HASIL WAWANCARA INFORMAN 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Komunikasi Antarpribadi Pasangan Perkawinan Campuran Etnis Sumba dan Western Pada hakikatnya hubungan

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

Lampiran 1. Panduan wawancara. Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

SAAT TERJADI KONFLIK

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

Bacaan: 1 Korintus 13:1-13

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

It s a long story Part I

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

TIPS MEMBANGUN RUMAH TANGGA YANG HARMONIS DARI KANG MASRUKHAN. Tahukah anda bahwa untuk membangun sebuah Rumah Tangga yang harmonis

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

KISAH DUA SAUDARA ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Keindahan Seni Pendatang Baru

Indonesian Continuers

INSTRUMEN PENCATAT DATA. No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

Berpisah... mudah kau bilang begitu. Kau bilang ini hanya sementara, dan bukan selamanya. Tapi aku tetap tidak rela kau pergi. Di gerbang kampus itu

Kejadian Sehari-hari

Pelajaran 04: MENGATASI KECANDUAN (Bagian 2) Memutuskan Mata Rantai 27 Juli 2013

BAB II PROFIL INFORMAN

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

PEDOMAN WAWANCARA. No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Apakah anda selalu. Pola Keseimbangan. 2. Apakah anda selalu jujur dalam

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN)

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

TRANSKIP DATA OBJEK PENELITIAN KEDUA

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

Kecakapan Antar Personal

BAB IV HASIL PENELITIAN

Di Unduh dari : Bukupaket.com

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

I. Arga ( tentang Dia dan Dia )

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Transkip Wawancara. a. VP Manager department HR & GPA

Pelajaran 02: BERTUMBUH KUAT DALAM YESUS Waktu yang Terbaik 13 Juli 2013

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

SEKENARIO BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

PELAYANAN ANAK GPdI HALELUYA. Jalan Kolonel Masturi 67 Cimahi Telepon: (022)

"Ya ampun ini anak pikirannya makan terus. Hahahaha," jawab Ricky "Yah keliatan kali dari pipi Ki. Hahaha," timpal Cella Persahabatan yang nyaris

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

Indonesian Continuers (Section I Listening and Responding) Transcript

LEMBAR KISI-KISI OBSERVASI TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS IV

Tema 1. Keluarga yang Rukun

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca

Written by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08

Indonesian Beginners

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

Komunikasi Orang Tua. dan Pengaruhnya Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

dengan penuh hormat. rumah. mata.

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI

23 Alasan Seorang Cewek Berpacaran. Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April :33

No: 15/ XI/ RH/ Pelnap/ PELAYANAN ANAK GPdI HALELUYA CIMAHI Jalan Kolonel Masturi 67 Telepon: (022)

#### Selamat Mengerjakan ####

PUTUSAN Nomor : 1042/Pdt.G/2009/PA.Pas

Informan S1 S2 S3 S4 S5

Transkripsi:

DAFTAR PERTANYAAN 1. Sudah berapa lama menikah? 2. Bisa ceritakan kembali bagaimana pertemuan awal bapak/ibu sampai menjalin hubungan? 3. Dalam keluarga bahasa apa yang digunakan sehari-hari? 4. Tradisi apa yang dipilih untuk melangsungkan perkawinan? 5. Bagaimana penyesuaian anda dengan pasangan anda? Apakah bapak/ibu menemukan kesulitan dalam penyesuaian? 6. Bagaimana penyesuaian diri dengan keluarga besar pasangan? Apakah ada kesulitan penyesuaian? 7. Menurut bapak/ibu apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga harmonis? 8. Setelah menikah, apakah bapak/ibu menemukan hal-hal diluar dugaan yang dilakukan oleh pasangan yang dapat menimbulkan salah paham atau konflik? Ceritakan! 9. Bisa kasih gambaran tentang sifat pasangan bapak/ibu? 10. Saat anda dan pasangan anda sedang dalam salah paham atu konflik? Kirakira siapa yang mengarahkan jalan keluar terbaik? 11. Apakah setelah pernikahan bapak/ibu menemukan bahwa pasangan bapak/ibu tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan? 12. Bagaimana dengan pola mendidik anak, keluarga cenderung mendidik anak dengan nilai budaya bapak atau ibu?

