MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Disusun Oleh: REZA ARBIYANTO C

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBUK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Pembebanan Jaminan Fidusia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 168, (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889)

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB II LANDASAN TEORI

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit tersebut.jaminan merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK ATAS EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR SERTA PENYELESAIAN HUKUMNYA. Tutiek Retnowati Sujarwo Darmadi

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Imma Indra Dewi Windajani

Transkripsi:

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD1945. dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan,para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum, memerlukan dana yang besar. Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh melalui kegiatan pinjam-meminjam. Selama ini, kegiatan pinjam meminjam dengan menggunakan hak tanggungan atau hak jaminan telah diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang merupakan pelaksanaan dari pasal 51 Undangundang Nomor 5 Tahun1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria, dan sekaligus sebagai pengganti dari lembaga Hipotek atas tanah dan credietverband. Di samping itu, hak jaminan lainnya yang banyak digunakan dewasa ini adalah Gadai, Hipotek selain tanah,dan Jaminan Fidusia. Undang-undang yang berkaitan dengan Jaminan Fidusia adalah pasal 15 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, yang menentukan bahwa rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang dimiliki oleh pihak lain dapat dibebani dengan Jaminan Fidusia. Selain itu, Undang-undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun mengatur mengenai hak milik atas satuan rumah susun yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia, jika tanahnya tanah hak pakai atas tanah negara. 1

Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas dalam transaksi pinjam-meminjam karena proses pembebanannya dianggap sederhana,mudah, dan cepat, tetapi tidak menjamin adanya kepastian hukum. Lembaga Jaminan Fidusia memungkinkan kepada para Pemberi Fidusia untuk menguasai Benda yang dijaminkan,untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan Jaminan Fidusia. Pada awalnya, Benda yang menjadi obyek fidusia terbatas pada kekayaan benda bergerak yang berwujud dalam bentuk peralatan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, benda yang menjadi obyek fidusia termasuk juga kekayaan benda bergerak yang tak berwujud, maupun benda tak bergerak. Undang-Undang Jaminan Fidusia, dimaksudkan untuk menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan Jaminan Fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan. Seperti telah dijelaskan bahwa Jaminan Fidusia memberikan kemudahan bagi para pihak yang menggunakannya, khususnya bagi Pemberi Fidusia. Namun sebaliknya karena Jaminan Fidusia tidak didaftarkan, kurang menjamin kepentingan pihak yang menerima fidusia, Pemberi Fidusia mungkin saja menjaminkan benda yang telah dibebani dengan fidusia kepada pihak lain tanpa sepengetahuan Penerima Fidusia. Sebelum Undang-undang ini dibentuk, pada umumnya benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan (inventory), benda dagangan,piutang, peralatan mesin, dan kendaraan bermotor. Oleh karena itu, guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, maka menurut Undang-undang ini obyek Jaminan Fidusia diberikan pengertian yang luas yaitu benda bergerak yang berwujud maupun tak berwujud, dan benda tak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan 2

sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak Tanggungan. Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia, diatur tentang pendaftaran Jaminan Fidusia guna memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan dan pendaftaran Jaminan Fidusia memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lain Karena Jaminan Fidusia memberikan hak kepada pihak Pemberi Fidusia untuk tetap menguasai Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia berdasarkan kepercayaan,maka diharapkan sistem pendaftaran yang diatur dalam Undangundang ini dapat memberikan jaminan kepada pihak Penerima Fidusia dan pihakpihak yang mempunyai kepentingan terhadap Benda tersebut. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu referensi matakuliah Hukum Perikatan. Dalam konteks perkuliahan, pengajaran dan pendidikan matakuliah Hukum Perikatan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam eksekusi jaminan fidusia terkait Putusan Pengadilan Tinggi No. 09/ Pdt/ 2014/ PT.TK? 2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dalam perjanjian pembiayaan konsumen oleh PT. Adira Finance Finance? 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Landasan Teori Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pengertian fidusia adalah: Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. Yang diartikan dengan pengalihan hak kepemilikan adalah pemindahan hak kepemilikan dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia atas dasar kepercayaan, dengan syarat bahwa benda yang menjadi objeknya tetap berada di tangan pemberi fidusia. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan (inventory), benda dagangan piutang, peralatan mesin, dan kendaraan bermotor. Akan tetapi setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, objek jaminan fidusia diberikan pengertian yang lebih luas. Objek jaminan fidusia dibagi menjadi 2 macam, yaitu: (a) Benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud; dan; (b) Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan. Subjek dalam jaminan fidusia adalah pemberi fidusia dan penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia. Perjanjian jaminan fidusia berdasarkan UU No. 42 Tahun 1999 dilaksanakan melalui 2 (dua) tahap, yaitu tahap pembebanan dan tahap pendaftaran jaminan fidusia. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUF dinyatakan: Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia. Akta Notaris merupakan salah satu wujud akta 4

otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUH Perdata. Setelah tahapan pembebanan dilaksanakan berdasarkan ketentuan UUF No. 42 Tahun 1999 akta perjanjian jaminan fidusia tersebut diwajibkan untuk didaftarkan berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (1) UUF, yang menyatakan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, dengan Sertipikat Jaminan Fidusia bagi kreditur selaku penerima fidusia akan mempermudah dalam pelaksanaan eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, pelaksanaan titel eksekutorial dari sertipikat Jaminan Fidusia sebagaimana dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-undang Tentang Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara: (a) Pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima fidusia; (b) Penjualan benda yang menjadi obyek fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum, serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan; (c) Penjualan di bawah tangan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. 2.2 Awal Terjadinya Sengketa Jaminan Fidusia Repni Meidiansyah melakukan perjanjian pembiayaan 1 (satu) unit Mobil Merk Daihatsu Xenia Xi Family BE- 2411 -YD Tahun 2011, Nomor Rangka : MHKV1BA2BK116082, Nomor Mesin : DJ40821, STNK dan BPKB atas Nama Repni Meidiansyah. Menunjukan etika baik telah mengangsur sebesar Rp. 4.359.000,- selama 13 bulan atau setara dengan Rp. 56.667.000,- (lima puluh enam juta enam ratus enam puluh tujuh ribu Rupiah) dan Uang Muka kendaraan Sebesar Rp. 35.000.000,- dengan jaminan BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) Kepada PT.Adira Finance, beralamat Jalan Pangeran Antasari nomor 107 b-c Kota Bandar Lampung, pada angsuran ke-14 Penggugat mengalami kendala ekonomi sehingga terjadi keterlambatan angsuran. Bahwa dengan adanya keterlambatan angsuran oleh Repni Meidiansyah, obyek sengketa diambil dan/atau ditarik oleh PT. Adira Finance pada Tanggal 20 5

