BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN Pada bab ini, peneliti akan menganalisis pola asuh orang tua dalam membina kepribadian anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu pemberian predikat pada variabel penelitian sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan pola berpikir yang digunakan dalam proses analisis data adalah pola berpikir induktif. Pola berpikir induktif adalah proses analisis data yang dilakukan dari fakta-fakta khusus yang diperoleh dari penelitian dan kemudian dikerucutkan ke dalam suatu kesimpulan umum. Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kemudian peneliti akan menganalisisnya berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki. A. Analisis Tipe Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan Kepribadian merupakan kualitas total tingkah laku seseorang yang ditunjukkan dalam kebiasaan cara berpikir dan ekspresinya, sikap dan interesnya, cara berperilaku, dan falsafah hidupnya sendiri. 1 1 Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian: Paradigma Fisiologis, Tipologis, Psikodinamik, dan Organismik-Holistik (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm

2 80 Berdasarkan data yang telah peneliti jabarkan pada bab sebelumnya tentang tipe kepribadian anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan dalam penelitian ini, setelah dianalisa terdapat empat tipe kepribadian yang paling dominan pada anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan. Hasil dari penelitian akan dimasukkan ke dalam tabulasi sebagai berikut : Tabel XV Tipe Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan N o Tipe Kepribadian Subjek Penelitian 1 Indikator Tipe Sanguin I F Al A F. T A D N A. U d Peramah dan periang Y - Y dalam pergaulan Umumnya cukup Y pemberani Selalu senang pada Y Y Y - - Y permainan dan hiburan Bersemangat - - Y - Y Sangat mudah dipengaruhi - Y Y oleh lingkungannya Bertindak sesuai emosinya - Y Y - atau keinginannya Kurang bisa menguasai Y Y - - Y Y diri atau penguasaan diri lemah Jumlah Tipe Sanguin (S) Indikator Tipe Flegmatik I F Al A F. T A D N A. U d Cenderung tenang Y - - Pendiam Y - - Tidak mudah marah - - Y Y - - Y - - Pergaulannya kurang Y lancar Cenderung mengambil mudahnya dan tidak mau - Y - Y

3 81 susah Cenderung egois Y Jumlah Tipe Flegmatik (F) 3 Indikator Tipe I F Al A F. T A D N Melankolik A. U d Perasaannya sangat kuat Y Sangat sensitif Y Y - - Y Y - Y Y Sangat mudah dikuasai Y oleh perasaan Jumlah Tipe Melankolik (M) 4 Indikator Tipe Kolerik I F Al A F. A Mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya Kurang mampu merasakan perasaan orang lain Kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang menderita Perasaannya kurang bermain T. U A d Y Y Y Y Y Y Y Y Y - Y Y Y Jumlah Tipe Kolerik (K) Indikator Tipe Asertif I F Al A F. T A D N A. d Mampu menyatakan pendapat secara tegas dan kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain Mampu mengekspresikan perasaan sendiri dengan cara yang terbuka dan jujur U Y Y - Y Y Y Y - Y Y Jumlah Tipe Asertif (A) D N

4 82 1. Tipe Sanguin Menurut Paul Gunadi orang yang berkepribadian sanguin memiliki ciri-ciri antara lain memiliki banyak kekuatan, bersemangat, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi, tipe ini memiliki kelemahan antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya, sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya, dan kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah. 2 Tipe kepribadian sanguin sebagaimana yang tercantum di atas dimiliki oleh anak di Dukuh Galang Wolu. Berdasarkan hasil penelitian ada lima anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian sanguin. Mereka adalah I anak Ibu H, Al Anak Bapak T, F.A anak Ibu K, D Anak Ibu M, dan N anak Ibu E. I memiliki kepribadian yang peramah dan periang dalam pergaulan, selalu senang pada permainan dan hiburan, namun kurang bisa menguasai diri. Menurut penuturan Ibu H, I sangat cerewet baik di rumah, ataupun sedang bersama tetangga dan temantemannya. 3 Al memiliki ciri kepribadian yaitu peramah dan periang dalam pergaulan, umumnya cukup pemberani, selalu senang pada permainan dan hiburan, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang, serta bersemangat. Hal ini sesuai dengan observasi yang telah peneliti lakukan dimana sepulang sekolah Al langsung pergi keluar rumah dan 2 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),, hlm.11 3 H, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