HASIL WAWANCARA INFORMAN 1 Nama : Diana M Umur : 37 Tahun Tempat : Kota Denpasar Hari/Tanggal : Senin, 4 Januari 2016 Pukul : 16:30-17.40 WITA Senin, 4 Januari 2015, pukul 16:30 WITA, saya datang ke rumah Ibu Diana M (37) sebagai informan saya. Kesan pertama saya datang ke rumah Ibu Diana pasti ada rasa canggung, karena baru pertama kalinya saya berkunjung kerumah Ibu Diana. Disana saya tidak langsung bertemu dengan informan karena beliau kebetulan sedang sibuk bersama suami dan anak-anaknya, jadi ada saudaranya yang kebetulan berada disitu sampaikan kalau ada tamu. Akhirnya Ibu Diana M keluar dari dalam rumah. M : Oh iya maaf cari siapa? P : Iya selamat sore kaka, maaf sudah menggangu ini (sambil jabat tangan) saya ini Rambu Maramba Humba, mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana. Saya sedang skripsi tentang perkawinan campuran, Tujuan saya datang sebenarnya saya mau tanya-tanya sedikit tentang perkawinan campuran. Karena informan menunjukkan ekspresi seperti tidak percaya, saya menunjukkan surat ijin dari Dinas Kesbangpol Kota Denpasar. M : Oh iya saya, oke kalau begitu. P : Kira-kira kapan kakak punya waktu untuk saya tanya-tanya? M : Oh sekarang juga bisa langsung tanya. P : Oh iya kaka terima kasih sebentar saya ambil beberapa daftar pertanyaan yang sudah siapkan dulu kaka e. M : Iya adik tidak apa-apa P : Oh iya kakak, kaka sudah berapa tahun menikah? M : Kami nikah gereja sudah dari 2009.

P : Kakak bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal kakak dengan suami, proses pendekatan, pacaran sampai menikah? M : Jadi, kami awal kenal dulu waktu saya kerja di Hotel. Kebetulan suami sering pulang-balik Bali untuk urusan bisnis dan dia sering menginap di hotel tempat saya kerja. Kami sering ketemu tapi tidak saling bategur karena belum saling kenal. Akhirnya waktu itu suami langsung minta kenalan dengan saya. Pas sudah saling kenal, suami omong sama saya kalau ternyata dia sudah sering perhatikan saya di tempat kerja dan dia saya bilang sama saya kalau dia suka sama saya. Habis dia omong kalau dia suka sama saya, sebenarnya saya tidak tertarik dengan bule tapi saya pikir tidak ada salahnya saya coba dulu jalani, jadi waktu itu saya bilang sama dia kalau saya juga suka sama dia. Akhirnya, kami dekat selama dua bulan untuk saling kenal kepribadian masing-masing. Setelah PDKT selama 2 bulan dan kami dua rasa cocok akhirnya kami sepakat untuk nikah gereja di Melolo, Sumba Timur pada tahun 2009. P: Saat komunikasi sehari-hari kaka dengan suami biasanya pakai bahasa apa? Bahasa Inggris atau bahasa Indonesia? M : Kalau untuk komunikasi dalam keluarga saya dengan suami pakai bahasa inggris karena saya fasih bahasa inggris jadi kami sering pakai bahasa inggris, kalau anakanak kalau omong sama mereka punya bapa mereka pake bahasa inggris, kalau dengan saya mereka pakai bahasa Indonesia sehari-hari. P : Waktu nikah kakak dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah Sumba atau Australia? M : Saat nikah saya dengan suami sepakat untuk pake tradisi nikah orang Sumba, jadi saya dengan dia waktu itu kenoto. P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa kakak punya kesulitan dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami? M : Kalau dengan keluarga dari suami tidak ada kendala sih, karena kami sudah hidup masing-masing dan jauh dari keluarga sejauh ini tidak ada masalah soal penyesuaian dengan keluarga.

