EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Kubis (Brassica oleracea var. capitata f. alba) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016;

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BINAHONG

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DENGAN METODE DISK DAN SUMURAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP Escherichia coli DAN Bacillus subtilis SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

ABSTRAK. EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) TERHADAP Enterococcus faecalis

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

3. METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum americanum) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

JoH Volume 4 Nomor 1 Januari 2017

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

JFL Jurnal Farmasi Lampung Vol. 6. No. 2 Desember 2017

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

ABSTRAK. AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH DAN PARUTAN LIDAH BUAYA TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

UJI EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN PUTRI MALU (MIMOSA PUDICA DUCHAAS & WALP) SECARA IN VITRO

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: Staphylococcus aureus, buah andaliman, antibakteri.

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus PADA MEDIA PEMBENIHAN DIFUSI

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV METODE PENELITIAN. Merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan completely. rendomized posttest only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA PUTIH TELUR DARI BEBERAPA JENIS UNGGAS TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF SKRIPSI CHAIRUL

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

Transkripsi:

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO Siti Fatimah, Yuliana Prasetyaningsih, Aris Munandar STIKes Guna Bangsa Yogyakarta siti_fatimah@gunabangsa.ac.id, yulianaprasetya@gmail.com, ariz_generasyblue@yahoo.com ABSTRACT Sauropus green (Sauropus adrogynus L.) is a plant that contains vitamins A, B, C, protein, fat, and minerals. Sauropus green leaf extract can also be used as an antibiotic that can inhibit the growth of gram-positive bacteria. Bacteria which can be inhibited by Sauropus green leaf extract (Sauropus androgynus L.) is Staphylococcus aureus.this study used an experimental research and diffusion method. The results obstained inhibition zones at concentrations 60%, 80% and 100% with an average value of 8.3 mm, 9.6 mm and 12.6 mm. While at a concentration of 20% to 40% showed no inhibition zone with an average value of 0.0 mm. The results of descriptive statistical tests through the program SPPS 17 of 15 concentration data growth inhibition zone diameter of Staphylococcus aureus bacteria standard deviation of 5.39. There is an effect on some Sauropus green leaf extract concentrations (Sauropus androgynus L.) inhibit the growth of Staphylococcus aureus at a concentration of 60%, 80% and 100% can inhibit the growth of Staphylococcus aureus. At concentrations of 20% and 40% no effect inhibiting the growth of Staphylococcus aureus bacteria. Keywords: diffusion method, sauropus green leaf extract, inhibition zone. PENDAHULUAN Luka adalah kerusakan pada struktur anatomi kulit yang menyebabkan terjadinya gangguan kulit. Contoh yang paling mudah jika jari tangan kita tersayat oleh pisau, maka luka yang timbul akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada kulit sehingga kulit tidak lagi dapat melindungi struktur yang ada di bawahnya. Infeksi pada luka dapat terjadi jika luka terkontaminasi oleh debu atau bakteri, hal ini disebabkan karena luka tidak dirawat dengan baik. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi pada kulit luka yaitu bakteri Staphylococcus aureus. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Bakteri ini menghasilkan nanah oleh sebab itu bakteri disebut bakteri piogenik. Untuk mengurangi resiko infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus adalah dengan mengembalikan fungsi dari bagian tubuh yang terluka, mengurangi resiko terjadinya infeksi dan meminimalkan terbentuknya bekas luka. Caranya dengan melakukan beberapa tindakan dasar seperti mencuci tangan, membersihkan luka, membersihkan kulit di sekitar luka, menutup luka, mengganti perban sesering mungkin dan pemakaian gel yang mengandung antibiotik (Depkes RI, 1989). Penggunaan obat yang tidak rasional adalah penggunaan obat yang tidak sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan dosis yang tidak sesuai. Dampak penggunaan obat yang tidak rasional dan penggunaan antibiotik yang berlebihan menyebabkan perubahan ekologi bakteri dan menimbulkan resistensi bakteri (Hariana, 2004). Resistensi terhadap antibiotik adalah perubahan kemampuan bakteri hingga menjadi kebal terhadap antibiotik. Bakteri ini resisten terhadap penisilin, oksasilin, dan antibiotik beta laktam lainnya. Persentase alur Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap metisilin (MRSA) cukup tinggi di Asia sedangkan persentase Staphylococcus aureus yang resisten terhadap siprofloksasin mencapai 37%. Golongan Staphylococcus memiliki enzim betalaktamase yang dapat memecah cincin beta-laktam pada antibiotik tersebut dan membuatnya menjadi tidak aktif (Junaidin dan Admin, 2007). Daun katuk diyakini oleh masyarakat memiliki manfaat yang dapat memperbanyak Air Susu Ibu (ASI), mengatasi sembelit dan dapat mengatasi infeksi yang diakibatkan oleh bakteri gram positif karena di dalam daun katuk tersebut diduga mengandung antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Salah satu kandungan yang diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yaitu tanin. Karena tanin itu sendiri diduga

mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri dan sitensis protein sel bakteri gram positif (Santoso, 2008). Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah zat aktif yang terkandung di dalam daun katuk dapat menghambat bertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif peningkatan kasus resistensi Staphylococcus aureus terhadap antibiotik dan dapat dijadikan pengobatan alternatif infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ekstrak daun katuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.tujuan khususnya mengetahui zona penghambatan bakteri Staphylococcus aureus setelah pemberian ekstrak daun katuk dengan menggunakan metode difusi agar sumur dengan mengukur diameter zona terang (Clear zone). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan ini adalah jenis penelitian eksperimental nyata, karena penelitian memberikan intervensi atau memberikan perlakuan. Penelitian dilakukan dalam kondisi laboratorium sehingga semua variabel pengganggu dapat dikendalikan. Desain penelitian ini menggunakan desain one-short case study dimana penelitian melakukan pengamatan setelah melakukan intervensi terhadap sampel. Prosedur penelitiannya: 1.Pembuatan simplisia tanaman katuk a. Daun katuk dipetik satu persatu dari pucuk atas sampai daun yang kelima dan sebanyak 2 kg b. Daun dicuci dengan air bersih. c. Dikeringkan dalam oven maksimal 160 0 C sampai daun tersebut kering selama 24 jam 2.Pembuatan ekstrak daun katuk Ekstrak daun katuk dilakukan dengan menggunakan teknik rotory vacuum evaporator : a. Ditimbang simplisia daun katuk sebanyak 500 gram. b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. c. Simplisia daun katuk (Souropus androgunus L.) dimaserasi dalam etanol 70% selama 3 x 24 jam dalam suhu kamar. d. Kemudiaan larutan etanol yang dihasilkan disaring menggunakan glass wool kemudian diuapkan dengan rotory vacuum evaporator sehingga dihasilkan ekstrak murni 100% daun katuk (Souropus androgunus L.) sebanyak 50 ml 3. Pengenceran ekstrak daun katuk (Souropus androgunus L.) a. Disiapkan 5 tabung reaksi berserta raknya b. Tabung pertama diisi 1 ml ekstrak daun katuk tidak ditambah Poly ethylene glicol, konsentrasi 100% c. Tabung ke dua diisi 0,8 ml ekstrak daun katuk ditambah 0.2 ml Poly ethylene glicol, konsentrasi 80% d. Tabung ke tiga diisi 0,6 ml ekstrak daun katuk ditambah 0,4 ml Poly ethylene glicol, konsentrasi 60% e. Tabung ke empat diisi 0,4 ml ekstrak daun katuk ditambah 0,6 ml Poly ethylene glicol, konsentrasi 40% f. Tabung ke lima diisi 0,2 ml ekstrak daun katuk ditambah 0,8 ml Poly ethylene glicol, konsentrasi 20% 4. Uji daya antibakteri ekstrak daun katuk a. Penanaman bakteri pada media MHA (Muller Hinton Agar) Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi kuman kumudian ditekan-tekan pada dinding tabung sehingga tidak terlalu basah, kemudian dioleskan pada permukaan media MHA hingga rata, selanjutnya pada setiap petri dibuat 2 sumuran menggunakan perforator yang terlebih dahulu dipanaskan, masing-masing sumuran diameternya 5 mm dan ketebalan media 4 mm. b. Mengisi ekstrak daun katuk 1. Pada setiap lubang sumuran diberi 100 µl ekstrak daun katuk sehingga tiap-tiap lubang berisi larutan percobaan yang berlainan pengencerannya dan dilakuan pengulangan sebanyak 3x 2. Diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam.

3. Kontrol Bahan yang digunakan sebagai kontrol yaitu poly ethylene glycol (PEG) 5% dan Amoksisilin. Kontrol (-) negatif menggunakan (PEG) 5%. Poly ethylene glycol dipipet menggunakan mikro pipet sebanyak 100 µl, kemudian dimasukkan ke dalam sumuran. Kontrol (+) positif menggunakan Amoksisilin Amoksisilin ditempel pada media pertumbuhan bakteri uji kemudian diinkubasi menggunakan inkubator selama 24 jam suhu 37 0 C 4. Hasil Hasil pengujian diperoleh dengan melihat zona hambat di sekitar sumuran kemudian diukur menggunakan penggaris mm. 5. Analisis Data Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 17. Untuk melihat apakah ada perbedaan zona hambat yang terbentuk maka dilakukan dengan uji ANOVA (analysis of varian). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) sebagai bahan uji dan menggunakan media Muller Hinton Agar yang merupakan media yang biasa digunakan dalam uji antibakteri dimana semua bakteri dapat hidup dalam media tersebut. Metode uji antibakteri yang digunakan adalah metode difusi sumuran agar. Hasil penelitian ini berupa zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan adanya zona jernih sekitar lubang sumuran. Zona jernih tersebut diukur dengan menggunakan penggaris dalam satuan millimeter (mm). Hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2 1 2 3 4 5 Gambar 1. Zona hambat ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media Muller hinton agar dengan sumuran yang berisi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) 100% (1); 80% (2); 60% (3); 40% (4); 20% (5).

