BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanam di Malang mempunyai nama Apel Malang. Buah dan sayur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. gaya makanan junk food dan fast food yang tren di tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

FORMULIR A INFORMED CONSENT

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. positif, istirahat dan rekreasi yang cukup (Rusilanti, 2007).

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan optimal adalah dengan mengatur makanan yang dikonsumsi karena tidak jarang penyakit timbul akibat ketidakseimbangan makanan. Kelebihan atau kekurangan zat gizi yang dibutuhkan tubuh bisa berdampak negatif bagi kesehatan. Selain makanan, beberapa faktor yang memengaruhi kesehatan adalah gaya hidup, olahraga, sinar matahari, cara berfikir positif, istirahat, dan rekreasi yang cukup (Rusilanti, 2007). Gizi dan kesehatan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik, diperlukan asupan gizi yang baik pula. Asupan gizi yang baik tidak akan terpenuhi tanpa makanan yang sehat, yaitu makanan yang mengandung semua zat-zat gizi dan zat-zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan mengandung zat-zat gizi dan nongizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memeroleh energi serta digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan. Makanan semakin beragam, baik dalam hal rasa, penampilan maupun penyajian. Selain itu, pola makan manusia juga mengalami perubahan. Berbagai bahan pangan mengalami proses pengolahan, pengawetan, dan penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin menjamur dimana-mana. Umumnya fast food mengandung gula dan lemak tinggi, tetapi kandungan seratnya rendah. Kebiasaan mengonsumsi fast food yang berlebihan 1

2 dan tidak dikombinasikan dengan buah dan sayuran segar sebagai sumber serat telah memicu munculnya berbagai macam penyakit (Wirakusumah, 2007). Makanan sangat penting bagi tubuh. Secara umum, makanan adalah bahan alamiah yang menjadi sumber kalori atau bahan-bahan yang diperlukan untuk berlangsungnya proses-proses kehidupan. Jenis makanan yang dikonsumsi tubuh akan memengaruhi kesehatan, selain menyehatkan, makanan juga berfungsi untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh, serta peningkat daya tahan tubuh (Rozaline, 2006). Tubuh membutuhkan berbagai zat gizi untuk mempertahankan kesehatan. Selain zat gizi makro ( karbohidrat, protein, dan lemak) tubuh juga membutuhkan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) dan fitokimia (seperti flavonoid, inositol, gluthation, dan quercetin). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tubuh memerlukan makanan sehat dan seimbang yang diperoleh dari beragam bahan makanan, baik bahan makanan hewani maupun bahan makanan nabati (Rusilanti, 2007). Makanan sehat dan seimbang juga dijelaskan oleh Rozaline (2006), bahwa pola makan yang dianggap baik dan dapat menunjang kesehatan adalah pola makan seimbang dan harus bervariasi dari hari ke hari. Pedoman makan seimbang digambarkan sebagai tumpeng gizi seimbang. Dasar tumpeng adalah karbohidrat, berupa nasi, kentang dan roti. Diatasnya adalah buah dan sayur sebagai sumber vitamin dan mineral. Ditingkat selanjutnya adalah lauk sumber protein, baik yang hewani dan nabati, seperti ikan, ayam, daging, tahu, tempe dan kacang-kacangan, serta susu atau keju. Puncak dari tumpeng diduduki oleh minyak dan gula yang digunakan secukupnya.

3 Salah satu bagian dalam tumpeng gizi seimbang adalah perlunya mengonsumsi buah dan sayuran yang dibutuhkan tubuh. Ahli gizi menyarankan untuk mengonsumsi 5 porsi buah dan sayuran dalam sehari. Artinya 3 porsi sayur (+400 gram) dan 2 porsi buah (+ 250 gram). Buah dan sayuran memiliki kalori yang cukup rendah, tetapi kaya akan serat, antioksidan, vitamin dan mineral. Buah dan sayuran juga dapat bermanfaat untuk menghentikan tumbuhnya bakteri, melindungi dari infeksi, menjaga pertahanan tubuh, menurunkan kadar gula darah, dan mencegah kolesterol di dalam tubuh (Jusup, 2007). Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan dengan sampel 75.000 rumah tangga, pada Maret 2013 penduduk Indonesia mengonsumsi 35,65 kilogram buah-buahan perkapita pertahun dan 34,96 kilogram sayur-sayuran perkapita pertahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tingkat konsumsi sayuran masyarakat dunia, seperti Cina (270 kilogram per kapita per tahun), Singapura (120 kilogram per kapita per tahun), Myanmar (80 kilogram per kapita per tahun), Vietnam (75 kilogram per kapita per tahun), Filipina (55 kilogram per kapita per tahun), India (50 kilogram per kapita per tahun), dan Malaysia (49 kilogram per kapita per tahun) (Hariani, 2010). Pentingnya mengonsumsi buah dan sayur nyatanya masih kurang disadari oleh penduduk Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013, mengumpulkan data konsumsi sayur dan buah rakyat Indonesia dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari dan hasilnya proporsi rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau

4 buah adalah 93,5 persen. Rendahnya konsumsi sayur dan buah masyarakat mengakibatkan penyakit pencernaan dan sembelit yang bisa fatal bagi kesehatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan secara keseluruhan hanya 5,5% penduduk umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran WHO di Sumatera Utara. Penduduk Provinsi Sumatera Utara pada usia remaja (15-24 tahun) hanya 5,4% yang mengonsumsi sayur dan buah sesuai anjuran. Di Sumatera Utara secara keseluruhan kecukupan konsumsi buah dan sayur masih sangat rendah seperti di kabupaten Nias Selatan (0,1%), Nias (0,4%), Simalungun (0,8%), Tapanuli Tengah (0,9%) dan Kota Sibolga (0,8%). Sedangkan kecukupan makanan buah dan sayur sudah tinggi (di atas 10 persen) diantara yang lain adalah Kabupaten Dairi (15,9%) dan Kota Binjai (10,7%). Sedangkan Kota Medan sendiri hanya 5,4% dari penduduk umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan yang dianjurkan WHO. Oleh karena itu, konsumsi buah dan sayur ini perlu diperhatikan khususnya pada mahasiswi. Mahasiswi termasuk remaja akhir menuju dewasa awal. Jika dilihat dari segi kesehatan, masa remaja merupakan masa yang paling sehat selama kehidupan. Mahasiswi adalah kalangan muda yang berumur 18-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa (Fitriana, 2011). Mahasiswi perlu mendapat perhatian yang besar karena kualitas sumberdaya manusia masa datang ditentukan oleh kualitas generasi muda masa kini sehingga untuk menunjang tercapainya kualitas tersebut diperlukan zat gizi yang seimbang serta aktivitas yang padat dan kehidupan sosial pada mahasiswi sangat memengaruhi

5 perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari seperti makan yang tidak teratur, tidak sarapan pagi atau bahkan tidak makan siang serta sering mengonsumsi jajanan. Mahasiswi sangat dianjurkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang terdapat di dalam sayur dan buah. Kebutuhan beberapa vitamin dan mineral pada mahasiswi lebih besar daripada mahasiswa. Mahasiswi mengalami menstruasi, sehingga kebutuhan zat besi meningkat secara drastis. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa. Mahasiswi umumnya juga mengalami kekurangan zat besi, kalsium, dan vitamin A. Di samping itu, juga kekurangan vitamin B6, seng, asam folat, vitamin D, dan magnesium dalam diet sehari-hari (Sumanto, 2009). Oleh karena itu, konsumsi sayur dan buah yang tinggi vitamin dan mineral perlu diperhatikan khususnya pada mahasiswi yang tinggal di asrama. Mahasiswi yang berdomisili di asrama terlepas dari perhatian orang tua dan mempunyai kemandirian dalam menentukan makanan yang mereka konsumsi. Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi, salah satunya defisiensi berbagai jenis vitamin. Disamping itu kebiasaan makan dan pola konsumsi remaja pada umumnya menginginkan makanan yang serba praktis tanpa memperdulikan kesehatan dirinya, yang apabila hal ini berlangsung lama maka akan berdampak pada prestasi belajar dan kualitas lulusan Universitas (Elnovriza, 2013 ). Menurut Wulansari (2009), Remaja memerlukan energi dan zat gizi seperti protein, kalsium, seng, besi, vitamin, dan serat untuk mencegah terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya yang dapat memengaruhi kebiasaan makan termasuk jenis makanan yang dikonsumsi.

