BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya (Kasmir, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sekarang ini sudah tidak asing lagi mendengar kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Laba

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditulis oleh Amalina Alyani Yusrina (2013) yang berjudul "Pengaruh LDR, IPR,

Nama : Uthary Maladhika NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Budiasih, SE., MMSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :


BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatnya pertanggung jawaban publik oleh perusahaan, maka konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS DAN RGEC PADA PT. BANK XXX PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Laba Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014 membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 2.1.1 Kesehatan Bank Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 pasal 29 ayat (2) menyebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Pada prinsipnya tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Oleh karena itu, Bank wajib memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehatihatian dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala 8

9 tingkat kesehatannya dan mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif (Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, www.bi.go.id). Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 1) mengatur bahwa Bank di wajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings) dan Permodalan (capital) untuk menghasilkan peringkat komposit tingkat kesehatan bank. Tetapi dalam penelitian ini penilaian masih menggunakan faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas resiko pasar (Surat Edaran Bank IndonesiaNo. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, www.bi.go.id) Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382). Pada dasarnya penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian hasil usaha bank

10 dalam waktu tertentu dan tingkat kesehatan bank akan digolongkan dalam lima peringkat komposit masing-masing faktor. Tabel 2.1 Standar Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Faktor yang dinilai Komponen Bobot Permodalan Rasio modal at aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) 25% 1. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan jumlah 25% aktiva produktif Kualitas aktiva produktif Manajemen Rentabilitas Likuiditas 2. Rasio cadangan penghapusan aktiva aktiva produktif yang diklasifikasikan Manajemen Umum dan Manajemen Resiko 1. Rasio laba rata-rata volume usaha 2. Rasio biaya operasional pendapatan operasional 1. Rasio kewajiban bersil call money aktiva lancar 2. Rasio pinjaman dana pihak ketiga 5% 25% 5% 5% 5% 5% Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan Tingkat Kesehatan Bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut: a. Untuk predikat Tingkat kesehatan Sehat dipersamakan dengan Peringkat Komposit 1 (PK-1) atau Peringkat Komposit 2 (PK-2). b. Untuk predikat Tingkat kesehatan Cukup Sehat dipersamakan dengan Peringkat Komposit 3 (PK-3).

11 c. Untuk predikat Tingkat kesehatan Kurang Sehat dipersamakan dengan Peringkat Komposit 4 (PK-4). d. Untuk predikat Tingkat kesehatan Tidak Sehat dipersamakan dengan Peringkat Komposit 5 (PK-5). Tabel 2.2 Predikat Kesehatan Bank NILAI KREDIT PREDIKAT 81 100 Sehat 66 - < 81 Cukup Sehat 51 - < 66 Kurang Sehat 0 - < 51 Tidak Sehat Sumber : Kasmir (2003) 2.1.2 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah suatu teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut yang berupa angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan bermakna. Dapat dilihat pada tabel 2.3

12 Aspek Tabel 2.3 Tujuan Penggunaan Rasio Keuangan Rasio yang Tujuan penggunaan digunakan Permodalan Untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. CAR, Primary Ratio, Capital Ratio Likuiditas Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Quick ratio, Banking Ratio, Loan to Assets, Cash Ratio, Investment to Portofolio Rentabilitas Untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank. Gross Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity Risiko Usaha Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah risiko dari aktivitas operasi. Credit Risk Ratio, Liquidity Risk Ratio, Assets Risk Ratio, Capital Risk Ratio Efisiensi Usaha Untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua aset secara efisien Sumber : Jumingan (2006 dalam Sukarno 2011) Leverage multiplier ratio, Assets Utilization Ratio, Operating Ratio, 1. Aspek Pemodalan a. Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal guna menutupi kemungkinan kegagalan dalam memberikan kredit.

13 b. Primary Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan bank dalam menyanggah aset akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindari. c. Capital Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan bank dalam menyanggah sejumlah pinjaman pada nasabah. 2. Aspek Likuiditas a. Quick Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para deposan dengan sejumlah cash assets yang dimiliki. b. Banking Ratio digunakan untuk kemampuan bank dalam membayar kepada para penyimpan dana dengan pinjaman yang diberikan. c. Loan to Assets ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki. 3. Aspek Rentabilitas a. Gross Profit Margin digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba operasi melalui pendapatan operasi yang dihasilkan. b. Return Of Assets digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan sejumlah aktiva bank.