5 83 berkumpul dengan teman-temannya yang saat itu akan bermain layangan. Hubungan pertemanan Al dengan teman-temannya cukup baik, bahkan dia sering memberikan candaan-candaan kepada temantemannya. 4 Sedangkan F.A dalam kesehariannya dia kurang bisa menguasai diri namun dia memilik semangat yang tinggi. Semangat F.A ini terbukti ketika ada tugas sekolah dia langsung mengerjakannya. Seperti penuturan Ibu K berikut ini. Iya. Kemarin saja katanya ada tugas membuat prakarya, langsung dikerjakan minta bantuan saya. Katanya biar bisa langsung dikumpulkan. Dilembur semalaman sampai pukul WIB. Eh ternyata tugasnya bukan buat yang itu, ya sudah buat lagi akhirnya. 5 Sedangkan D dalam kesehariannya kurang bisa menguasai diri dan cenderung bertindak sesuai emosinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu M serta diperkuat dengan observasi yang peneliti lakukan. Ibu M memberikan jawaban dimana anaknya mudah marah dan menangis, susah untuk dikendalikannya. 6 Dan N mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan kurang bisa menguasai diri. 2. Tipe Flegmatik Flegmatik mempunyai sifat dasar yaitu pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang jelas), dan stabil. Sifat yang lainnya pada orang yang bertipe kepribadian flegmatik adalah merasa cukup puas, tidak peduli (acuh tak acuh), dingin hati (tak mudah terharu), pasif, 4 Hasil Observasi terhadap Al Anak dari Bpk T, Dukuh Galang Wolu, 11 Maret K, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret M, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015

6 84 tidak mempunyai banyak minat, bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur. 7 Tipe orang flegmatik adalah orang-orang yang hatinya tertutup, bekerja rajin, dapat dipercaya, tetapi pergaulannya kurang lancar. Mereka senang tinggal dirumah saja, dalam pertemuan-pertemuan tidak disukai orang lain karena pendiam. Mereka bekerja teliti dan cermat, kuat pendiriannya, suka tugas-tugas akademik. 8 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis sesuai tabulasi di atas, terdapat dua anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian flegmatik, yaitu A anak Ibu T.S dan Ad anak Ibu B. Baik A maupun Ad sama-sama tidak mudah marah, mereka tergolong penurut. Selain itu, A cenderung untuk mengambil mudahnya dan tidak mau susah. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu T.S dimana ketika anaknya ini ada masalah dengan temannya, A lebih memilih untuk mengalah. 9 Sedangkan Ad cenderung tenang dan juga pendiam, dalam kehidupan sehari-harinya bahkan saat sedang bermain bersama temantemannya ia lebih banyak diam Tipe Melankolik Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri yaitu perasaannya sangat kuat dan sangat sensitif. Orang bertipe seperti ini memiliki 7 Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2007), hlm Ki Fudyartanta, Op.Cit., hlm T.S, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 5 Maret Hasil Observasi terhadap H dan A Anak dari Ibu B, Dukuh Galang Wolu, 13 Maret 2015