6 Kecenderungan remaja saat ini adalah mengonsumsi fast food yang banyak mengandung lemak. Kecenderungan ini selain karena remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan khususnya teman sebaya, juga disebabkan pengaruh iklan dan persepsi pada diri remaja bahwa fast food merupakan makanan yang dianggap memiliki nilai gengsi yang tinggi, sehingga mereka berharap dapat diterima di lingkungan pergaulannya. Menurut hasil penelitian Fitri (2011) mengenai tingkat konsumsi fast food dikalangan remaja, seluruh responden sebanyak 60 orang mengonsumsi fast food dalam 1 bulan terakhir. Frekuensi konsumsi fast food terbanyak berada pada frekuensi 1-3 kali sebulan dengan proporsi 46,7% pada remaja dengan status gizi lebih dan 63,4% pada remaja dengan status gizi normal. Sebanyak 20.0% remaja berstatus gizi lebih dan 13,3 % remaja berstatus gizi normal mengonsumsi fast food pada frekuensi 3-5 kali seminggu. Jenis fast food terbanyak yang dikonsumsi dalam waktu 1 bulan terakhir adalah french fries dan fried chicken. Fried chicken merupakan makanan favorit di kalangan remaja termasuk mahasiswa. Dalam penelitian Suryanti, dkk (2013) pada mahasiswa obesitas di Universitas Hasanuddin, fried chicken merupakan jenis fast food yang sering dikonsumsi responden dengan frekuensi 1x/minggu. Selain fast food, mengonsumsi minuman berkarbonasi atau soft drink merupakan bagian dari gaya hidup remaja saat ini. Menurut penelitian Siregar, dkk (2013) pada remaja SMA di kota Medan, remaja yang mengonsumsi minuman berkarbonasi atau soft drink rata-rata dilakukan dengan frekuensi lima kali dalam

7 seminggu sementara pengetahuan remaja tentang minuman berkarbonasi sebagian besar sudah dalam kategori baik. Kebiasaan remaja yang suka mengonsumsi fast food dan soft drink berdampak pada rendahnya asupan serat seperti rendahnya konsumsi sayur dan buah terutama pada mahasiswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elnovriza (2013) di asrama mahasiswa Universitas Andalas, hanya 20,8% mahasiswa mengonsumsi sayur setiap hari dan 51,5% mahasiswa jarang mengonsumsi buah (< 1 kali seminggu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan pola konsumsi remaja yang menginginkan makanan yang serba praktis tanpa memperdulikan kesehatan dirinya. Amalia (2008) juga melakukan penelitian mengenai konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa TPB-IPB yang menyatakan bahwa konsumsi sayur dan buah dikalangan mahasiswa TPB-IPB masih sangat rendah yaitu 3,4 kali dalam seminggu untuk konsumsi sayuran dan 2,5 kali dalam seminggu untuk konsumsi buah-buahan. Terlihat juga bahwa lebih sering mahasiswa mengonsumsi sayuran dibandingkan buah-buahan karena sayuran umumnya dikonsumsi bersamaan dengan nasi sebagai pauk, sedangkan buah-buahan dikonsumsi sebagai makanan selingan sehingga harus mengeluarkan uang saku tersendiri. Konsumsi sayur dan buah juga diteliti oleh Gustiara (2012) yang menyatakan konsumsi sayur dan buah pada remaja SMA masih sangat rendah atau dengan kata lain remaja masih mengonsumsi sayur dan buah dalam jumlah yang masih sedikit. Dari hasil penelitian ini, hanya 35,40% remaja yang mengonsumsi sayur sesuai

8 anjuran yaitu 200 gram/hari per orang dan 38,50% remaja yang mengonsumsi buah sesuai anjuran, yaitu 300 gr/hari per orang. Penyebab konsumsi sayur dan buah rendah dikarenakan seseorang memiliki perilaku yang kurang baik. Perilaku yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003). Salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumsi seseorang adalah tingkat pengetahuan gizinya. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik, diharapkan akan memiliki pola konsumsi yang baik dan benar pula. Selain itu diharapkan dapat memilih pangan yang bernilai gizi tinggi dan mencukupi kebutuhan tubuhnya. Menurut penelitian Ginting (2003) pada mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non kesehatan, sebesar 72,9% mahasiswa kesehatan memiliki pengetahuan gizi pada kategori baik dan 27,1% untuk kategori sedang sedangkan pengetahuan gizi pada mahasiswa non kesehatan terdapat 62,9% yang tergolong pada kategori baik dan 37,1% tergolong dalam kategori sedang. Tingkat pengetahuan gizi juga diteliti oleh Rahmah (2006) pada mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, pengetahuan gizi mahsiswa pangan dan gizi sebesar 70% berada dalam kategori tinggi dan pengetahuan gizi mahasiswa non pangan dan gizi hanya 23,3% yang berada dalam kategori tinggi serta 70% berada pada kategori sedang. Hasil uji statistik menyatakan adanya perbedaan yang nyata antara pengetahuan gizi mahasiswa pangan dan gizi dan mahasiswa non pangan dan gizi. Selain tingkat pengetahuan gizi, faktor lain yang dapat memengaruhi perilaku konsumsi seseorang adalah sikap. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik juga diharapkan dapat memiliki sikap yang baik terhadap pola konsumsi. Menurut