14 c. Return Of Equity digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. 4. Aspek Risiko Usaha a. Credit Risk digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah risiko kegagalan pengembalian kredit oleh kreditur. b. Liquidity Risk digunakan untuk mengukur kemampuan dalam menyanggah risiko kemungkinan kegagalan memenuhi kewajiban kepada para deposan. c. Assets Risk digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah risiko kegagalan pengembalian simpanan yang segera dibayarkan kepada debitur melalui jaminan modal sendiri. 5. Aspek Efisiensi Usaha a. Leverage Multiplier digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimiliki mengingat biaya yang dikeluarkan dalam mengelola aktiva. b. Assets Utilization Ratio (AUR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan laba bersih operasi dan laba nonoperasi.

15 c. Operating Ratio digunakan untuk mengukur rata-rata biaya operasional dan non operasional yang digunakan bank untuk memperoleh pendapatan. 2.1.3 Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2005) kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi. Belkaoui (1993) dalam Arina (2015) mengemukakan bahwa laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi dan pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Menurut Kasmir (2008) Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan besar perolehan laba setiap periode, yang ditentukan melalui target yang harus dicapai. Hal ini berarti bahwa salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya adalah mengenai perolehan laba atau keuntungan.

16 Menurut Harahap (2005) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: 1. Laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak. 2. Pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan. 3. Dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang. 4. Dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan 5. Sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Chariri dan Ghozali (2003) dalam Sapariyah (2010) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karak-teristik antara lain sebagai berikut: 1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi. 2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu. 3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. 4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.

17 5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya Warsidi dan Pramuka (2000) dalam Sapariyah (2010) dengan rumus perhitungan sebagai berikut: Laba = 2.1.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Laba Perusahaan mengharapkan selalu memperoleh pertumbuhan laba yang positif yang menunjukan perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan perlu dikaji agar dapat dilakukan upaya untuk memperoleh laba yang meningkat setiap tahunnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba, yaitu : 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber

18 di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lainlain (Dendawijaya, 2009). Menurut Rivai (2007) CAR adalah sebagai salah satu indikator kemampuan bank dalam menutup penurunan aktiva sebagai akibat kerugian yang diderita bank. CAR merupakan rasio antara modal dan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan rasio tersebut digunakan sebagai ukuran kewajiban penyediaan modal minimum. Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2011) CAR adalah kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh besarnya modal bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS/2007 besarnya CAR yang ditetapkan adalah 8% dengan rumus perhitungan sebagai berikut: CAR = x 100% 2. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya

19 (Dendawijaya, 2009). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Menurut Riyadi (2006), LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK). Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Hutagalung (2012) berpendapat, LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar-kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110 %, dengan rumus perhitungan sebagai berikut: LDR = x 100% 3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO merupakan rasio efisiensi perusahaan, karena BOPO dapat menunjukkan kemampuan bank untuk menutup biaya

20 dengan penerimaan yang diperoleh. Semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin meningkat pula laba perusahaan (Andayani dkk, 2015). Analisis rasio efisiensi operasional menurut Dendawijaya (2009) menggunakan perhitungan : 1. Biaya Operasional adalah biaya yang berhubungan dengan kegiatan usaha bank, yaitu biaya bunga, biaya valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, penyusutan dan biaya lainnya. 2. Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar diterima, seperti hasil bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing lainnya dan pendapatan lainnya. Menurut Riyadi (2006), BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan. Rasio BOPO adalah rasio efisiensi usaha yang membandingkan antara biaya operasional pendapatan operasional guna mendapatkan gambaran mengenai kemampuan dari

21 pihak manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional pendapatan operasional (Almilia dkk, 2005). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 besarnya rasio BOPO perbankan minimal adalah tidak lebih besar dari 90%. BOPO bisa di hitung dengan rumus perhitungan sebagai berikut: BOPO = x 100% 4. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank untuk menjaga risiko kegagalan pemberian kredit. Rasio ini mencerminkan risiko kredit yang ada pada bank, semakin kecil Non Performing Loan menunjukan semakin kecil pula risiko kredit yang dimiliki oleh bank (Setyono, 2014). Menurut Kasmir (2012), pemberian suatu fasilitas kredit mengandung suatu resiko kemacetan. Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh suatu bank. Siamat (2005) berpendapat, NPL atau sering di sebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami

22 kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Sedangkan menurut Almilia dkk (2005), Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Bank Indonesia menetapkan batas nilai NPL maksimum yaitu sebesar 5%, apabila Bank melebihi batas yang diberikan maka Bank tersebut dikatakan tidak sehat. NPL bisa di hitung dengan rumus perhitungan sebagai berikut: NPL = x 100% 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang meniliti fakto-faktor yang berpengaruh pertumbuhan laba antara lain: Nama Anisah Lubis (2013) Judul Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Laba Pada BPR di Indonesia Variabel yang Digunakan Dependen: laba Independen: CAR, LDR, BOPO, NPL Hasil Penelitian CAR berpengaruh negatif dan signifikan pertumbuhan laba, NPL berpengaruh positif dan signifikan pertumbuhan laba, BOPO berpengaruh