7 85 kelemahan antara lain: sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung. 11 Tipe kepribadian melankolik juga dimiliki oleh anak di Dukuh Galang Wolu. Pada tipe ini, seseorang lebih mengedepankan perasaan ketimbang yang lainnya. Dalam hal ini hanya ada satu anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian melankolik, yaitu T.U anak Ibu Y.J. T.U memiliki kepribadian yang sangat sensitif, ia akan mudah marah ketika keinginannya tidak dituruti, dan ketika marah biasanya ia akan masuk kamar. T.U juga termasuk tipe yang perhatian. Menurut penuturan ibu Y.J, anaknya ini sangat perhatian apalagi kalau dia tahu orang tuanya sedang mempunyai masalah. Berikut penuturan Ibu Y.J: 4. Tipe Kolerik Ya kalau seperti tadi, memperingatkan saya untuk jangan marah-marah, kemudian ketika saya sedang emosi dan meresponnya dengan memarahi dia, ya dia diam saja. Kalau TU itu begitu perhatian sekali sama saya. Kalau dia tahu saya punya masalah dia akan mendekati saya bertanya kadang memberi saran. Saya suruh pergi ndak mau. Dia takut kalau saya benar-benar meninggalkan rumah, soalnya saya pernah bilang mau pergi saja daripada di rumah pusing terus. 12 Orang bertipe ini mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Namun orang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan 11 Sjarkawi, Op. Cit., hlm Y.J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015

8 86 orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. 13 Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dianalisis berdasarkan tabulasi di atas hanya ada satu anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian kolerik yaitu F anak Ibu J. F tergolong disiplin dalam kaitannya dengan tugas dari sekolah, ia selalu mengerjakan meskipun tugas yang diberikan dirasa cukup sulit, namun ia tidak pernah meminta bantuan orang tuanya, ia akan pergi ke rumah temannya untuk meminta bantuan. Ia beranggapan bahwa jika ia meminta bantuan kepada orang tuanya pun mereka tidak akan bisa mengajarinya. F juga tidak peduli terhadap keadaan orang tuanya yang kurang dalam hal ekonomi, apapun yang ia butuhkan harus segera ia dapatkan, ketika tidak dituruti maka ia akan marah kepada orang tuanya itu. 14 B. Analisis Penerapan Pola Asuh Orang Tua dalam Membina Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan Setelah melakukan tahap pengumpulan dan penyajian data, peneliti akan menganalisis pola asuh yang diterapkan orang tua di Dukuh Galang Wolu. Orang tua di Dukuh Galang Wolu mempunyai cara yang berbedabeda dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Cara pengasuhan orang tua di Dukuh Galang Wolu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya 13 Sjarkawi, Loc. Cit., hlm J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

9 87 yaitu dari diri anak itu sendiri yang belum mandiri, manja, keras kepala, dan susah diatur. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibu J, Ibu K, dan Ibu E. Dalam wawancara dengan Ibu J pada tanggal 4 Maret 2015 beliau mengatakan kalau anaknya susah diatur, sehingga orang tua memilih membebaskan anak dan terserah apa yang dilakukan anak, karena apapun yang dikatakan orang tua, anak tidak akan menurutinya. 15 Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Sri Lestari dalam buku berjudul Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga bahwa terdapat pandangan mengenai interaksi antara orang tua dan anak. sebagian pendapat menyatakan bahwa sikap orang tua tergantung pada perilaku anak (child effect model), dalam interaksi ini orang tua dipandang lebih adaptif dan perilakunya kepada anak merupakan reaksi terhadap perilaku anak. Anak-anak yang sangat bandel dan impulsif akan mendorong orang tua untuk bersikap keras, membuat orang tua merasa kehabisan akal, kurang afektif, sehingga memunculkan tindakan konfrontif atau melakukan pengabaian. 16 Faktor lain yang mempengaruhi penerapan pola asuh orang tua kepada anak-anaknya di Dukuh Galang Wolu adalah keadaan ekonomi keluarga yang kurang yang menjadikan orang tua sibuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Ibu B, Ibu T.S, dan Bapak T. Serta faktor lain dimana para ibu yang menjadi ibu rumah tangga seringkali sibuk dengan urusannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Y.J dan Ibu M. 15 J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 50.