9 penelitian Gustiara (2012) pada remaja, didapatkan bahwa seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai sayuran dan buah yaitu sebesar 100%, tetapi untuk sikap responden terhadap sayuran dan buah, masih ada beberapa responden yang memiliki tingkat sikap yang kurang. Responden paling banyak terdapat pada sikap tingkatan baik yaitu sebesar 97,9% dan diikuti sikap tingkat sedang dan tingkat kurang masing-masing 1,0%. Asrama putri yang terletak di Jalan Universitas merupakan tempat yang banyak dipilih mahasiswi sebagai tempat tinggal. Hal ini karena lokasinya dekat dengan kampus dan biaya sewanya relatif murah. Mahasiswi yang tinggal di asrama putri USU ini seluruhnya berasal dari luar kota Medan. Asrama putri memiliki kantin yang terletak di dalam dan di depan asrama. Kantin ini banyak menjual berbagai masakan sayuran dan berbagai jenis jus buah-buahan yang dapat dibeli mahasiswi. Asrama putri juga dekat dengan pasar tradisional yang menjual berbagai macam sayur dan buah. Oleh karena itu, mahasiswi yang tinggal di asrama putri dapat mengonsumsi sayur dan buah karena dapat dengan mudah memeroleh berbagai jenis sayur dan buah sesuai keinginan dan kebutuhan mahasiswi. Hal ini berbeda dengan hasil survei pendahuluan yang dilakukan, terdapat beberapa mahasiswi jarang mengonsumsi sayuran dan apabila mengonsumsi sayuran hanya pada waktu makan siang, sedangkan waktu sarapan dan makan malam hanya mengonsumsi lauk tanpa sayur. Konsumsi buah mahasiswi juga hanya pada siang hari dikarenakan kebanyakan mahasiswi membeli buah dari penjual rujak yang berada di sekitar kampus dan asrama yang hanya berjualan pada siang hari. Dari hasil survey pendahuluan pada

10 beberapa mahasiswi juga didapat bahwa mahasiswi yang tinggal di asrama putri sering mengalami konstipasi dan sariawan. Mahasiswi kesehatan merupakan mahasiswi yang telah mendapatkan pengetahuan gizi dari bangku perkuliahan dan sedikit banyaknya telah mengetahui manfaat sayur dan buah untuk kesehatan. Sedangkan mahasiswi non kesehatan tidak mendapatkan pengetahuan gizi dari bangku perkuliahan tetapi bukan berarti mereka tidak memiliki pengetahuan tentang sayur dan buah karena bisa saja mereka mendapatkan informasi dari media cetak, media elektronik, media massa dan sumbersumber lainnya. Pengetahuan gizi yang diperoleh mahasiswi kesehatan dan non kesehatan tersebut dapat memengaruhi sikap dan tindakan mereka dalam mengonsumsi sayur dan buah. Penelitian mengenai pengetahuan gizi pada mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non kesehatan USU sudah pernah dilakukan pada tahun 2002 tetapi penelitian mengenai perilaku konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan di asrama putri USU belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, hal ini perlu mendapat perhatian dan perlu diteliti lebih lanjut. 1.2. Perumusan Masalah Bagaimana perilaku konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan di Asrama Putri USU. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perilaku konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan di Asrama Putri USU.

11 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi mahasiswi kesehatan dan non kesehatan mengenai sayur dan buah. 2. Untuk mengetahui sikap mahasiswi kesehatan dan non kesehatan mengenai sayur dan buah. 3. Untuk mengetahui jenis sayur dan buah yang dikonsumsi mahasiswi kesehatan dan non kesehatan. 4. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan non kesehatan. 5. Untuk mengetahui jumlah konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan non kesehatan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi pembuatan program gizi dengan sasaran remaja untuk memperbaiki konsumsi pangan khususnya buah dan sayur. 2. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi seluruh mahasiswa terutama mahasiswi yang tinggal di asrama tentang pentingnya konsumsi sayur dan buah.