1 2 Gambar 2. Hasil uji kontrol positif (1) dengan Amoksisilin dan kontrol negatif (2) dengan Poly ethylene glycol 5%. Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pengulangan Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (mm) Konsentrasi 100% 80% 60% 40% 20% Plate 1 13 10 9 5 5 Plate 2 13 10 8 5 5 Plate 3 12 9 8 5 5 Jumlah 38 29 25 15 15 Rata-rata 12,6 9,6 8,3 5 5 Berdasarkan data pada Tabel 1. Menunjukan bahwa beberapa konsentrasi dari ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) memiliki efektifitas terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dapat diamati berdasarkan pengukuran zona hambat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus aureus pada media Muller hinton agar. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L), maka semakin besar pula zona hambatan yang terbentuk, yang berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) semakin besar pula pengaruhnya dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang dapat dilihat dengan bertambah luasnya zona hambat. Kuatnya pengaruh ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus juga dapat ditunjukkan pada gambar 3 Plot Rata-Rata Gambar 3. Grafik Plot Rata-rata uji efektifitas ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) terhadap pertumbuhan bakteri Stphylococcus aureus.

Hasil uji statistik deskriptif melalui program SPPS 17 dari data hasil pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus menggambarkan bahwa terdapat 15 data konsentrasi diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter minimum 5.0 mm, diameter maksimum 13.0 mm, nilai rata-rata 8,13 dan standar deviasi 3,04, serta terdapat 15 data konsentrasi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) dengan konsentrasi minimum 20% konsentrasi maksimum 100%, nilai rata-rata 60,00 dan standar deviasi 31,62. Salah satu asumsi dari uji Anova adalah varians masing-masing kelompok harus sama, yang dibuktikan dengan dilakukan uji homogenitas varians. Pada hasil uji homogenitas varians memperlihatkan bahwa p-value (sig.) dari data penelitian 0.004. Hasil uji statistik selanjutnya adalah hasil uji Anova yang dilakukan untuk mengetahui hipotesis mana yang dapat diterima pada penelitian ini. Pada hasil uji Anova dapat diketahui adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau tidak. Berdasarkan hasil uji Anova yang telah dilakukan didapatkan nilai F=159,66 dengan nilai p-value (sig.)=0,000 atau p<0,001. Hipotesis nol pada uji Anova adalah tidak ada pengaruh antibakteri dari ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan hipotesis alternatifnya adalah pengaruh antibakteri dari ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) terhadap pertumbuhan bakteri Stapylococcus aureus dengan menggunakan α=0,05. Hasil uji banding ganda antar kelompok berbagai konsentrasi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dilakukan melalui uji Post Hoc (Tukey). Pada hasil uji Post Hoc (Tukey) dapat dilihat perbedaan yang bermakna pada α=0.05 yang ditandai dengan (B a ) (Hasil uji Post Hoc (Tukey) dapat dilihat pada (Lampiran 3.). Hasil yang bermakna tersebut merupakan hasil yang nilai p-value (sig.) < dari 0,05 atau lebih kecil dari nilai α. Hasil uji Post Hoc (Tukey) pada data penelitian ini menunjukkan bahwa p-value atau nilai sigifikansi pada setiap konsentrasi lebih kecil dari nilai α, sehingga kesimpulan yang diambil adalah beberapa konsentrasi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) yang diuji pada penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dan bermakna secara statistik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. KESIMPULAN DAN SARAN a.kesimpulan 1. Ada pengaruh beberapa konsentrasi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 2. Konsentrasi 60% sampai 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pada konsentasi 20% dan 40% tidak ada penggaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. b.saran 1. Perlu dilakukan penelitian efektifitas ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) lebih lanjut dengan metode yang berbeda sehingga dapat diketahui konsentrasi paling optimal dari ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus L) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureusi secara In Vitro. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas serta efek samping dalam mengkomsumsi daun katuk terhadap manusia. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 1989, Bakteriologi Klinik Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta. Hariana, A, 2004, Tumbuhan obat dan khasiatnya, Penebar Swadaya, Jakarta. Junaidi dan Admin, 2007, Tanaman katuk gampang ditanam. http://www.,langit-langit.com. Agromedia pustaka, di akses tanggal 13 Desember 2013, Yogyakarta. Santoso, H. B., 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat, Agromedia Pustaka, Cetakan I, Jakarta.