ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015 RINGKASAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan : Akuntansi Disusunoleh : Aditya Saputri Nomor Induk : 13110032 UNIVERSITAS GAJAYANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MALANG 2017
PENDAHULUAN Di dalam memenuhi persaingan di industri perbankan saat ini Bank Umum BUMN di rasa sangat perlu membekali diri dengan persiapan yang sangat baik.agar masyarakat tertarik menabung dan menginvestasikan uang di bank, sangat penting untuk diperhatikan yaitu adanya kepercayaan masyarakat terhadap bank.penilaian tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tergantung pada keahlian pengelolaannya, dan juga tergantung integritas kinerja mereka. Bank di percaya oleh masyarakat apabila bank dapat mempertanggungjawabkan kelancaran kewajiban pihak yang memerlukan dana dalam memenuhi kewajibannya. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, mapun Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank-bank sebagai perpanjangan tangan dari pihak pemerintah. Bank-bank yang sehat akan mempengaruhi sistem perekonomian suatu negara secara menyeluruh, mengingat bank mengatur peredaran dana ibarat jantung yang mengatur peredaran darah keseluruh tubuh manusia (Pandia, 2013: 220). Penilaian tingkat kesehatan bank digunakan untuk mengetahui apakah bank tersebut dalam kondisi sangat sehat, sehat,cukup sehat, dan kurang sehat atau tidak sehat. Dari hasil penilaian tingkat kesehatan tersebut dapat dijadikan pedoman untuk mengambil kebijakan sebagai penentu keputusan yang berhubungan dengan kinerja bank di masa yang akan datang. Berdasarkan Surat Edaran Nomor 14/SEOJK.03/2017, adapun faktor-faktor penilaian kesehatan bank yang wajib dipenuhi oleh bank meliputi Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital yang biasanya disebut sebagai metode RGEC.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yang dilakukan pada 4 (empat) Bank Umum BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015 yaitu Bank BRI,BNI,Mandiri dan BTN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh melalui akses internet dengan situs (www.idx.co.id)maupun situs web masing-masing bank. Variabel penelitian meliputi 4 (empat) faktor yaitu, Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings) dan Permodalan (capital) atau disingkat menjadi metode RGEC. Definisi operasional untuk setiap variabel penelitian di dasarkan pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017. Kerangka Konsep Penelitian Metode RGEC Risk Profile NPL LDR Self Assesment Bank ROA NIM CAR Hasil Analisis Data Keuangan Kesehatan Bank: Sangat Sehat/Sehat/Cukup Sehat,/Kurang Sehat/ Tidak Sehat
Definisi Operasional dan Variabel 1. Profil Risiko (Risk Profile) Penilaian menggunakan 2 indikator yaitu faktor risiko kredit dengan menggunakan rumus NPL (Non Performing Loan) dengan menghitung jumlah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancar,diragukan dan macet terhadap total kredit dan risiko likuiditas dengan rumus LDR (Loan Deposit Ratio) dengan menghitung total kredit terhadap dana pihak ketiga yang terdiri dari tabungan,giro, dan deposito. 2. Penilaian Good Corporate Governance (GCG) Menurut SE BI No. 15/15/DPNP Tahun 2013 bank diharuskan melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pelaksanaan GCG. 3. Penilaian Rentabilitas (Earnings) Penilaian terhadap faktor earnings didasarkan pada dua rasio yaitu: Return on Assets (ROA) dengan menghitung laba sebelum pajak terhadap rata-rata total asset yang terdiri dari aset tahun sebelum ditambah aset tahun dihitung di bagi 2 dan Net Interest Margin (NIM) dengan menghitung pendapatan bunga bersih terhadap ratarata aset produktif aset tahun sebelum ditambah aset tahun dihitung di bagi 2. 