10 88 Dalam melakukan penelitian terhadap orang tua di Dukuh Galang Wolu, peneliti menemukan pola asuh yang berbeda dari tiap orang tua. Ada tiga bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh otoriter. 1. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis yang diterapkan oleh sebagian orang tua di Dukuh Galang Wolu yaitu orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk bergaul dengan siapapun, tetapi tetap mengawasi dan mengontrol kegiatan anak. orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis terhadap anaknya yaitu Ibu H yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Hal ini sebagaimana dikatakan beliau: Ya diawasi. Kalau pas waktunya Dhuhur kadang saya cari. Tak suruh pulang dulu, shalat dan makan. Kadang pas lagi main di rumah temannya bilangnya mau belajar kelompok, saya coba cek ternyata memang benar lagi belajar meskipun belajarnya sebentar. Kebebasannya dalam hal bermain. Tapi ya ndak tak bebaskan sekali, masih tetap saya perhatikan. Saya juga tahu dia mainnya dimana. 17 Beliau menerapkan pola asuh demokratis ini karena beliau sadar yang namanya anak masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang tua. Ibu H juga memberikan respon terhadap perilaku positif yang dilakukan oleh anak yaitu dengan memberikan hadiah berupa uang kepada anaknya itu dan beliau juga tidak memberi batasan kepada anak untuk melanjutkan sekolah dimana. Dan kaitannya dengan aturan beliau hanya memberikan aturan kepada anak untuk membantu pekerjaan 17 H, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

11 89 rumah ketika anaknya libur sekolah saja. Namun ketika anak melakukan kesalahan atau melanggar aturan beliau langsung memarahi anaknya. Namun disini beliau sedikit permisif dalam kaitannya dengan keperluan anak, dimana beliau akan menyiapkan kebutuhan anak hanya ketika anak bercerita kepada beliau. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini: Kalau anak cerita dia butuh apa, pasti saya siapkan. Tapi kalau dia ndak cerita ya saya tidak tahu. Kaya kemarin itu si.. ada jadwal les pagi sebelum jam masuk sekolah, rencana itu dia mau bangun pagi, tapi ndak bilang sama saya, ya sudah akhirnya kesiangan karena tidak saya bangunkan. 18 Selanjutnya orang tua Di Dukuh Galang Wolu yang juga menerapkan pola asuh demokratis yaitu Ibu E yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Beliau selalu mengawasi kegiatan anak, karena anak belum bisa mandiri. Di dalam rumah beliau menerapkan aturan kepada anak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, yaitu berupa doa-doa harian, dan anak akan sering melakukannya. Berikut kutipan wawancara dengan beliau: Aturannya paling kalau mau mandi, mau makan, dan mau tidur baca doa. Karena kan masih kelas 1 jadi ya yang sederhana dulu. Terus kalau sore harus sekolah TPQ, malamnya ngaji. 19 Beliau juga memberikan hadiah atau pujian kepada anak ketika anak melakukan sesuatu yang baik. Namun dalam mengasuh anak beliau beserta suaminya sedikit otoriter kepada anak ketika anak melakukan kesalahan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan beliau: 18 H, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret E, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 7 Maret 2015

12 90 hlm.77. Ya, pernah. Pas lagi rewel terus. Dinasehati pakai omongan masih tetap rewel. Terus sama abahnya dimasukkan ke kamar sebentar, akhirnya diam. 20 Anak dengan pola pengasuhan orang tua yang demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar dan anakanak cenderung lebih mudah berkembang dengan baik. 2. Pola Asuh Permisif Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif di Dukuh Galang Wolu adalah Ibu B, Ibu J, Ibu M, Ibu Y.J, Bapak T, dan Ibu T.S. Pola asuh permisif yang diterapkan oleh sebagian orang tua di Dukuh Galang Wolu yaitu orang tua cenderung tidak memperhatikan apa yang dilakukan anaknya serta memberikan kebebasan kepada anak. Sebagaimana dikatakan Agus Wibowo dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Usia Dini bahwa ciri-ciri pola asuh permisif diantaranya orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat serta orang tua kurang kontrol dan perhatian terhadap anak. 21 Orang tua juga kurang menuntut sikap tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Meskipun di dalam rumah ada aturan yang harus dilakukan anak, namun orang tua kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang ada. Ketika anak lupa atau menunda-nunda dalam melakukan tugas rumah, orang tua tidak mengingatkan atau menegurnya. Disisi lain ketika anak melakukan suatu hal yang baik, entah itu mengerjakan tugas rumah atau yang lain, orang tua jarang 20 E, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 7 Maret Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013),

