Pujilestari Dosen Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Charlina Ribut Dwi Anggraini

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII.B SMP PGRI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI INDEX CARD MATCH

A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1130 ISSN:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No. 2, ISSN

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh:

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

DILLA AFRIANSYAH NIM. E1R

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

Keywords: Index Card Match, card number, Learning Mathematics

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

59,74 31,79%

PROSIDING ISBN :

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

Pi: Mathematics Education Journal 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS)

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: AENUN NIM.

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL PBL

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

NERACA Jurnal Pendidikan Ekonomi, Mei 2017, Volume 2 Nomor 2 (17-21) ISSN:

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN :


IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Konsep Perbandingan Fungsi Trigonometri melalui Model Pembelajaran Jigsaw di SMA Negeri 8 Kota Jambi

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

Jln. Kalimantan 37, Jember

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 10 Pemangkat

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEHNIK TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X MA NW TERARA PADA MATERI POKOK TRIGONOMETRI

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SEGIEMPAT MELALUI METODE INQUIRY PADA SISWA SMP NEGERI 19 MATARAM Pujilestari Dosen Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram Email : pujilestari966@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi segiempat khususnya persegi panjang dan persegi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 19 Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode Inquiry. Pembelajaran dengan Inquiry memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya sehingga mereka menemukan penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapinya dan akhirnya akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematikanya. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan soal tes kemampuan pemecahan masalah yang diberikan pada tiap akhir siklus. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui metode Inquiry terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah segiempat (persegi panjang dan persegi) siswa kelas VII C SMP Negeri 19 Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan jumlah siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya minimal berkategori tinggi dari 80% pada siklus I meningkat menjadi 94,44% pada siklus II. Pada siklus I dan siklus II diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi mengalami peningkatan, siklus I sebanyak 8 (22,86%) siswa dan pada siklus II sebanyak 24 (66,67%) siswa. Banyak siswa dalam kategori tinggi pada siklus I diperoleh 20 (57,14%) siswa dan pada siklus II sebanyak 10 (27,78%) siswa. Siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya berkategori sedang pada siklus I yaitu sebanyak 7 (20%) siswa kemudian pada siklus II berkurang menjadi 2 (5,6%) siswa. Kata Kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah, Metode Inquiry, Persegi Panjang dan Persegi. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi, informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Sutarto dan Syarifuddin, 2013). Namun dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dan rendahya hasil belajar siswa baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun UN (Budiningsih, 2011). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka banyak strategi, model, pendekatan dan metode pengajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Namun dalam penerapannya, perlu disadari bahwa tidak setiap metode dan pendekatan sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jauhar (2011) yang menyatakan bahwa sebuah proses pembelajaran memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi dan sumber daya, memerlukan juga strategi yang tepat dan efektif. Dari hasil observasi awal dan wawancara dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil mid semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, persentase Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 150

ketuntasan tiap-tiap kelas belum bisa dinyatakan tuntas, karena belum mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85 % karena sebagian besar siswa memperoleh nilai jauh dibawah nilai KKM. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional, akhirnya siswa hanya sebagai objek pembelajaran dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga mereka tidak terlatih berpikir kritis dalam menemukan jawaban sendiri dalam pemecahan masalah matematika dan kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Jadi, berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mencoba menerapkan suatu metode pembelajaran yang dianggap lebih efektif untuk meningkatkan kualitas belajar dan pemahaman khususnya pada materi segiempat. Metode pembelajaran yang dianggap tepat adalah metode Inquiry. Metode Inquiry menekankan pada proses menemukan. Melalui metode Inquiry, siswa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi segiempat. Sehingga pada akhirnya siswa mampu mengerjakan berbagai model soal yang berkaitan dengan segiempat. Metode Inquiry dalam matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa takut siswa terhadap pelajaran matematika. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Class Room Research (CAR). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah tes yang dapat mengukur kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat langkah yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas disebut dengan istilah satu siklus. Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas digambarkan seperti diagram alur berikut: Gambar 1. Modifikasi Diagram Alur PTK Susilo (2010) Penelitian dikatakan berhasil jika Jika terdapat 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kemampuan pemecahan masalah minimal berkategori tinggi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sampai dua siklus, masingmasing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk tes evaluasi. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data dari hasil tes evaluasi tentang kemampuan pemecahan masalah segiempat dengan cakupan materi persegi panjang dan persegi. Adapun hasil yang diperoleh selama penelitian adalah sebagai berikut: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 151