4. Penilaian Permodalan (Capital) Rasio kecukupan modal pada penelitian ini dengan menghitung rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan menghitung modal bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap terhadap ATMR.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Profil Risiko (Risk Profile) Berikut hasil perhitungan rasio NPL dan LDR masing-masing Bank Umum BUMN tahun 2013-2015: Tahun Bank BUMN NPL LDR BRI 1,27 % 88,55 % BNI 2,16 % 85,87 % 2013 Mandiri 2,06 % 93,49% BTN 3,96% 103,10% Rata-Rata 2,36% 92,75% BRI 1,26% 81,76% BNI 1,96% 92,46% 2014 Mandiri 2,16% 89,66% BTN 3,74% 108,74% Rata-Rata 2,28% 93,15% BRI 1,17% 86,92% BNI 2,67% 92,14% 2015 Mandiri 2,62% 95,69% BTN 3,15% 109,54% Rata-Rata 2,40% 96,07% 2. Good Corporate Governance (GCG) Berikut hasil self asssessment yang dilakukan oleh masing-masing bank umum BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015: Tahun Bank BUMN GCG BRI 1,29 BNI 2 2013 Mandiri 2 BTN 3
2014 2015 Rata-Rata 2,07 BRI 1,14 BNI 2 Mandiri 2 BTN 2 Rata-Rata 1,78 BRI 1,17 BNI 2 Mandiri 2 BTN 2 Rata-Rata 1,79 3. Rentabilitas (Earnings) Berikut hasil perhitungan rasio ROA dan NIM masing-masing Bank Umum BUMN tahun 2013-2015: Tahun Bank BUMN ROA NIM 2013 BRI 4,74% 8,50% BNI 3,13% 6,00% Mandiri 3,52% 5,61% BTN 1,76% 5,32% Rata-Rata 3,29% 6,36% 2014 BRI 4,32% 8,13% BNI 3,37% 6,31% Mandiri 3,28% 5,60% BTN 1,12% 4,50% Rata-Rata 3,02% 6,13% 2015 BRI 3,92% 7,90% BNI 2,48% 6,14% Mandiri 2,99% 5,51%
BTN 1,60% 4,72% Rata-Rata 2,75% 6,07% 4. Permodalan (Capital) Berikut hasil perhitungan rasio CAR masing-masing bank umum BUMN tahun 2013-2015. Tahun Bank BUMN CAR BRI 16,99% BNI 15,09% 2013 Mandiri 14,93% BTN 15,62% Rata-Rata 15,66% BRI 18,31% BNI 16,22% 2014 Mandiri 16,60% BTN 14,63% Rata-Rata 16,44% BRI 20,59% BNI 19,49% 2015 Mandiri 18,60% BTN 16,97% Rata-Rata 18,91% 5. Kodifikasi Metode RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital) Berikut Peringkat Komposit Bank umum BUMN Metode RGEC Pada Tahun 2013-2015: Tahun Komponen Rasio Nilai Kriteria Kriteria Ket PK Faktor 1 2 3 4 5 Risk Profile NPL 2,36% S 2013 LDR 92,75% CS S GCG GCG 2,07 S S SS Earnings ROA 3,29% SS SS
NIM 6,36% SS Capital CAR 15,66% SS SS Nilai Komposit 30 15 8 3 - - (26/30)*100%= 86,67% Risk Profile NPL 2,28% S 2014 LDR 93,15% CS S GCG GCG 1,78 S S Earnings ROA 3,02% SS SS SS NIM 6,13% SS Capital CAR 16,44% SS SS Nilai Komposit 30 15 8 3 - - (26/30)*100%= 86,67% Risk Profile NPL 2,40% S 2015 LDR 96,07% CS S GCG GCG 1,79 S S Earnings ROA 2,75% SS SS SS NIM 6,07 % SS Capital CAR 18,91 % SS SS Nilai Komposit 30 15 8 3 - - (26/30)*100%= 86,67% Ket : SS (Sangat Sehat), S (Sehat), CS (Cukup Sehat), KS (Kurang Sehat) Hasil Analisis 1. Analisis terhadap Penilaian Profil Risiko (Risk Profile) Secara umum di lihat dari hasil rata-rata nilai NPL Bank Umum BUMN berada dalam kategori sehat. Pada ketiga Bank Umum BUMN yaitu bank BNI, Mandiri dan BTN memiliki predikat sehat karena hasil perhitungan NPL berada pada peringkat 2 dengan kriteria NPL lebih dari 2% (persen) dan dibawah batas maksimum 5% (persen) sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017. Semakin kecil nilai NPL maka dapat di ketahui bahwa semakin baik kinerja bank dalam memilih calon-calon peminjam dan jumlah kredit kurang lancar,diragukan dan macet semakin sedikithasil rata-rata nilai LDR Bank Umum BUMN berada dalam kategori cukup sehat dengan nilai LDR berada di atas 85% (persen).pada bank BTN selama tahun 2013-2015 berada dalam peringkat 4dengan peringkat kurang sehat hal ini disebabkan perolehan