13 91 memberi hadiah atau pujian kepada anak. Ibu B yang sebelumnya hanya sebagai ibu rumah tangga, sekarang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena suaminya menyerahkan urusan keluarga sepenuhnya kepada beliau, akibatnya urusan anak sedikit dikesampingkan. Beliau memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa ada pengawasan sama sekali. Berikut hasil wawancara dengan beliau:...suami saya menyerahkan urusan keluarga sepenuhnya kepada saya. Kalau suami saya ada uang diberikan ke saya. Kalau tidak ada ya sudah saya yang harus mikir, biarpun saya sakit atau hujan deras sekalipun saya harus cari uang... Ya itu tadi mereka tahu sendiri jadwal-jadwalnya. Sayanya kerja dari jam sampai sore kadang juga sampai Maghrib. Paling ya uang sakunya sudah saya siapkan di tasnya. 22 Ibu B juga kurang terlibat dalam tugas yang anak kerjakan, dimana dalam hal ini adalah tugas sekolah. Namun dalam kaitannya dengan keperluan anak, Ibu B masih menyiapkan semua keperluan anak, dan beliau bersikap otoriter dalam menerapkan aturan kepada anak berupa jatah uang saku yang harus anak patuhi. Selanjutnya Ibu J juga lebih banyak bersikap permisif kepada anak. Ibu J yang kesehariannya menjadi ibu rumah tangga dimana waktu luang beliau juga banyak, namun beliau memberikan kebebasan penuh kepada anak, hal ini disebabkan karena anak susah diatur. Namun beliau peduli dan ingin terlibat dalam kaitannya dengan sekolah anak. Sebagaimana jawaban beliau berikut ini: 22 B, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 5 Maret 2015

14 92 Saya membebaskan dia. Terserah dia. Ya paling ngandani untuk belajar. Kalau saya tanya-tanya misal tentang pelajarannya juga dia jawabnya tapi tanya-tanya juga ndak bisa mengajari. Ya saya sadar sendiri sajalah. 23 Ibu M dan Ibu Y.J yang kesehariannya sebagai ibu rumah tangga serta Ibu T.S yang berprofesi sebagai dukun bayi juga memberikan kebebasan kepada anak dalam hal bermain serta tanpa ada pengawasan dari orang tua, sebelumnya mereka hanya menanyakan serta memperingatkan anak untuk tidak jauh-jauh ketika bermain. Hal ini sesuai hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap R anak dari Ibu M. Hasil observasi menunjukkan bahwa memang Ibu M memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain, dan beliau kurang kontrol terhadap apa yang dilakukan anak. Saat itu R sedang bermain layangan bersama teman-temannya, mereka baru berhenti ketika hujan turun. Namu R tidak pulang ke rumah, ia bersama teman-temannya berkumpul dihalaman rumah tetangga, kemudian pindah lagi ke Gardu. Di Gardu tersebut ia bersama dua orang temannya melewatkan waktu Ashar dan jadwal TPQ yang seharusnya mereka lakukan. Namun Ibu M tidak terlihat mencari untuk kemudian menyuruhnya berangkat sekolah, padahal Ibu M sendiri dari pagi sampai sore berada di rumah. 24 Dalam kaitannya dengan aturan yang diterapkan di dalam rumah, Ibu T.S kurang tegas terhadap anak. Ketika anak lupa tidak melakukan tugasnya, beliau tidak menegur atau mengingatkan anak. 23 J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret Hasil Observasi terhadap R Anak dari Ibu M, Dukuh Galang Wolu, 15 Maret 2015