P : Menurut kakak pribadi, apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga yang harmonis? M : Menurut saya hal yang penting dalam membina hubungan rumah tangga yang harmonis kita harus saling terbuka. Harus bisa lebih sabar hadapi orang yang beda budaya dengan kita karena kita punya budaya, pola pikir juga kebiasaan hidup pasti jelas beda dengan mereka jadi kita perlu menyesuaikan diri. Kadang memang saya kita punya pola pikir dengan kebiasaan hidupnya mereka tidak sesuia tapi saya coba untuk belajar pahami mereka punya pola pikir proses itu memang butuh kesabaran. P : Apa kakak sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau ada, bisa kakak cerita biasanya salah paham karena apa? M : Kami sering konflik masalah kebiasaannya suami kalau pulang malam dengan mabuk dia suka ajak bertengkar. Saya orangnya sabar dan tidak mau perpanjang masalah setiap kali kami bertengkar. Saya hanya diam karena saya tau dia dalam kondisi tidak sadar jadi saya tidak tanggapi apa yang dia omong. P : Saat kakak dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang lebih punya dominasi arahkan jalan keluar terbaik? Kakak atau suami? M : Pas ada masalah biasanya siapa yang buat salah dia sudah yang minta maaf begitu lebih dahulu. Kami orangnya sama-sama saling cepat untuk minta maaf dan cepat untuk kasih maaf kalau ada masalah P : Setelah menikah apakah kakak temukan kalau suami tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan? Bisa kakak cerita? M : Sejauh ini yang saya lihat suami saya sangat konsisten dengan komitmen pernikahan kami, dia orangnya setia walaupun dia tidak selalu sama-sama dengan saya di Bali karena dia kerja di Australia, dia datang satu bulan satu kali. Kami tidak pernah punya masalah perselingkuhan baik dari saya maupun suami. P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, kakak dengan suami cenderung mendidik anak dengan nilai budaya apa? Budaya Sumba atau Australia? M : Karena kami tinggal di Indonesia, kami didik anak-anak juga dengan budaya Indonesia.

HASIL WAWANCARA INFORMAN 2 Nama : Yosina H Umur : 42 Tahun Tempat : Kota Denpasar Hari/Tanggal : Senin, 18 Januari 2016 Pukul : 10.40-12.20 WITA Saat saya berkunjung kerumah informan dua, saya disambut hangat sama pasangan informan 2 yang akrab saya sapa Mamu (Bibi). Informan 2 ini saya kenal karena kebetulan dia kenal keluarga saya di Sumba dan kami sering saling menyapa lewat media sosial facebook. P : Selamat sore mamu. H : Selamat sore rambu, apa kabar rambu? Sampe Bali sudah dari kapan? P : Baru datang kemarin tanggal 10 Desember mamu. H : Ha kenapa tidak datang main di mamu punya rumah juga rambu? P : Ini sudah mamu makanya saya datang. H : Iya, bagaimana kabar kuliah rambu? P : Baik mamu, ini saya datang karena ada perlu sama mamu sudah ini, mau tanya-tanya tentang perkawinan campuran. H : Yeha, iya rambu, tanya saja rambu apa yang rambu mau tanya. P : Iya ini mamu saya mau tanya mamu dengan suami sudah berapa lama menikah? H : Kami nikah 18 April 2001 jadi sudah hampir 15 tahun rambu. P : Mamu bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal mamu dengan suami, proses pendekatan, pacaran sampai menikah? H : Saya dengan suami saling kenal bulan Juli tahun 2000, kami bertemu di Bali kebetulan saya ke Bali untuk kursus komputer dan bahasa inggris. Ada teman saya Melly waktu itu yang kerja di restaurant dia yang kasih kenal dengan suami saya