23 negatif dan signifikan pertumbuhan laba, LDR berpengaruh negatif dan signifikan Hella Rismawati (2014) Wahyuni (2012) Pengaruh Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity (CAMEL) Terhadap Laba Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Laba Dependen: laba Independen: CAR, LDR, BOPO, NPL, NPM Dependen: laba Independen: CAR, LDR, BOPO, NPL CAR tidak berpengaruh signifikan. NPL, NPM, BOPO berpengaruh positif LDR tidak berpengaruh signifikan Secara parsial CAR dan LDR berpengaruh positif pertumbuhan laba, sedangkan BOPO dan NPL berpengaruh negatif. Secara simultan CAR, LDR, BOPO dan NPL berpengaruh Suci Lestari (2012) Ayu Pengaruh ROA, CAR, LDR dan BOPO laba pada Bank Umum Dependen: laba Independen: ROA, CAR, LDR, BOPO CAR dan BOPO berpengaruh positif Sedangkan LDR berpengaruh negatif

24 Tio Ariella Doloksaribu (2012) Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Laba Perusahaan Perbankan Go Public Dependen: laba Independen: CAR, NPL, NIM, LDR, BOPO CAR dan NPL berpengaruh positif Sedangkan BOPO, LDR berpengaruh negatif pertumbuhan laba Erros Daniariga Putri E. Yuniar (2010) Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Laba (Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI) Analisis Pengaruh Rasio CAMEL dan Bank, Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Ukuran Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar BEI Pada di Dependen: laba Independen: RORA, CAR, LDR, BOPO, NPM Dependen: laba Independen: CAR, ATTM, APB, PPAP, ROE, BOPO, LDR, Moderating: SIZE, Kepemilikan Manajerial NPL, ROA, NIM, Secara parsial BOPO dan LDR berpengaruh positif pertumbuhan laba, sedangkan CAR berpengaruh negatif. Secara Parsial CAR,, NPL, BOPO, LDR berpengaruh positif

25 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mencoba untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Loan (NPL) Kerangka pemikiran yang diajukan adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Penelitian CAR H1 (+) LDR BOPO NPL H2 (+) H3 (-) H4 (-) Laba 2.4 Hipotesis 2.4.1 Pengaruh CAR Laba CAR merupakan indikator untuk menilai aspek permodalan pada suatu bank. Terdapat komponen modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) didalam perhitungannya. Modal yang semakin tinggi akan meningkatkan rasio CAR, yang berarti bank memiliki modal yang cukup dan mampu meng-cover risiko kerugian akibat aktivitas bank.

26 Peningkatan pada modal khususnya adalah modal sendiri akan menurunkan biaya dana karena bank dapat menggunakan modal sendiri tersebut untuk dialokasikan kepada aktiva produktif yang kemudian mampu meningkatkan profitabilitas. Penelitian Wahyuni (2012), Doloksaribu (2012), Lestari (2012) dan Yuniar (2010) menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif H 1 : CAR mempunyai pengaruh positif 2.4.2 Pengaruh LDR Laba LDR merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar dana disalurkan untuk pinjaman. Dalam hal ini pinjaman yang dimaksud adalah kredit yang disalurkan. Dari pengertian diatas peningkatan dalam rasio LDR dapat diartikan bahwa penyaluran dana ke pinjaman atau kredit semakin besar sehingga akan menambah pendapatan bunga yang pada akhirnya laba akan meningkat. Daniariga (2012), Yuniar (2010) dan Wahyuni (2012) menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif H 2 : LDR mempunyai pengaruh positif

27 2.4.3 Pengaruh BOPO pertumbuhan laba BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan operasional dari suatu perbankan. Dimana kita ketahui bahwa rumus untuk menghitung rasio tersebut adalah beban operasi dibanding dengan pendapatan operasi. Beban operasional yang dimaksud merupakan seluruh biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank, sedangkan pendapatan operasional adalah seluruh pendapatan yang merupakan hasil dari kegiatan bank. Semakin tinggi efisiensi operasional perusahaan maka semakin tinggi laba yang diperoleh (Siamat, 2005). Wahyuni (2012) dan Doloksaribu (2012) membuktikan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif H 3 : BOPO mempunyai pengaruh negatif 2.4.4 Pengaruh NPL pertumbuhan laba Rasio NPL menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain (Setyorini, 2012). Dengan demikian apabila suatu bank kondisi NPL tinggi

28 maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi penurunan laba bank. Sehingga peningkatan rasio NPL menunjukan penurunan laba perusahaan perbankan (Doloksaribu, 2012) Penelitian Wahyuni (2012) dan Adenovia (2011) menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif H 4 : NPL mempunyai pengaruh negatif