15 93 Di dalam mengasuh anak Bapak T juga bersikap permisif dalam kaitannya dengan pergaulan anak. Beliau membebaskan anak untuk berteman dengan siapa saja, beliau mengatakan ada senangnya juga ketika anak bermain, karena anak tidak akan minta uang terus. Dalam hal ini beliau hanya memperingatkan anak untuk tidak jauh-jauh. Bapak T hanya akan bersikap otoriter dalam kaitannya dengan ngaji dan sekolah. Anak-anak di Dukuh Galang Wolu yang diasuh dengan pola asuh permisif ini cenderung lebih terbiasa mandiri karena mereka sering melakukan sesuatu tanpa pengawasan orang tua, dan cenderung lebih bebas, tidak bisa mengontrol waktu dan sikap, karena mereka merasa benar melakukan apapun yang mereka kehendaki serta anak menjadi kurang bertanggung jawab terhadap aturan yang diterapkan keluarga. 3. Pola Asuh Otoriter Orang tua di Dukuh Galang Wolu yang menerapkan pola asuh otoriter yaitu Ibu K yang kesehariannya menjadi ibu rumah tangga sekaligus berjualan nasi dipagi hari. Beliau bersikap keras dalam mengasuh anaknya, beliau memberikan aturan-aturan yang harus dikerjakan anak, beliau hanya akan memberikan kebebasan kepada anak ketika anak ada tugas sekolah atau ada jadwal try out. Dalam kaitannya dengan pergaulan anak, beliau juga membatasi waktu bermain anak meskipun dalam memilih berteman dengan siapa beliau tidak memberikan batasan, hal ini karena beliau paham betul anaknya

16 94 hanya bermain disekitar rumah saja dan beliau kenal dengan temanteman anaknya. Ibu K menuturkan: Aturannya ya kalau sudah pukul WIB harus tidur. Tapi ya kadang sampai malam masih melek aja nonton tv. Tak kandani terus. Apalagi sekarang sudah pegang HP, jadi mainan HP terus. Padahal saya ndak pernah ngizinin buat megang HP. Awalnya bapaknya itu bilang kalau dapat ranking bakal dibelikan HP, lah ternyata kok ranking..ya sudah langsung ditagih. Tapi sekarang ini sementara Hpnya tak sita. Aturan lainnya si tak suruh bantu mengerjakan tugas rumah, seperti menyapu dan melipat baju. Ya karena anak pertama kan ya... tapi harus diomeli dulu baru dia mau mengerjakan. Kalau pas sadar sendiri ya iya dipatuhi, kalau tidak harus disuruh dulu. 25 Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter membuat anak merasa terkekang dan cenderung agresif. Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua di Dukuh Galang Wolu menerapkan pola asuh yang berbeda-beda terhadap anaknya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari diri anak itu sendiri yang belum mandiri, manja, keras kepala, dan susah diatur, keadaan ekonomi keluarga yang kurang yang menjadikan orang tua sibuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta para ibu yang menjadi ibu rumah tangga seringkali sibuk dengan urusannya. 25 K, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

Kuesioner A. PROKRASTINASI AKADEMIK

Kuesioner A. PROKRASTINASI AKADEMIK Kuesioner Kami mohon bantuan anda mengisi angket untuk penelitian siswa SMP Negeri 10 Salatiga sebagai bahan riset untuk menyelesaikan Study Magister Sains Psikologi di UKSW Salatiga. Untuk itu kami mohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, maka akan dilakukan

Lebih terperinci

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih BAB IV ANALISIS PERAN WANITA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK DI DUKUH BRAJAN DESA SALAKBROJO KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 A. Analisis Peran Wanita

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA A. IDENTITAS Kelas : B. PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat BAB V PEMBAHASAN Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR Kuesioner Gaya Pengasuhan No. Item Spearman Diterima / Ditolak 1 0,304 Diterima 2 0,274 Ditolak 3 0,312 Diterima 4 0,398 Diterima 5 0,430 Diterima 6

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG Metode yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan sifat masalahnya merupakan metode

Lebih terperinci

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I 99 KISI KISI ANGKET Judul Skripsi Devenisi Operasional : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Anak Usia Dini dalam Belajar di TK Al- Falah 1 Kota Jambi. : Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. peneliti, maka peneliti menganalisis dengan analisis deskriptif komparatif.

