BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan, penampilan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama resin akrilik kuring panas memenuhi syarat sebagai bahan basis gigi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik,

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. retensi. Alat ortodonsi lepasan merupakan alat yang dapat dilepas dan dibersihkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak mulut (McCabe & Walls, 2008). Mayoritas basis gigi tiruan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resin akrilik polimerisasi panas berbahan polimetil metakrilat masih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi atas dan bawah. Alat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kekompakan dengan jaringan mulut (Anusavice, 2004). banyak unit. Polimer ada dua jenis yaitu polimer alami dan polimer sintetik.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik (Jubhari, 2007). Hal tersebut dapat

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem stomatognasi gigi berfungsi sebagai alat mastikasi, estetika, fonetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ALKALIN PEROKSIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BASIS GIGITIRUAN NILON TERMOPLASTIK SKRIPSI. Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN BAHAN PUMIS, CANGKANG TELUR DAN PASTA GIGI SEBAGAI BAHAN POLES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tiruan segera setelah pencabutan gigi (Watt dan MacGregor, 1992). Menurut Elias

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan bawah. Gigitiruan terdiri dari anasir gigitiruan yang dilekatkan pada basis gigitiruan. Basis gigitiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya. 1 Fungsi basis gigitiruan adalah untuk memenuhi faktor kosmetik serta memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada di bawah basis gigitiruan. 2 Pada dasarnya, terdapat dua kelompok bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan yaitu logam dan non-logam. Bahan logam yang dapat digunakan sebagai bahan basis gigitiruan, terdiri dari aloi emas, kobal kromium, alumunium dan stainless steel. Basis gigitiruan non-logam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu thermohardening dan thermoplastic. Bahan thermohardening merupakan bahan basis yang mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dan hanya dapat dibentuk sekali, seperti fenol-formaldehide, vulkanit dan resin akrilik (polimetil metakrilat). Bahan thermoplastic adalah bahan basis gigitiruan yang tidak mengalami perubahan kimia selama pembuatannya, seperti seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon polikarbonat, polietilen dan polystyrene. Bahan basis gigitiruan yang optimal harus memenuhi sifat-sifat seperti tidak toksik dan tidak mengiritasi, mempunyai kekuatan transversal yang tinggi, konduktivitas termal yang tinggi, tahan terhadap abrasi, dimensi yang stabil dan akurat, estetis dan stabilasi warna yang baik, perlekatan yang baik dengan anasir gigitiruan, mudah diproses, mudah direparasi apabila fraktur, mudah dibersihkan, harga murah, tetapi sampai saat ini tidak ada satupun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua syarat resin akrilik. Bahan ini telah digunakan sebagai basis gigitiruan selama lebih dari 60

tahun. Resin akrilik digunakan sebagai salah satu bahan dasar karena bahan ini mudah didapati, teknik aplikasi yang relatif sederhana, hasil estetik yang memuaskan dan sudah sangat dikenal. 1 Menurut American Dental Association (ADA) terdapat tiga jenis resin akrilik yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi sinar memerlukan aktivasi sinar dalam proses polimerisasinya. Resin akrilik ini memiliki kelebihan yaitu cepat dan mudah dalam pemanipulasian tetapi memerlukan alat kuring yang relatif mahal. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang memerlukan aktivasi secara kimia dalam proses polimerisasinya. Resin akrilik ini tidak selalu digunakan sebagai basis gigitiruan karena memiliki berat molekul yang lebih rendah dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas sehingga lebih rapuh, memiliki lebih banyak porositas dan monomer sisa serta stabilitas warna yang buruk. Resin akrilik polimerisasi panas memerlukan pemanasan dalam proses polimerisasinya. Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas yaitu jumlah monomer sisa yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan resin akrilik swapolimerisasi, mudah dalam pemanipulasian dan relatif murah. 4-7 Resin akrilik yang paling banyak digunakan sebagai basis gigitiruan pada saat ini adalah jenis resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk cairan dan bubuk. Bubuk dari resin ini sering dikenal sebagai polimer dan memiliki karakteristik seperti transparan atau memiliki warna merah yang menyerupai gingiva. Cairan dari resin ini dikenal sebagai monomer dan harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap untuk mencegah terjadinya polimerisasi dini karena terpapar sinar ataupun radiasi sinar ultraviolet. Manipulasi bahan ini dilakukan dengan cara mencampurkan cairan dan bubuk sesuai petunjuk pabrik, biasanya pada saat stadium dough diisikan ke dalam mold dan dilakukan pres dilanjutkan dengan proses kuring. 4-7 Resin akrilik polimerisasi panas mempunyai beberapa keunggulan, yaitu estetik, stabilitas warna baik, harga relatif murah, tidak mengiritasi, cara pengerjaannya mudah, tidak toksik, mudah direparasi tetapi juga memiliki beberapa