waktu itu. Pas kenalan kita rame-rame waktu itu, jadi saya punya suami ini traktir kami semua minum bir. Tapi dia lihat saya tidak ikut minum bir jadi dia tanya, kamu tidak minum bir? Saya bilang sama dia saya tidak minum, minuman beralkohol jadi dia langsung beli kasih saya fanta sudah. Habis ketemu di restaurant, suami ajak saya untuk ketemu lagi besoknya. Tapi karena saya salah tempat dan kami dua tidak saling komunikasi, kami akhirnya tidak ketemu. Malamnya dia telepon lewat Melly dan omong dengan saya, dia marah-marah karena dia bilang saya ingkar janji, saya juga marah karena saya juga tunggu dan saya pikir dia tidak datang, karena dia tidak percaya saya minta Melly jelaskan sama dia, akhirnya Melly jelaskan sama dia dan dia minta maaf sudah waktu itu. Akhirnya dia minta untuk ketemu lagi besoknya di Legian. Pas kami dua ketemu di Legian, kita saling cerita, dia sudah yang banyak tanya baru dia minta email dan nomor telepon karena dia tinggal 2 hari mau pulang ke Jerman. Setelah dia pulang ke Jerman dia kirim email kasih saya setiap hari kadang juga dia telepon. Pas dia di Jerman dia kirim email untuk saya setiap hari, kadang juga dia telepon saya tapi lewat nomor HPnya Melly. Nah, pas satu kali dia kirim email dia bilang kalau suka sama saya. Waktu itu saya masih tidak percaya karena saya pikir dia selama ini naksir dengan Melly, tapi dia bilang saya suka sama kamu, dia kirim saya punya foto lewat email dan dia bilang kalau dia naksir dengan saya. Saya langsung bilang suka juga sama dia. Jadi bulan oktober 2001 dia datang Jerman ke Bali selama dua minggu untuk ketemu saya. Dia datang supaya kami dua bisa saling kenal satu sama lain dan supaya tahu kami dua cocok atau tidak. Karena saya dengan suami sudah rasa dekat dan saling mencintai, suami suruh saya bikin passport dan tahun 2001 saya berangkat ke Jerman tanpa satu kata bahasa Jerman. Saya hanya dapat visa 3 bulan saja dan 18 April 2001 kami menikah di pemerintahan di Jerman karena sistem disini harus menikah pertama di pemerintah dulu baru di gereja jadi kami menikah secara pemerintahan dulu habis itu kami nikah gereja bulan Mei.

P: Saat komunikasi sehari-hari mamu dengan suami biasanya pakai bahasa apa? bahasa Inggris, bahasa Jerman atau bahasa Indonesia? H : Sehari-hari saya dengan suami pakai bahasa Jerman kadang juga pakai Inggris. Kalau anak dia bisa pakai bahasa Indonesia, bahasa Jerman sama bahasa Inggris. P : Waktu nikah mamu dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah Sumba atau Jerman? H : Waktu nikah kami tidak pake tradisi Sumba atau Jerman, kami nikah secara pemerintahan Jerman. Habis itu baru pemberkatan nikah di gereja begitu rambu. P : Oh iya mamu, baru bagaimana penyesuaian diri mamu dengan suami? H : Pengalaman pertama kali mamu hidup di Jerman rasanya seperti hidup di penjara rambu karena bahasanya sulit sekali. Setelah satu minggu saya di Jerman suami bilang harus mulai kursus bahasa Jerman. Pas pulang kembali di Indonesia suami lagi yang menyesuaikan diri dengan budayanya kita, tapi sejauh yang saya lihat dia sudah bisa menyesuaikan diri. P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa mamu punya kesulitan dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami? H : Kalau penyesuaian diri dengan keluarga suami sejauh ini baik-baik saja rambu. Waktu awal saya di Jerman keluarga tidak terlalu ikut campur soal pacaran, tergantung dari anak kalau cocok atau tidak, apalagi anak laki-laki tidak sama dengan orang sumba kita harus tau asal-usul keluarga suami atau istri, dia anaknya siapa, keturunan apa, orang Jerman tidak begitu, mereka yang penting cocok. Jadi bebas pilih pasangan hidup dan keluarga tidak terlalu ikut campur. P : Menurut mamu pribadi, apa hal yang jadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga yang harmonis? H : Kalau menurut saya pribadi hal yang paling penting dalam hubungan perkawinan, saling terbuka juga jujur satu sama lain. Saling terbuka kalau ada sikap atau kata kami yang tidak sesuai kami saling omong jujur satu sama lain. Hal penting lain juga kita harus bisa sama-sama saling menyesuaikan diri dengan budaya masing-masing.