Tabel 1. Rekapitulasi Tingkat KPM Siswa Siklus I dan Siklus II Rentang Nilai Kategori KPM Siklus I Siklus II Persentase Siklus Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat adanya perubahan kearah yang lebih baik dari hasil siklus II dibandingkan dengan siklus I. Dari tes evaluasi siklus I diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berkisar pada kategori sedang hingga sangat tinggi. Dari tes diperoleh hanya 28 siswa dari 35 siswa yaitu 80% dari jumlah siswa yang mengikuti tes memperoleh nilai masalah minimal kategori tinggi. Terdapat 8 siswa dengan kategori kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi dan 20 siswa dengan kategori tinggi sedangkan 7 siswa lainnya masuk kategori sedang. Setelah siklus II dilakukan, terjadi peningkatan. Dari hasil tes evaluasi siklus I diperoleh peningkatan dari 80% menjadi 94,44% jumlah siswa yang memperoleh kemampuan pemecahan masalah minimal berkategori tinggi (kategori tinggi dan sangat tinggi) pada siklus II. Kemudian dari hasil tes siklus I dan siklus II diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai masalah sangat tinggi mengalami peningkatan, siklus I yang hanya 8 siswa atau 22,86% dan pada siklus II menjadi 24 siswa atau 66.67%. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus I diperoleh 20 siswa atau 57,14% dengan I Siklus 80 < nilai 100 Sangat Tinggi 8 24 22,86% 66,67% 60 < nilai 80 Tinggi 20 10 57,14% 27,78% 40 < nilai 60 Sedang 7 2 20% 5.6% 20 < nilai 40 Rendah - - - - 0 < nilai 20 Sangat Rendah - - - - 35 36 100% 100% Rata-rata kelas 73,30 82,29 Jumlah Siswa dengan KPM Minimal Berkategori Tinggi 28 34 80% 94,44% II kemampuan pemecahan masalah berkategori tinggi dan pada siklus II sebanyak 10 siswa atau 27,78%. Siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya berkategori sedang pada siklus I yaitu sebanyak 7 atau 20% siswa kemudian pada siklus II berkurang menjadi 2 atau 5,6% siswa. Proses pembelajaran Inquiry adalah salah satu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan analitis siswa serta melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis dalam menyelesaikan misi penyelidikan masalah yang telah diberikan. Pembelajaran dengan Inquiry memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya sehingga mereka menemukan penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapinya. Namun pada siklus I diperoleh 80% dari jumlah siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya minimal berkategori tinggi, yaitu hanya 28 dari 35 orang siswa yang mengikuti tes evaluasi kemampuan pemecahan masalah. Jika dibandingkan dengan kriteria minimal yang ditetapkan maka pembelajaran pada siklus I belum memenuhi kriteria minimal yang ditetapkan, yaitu siswa yang mendapat skor dengan kemampuan pemecahan masalah minimal berkategori tinggi belum mencapai lebih dari atau sama dengan 85%, maka berarti pembelajaran pada siklus I belum mencapai target. Hal tersebut terjadi karena siswa masih terpengaruh dengan metode yang digunakan oleh gurunya, sehingga siswa terbiasa pasif dan malas-malasan untuk ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Ketika menggunakan metode Inquiry siswa merasa sedikit kebingungan dengan penerapannya. Mereka juga masih belum percaya diri dalam mempresentasikan hasil penyelidikannya. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan tindakan yang diberikan sebagai upaya mengatasi masalah serta kekurangan pada siklus I. Kenyataannya proses pembelajaran pada siklus II terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini buktikan dengan kegiatan belajar mengajar yang cukup lancar dan kondusif. Hampir semua siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, diskusi kelompok telah bejalan dengan baik, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 152