kekurangan, yaitu ketahanan terhadap abrasi rendah, mudah terjadi fraktur, memiliki porositas, terjadi perubahan dimensi dan mengandung monomer sisa sehingga menimbulkan gejala hipersensitivitas pada pasien. 7,10-11 Salah satu sifat fisis dari bahan resin akrilik yang harus diperhatikan adalah stabilitas dimensi karena sifat ini berhubungan erat dengan kemampuan resin akrilik untuk menyerap air. Penyerapan air yang berlebihan dapat mengakibatkan bahan tersebut mengalami tekanan internal sehingga dapat menyebabkan retaknya resin akrilik dan terjadinya fraktur. 5,11 Menurut Takashi dkk (1998), menyatakan bahwa molekul air yang berada pada makromolekul resin dapat menyebabkan berpisahnya makromolekul pada material tersebut. Idealnya, ikatan polimer tidak larut pada bahan kimia yang kuat, namun sebagian besar monomer yang digunakan pada pembuatan basis gigitiruan dapat menyerap air dan bahan kimia dari media dan juga melepaskan kembali ke media. 8 Terjadinya perubahan dimensi dapat mempengaruhi kestabilan dan retensi dari gigitiruan yang dapat secara langsung mempengaruhi kenyamanan pemakaian pada pasien. 12,13 Bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekurangan yaitu memiliki sifat mekanis yang rendah menyebabkan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas menjadi mudah patah. Patahnya basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi di dalam dan di luar rongga mulut akibat kombinasi dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser. Kombinasi kekuatan tersebut disebut dengan kekuatan transversal. Kekuatan transversal yang terjadi terus menerus di dalam rongga mulut saat pengunyahan dapat menyebabkan patahnya basis gigitiruan terutama pada midline dari basis gigitiruan. Berdasarkan ISO 1567:1999, kekuatan transversal yang diperlukan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah 662 kg/cm 2 dan Craig (1997) berpendapat bahwa kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas untuk gigitiruan tidak boleh kurang dari 611,83 kg/cm 2. 5-7 Setelah gigitiruan dipasangkan, intruksi serta nasihat harus diberikan kepada pasien, agar gigitiruan dibersihkan setelah makan, sebelum tidur dan pagi hari, agar menghindari terjadinya inflamasi pada rongga mulut diakibatkan gigitiruan yang

jarang dibuka dan dibersihkan serta untuk menjamin agar kesehatan jaringan pendukung gigitiruan dilindung sepanjang masa. 7,10 Gigitiruan dapat dibersihkan dengan beberapa metode yaitu secara mekanis, kemis dan kombinasi keduanya. Pembersihan gigitiruan dengan metode mekanis dapat dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat gigi yang berbulu lembut dengan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih ultrasonik. Penggunaan bahan pembersih komesial yang tersedia dipasaran merupakan contoh pembersih gigitiruan dengan metode kemis. Metode kombinasi dapat dilakukan dengan menggabungkan metode pembersihan secara mekanis berupa penyikatan gigi atau alat pembersih ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis. 6,11,16 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huey Er-Lee (2011), membersihkan gigitiruan dengan cara mekanis, menggunakan larutan pembersih dan kombinasi kedua cara tersebut dapat secara relevan mengurangi perlekatan Candida albicans. 14 Studi in vivo menyatakan bahwa menyikat gigitiruan menggunakan pasta dan krim lebih berkhasiat dalam menghilangkan biofilm sedangkan Dills dkk (2011), menerangkan bahwa penggunaan pembersih gigitiruan dengan pasta lebih rendah penggunaanya dibandingkan penggunaan dengan larutan peroksida alkali. 1 Webb dkk (2005), menyatakan bahwa metode pembersihan dengan cara menggosok tidak seefektif metode kemis dalam mengurangi plak biofilm pada gigitiruan atau dalam mencegah terjadinya denture stomatitis yang berhubungan dengan Candida albicans. Pada umumnya metode kemis merupakan metode yang sering digunakan pada pasien berusia lanjut dalam membersihkan gigitiruan oleh karena kondisi fungsi motoriknya sudah menurun. 11,1415 Metode pembersihan gigitiruan secara kemis dapat dibagi menjadi 6 golongan yaitu golongan peroksida alkali, desinfektan, hipoklorit, asam, enzim dan energi microwave. 16 Desinfektan dapat mengurangi, membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme yang melekat pada gigitiruan. Infeksi jamur Candida albicans pada denture stomatitis dapat dirawat dengan merendam gigitiruan dalam larutan desinfektan. Dalam penelitian Chantim A dan Suharto (1993), menyatakan bahwa disinfektan dalam waktu 10 menit cukup efektif untuk membunuh sel vegetatif dan

menurut penelitan Suparyanto (2012), menyatakan bahwa waktu kontak bahan disinfektan selama 10-30 menit dapat membunuh spora bakteria dan mikroba yang dapat tumbuh pada basis gigitiruan. 17,18 Larutan hipoklorit adalah larutan yang sangat efektif dalam menghilangkan stain dan melarutkan musin. Larutan ini juga sering digunakan karena bersifat bakterisidal dan fungisidal. Salah satu contoh golongan hipoklorit adalah sodium hipoklorit. Penelitian Nike H (2009), menyatakan bahwa penggunaan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0.5% selama 10 menit pada gigitiruan bersifat biokompatibel dan tidak toksik terhadap jaringan rongga mulut. 19 Menurut Mese dkk (2007), menyatakan bahwa perendaman gigitiruan dalam larutan hipoklorit selama 5 jam sangat efektif untuk membunuh Candida albicans tetapi mempunyai beberapa efek samping yaitu menyebabkan gigitiruan berubah warna, korosi dan berbau. 20 Golongan peroksida alkali merupakan larutan yang diperoleh dengan cara melarutkan tablet atau bubuk yang mengandung senyawa ke dalam air. Pelarutan tablet ke dalam air dapat membentuk larutan peroksida alkali hidrogen. Degradasi dari senyawa peroksida dapat membebaskan gelembung-gelembung oksigen yang bertindak secara kemis dalam membersihkan gigitiruan ketika berkontak dengan debris. Peroksida alkali dapat membersihkan musin dan sisa makanan serta mencegah terjadinya pembentukan stain dan kalkulus, selain itu peroksida alkali juga dapat bertindak sebagai antimikrobial. 16,25,26 Menurut Siripen W (2008), menyatakan bahwa golongan peroksida alkali secara signifikan dapat mengurangi perlekatan Candida albicans pada permukaan resin akrilik. 26 Pemilihan bahan pembersih gigitiruan harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan dimensi dan mengurangkan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik. 27 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sartori EA dkk (2006), terjadi perubahan dimensi yang signifikan pada basis gigitiruan yang dibersihkan mengunakan energi microwave, sedangkan basis gigitiruan yang dibersihkan menggunakan larutan klorida dan akuades menunjukkan tidak terjadi perubahan dimensi. 28 Menurut Hussen AM dkk (2008), menyatakan bahwa terjadi perubahan dimensi sebanyak (0,18 mm) pada resin akrilik yang direndam dalam

larutan klorheksidin dan perubahan dimensi sebanyak (0,20 mm) pada resin akrilik yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit. Dalam penelitian Nirale MR dkk (2012), menyatakan basis gigitiruan dengan relining dan tanpa relining dibersihkan menggunakan larutan disinfektan sodium hipoklorit menunjukkan tidak terjadi perubahan dimensi yang signifikan dibandingan dengan dibersihkan menggunakan energi microwave. 30 Menurut Jubhari EH dan Muaskab (2011), menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kekuatan transversal sampel akrilik setelah direndam dalam larutan pembersih gigitiruan peroksida alkali selama 5 menit dengan masing-masing perendaman 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 10 hari. 1 Beberapa penelitian telah digunakan untuk menilai kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik yang direndam dalam minuman bersoda. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak terdapat perubahan kekuatan transversal. Penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Amanda P (2010) mengenai kekuatan transversal sampel resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam peroksida alkali effervescent menunjukkan perbedaan yang signifikan. 31 Menurut Robinson dkk (1988) dan Arab dkk (1989), menyatakan bahwa terjadi penurunan kekuatan fleksural resin akrilik polimerisasi panas apabila terpapar terhadap larutan peroksida alkali dan hipoklorit pada temperatur yang tinggi yaitu temperatur di atas 37 0 C, hal ini tidak direkomendasikan oleh pabrik. 32 Penelitian yang dilakukan oleh Haifa IR (2014), menyatakan bahwa ekstrak biji pinang mengandung flavonoid (fenol) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. Beberapa uji di atas menunjukkan hasil yang berbeda dari perubahan dimensi dan kekuatan transversal sampel resin akrilik yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali. Berdasarkan latar belakang di atas tidak tertutup kemungkinan larutan pembersih peroksida alkali menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal.

1.2 Permasalahan Basis gigitiruan harus memenuhi sifat-sifat yang optimal, antaranya adalah tidak mengalami perubahan dimensi saat penggunaan dan mempunyai kekuatan transversal yang tinggi karena mempengaruhi ketahanan basis gigitiruan terhadap fraktur. Bahan basis gigitiruan yang sering digunakan pada saat ini adalah resin akrilik polimerisasi panas tetapi basis ini mempunyai beberapa kekurangan yaitu dapat mengalami perubahan dimensi dan kekuatan transversal yang rendah. Basis gigitiruan dengan perubahan dimensi dan kekuatan transversal rendah akan lebih mudah mengalami fraktur akibat tekanan pengunyahan secara terus menerus. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis ataupun kombinasi keduanya. Salah satu cara yang digunakan untuk membersihkan basis gigitiruan adalah cara kemis yaitu menggunakan bahan pembersih golongan peroksida alkali yang tersedia dipasaran dalam bentuk tablet karena murah dan mudah didapati, bersifat biokompatibel terhadap rongga mulut serta penggunaannya pada basis gigitiruan hanya selama 5 menit. Bahan ini dapat mempengaruhi perubahan dimensi dan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Perubahan dimensi dan kekuatan transversal dapat dipengaruhi oleh pemakaian peroksida alkali sebagai bahan pembersih basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Berdasarkan hal tersebut, timbul permasalahan apakah ada pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal. 1.3 Rumusan Masalah Dari uraian diatas, diperoleh rumusan masalah penelitian, yaitu: 1. Berapa nilai perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari.

2. Berapa nilai kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari. 3. Apakah ada pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi. 4. Apakah ada pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal. 5. Apakah ada pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi. 6. Apakah ada pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui nilai perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari. 2. Untuk mengetahui nilai kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari. 3. Untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi. 4. Untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal.

5. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi. 6. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi tentang efek lama pemakaian larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi khususnya di bidang Prostodonsia. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien pemakai gigitiruan mengenai efek penggunaan larutan pembersih peroksida alkali. 2. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagi masyarakat tentang bahan pembersih peroksida alkali dan cara penggunaan yang baik.