produk oleh Para Ahli. Pengembangan Produk Awal Uji Coba Skala Kecil Revisi Produk Uji Coba Skala Terbatas Bahan Ajar yang layak untuk digunakan di dalam pembelajaran Revisi Produk Menjadi alternatif yang dapat digunakan di dalam pembelajaran dan mampu menarik minat siswa untuk belajar Bahan Ajar Booklet Komik 3 Dimensi Tema 2 Selalu Berhemat Energi Pada Siswa Kelas 4 Pembelajaran 1, Pembelajaran 2 dan Pembelajaran 3 Gambar 2.1 Kerangka Pikir