BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Austin dan Searle seperti yang diungkapkan oleh Louise Cumming dalam Clinical Pragmatics Language could be used to do such more than merely report or describe states of affairs. Bahasa dapat digunakan bukan hanya untuk memberi laporan atau menjelaskan sesuatu tetapi bahasa mempunyai peranan yang penting sebagai alat untuk menyampaikan informasi baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan tulisan. Dalam bentuk lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan lawan tuturnya (pendengar), sedangkan dalam bentuk tulisan, tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada lawan tuturnya (pembaca) (Tarigan, 2009:32). Dalam melakukan tindak tutur atau berkomunikasi, unsur kesopanan merupakan salah satu aspek yang penting untuk dimunculkan. Kesopanan ini berguna untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dalam interaksi sosial antara penutur dan lawan tutur. Kesopanan merupakan salah satu aspek berinteraksi yang dimaksudkan untuk memunculkan rasa hormat terhadap diri orang lain. Dengan memunculkan unsur kesopanan dalam berkomunikasi orang-orang dapat lebih mempererat hubungan 1
2 sosial mereka dan keduanya dapat saling menghormati citra dirinya masingmasing karena muka adalah citra diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki oleh setiap individu. Tetapi pada kenyataannya, dalam komunikasi sehari-hari kita tidak dapat setiap saat menyampaikan tuturan dengan cara yang santun dan banyak ditemui tuturan-tuturan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak santun dengan tujuan penggunaannya yang bisa mengancam muka seseorang. Hal tersebut kemungkinan akan menyakiti perasaan atau mengancam muka lawan tutur. Brown dan Levinson (1987:65-68) menyatakan bahwa tindakan yang mengancam muka disebut Face Threatening Acts (FTA). Face Threatening Act dibagi menjadi dua jenis yaitu muka positif (positive face) dan muka negatif (negative face). Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang bentuk tindakan mengancam muka positif (positive face). Contoh: [1] tantangan (challenges): Come and explore Sweden yourself! Penutur tidak memperdulikan perasaan lawan tutur dan penutur memiliki penilaian negatif terhadap muka positif dari lawan tutur dengan meragukan keberanian dari lawan tutur untuk menjelajahi swedia dengan sendirian, bentuk tindakan tantangan di atas mengancam muka positif lawan tutur karena dalam kenyataanya lawan tutur tidak ingin ditantang dan ingin diterima serta diakui keberaniannya oleh pihak lainnya. Selain itu ada beberapa bentuk tindakan mengancam muka positif (PFTA) seperti ketidaksetujuan (disapproval), kritik (critism), tindakan merendahkan (contempt), keluhan (complaints), dakwaan
3 (accusations), penghinaan (insult), pertentangan (contradictions), tantangan (challenges), emosi yang tidak terkontrol (out of control emotions), ungkapan yang tidak sopan (irreverence), ungkapan kabar buruk (bringing of bad news), ungkapan mengenai topik yang memecah belah pendapat (divisive topics), ungkapan yang tidak kooperatif (non cooperation in an activity), ungkapan mengenai sebutan ataupun hal-hal yang menunjukkan status lawan tutur pada perjumpaan pertama (use of address terms and other status marked identification in initial encounters). Selain itu tindakan mengancam muka positif (PFTA) dapat dilakukan dengan berbagai jenis tindak tutur ilokusi. Tuturan yang disampaikan oleh seorang penutur biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Dalam bukunya Dasar-dasar Pragmatik Wijana (1996:4) membagi tindak tutur menjadi dua bagian, yaitu Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act) yang dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu tindak tutur langsung literal (TTLL) dan tindak tutur langsung tidak literal (TTLTL). Bagian kedua yaitu Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act) yang dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu tindak tutur tidak langsung literal (TTTLL) dan tindak tutur tidak langsung tidak literal (TTTLTL). Contoh : [2] Open your mouth, I m going to see your throat, Tuturan di atas menggunakan tindak tutur ilokusi langsung literal. Tuturan dituturkan oleh dokter kepada pasiennya. Maksud dari tuturan [2] tersebut penutur meminta pasiennya membuka mulutnya lebar-lebar, agar dokter itu dapat memeriksa tenggorokan lawan tutur.
4 Pada penelitian ini penulis memilih objeknya yaitu film, karena film dapat berperan sebagai media komunikasi bahasa. Melalui gambar-gambar yang disajikan, film dapat mengungkapkan maksud dan memiliki dialog yang bisa disampaikan kepada penonton. Dialog film memiliki keunikan tersendiri karena proses komunikasi bahasa yang terbentuk dalam film tidak sealamiah dalam kehidupan sehari-hari, meski begitu dialog dalam film yang bersifat buatan, tidak menutup kemungkinan terdapat bentuk tindakan mengancam muka positif (PFTA) yang dapat disampaikan baik secara langsung atau tidak langsung dan secara literal atau tidak literal. Penelitian ini secara khusus meneliti mengenai bentuk tindakan mengancam muka positif (PFTA) dan jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan penutur kepada lawan tutur dalam tindakan mengancam muka positif (PFTA). Penulis memilih naskah film seri karena didalamnya terdapat ujaran dalam berbagai situasi percakapan sehingga sangat membantu penulis dalam menemukan data yang penulis perlukan. Film seri ini menceritakan tentang persahabatan antara Jess, Nick, Schmidt, Winston dan Cece. Dalam cerita ini terdapat banyak permasalahan yang mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk tindakan mengancam muka positif dan didukung dengan jenis tindak tutur ilokusi dalam ujarannya. Naskah film seri yang penulis pilih adalah New Girl (2011) season 3 dari episode 6-19, karya Elizabeth Meriwether. 1.2 Identifikasi Masalah Penulis tertarik mengkaji Tindakan Mengancam Muka Positif Pada Film seri New Girl season 3: Kajian Pragmatik karena ingin mengetahui beberapa hal
5 berikut: 1. Bentuk tindakan mengancam muka positif (Positive Face Threatening Act) apa yang terdapat pada Film Seri New Girl season 3? 2. Jenis tindak tutur ilokusi apa yang digunakan penutur dalam tindakan mengancam muka positif (Positive Face Threatening Act)? 1.3 Batasan Masalah Menurut teori Brown dan Levinson (1987:61) tindakan mengancam muka dibagi menjadi dua jenis yaitu tindakan mengancam muka negatif dan tindakan mengancam muka positif, tetapi dalam penelitian ini penulis hanya fokus dan membatasi pada bentuk tindakan mengancam muka positif (Positive Face Threatening Act) yang terjadi dan jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan penutur dalam tindakan mengancam muka positif (Positive Face Threatening Act) yang dilakukan penutur kepada lawan tutur dalam film Seri yang berjudul New Girl Season 3, episode 6-19 yang dikaji dari sudut pandang pragmatik sesuai dengan judul penelitian Tindakan Mengancam Muka Positif Pada Film Seri New Girl Season 3: Kajian Pragmatik. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dibuatnya penelitian ini berdasarkan latar belakang yang telah dibuat antara lain sebagai berikut: 1. Menemukan bentuk tindakan mengancam muka positif (Positive Face jjkhthreatening Act) yang terdapat pada Film Seri New Girl season 3 2. Menemukan jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan penutur dalam tindakan
6 mengancam muka positif (Positive Face Threatening Act) Dengan tujuan tersebut penulis berharap dengan adanya penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan mengenai bentuk tindakan mengancam muka positif (Posotive Face Threatening Act) dan jenis tindak tutur ilokusi. Selain itu penulis berharap dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat menerapkan ilmu yang penulis dapat selama kuliah di jurusan Bahasa Inggris Universitas Widyatama. 1.5 Objek dan Metode Penelitian Objek pada penelitian ini adalah sebuah Film Seri yang berjudul New Girls Season 3 episode 6-19. Penelitian ini fokus pada bentuk tindakan mengancam muka positif (PFTA) dan jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam percakapan pada Film Seri New Girl season 3. Data yang dijadikan objek tersebut diambil dari naskah film seri yang terdapat pada internet movie database atau IMDb.com. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatifdeskriptif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2004:31), sedangkan penelitian deskriptif adalah metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat suatu deskripsi, gambaran, atau lukisan, secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2000: 63,64).
7 Pada penelitian ini penulis menonton film, membaca naskah, memilih dan memilah data, mengklasifikasi dan menganalisis data, serta menyimpulkan hasil analisis terkait dengan bentuk tindakan mengancam muka positif (PFTA) dan jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat pada naskah Film Seri New Girl season 3 episode 6-19. Langkah selanjutnya adalah penyusunan data yang telah dikumpulkan agar dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Verifikasi kesimpulan melalui keputusan berdasarkan pada pemilihan data dan penyajian data yang diangkat dari masalah yang menjadi fokus dalam penelitian. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas empat bab. Keempat bab tersebut adalah sebagai berikut. Dalam bab I membahas latar belakang masalah, batasan masalah, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek dan metode penelitian dan sistematika penulisan. Dalam bab II kajian pustaka, penulis membahas kajian pustaka berisi landasan teori yang digunakan sebagai landasan untuk menganalisis data, yaitu pragmatik, tindak tutur, macam-macam tidak tutur, tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, tindak tutur langsung (Direct Speech Act), tindak tutur langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung (Indirect Speech Act), tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal, konsep muka (face concept), muka negatif (negative face), muka positif (positive face), tindakan mengancam muka (Face Threatening Acts), tindakan mengancam muka negatif (NFTA), tindakan mengancam muka positif (PFTA).
8 Dalam bab III analisis data penulis menganalisis data yang diambil dari naskah Film Seri New Girl season 3 episode 6-19. Dari analisis tersebut penulis mengambil empat puluh percakapan sesuai dengan tindakan mengancam muka positif. Analisis dilakukan secara pragmatik dengan menemukan bentuk tindakan yang mengancam muka positif yang digunakan penutur kepada lawan tutur dan menemukan jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan antara tindak tutur langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Dalam bab IV berisi tentang penelitian yang berisi simpulan dari analisis bab III. Pada bab ini juga berisikan saran yang berhubungan dengan penelitian ini.