BAB IV ANALISIS DATA. peneliti, maka peneliti menganalisis dengan analisis deskriptif komparatif. 92 BAB IV ANALISIS DATA Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara, observasi dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka peneliti menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 63 SKALA KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE Usia : Mulai Menopause umur : Masih Bersuami : ya / tidak Alamat : NO PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya menghadapi masa-masa menopause ini dengan biasa seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO A. Tipologi Demografis Masyarakat Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang 1. Keadaan Demografis Penduduk Kelurahan Wonolopo berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

LAMPIRAN A 1. SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA WAKTU 3. RELIABILITAS SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA 4. RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI

LAMPIRAN A 1. SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA WAKTU 3. RELIABILITAS SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA 4. RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI LAMPIRAN A 1. SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA WAKTU 2. SKALA REGULASI EMOSI 3. RELIABILITAS SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA WAKTU 4. RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI No : Fakultas Psikologi ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir Trust vs mistrust Aspek kognitif Aspek sosial Aspek pertimbangan Autonomy vs doubt and shame Initiative vs guilt inisiatif Ciri-ciri subjek sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu

Lebih terperinci

KARENA KITA ADALAH ORANGTUA: Percikan Cerita Pengasuhan Anak

KARENA KITA ADALAH ORANGTUA: Percikan Cerita Pengasuhan Anak KARENA KITA ADALAH ORANGTUA: Percikan Cerita Pengasuhan Anak Daftar Isi Bagian 1. Prinsip-prinsip Pengasuhan Anak Selalu Ada Kelebihan dan Kekurangan 11 Siapa Saya dan Apa Peran Saya 15 Saya, Asisten dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY 2016 085643378090 PENGERTIAN Komunikasi pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian pesan. Proses tersebut melibatkan dua pihak

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS. Koefisien Validitas

UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS. Koefisien Validitas L A M P I R A N UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS Variabel Dukungan Sosial Wali Kelas (X) No Item Koefisien Validitas Titik Kritis Keterangan 1 0,788 0,300 Valid 2 0,487 0,300 Valid 3 0,629 0,300 Valid

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: 1. Komunikasi Keluarga a. Keluarga Bapak Rubai (48 tahun) Peneliti : Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi tugas akhir, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Konsep Diri dengan Dukungan Orang Tua pada Siswa Kelas II SMU X Lampung yang sedang

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Dibalik perjuangan seorang PAPA Dibalik perjuangan seorang "PAPA" Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Persepsi Orang Tua terhadap Bimbingan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 54 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 55 No. Jurusan Semester Pekerjaan : : : : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Skala ini terdiri dari 2, skala yang pertama berjumlah 30 item dan skala yang kedua berjumlah 42 item.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman yang penuh persaingan ini, pendidikan merupakan salah satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia dengan pendidikan dapat menggali

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Arikunto (2003) mengemukakan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

Lebih terperinci

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA 65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Data 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung Pembinaan akhlak menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang Perkembangan moral anak usia pra sekolah berada pada tingkat paling dasar, yaitu kurang memperdulikan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Mereka berperilaku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN A. Analisis Penggunaan Metode Pembiasaan dalam Menghafal Doa Harian di KB Al Barokah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap problematika penanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Dusun Ngelo Dusun Ngelo merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT A. Analisis Bentuk Penyimpangan Perilaku Peserta Didik

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu Upaya orang tua dalam membina emosi anak akibat perceraian di Kecamatan Bukit

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

SKALA I. 3. Sebaiknya jawaban bersifat spontan dan tidak didasarkan atas apa yang dianggap benar.

SKALA I. 3. Sebaiknya jawaban bersifat spontan dan tidak didasarkan atas apa yang dianggap benar. SKALA I No. Angket : Usia : Petunjuk Pengisian Skala : 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut. Kemudian kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan pikiran, keyakinan dan keadaan anda sebenarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA No. Pernyataan SS S N TS STS 1 2 Saya tidak mendaftar sidang skripsi pada periode ini karena merasa belum siap. Saya tersinggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama Masa Kecilku Masa yang paling ingin diulangi adalah masa kecil kita. Di mana kita bisa bermain sepuasnya, dan belum tahu apa pun yang menyangkut orang dewasa. Tapi tidak semua orang bisa merasakan masa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENYESUAIAN DIRI REMAJA DALAM ASUHAN IBU TIRI DI DESA KECEPAK BATANG. Diri Remaja dalam Asuhan Ibu Tiri di Desa Kecepak Batang.