bulan Juli Tahun 2013 pukul 17.00 WIB, pada saat mobil dan/atau obyek sengketa sedang dalam masa disewa atau di rental oleh Sdr Alek Budi Santoso, terhitung sejak Tanggal 04 Mei 2013, datanglah sekelompok orang yang mengaku petugas dari PT.Adira Finance menarik unit barang jaminan tanpa menunjukan surat-surat yang sah menurut aturan Undang-Undang yang berlaku di wilayah Republik Indonesia adalah perbuatan eksekusi ilegal. Bahwa perbuatan eksekusi ilegal atau penarikan unit kendaraan atas barang jaminan yang dilakukan oleh PT. Adira Finance, yang tidak dilengkapi surat-surat yang sah menurut Undang-Undang melainkan dengan cara dan aturan sepihak yang tidak berdasar pada Undang-Undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia Adalah Perbuatan Melawan Hukum, dan apabila barang jaminan 1 (satu) unit Mobil Merk Daihatsu Xenia Xi Family BE- 2411 -YD Tahun 2011, Nomor Rangka : MHKV1BA2BK116082, Nomor Mesin : DJ40821, STNK dan BPKB atas Nama Repni Meidiansyah yang merupakan Barang Jaminan adalah Hak Konsumen, maka menurut Repni Meidiansyah perbuatan tersebut dengan melakukan eksekusi ilegal atau penarikan unit kendaraan yang tidak dilengkapi surat-surat yang sah menurut Undang-Undang yang berlaku adalah perbuatan melawan hukum, melakukan penagihan dengan menggunakan tenaga debt collector yang cenderung pada umumnya menggunakan KEKERASAN, PREMANISME, INTIMIDASI, TEROR, TERHADAP KONSUMEN maupun KELUARGANYA itu adalah perbuatan melawan hukum. 2.3 Fakta-Fakta Eksekusi Jaminan Fidusia Oleh PT. Adira Finance Bahwa pada tanggal 12 Oktober 2011 Penggugat dan Tergugat telah menandatangani perjanjian Pembiayaan Bersama Dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia Nomor : 065611202478 tanggal 12 Oktober 2011 ( perjanjian ), dimana Tergugat bertindak selaku kreditur sedangkan Penggugat selaku debitur. Bahwa objek pembiayaan tersebut berupa satu unit kendaraan bermotor merk Daihatsu Xenia Xi Family Nopol : BE 2411 YD tahun 2011 Nomor Mesin : DJ40821 Nomor Rangka : MHKVIBA2JBK116082 ( mobil ). 6

Bahwa selain menandatangani surat perjanjian, Penggugat juga telah menandatangani berkas penjelasan penting bagi konsumen tertanggal 23 Agustus 2011, Surat Pernyataan tertanggal 12 Oktober 2011, Surat Kuasa tertanggal 12 Oktober 2011, serta berkas-berkas lain yang menjadi satu kesatuan dengan surat perjanjian. Bahwa perjanjian tersebut berlaku sejak tangal 12 Oktober 2011 dengan jangka waktu angsuran selama 36 kali angsuran. Bahwa sejak awal pelaksanaan perjanjian, Penggugat sudah sering terlambat membayar angsuran, meskipun demikian pembayaran angsuran tetap dilakukan Penggugat, namun sejak bulan ke-14 (Nopember 2012) Penggugat sudah tidak melaksanakan kewajibannya membayar angsuran. Bahwa Tergugat telah berupaya agar Penggugat memenuhi kewajibannya, selain mengirimkan surat peringatan sebanyak tiga kali Tergugat juga telah berkali-kali menghubungi Penggugat baik melalui Hp maupun menemui langsung, akan tetapi Penggugat tetap tidak mau melaksanakan kewajibannya. Bahwa, selain tidak memenuhi kewajibannya, Penggugat juga ternyata telah menggadaikan mobil tersebut kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan seizin Tergugat. Bahwa oleh karena hingga bulan ke-22 (Juli 2013) Penggugat tetap tidak memenuhi kewajibannya, yang berarti Penggugat sudah menunggak 9 bulan, maka Tergugat memutuskan untuk menyelesaikan (write off) kredit Penggugat dengan mengambil mobil tersebut sebagaimana Berita Acara Serah Terima Kendaraan Bermotor tertanggal 20 Juli 2012 yang diserahkan langsung oleh pihak yang saat itu menguasai mobil tersebut. Perjanjian Pembiayaan Bersama Dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia Nomor : 065611202478 tanggal 12 Oktober 2011 antara Penggugat dan Tergugat ( perjanjian ) adalah sah dan mengikat sesuai syarat 1320 BW. Bahwa oleh karena perjanjian tersebut sah, maka perjanjian tersebut mempunyai kekuatan mengikat sebagaimana Undang-Undang yang harus dihormati dan ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. 7