P : Apa ada kesamaan antara mamu dengan suami yang bisa munculkan satu kesepakatan untuk jalan keluar dari konflik? H : Kami punya hobi yang sama, kadang kalau saya tidak suka suami juga tidak suka. Dari situ saya dan dia belajar saling mengerti satu sama lain. P : Apa mamu sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau ada, bisa mamu cerita biasanya salah paham karena apa? H : Biasanya kami salah paham masalah anak saja, tau sendiri orang sumba, kalau anak salah sedikit kita main pukul. Suami bilang tidak boleh, dia bilang harus jelaskan namanya juga anak-anak, jadi kalau ada salah harus dijelaskan begitu, jangan langsung marah atau pukul begitu itu saja. Kalau masalah cemburu atau orang ketiga tidak ada. P: Saat mamu dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang lebih punya dominasi arahkan jalan keluar terbaik? Mamu atau suami? H : Kalau ada masalah, harus selesaikan dengan empat mata sudah sampai tuntas. Saya orangnya keras kepala, jadi kalau ada salah paham selalu suami sudah yang mengalah. P : Setelah nikah apa mamu temukan suami tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan? Bisa mamu cerita? H : Suami sangat konsisten dengan dengan komitmen pernikahan, dia setia dan selama ini kami tidak pernah punya masalah orang ketiga P : Bisa mamu kasih gambaran tentang sifat suami? H : Suami sifatnya pendiam, penyayang, dan sabar. P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, mamu dengan suami cenderung mendidik anak dengan nilai budaya apa? Budaya Sumba atau Jerman? H : Kalau soal didik anak, saya dengan suami sepakat kami sebagai orangtualah yang jadi panutan budaya bagi anak kami.

HASIL WAWANCARA INFORMAN 3 Nama : Herlina F Umur : 30 Tahun Tempat : Kota Denpasar Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2016 Pukul : 11.13-12.23 WITA Saat saya berkunjung pertama kali kerumah informan 3, saya disambut hangat oleh keluarga ini karena kebetulan sebelum saya berkunjung, saya dikenalkan terlebih dahuluu via telepon oleh kakak saya yang kebetulan satu SMA dengan informan 3. Setelah saling kenal ditelepon dan saya jelaskan saya ingin ketemu dan tanya-tanya tentang pernikahan campuran akhirnya dia dengan senang hati mau menerima kedatangan saya. P : Tok, tok, tok. Halo selamat sore ibu, apa betul ini rumahnya ibu Herlina? F : Iya, saya ibu Herlina maaf siapa dan ada perlu apa ya? P : Oh iya ini saya rambu yang tadi telepon kaka. F : Oh maaf adik, saya tidak tau kalau adik yang nama rambu P : Hehehehe, Tidak apa-apa kaka. F : Ayo masuk adi, maaf sudah kakak tidak tahu kalau ini adik rambu P : Oh iya kaka tidak apa-apa kakak. F : Jadi, bagaimana adi? Apa ada yang bisa kakak bantu? P : Oh begini kakak saya kesini sebenarnya mau tanya-tanya soal perkawinan campuran. F : Oke adik silahkan mau tanya apa? P : Kalau boleh tau sudah berapa lama kakak menikah? F : Kami nikah gereja dari 2013 P : Kakak bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal kakak dengan suami, proses pendekatan, pacaran sampai menikah?