kemudian siswa yang mengalami kesulitan tidak segan langsung menanyakan pada guru mengenai hal-hal yang belum dipahami. Diantara sesama anggota kelompok juga sudah terjalin komunikasi yang baik. Yang terpenting pula siswa percaya diri dalam mempresentasikan hasil penyelidikannya didepan kelas. Sesuai dengan fungsi metode Inquiry menurut Hanafiah dan Suhana (2012) yaitu sebagai berikut. a. Membangun komitmen (commitment building) dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran. b. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. c. Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka (openess) terhadap hasil temuannya. Berdasarkan hasil analisis data siklus II terjadi peningkatan hasil evaluasi kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I. Hal ini terjadi karena hasil telah memenuhi semua kriteria keberhasilan minimal yang telah ditetapkan yaitu 85% siswa dengan kemampuan pemecahan masalah minimal berkategori tinggi. Jumlah siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya minimal berkategori tinggi dalam menyelesaikan soal soal tentang persegi panjang dan persegi meningkat dari siklus I ke siklus II yakni dari 80% menjadi 94,44%. Kemampuan pemecahan masalah merupakan keterampilan yang diperoleh siswa dari belajar matematika, sehingga latihan merupakan hal yang penting agar siswa semakin terampil. Semakin siswa berpengalaman dalam memecahkan beragam masalah, semakin baik pula kemampuan memecahkan masalahnya (Sutarto dan Syarifuddin, 2013). Pada penelitian ini metode Inquiry sangat cocok dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah persegi panjang dan persegi karena metode Inquiry memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya sehingga mereka menemukan penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapinya. Proses pembelajaran Inquiry mengarahkan siswa agar dapat mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan percobaan atau pengamatan, menganalisis, belajar kelompok, mengkomunikasikan hasil pengamatan atau penyelidikannya dan membuat kesimpulan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Melalui metode Inquiry dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah segiempat siswa SMP Negeri 19 Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya minimal berkategori tinggi yaitu dari 80% pada siklus I meningkat menjadi 94,44% pada siklus II. Dari hasil tes siklus I dan siklus II diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai masalah sangat tinggi mengalami peningkatan, siklus I sebanyak 8 siswa atau 22,86% dan pada siklus II menjadi 24 siswa atau 66.67%. Banyak siswa dalam kategori tinggi pada siklus I diperoleh 20 atau 57,14% siswa dan pada siklus II sebanyak 10 siswa atau 27,78%. Siswa yang kemampuan pemecahan masalahnya berkategori sedang pada siklus I yaitu sebanyak 7 atau 20% siswa kemudian pada siklus II berkurang menjadi 2 atau 5,6% siswa. DAFTAR PUSTAKA Budiningsih, C. A. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hanafiah, N., dan Suhana, C. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Kasim, K. M. A., Sutarto, S., Agusfianuddin, A., & Syahrir, S. (2017, December). Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Segitiga Kelas Vii Smpn 2 Pujut. In Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (pp. 271-277). Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 153

Jauhar, M. 2011. Implemetasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Rachman, N. F., Syahrir, S., & Lestari, P. (2015). Penerapan Strategi PQ4R dengan Penilaian Portofolio Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Trigonometri Siswa SMA Negeri 1 Batulayar. Jurnal Media Pendidikan Matematika, 3(2). Susilo. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Sutarto dan Syarifuddin. 2013. Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Samudra Biru. Syahrir, S. P. (2012). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Teams Game Turnamen (TGT) terhadap Motivasi Belajar dan Keterampilan Matematika Siswa SMP (Studi eksperimen di SMP Darul Hikmah Mataram). Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa. Syahrir, S. (2017). Application Of Cooperative Learning Model Index Card Match Type In Improving Student Learning Results On Composition And Composition Functions Of Functions Invers In Man 1 Mataram. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 6(3), 414-420. Syahrir, S., & Kusnadin, K. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar yang Menyenangkan dan Menantang. Jurnal Media Pendidikan Matematika, 1(2). Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 154