nilai LDR selalu berada diatas 100% (persen). Hal tersebut dapat menggambarkan kinerja bank dalam hal penyaluran kredit yang sangat kurang dalam hal pengembalian kepada pihak bank yang berdampak menurunnya laba yang di peroleh bank sehingga dapat mempengaruhi kewajiban bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek terhadap pihak lain dalam hal pemanfaatan kredit sebagai sumber likuiditas bank. 2. Analisis terhadap Penilaian Good Corporate Governance (GCG) Secara umum di lihat dari hasil rata-rata nilai GCG Bank Umum BUMN berada dalam kategori sehat dengan nilai GCG berada di atas 1,5 dan di bawah batas maksimum 2,5 sesuai dengan standar yang ditentukan Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/15/DPNP/2013. Selama tahun 2013-2015 terlihat bahwa bank BRI selalu mendapat peringkat 1 dalam kategori sangat sehat karena nilai GCG selalu berada di bawah angka 1,5. Sedangkan bank BTN pada tahun 2013 berada pada peringkat 3 kategori cukup sehat karena nilai GCG berada di atas 2,5. Namun pada tahun 2014-2015 bank BTN mengalami peningkatan dalam hal pelaksanaan GCG sehingga bank BTN memiliki predikat sehat.dapat disimpulkan bahwa penerapan prinsip-prinsip GCG pada Bank Umum BUMN telah sesuai dan berjalan dengan baik. 3. Analisis terhadap penilaian Rentabilitas (Earnings) Secara umum di lihat dari hasil rata-rata nilai ROA Bank Umum BUMN berada dalam kategori sangat sehat dengan nilai ROA berada berada di atas 1,5% (persen) sesuai dengan standar yang ditentukan Bank Indonesia dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03.2017. Namun pada bank BTN di tahun 2014 berada dalam kondisi cukup sehat karena nilai ROA berada di bawah 1,25% (persen) dan di tahun 2015 memperbaiki kemampuan untuk memperoleh laba secara lebih baik dengan memanfaatkan asetnya sehingga berada dalam kondisi sangat sehat. Sedangkan nilai NIM secara umum di lihat dari hasil rata-rata nilai NIM Bank Umum BUMN berada dalam kategori sangat sehat dengan nilai NIM berada berada di atas 3% (persen) sesuai dengan standar yang ditentukan Bank Indonesia dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03.2017. Dari hasil tersebut dapat diketahui pada tahun 2013-2015 Bank Umum BUMN mempunyai kemampuan
manajemen yang sangat baik dalam mengelola aktiva produktif dalam memperoleh pendapatan bunga bersih bank. 4. Analisis terhadap Penilaian Permodalan (Capital) Secara umum di lihat dari hasil rata-rata nilai NIM Bank Umum BUMN berada dalam kategori sangat sehat dengan nilai CAR berada berada di atas 11% (persen) sesuai dengan standar yang ditentukan Bank Indonesia yaitu bank wajib mempunyai total modal paling kurang 8% (persen) dari ATMR. Dari hasil tersebut dapat diketahui pada tahun 2013-2015 Bank Umum BUMN mempenyai kemampuan yang sangat baik dan memenuhi Kewajiban Penyediaan Modal (KPMM) sertadalam hal pemberian kredit yang besar dan dapat meminimalisasi bila terjadi kerugian operasional bank. 5. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, dan Capital) Secara umum penilaian tingkat kesehatan Bank Umum BUMN pada keempat bank yaitu Bank BRI,BNI, Mandiri dan BTN pada tahun 2013-2015 dengan metode RGEC dengan menilai faktor Risk Profile, Good Corporate Governance, dan Capital menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016 di dukung oleh Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03.2017 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 bahwa selama tahun tersbut Bank Umum BUMN berada pada peringkat komposit 1 (PK-1) dengan kriteria sangat sehat. Dalam Lampiran II SE OJK No 14/SEOJK.03/2017 sesuai Matriks Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank bahwa bank yang berada pada nilai komposit 1 mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lain tercermin dari peringkat faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan Tata Kelola (GCG), rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Dalam hal terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan.
Namun terlihat pada hasil nilai LDR selama tiga tahun tersebut bahwa secara umum semua Bank Umum BUMN selalu memilki nilai LDR yang cukup sehat karena di atas 85% (persen) melewati batas maksimum kriteria sehat yaitu di bawah 85% (persen). Hal ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, yang disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Oleh karena itu penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada pihak nasabah harus lebih selektif dalam menyeleksi nasabah penerima kredit agar pihak bank dapat memenuhi kewajibannya. Semakin besar nilai deposit atau simpanan masyarakat dalam suatu bank maka di bandingkan penyaliuran dana dalam bentuk kredit berdampak baik terhadap penurunan nilai LDR.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum BUMN di nilai Profil Risiko (Risk profile) menggunakan dua indikator yaitu faktor risiko kredit dengan menggunakan rasio NPL dan risiko likuiditas dengan rasio LDR selama tahun 2013-2015 berada dalam kondisi yang sehat. 2. Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum BUMN di nilai Good Corporate Governance (GCG) Bank Umum BUMN pada tahun 2013-2015 berada dalam kondisi sehat. 3. Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum BUMN di nilai Rentabilitas (Earnings) Bank Umum BUMN menggunakan dua rasio yaitu ROA dan NIM selama tahun 2013-2015 berada dalam kondisi sangat sehat. 4. Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum BUMN di nilai Permodalan (Capital) Bank Umum BUMN selama tahun 2013-2015 berada dalam kondisi sangat sehat. 5. Penilaian tingkat kesehatan Bank Umum BUMN dilihat dari aspek RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital) selama tahun 2013-2015 sangat sehat. Saran 1. Dalam menilai Risk Profile peneliti hanya menggunakan 2 (dua) risiko dari 8 (delapan) risiko yaitu risiko kredit dan risiko likuiditas. Kemudian ada 6 (enam) risiko lainnya yaitu risiko pasar,risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik,risiko kepatuhan, dan risiko reputasi tidak peneliti gunakan merupakan penjelasan kualitatif yang tidak dapat di hitung dan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi keseluruhan peniliaian untuk menilai Risk Profiledari semua risiko yang ada. 2. Bank Umum BUMN harus senantiasa memperbaiki kinerja dan mempertahankan kesehatan untuk kedepannya. Terutama pada aspek Risk Profile dalam hal risiko
likuiditas dalam perhitungan LDR yang masih berada dalam kategori cukup sehat secara keseluruhan.dan khusus untuk bank BTN yang berada dalam kriteria kurang sehat. Kesehatan bank akan berpengaruh dengan kepercayaan nasabah, masyarakat dan para pemegang saham serta berbagai pihak yang terkait.