F : Dulu saya dengan suami saling kenal karena ketemu di Panti Asuhan Hammu Pangia di Sumba tahun 2012. Waktu itu, suami datang di Sumba untuk kerja sebagai relawan sosial (volunteer) dalam rangka pelayanan sosial selama tiga bulan. Waktu itu kepala pengurus panti asuhan Hammu Pangia itu saya, jadi kami saling kenalan sudah waktu itu, begitu sudah awal kami dua saling kenal. Pas sudah dua bulan kenal, suami omong kalau dia suka sama saya, saya sebenarnya secara pribadi tertarik dengan dia karena yang saya lihat dia orangnya baik hati dan sangat tulus. Waktu dia bilang kalau dia suka dengan saya, saya juga bilang saya suka sama dia. Jadi waktu itu kami dua pacaran. Sebelum dia pulang ke Belanda, kami dua saling tukar nomor telepon dan id skype supaya bisa terus berkomunikasi. Pas dia di Belanda, komunikasi kami lancar setiap hari telepon dan videocall lewat skype selama beberapa bulan sebelum dia datang kembali lagi ke Sumba. Sebelum pulang ke Belanda suami ngomong dengan saya secara personal kalau dia akan kembali ke Sumba. Dia kasih saya mamuli mas Sumba sebagai ikatan hubungan dan janji antara saya dan dia, mamuli ini juga tanda pengikat supaya saya jangan nikah dengan oranglain. Selama kami komunikasi walaupun long distance kami dua merasa ada kecocokan diantara kami, Jadi tahun 2013 suami saya datang ke Sumba sama-sama dengan dia punya keluarga dari Belanda untuk masuk minta dan ikut prosesi adat pernikahan Sumba. Setelah proses adat selesai, bulan Oktober tahun 2014 kami nikah gereja. P : Kalau komunikasi sehari-hari kakak dengan suami biasanya pakai bahasa apa? bahasa Inggris, bahasa Belanda atau bahasa Indonesia? F : Saya dengan suami kalau komunikasi biasanya pake bahasa Indonesia, kadang juga pake bahasa Inggris, karena suami gampang menyesuaikan diri P : Waktu nikah kakak dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah Sumba atau Belanda? F : Saat menikah kami sepakat untuk ikut tradisi pernikahan Sumba Timur. Dia punya keluarga angkat di Sumba sebenarnya menawarkan untuk tidak perlu repot-repot cari hewan karena dia bukan orang sumba yang mengerti budaya sumba. Tapi dia bilang

kalau dia pakai sistem yang gampang itu sama seperti dia pergi beli makanan dipasar katanya. Dia mau dia lewati proses yang orang sumba buat, supaya saya tahu benar yang namanya belis istri katanya, jadi dia langsung antusias untuk ikut budaya sumba. Jadi dia cari hewan dimana-mana, memang saya juga ikut bantu begitu, dia beli hewan disekitar Haharu dan dia bangga karena dia mampu untuk beradaptasi dengan budaya dengan melewati proses adat, orangtuanya juga ikut itu proses dari pagi sampai sore. P : Oh iya kakak, bagaimana penyesuaian diri kakak dengan suami? F : Dalam keluarga kami sama-sama menyesuaikan diri, kami sama-sama belajar sifat dan karakter masing-masing. Karena keluarga dia ada di luar Belanda, jadi lebih banyak dia yang beradaptasi dengan keluarga saya. Saya tidak mau ikut dia ke Belanda, karena saya punya tugas pelayanan di Bali yang tidak bisa saya tinggal. Jadi kami tinggal di Bali. Dia orangnya gampang untuk beradaptasi dengan budaya Sumba, kalau ada acara adat keluarga dia selalu ikut. Tapi saya susah adaptasi dengan budayanya dia. P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa kakak punya kesulitan dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami? F : Kalau penyesuaian diri dengan keluarga suami, saya dan mertua sangat dekat dekat. Saya punya bapa dengan mama mantu perlakukan saya seperti anak kandung mereka sendiri. Mereka sangat care sama saya, mertua saya sudah seperti mama kandung saya begitu juga dengan kakak ipar saya, kami sangat akrab satu dengan yang lain. Begitu juga sebaliknya, suami saya saya sangat akrab dengan papa mama dan keluarga saya yang lain. P : Menurut kakak pribadi, apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga yang harmonis? F : Kalau menurut saya pribadi, hal yang paling penting dalam membina hubungan keluarga yang harmonis menurut saya harus saling percaya, saling jujur terbuka, dan terus berkomunikasi dalam mengkomunikasikan apa yang menjadi masalah masingmasing.

P : Apa ada kesamaan antara kakak dengan suami dalam yang bisa munculkan satu kesepakatan untuk memutuskan jalan keluar dari konflik? F : Kami sama-sama pelupa, sama-sama punya rasa empati dan sama-sama suka membantu sesama. Kami juga punya selera musik yang sama, sama-sama suka musik klasik, hehehe. Sama-sama suka alam terbuka dan pegunungan. P : Apa kakak sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau iya, bisa kakak cerita biasanya salahpaham karena apa? F : Kami sering salah paham masalah komunikasi. Suami orangnya kritis, banyak tanya dan selalu pake logika. Jadi kesannya dia seperti selalu melawan dengan apa yang saya omong, kalau menurut dia tidak berlogika dia akan terus tanya dan protes. Kami juga sering salah paham soal kebiasaan, suami orangnya tidak suka yang terlalu rapi-rapi sedangkan saya orangnya perfectionis, segala sesuatu dirumah harus perfect, bersih, rapi dan segala rencana kedepan harus terlebih dahulu di agendakan. Perbedaan inilah yang kadang-kadang buat kami salahpaham, tapi saya percaya bahwa saya punya hubungan rumah tangga dengan dia akan baik-baik saja, saya tahu bahwa ada beda budaya pasti ada konflik tapi saya sudah siap untuk itu sebaliknya juga, saya bersyukur selama ini kami tidak pernah punya masalah rumah tangga yang serius. P : Saat kakak dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang mendominasi arahkan jalan keluar terbaik? Kakak atau suami? F : Suami paling cepat mengalah dan cepat membuat suasana jadi tenang. Tapi kami tidak pernah ribut sampai masalah besar, paling adu mulut habis itu selesai sudah. Dia orangnya suka lucu jadi kadang sementara ribut begitu dia omong-omong lucu ya sudah selesai. Dia hampir tidak pernah marah. Dia marah hanya saat saya cerewet berlebihan berlebihan, kalau dia marah saya cepat menangis dan minta maaf. Paling ributnya cuman 5 menit. Kami punya prinsip masalah tidak boleh sampai besok dan tidak boleh saling diam. P: Setelah nikah apa kakak temukan suami tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan? Bisa kakak cerita?

F : Suami saya sangat konsisten terlebih masalah kepercayaan dan kesetiaan. Sampai saat ini belum pernah kami bermasalah karena orang ketiga. Tahun lalu kami sempat LDR selama satu tahun karena suami kerja di Belanda. Kami tetap saling setia dan saling mendoakan hubungan kami supaya Tuhan menjaga hati kami masing-masing P : Bisa kaka kasih gambaran tentang sifat suami? F : Menurut saya suami orangnya sedikit keras kepala, dia orangnya juga mudah berempati, sangat baik hati, pemaaf, rendah hati, gampang bergaul dan punya hati suka empati bukan hanya simpati sama orang tapi ada tindakan untuk menolong oranglain. Dia juga adalah malaikat untuk saya, dia selalu minta minta maaf untuk hal-hal yang bukan kesalahannya. Contoh kalau saya frustasi atau marah karena masalah pekerjaan dia selalu bilang, sayang, itu bukan kamu punya salah, maaf karena saya belum mampu jaga kamu dengan benar. Hal yang paling berkesan sampai sekarang, ketika dia mempraktekkan cintanya dengan cara yang sangat sederhana. Kalau saya batuk dia langsung inisiatif untuk ambil air minum untuk saya. Dan setiap malam dia selalu bilang terima kasih untuk apapun yang saya buat sepanjang hari. P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, mamu dengan suami cenderung mendidik anak dengan nilai budaya apa? Budaya sumba atau Belanda? F : Sampai sekarang Tuhan belum kasih kami anak, tapi kami punya rencana kalau kami besok punya anak, anak kami akan kami didik dengan budaya Indonesia saja. Kalau budaya bapaknya mungkin nanti bisa dia pelajari setelah dia besar dan mengerti. P : Oh iya kakak, begitu saja dulu saya punya pertanyaan, nanti kalau ada pertanyaan tambahan saya bisa kesini lagi toh kakak? Atau saya bisa hubungi kakak via telepon? F : Oh iya adik bisa nanti mau ke sini juga boleh mau via telepon juga boleh. Adik kan sudah simpan saya punya nomor handphone toh? P : Iya kaka, saya langsung pamit pulang kaka e. Terima kasih banyak kakak sudah mau membantu. Tetap langgeng ya kakak dan Tuhan memberkati kakak sekeluarga. F : Amin adi, terima kasih doanya adik ya, hati-hati di jalan & sukses buat skripsinya.