BAB IV ANALISIS PENYESUAIAN DIRI REMAJA DALAM ASUHAN IBU TIRI DI DESA KECEPAK BATANG. Diri Remaja dalam Asuhan Ibu Tiri di Desa Kecepak Batang. BAB IV ANALISIS PENYESUAIAN DIRI REMAJA DALAM ASUHAN IBU TIRI DI DESA KECEPAK BATANG Pada bab ini peneliti akan melakukan analisis dari survey baik dari pustaka maupun lapangan. Dalam hal ini peneliti

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Angket Pola Asuh Orangtua. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 4. Kelas : 5. Pendidikan Orangtua :

LAMPIRAN 1. Angket Pola Asuh Orangtua. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 4. Kelas : 5. Pendidikan Orangtua : LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Angket Pola Asuh Orangtua I. IDENTITAS Bagian ini berisi data terkait identitas diri Anda Petunjung Pengisisan: Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: Human Relations Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan Fakultas FIKOM Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Isi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan yang fundamental dalam pendidikan, dimana dalam belajar terjadi tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan

Lebih terperinci

BAB III KARAKTER TANGGUNG JAWAB ANAK YANG BERADA DI SANGGAR GENIUS CEU WITA YATIM MANDIRI

BAB III KARAKTER TANGGUNG JAWAB ANAK YANG BERADA DI SANGGAR GENIUS CEU WITA YATIM MANDIRI BAB III KARAKTER TANGGUNG JAWAB ANAK YANG BERADA DI SANGGAR GENIUS CEU WITA YATIM MANDIRI Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri mereka membutuhkan orang di sekitar untuk membantu dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42)

Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42) Lampiran 10. Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42) Nomor Skor Sampel Otoriter Demokratis Permisif Tipe Pola Asuh 1. 3 4 7 Permisif 2. 2 10 0 Demokratis 3. 1 8 1 Demokratis 4 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN ORANG TUA ASUH DALAM MENANAMKAN KEDISIPLINAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU ROHADI KALIWUNGU KENDAL

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN ORANG TUA ASUH DALAM MENANAMKAN KEDISIPLINAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU ROHADI KALIWUNGU KENDAL 67 BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN ORANG TUA ASUH DALAM MENANAMKAN KEDISIPLINAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU ROHADI KALIWUNGU KENDAL 1.1. Analisis Pola Asuh dan Bimbingan Orang Tua Asuh di Panti Asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks kenegaraan, penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan diartikan

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak BABI PENDAillJLUAN 1.1. Latar Belakang Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak memerlukan perhatian dan pengawasan dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Hal ini penting

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,

Lebih terperinci

LAMPIRAN C KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN C KUESIONER PENELITIAN 111 127 LAMPIRAN C KUESIONER PENELITIAN 128 112 Selamat Pagi/Siang/Sore Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, yang saat ini sedang melakukan pembuatan alat ukur (kuesioner) bermaksud

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah. LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena mereka akan meneruskan ke tingkat Perguruan

Lebih terperinci

1 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

1 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 1 2 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 3 LAMPIRAN ( A-1 ) SKALA DISIPLIN KERJA 4 Kepada Yth Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta Dengan hormat, Di tengah kesibukan Bapak / Ibu, perkenankanlah saya

Lebih terperinci

Kisi-kisi Alat Ukur Resilience

Kisi-kisi Alat Ukur Resilience LAMPIRAN A Kisi-kisi Alat Ukur Variabel Kategori Indikator Item Pertanyaan/Pernyataan RESILIENCE Social Competence 1. Kemampuan untuk mendengarkan dan menanggapi secara positif pendapat orang lain lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci