BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, spiritual, dan sosial yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

NASKAH PUBLIKASI. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Al-Ikhwah Pontianak

NURJANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

KESULITAN MAKAN PADA ANAK. Oleh : Dr. Djoko Sunarjo, Sp.A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang lebih tinggi harus terpenuhi. Pada masa ini balita sangat rentan

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan. salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SULIT MAKAN PADA USIA PRASEKOLAH DI TK ISLAM NURUL HIKMAH. Lenny Irmawaty

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan yang baik pada masa anak-anak merupakan fondasi

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

HUBUNGAN PICKY EATER DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA TODDLER. Picky Eater Relations With Nutritional Status Of Children In The Village Lamuk Toddler

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Sesaat setelah lahir, bayi biasanya tidur selama jam

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air Susu Ibu (ASI), dan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gizi merupakan hal paling penting dalam proses tumbuh kembang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN JOURNAL ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan


BAB I : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencapaian MDGs yaitu status gizi balita. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Pendahuluan Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah bagi orang tua atau pengasuh anak. Fenomena yang ada di masyarakat saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum. Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2014 sebesar 75,82% yang berarti belum mencapai target Renstra pada tahun 2014 yang sebesar 85%. Namun, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 70,12%. Capaian indikator menurut provinsi menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi di Indonesia memiliki capaian di bawah 85% (Kemenkes RI, 2015). Anak prasekolah adalah anak yang berusia tiga sampai lima tahun. Masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan biologis, psikososial, kognitif dan spiritual yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah dipengaruhi oleh nutrisi, masalah tidur, kesehatan gigi, pencegahan cedera serta cara orang tua dalam merawat anak yang sakit (Wong, 2009). Usia prasekolah merupakan masa peka perkembangan aspek sosial anak. Anak usia ini sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik psikis dan fisik yang merespon stimulus lingkungan dan mengasimilasi atau menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal 1

2 perkembangan kemampuan anak sehingga sangat diperlukan kondisi dan stimulus yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal (Suharyani, 2010). Anak pada usia prasekolah, mengalami perkembangan psikis menjadi balita yang lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta dapat lebih mengekspresikan emosinya. Luapan emosi yang biasa terjadi pada anak berusia 3-5 tahun berupa temper tantrum, yaitu mudah meletup-letup, menangis, atau menjerit saat anak tidak merasa nyaman, di samping itu, anak usia tersebut juga cenderung senang bereksplorasi dengan hal-hal baru. Sifat perkembangan khas yang terbentuk ini turut mempengaruhi pola makan anak. Gangguan pola makan yang terjadi jika tidak segera diatasi dapat berkembang menjadi masalah kesulitan makan (Soetjiningsih, 2008). Masalah makan pada anak berbeda dengan masalah makan pada orang dewasa dan dewasa muda. Masalah perilaku makan yang timbul dapat bervariasi dari memilih makan makanan tertentu, membatasi jumlah asupan makanan, makan berlebihan, sampai terjadinya gangguan makanan yang berimbas pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Keluhan mengenai anak yang sulit makan menjadi masalah yang sering diungkapkan oleh orangtua ketika membawa anaknya ke dokter. Keluhan ini terjadi hampir merata tanpa membedakan jenis kelamin, etnis, dan status sosial ekonomi. Beberapa masalah makan yang sering muncul antara lain: rewel, muntah, terlalu pemilih, fobia makan, makan lambat, dan penolakan makanan (Marmi, 2013).

3 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2013) dijelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan sulit makan pada anak usia prasekolah meliputi nafsu makan berkurang dan gangguan proses makan di mulut. Hasil Penelitian yang diperoleh nafsu makan berkurang 72,7%, dan gangguan proses makan 87,5%. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Telaumbanua (2013) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sulit makan pada usia prasekolah diantaranya sulit makan sulit makan sebesar 70,5%, jenis makanan buruk sebesar 54,5%, tampilan makanan tidak menarik sebesar 59,1%, dan pengaturan jadwal pemberian makan tidak teratur sebesar 61,4 %. Berdasarkan data studi pendahuluan melalui wawancara dan pengamatan pada ibu-ibu yang mempunyai anak usia prasekolah di TK Pertiwi 2 Panusupan Kecamatan Rembang Purbalingga dan TK Asisiyah Bojongsana Panusupan, diadapatkan bahwa sebagian besar mengeluh tentang kesulitan makan pada anak-anak mereka. Peneliti melakukan wawancara dengan 15 orang ibu yang sedang menunggu anak balitanya di TK Pertiwi 2 Panusupan Kecamatan Rembang Purbalingga dan diberikan pertanyaan tentang perilaku makan pada anak, dari 7 orang ibu mengatakan anak-anak mereka susah makan, dimana harus dipaksa, jika bermain lama tidak ingat makan, dan suka meminta jajan sehingga tidak mau makan lagi. Wawancara juga dilakukan terhadap ibu-ibu di TK Asisiyah Bojongsana Panusupan juga didapatkan sebagian besar anak-anak mereka tidak mau dibawakan bekal makanan dari rumah, anak-anak ingin makan dari makanan diluar (jajan). Mereka menjelaskan bahwa awal mula perilaku kesulitan makan pada anak-anak adalah malas makan, atau memilih-

4 milih makanan. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh ibu agar anaknya mau makan seperti memberikan vitamin tambahan, dan ada yang membujuk memberikan hadiah kalau anaknya mau menghabiskan makanan, tetapi hal tersebut tidak banyak berpengaruh dalam mengatasi kesulitan makan pada anaknya. Sebagian besar kesulitan makan yang dialami pada anak tersebut diantaranya menolak bila diberi makan, lebih dari satu jam untuk menyelesaikan makan, menumpahkan atau menepis makanan yang diberikan, anak suka menolak suapan dari ibunya. Kesulitan makan didefinisikan sebagai perilaku anak yang mengalami gangguan makan berupa penolakan makan, tidak mau makan, lama waktu makan hingga lebih dari 30 menit dan hanya mau makan makanan tertentu saja (Kusumadewi, 2008). Kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan menkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah usia anak (Judarwanto, 2006). Kesulitan makan yang terjadi pada anak, apabila tidak diatasi dengan cepat dan tepat tentunya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang lebih serius. Contohnya, anak yang memperlihatkan ekspresi takut atau pengalaman yang tidak menyenangkan saat makan akan menjadi penyebab timbulnya perilaku neophobia food (takut pada makanan baru), picky eating (perilaku memilih-milih makanan), anak menjadi lebih agresif atau melawan pada ibunya ketika makan, tingkat kecerdasan yang menurun, anak menjadi tidak aktif, dan juga akan menjadi onset terhadap gangguan makan, seperti

5 anorexia dan bulimia saat memasuki usia remaja dan dewasa (Orun, et.al., 2012). Dampak yang timbul pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP) (Sunarjo, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati (2014), dinyatakan bahwa kesulitan makan akan berdampak pada status gizi anak. Pemberian makanan pada anak dapat mempengaruhi status gizi sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak normal. Kurangnya asupan makanan bergizi pada anak dapat membuat anak mengalami status gizi buruk. Hasil Analisis data menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan untuk anak sebesar 86.15%. Nutrisi pada anak usia prasekolah harus mempunyai nilai gizi yang seimbang dan kalori yang mencukupi. Nutrisi tidak terpenuhi maka akan terjadi masalah pada pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi secara adekuat dapat menyebabkan gizi buruk pada anak usia prasekolah (Supriyadi, 2008).

6 Anak yang kurang gizi pada awalnya ditandai dengan gejala sulit makan. Tetapi masalah yang dialami anak bukan lantaran kesulitan makan saja. Sikap ibu juga dapat menjadi faktor dalam pemilihan bahan makanan yang tidak benar. Sikap ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang pemilihan bahan makanan bergizi dan keanekaragaman makanannya. Dengan ketidaktahuan ibu ini dapat menyebabkan kesalahan dalam menyediakan makanan terutama untuk anak balita (Mardiana, 2006). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2013), bahwa pemenuhan gizi seimbang pada anak usia 5-6 tahun mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perkembangan personal sosial anak, yaitu artinya orang tua yang memberikan gizi seimbang terpenuhi berpeluang lebih besar untuk memiliki perkembangan personal sosial yang baik dibandingkan dengan orang tua yang memberikan gizi tidak terpenuhi. Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan sikap ibu serta adanya dukungan keluarga dan lingkungan. Pengetahuan dalam hal ini pendidikan kesehatan dan sikap ibu akan mempengaruhi asupan makanan yang ada di dalam keluarga terutama anak (Depkes RI, 2006). Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung

7 (Supariasa, 2008). Berkaitan dengan hal tersebut maka ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014) Pengaruh pengetahuan gizi ibu dan pendapatan orang tua terhadap pola makan pada anak balita umur 6 bulan-5 tahun, menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu dan pendapatan orang tua memiliki pengaruh secara simultan terhadap pola makan anak balita. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pengetahuan gizi ibu dan pendapatan orang tua terhadap pola makan anak balita, yaitu dengan koefisien determinasi sebesar 14,2 %, Permasalahan makan pada anak, salah satunya picky eater merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada status gizi anak. Umumnya, pada anak yang berperilaku picky, atau memilih-milih makanan, akan dijumpai inadekuasi asupan makanan. Anak yang berperilaku picky apabila tidak diatasi segera, inadekuasi intake dapat berujung pada gangguan pertumbuhan anak. Perilaku makan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, utamanya ibu. Ibu, yang merupakan pengasuh utama bagi anak, terutama usia pra-sekolah, berperan besar dalam membentuk karakter anak, salah satunya pola asupan gizi. Beberapa karakteristik ibu yang dapat mempengaruhi pola makan anak adalah kebiasaan makan (Priyanah, 2008). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2012), bahwa perilaku picky eater yang umum ditemui pada anak adalah memilih jenis makanan dan sulit dikenalkan pada makanan baru (neofobia). Picky eater merupakan salah satu permasalahan perilaku makan yang umum dijumpai pada anak, terkait tahap pertambahan usianya. Jika dihadapi dengan sikap yang tepat,

8 maka fase picky eater akan terlewati dan anak dapat memperbaiki perilaku makannya di kemudian hari. Sebaliknya, jika tidak dihadapi dengan tepat, maka anak dapat membawa perilaku picky eater hingga dewasa. Masalah kesulitan makan pada anak membutuhkan peran penting ibu, sehingga pengaruh ibu terhadap pemberian makan pada anak sangat penting, terutama untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada anak. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang pola makan yang harus diterapkan pada anak agar dapat mengetahui berbagai hal yang terkait dengan perannya dalam memenuhi nutrisi pada anak. Peran itu meliputi mengetahui makanan yang bergizi untuk anak membentuk pola makan, cara mempersiapkan makanan, cara menyajikan dan menciptakan situasi yang menyenangkan pada saat anak makan. Melihat fenomena tersebut, maka diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi perilaku kesulitan makan dengan memberikan treatment kepada ibu. Sebuah pendekatan positive behavior support diketahui bermanfaat untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan. Pendekatan positive behavior support merupakan sebuah kerangka pikir yang menggabungkan beberapa prinsip-prinsip dan praktik perilaku untuk memperbaiki perilaku yang bermasalah (Sullivan, et. al., 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang berhubungan tentang mengatasi kesulitan makan pada anak dengan judul Pengaruh edukasi mengatasi kesulitan makan pada anak usia prasekolah terhadap pengetahuan ibu dan perubahan perilaku anak.

9 B. Perumusan masalah Permasalahan makan yang dialami oleh anak kerap menjadi kekhawatiran besar bagi para orangtua. Anak pada usia prasekolah, mengalami perkembangan psikis menjadi balita yang lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta dapat lebih mengekspresikan emosinya. Sifat perkembangan khas yang terbentuk ini turut mempengaruhi pola makan anak. Gangguan pola makan yang terjadi jika tidak segera diatasi dapat berkembang menjadi masalah kesulitan makan Kesulitan makan pada anak usia prasekolah akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan serta status gizi yang kurang baik. Masalah sulit makan yang tidak segera diatasi dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan nutrisi dan gangguan perilaku pada anak. Bagi anak makan merupakan perilaku yang kompleks dengan keterampilan yang harus dipelajari secara bertahap. Makan yang teratur diperlukan untuk membina refleks kebiasaan pada saluran pencernaan agar lebih siap untuk menerima, mencerna dan menyerap makanan pada waktu tertentu. Penyebab kesulitan makan mungkin suatu penyakit tetapi mungkin juga banyak faktor yang terlibat. Perlu dilakukan upaya gizi yang sesuai untuk memperbaiki dampak kesulitan makan terhadap gangguan tumbuh kembang dan gangguan gizi. Perlu dilakukan upaya melenyapkan/mengobati penyebabnya, mungkin diperlukan pendekatan multi disiplin.

10 Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh edukasi mengatasi kesulitan makan pada anak usia prasekolah terhadap pengetahuan ibu dan perubahan perilaku anak?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi mengatasi kesulitan makan pada anak usia prasekolah terhadap pengetahuan ibu dan perubahan perilaku anak. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, dan usia anak prasekolah di TK Pertiwi 2 Panusupan dan TK Asisiyah Bojongsana Panusupan Purbalingga. b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dan perubahan perilaku anak sebelum dan sesudah dilakukan edukasi mengatasi kesulitan makan pada anak usia prasekolah c. Menganalisa pengaruh edukasi mengatasi kesulitan makan pada anak usia prasekolah terhadap pengetahuan ibu dan perubahan perilaku anak di TK Pertiwi 2 Panusupan Purbalingga. d. Menganalisa perbedaan pengaruh edukasi mengatasi kesulitan makan pada anak usia prasekolah terhadap pengetahuan ibu dan perubahan perilaku anak di TK Pertiwi 2 Panusupan dan TK Asisiyah Bojongsana Panusupan Purbalingga.

11 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori tentang pendidikan kesehatan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia pra sekolah. 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai informasi dan pengetahuan tentang pendidikan tentang kesehatan untuk mengatasi kesulitan makan pada anak-anak usia pra sekolah agar perkembangan psikis menjadi balita yang lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya. 3. Bagi instansi terkait Sebagi bahan informasi tentang pendidikan kesehatan khususnya pada ibu agar dapat menentukan bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang seta mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap kesulitan makan pada anak pra sekolah (3-5 tahun). 4. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai acuan atau referensi bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut tentang pendidikan kesehatan untuk menambah dan mengembangkan dalam kecakapan pengetahuan terutama mengenai pola asuh anak-anak usia pra sekolah.

12 E. Penelitian Terkait 1. Puspitasari (2015), judul Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap ibu dalam upaya menangani balita gizi kurang di desa mancasan sukoharjo. Metode penelitian ini adalah kuantitatif pre-eksperimen, menggunakan one group pretest-posttest design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang upaya menangani balita gizi kurang. Hasil uji beda pengaruh pendidikan kesehatan mengenai pengetahuan diperoleh p = 0,001, uji beda pengaruh pendidikan kesehatan mengenai sikap diperoleh p = 0,001. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan uji statistik t-test dependen (paired sample t-test), sedangkan perbedaannya pada variabel terikat yaitu perubahan pengetahuan dan sikap ibu dalam upaya menangani balita gizi kurang, sedangkan penelitian yang akan dilakukan variabel terikatnya adalah kesulitan makan pada anak usia pra sekolah. 2. Nafratilawati (2014), judul Hubungan antara pola asuh dengan kesulitan makan pada anak prasekolah (3-5 tahun) di TK Leyangan Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation dengan pendekatan cross secsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar 0,006 (p value < 0,05), maka terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kesulitan makan pada anak prasekolah (3-5 tahun) di TK Leyangan Kabupaten Semarang. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel terikat (kesulitan makan pada anak prasekolah), sedangkan

13 perbedaannya pada jenis penelitiannya yaitu descriptive correlation dengan pendekatan cross secsional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan non-equivalent control group design. 3. Telaumbanua (2013), judul Faktor-faktor yang mempengaruhi sulit makan pada Usia Prasekolah di Tk Islam Nurul Hikmah Bantar Gebang Bekasibahwa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara jenis makanan, tampilan makanan, dan pengaturan jadwal pemberian makan terhadap sulit makan pada usia prasekolah dengan nilai signifikansi p<0,05. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel terikat (kesulitan makan pada anak prasekolah), sedangkan perbedaannya pada jenis penelitiannya yaitu descriptive correlation dengan pendekatan cross secsional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan non-equivalent control group design. 4. Nurcan Yabanci (2013), judul The effects of mother s nutritional knowledge on attitudes and behaviors of children about nutrition. Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation dengan pendekatan cross secsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang lebih tinggi dan anak-anak mereka memiliki berat badan normal. Berdasarkan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar

14 0,001 (p value < 0,05). Tingkat pengetahuan gizi ibu mempengaruhi kebiasaan makan anak-anak. 5. Deepa Prakash (2013), judul Impact of Nutrition Education of Parents of Preschool Children on Quality of Packed School Lunch. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pretest-postetst design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan memiliki dampak positif pada kualitas nutrisi dari makan siang di sekolah dari anak-anak prasekolah. 6. Nandita, S., Dhanaki (2014), judul Effect Of Nutritional Education Program (One Session) For Parents Of Pre-School Children Between 3-6 Years Of Age. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pretest-postetst design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah Program Pendidikan Gizi ada peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan gizi orang tua dari Pra-Sekolah. 7. Fathea El-Nmer (2014), judul Nutritional knowledge, attitude, and practice of parents and its impact on growth of their children. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional melalui teknik stratified random sampling multistage. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara orang tua pengetahuan, sikap, dan asupan makanan sehat dengan anak-anak mereka. Pendidikan orang tua dan status sosial ekonomi merupakan faktor penentu penting dari asupan makanan sehat dengan anakanak mereka.