Penarikan kendaraan bermotor merk Daihatsu Xenia Xi Family Nopol : BE 2411 YD tahun 2011 Nomor Mesin: DJ40821 Nomor Rangka: MHKVIBA2JBK116082 ( mobil ) telah disepakati di dalam perjanjian. 2.4. Eksekusi Jaminan Fidusia Oleh PT. Adira Finance Perjanjian pembiayaan yang dilakukan dengan perjanjian fidusia, mengikat konsumen sebagai debitur dan PT. Adira Finance sebagai kreditur mengikat kedua belah pihak secara hukum. Eksekusi sepeda motor yang menjadi obyek pembiayaan dan juga merupakan obyek jaminan fidusia pada dasarnya tidak terlepas dari masalah wanprestasi. Dalam suatu transaksi atau perjanjian dalam bentuk apapun, kedua belah pihak saling mengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan (prestasi), namun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan. Apabila dalam suatu perjanjian si debitur tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan maka dapat dikatakan ia telah melakukan wanprestasi. Meskipun perjanjian pembiayaan yang dilakukan PT. Adira Finance menggunakan pembebanan jaminan fidusia terhadap obyek pembiayaannya, tetapi obyek pembiayaan yang telah dibebankan jaminan fidusia itu tidak semuanya didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia. Penyelesaian wanprestasi tersebut tidak dengan cara langsung melakukan eksekusi terhadap obyek pembiayaannya. PT. Adira Finance terlebih dahulu melakukan penagihan yaitu dengan melalui desk call, somasi I, somasi II, dan surat peringatan. Apabila debitur yang telah diberi surat peringatan tidak juga membayar angsurannya, maka baru bisa dilakukan eksekusi. Eksekusi yang dilakukan oleh Eksekutor dari PT. Adira Finance dilakukan dengan cara melakukan penyitaan terhadap kendaraan bermotor dengan disertai dokumen-dokumen seperti Perjanjian Pembiayaan dan Akta Jaminan Fidusia. 8

BAB III KESIMPULAN Pertama, pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara dalam hal ini dimenangkan oleh tergugat adalah berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam persidangan dan berdasarkan undang-undang yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, dan menguatkan putusan pengadilan yang lebih rendah. Kedua, eksekusi benda sebagai obyek jaminan fidusia di PT. Adira Finance dilakukan apabila debitur wanprestasi. Penyelesaian wanprestasi ini tidak langsung dengan cara mengeksekusi obyek jaminan fidusia, tetapi terlebih dahulu dilakukan cara-cara persuasif yang bertujuan mengingatkan debitur bahwa debitur tersebut sudah harus membayar angsuran dikarenakan sudah memasuki tanggal jatuh tempo. Cara-cara persuasif tersebut dilakukan melalui desk call, somasi I, somasi II, dan surat peringatan. Apabila debitur yang telah dikirimkan surat peringatan tidak juga membayar angsurannya, maka baru dilakukan eksekusi terhadap obyek jaminan fidusia. Pelaksanaan eksekusi benda jaminan fidusia yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan konsumen belum tepat meskipun berpedoman pada asas pacta sun servanda karena pelaksanaan eksekusi langsung tersebut belum memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Fidusia yang disamping mengharuskan dibuatnya akta fidusia secara notariil juga mengharuskan pendaftaran ke kantor fidusia untuk memperoleh sertifikat fidusia yang melahirkan hak preferen dan berkekuatan eksekutorial. 9

DAFTAR PUSTAKA Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang No. 101/Pdt.G/2013/PN.TK Putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang No. 09/ Pdt./ 2014/ PT.TK Putusan Mahkamah Agung No. 97 K/Pdt/2015 R.Subekti, Hukum perjanjian Cet.ke-27. (Jakarta: Intermasa, 20014) Rondonuwu, Patrice. 2016. Teori Hukum. Nagakusuma Media Kreatif. Jakarta. Subekti. 2014. Aneka Perjanjian Cet. Ke-XI. Citra Adya Bakti. Jakarta. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia 10