BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. di dalam darah. Proses ini dinamakan sebagai respirasi dengan menggunakan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Ada banyak penyebab dari terganggunya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK MEROKOK BAGI SITEM PERNAPASAN. Dampak Buruk Merokok pada Sistem Pernapasan

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan

BAB II ROKOK DI KALANGAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

Sistem Pernafasan Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup bila tidak mampu bergerak, memelihara gerak dalam. mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jenis Rokok Kandungan Rokok

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

Menghitung kapasitas udara paru-paru pada manusia dengan teliti. Mnyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas udara paru-paru manusia

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

PANDUAN LARANGAN MEROKOK DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Kapasitas vital paru-paru Paru-paru adalah salah satu organ pada sistem pernapasan yang berfungsi sebagai tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan karbondioksida di dalam darah. Proses ini dinamakan sebagai respirasi dengan menggunakan batuan haemoglobin sebagai pengikat oksigen. Setelah O2 di dalam darah diikat oleh hemoglobin, selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh. Paru paru juga dapat didefinisikan sebagai alat pernapasan utama, paru - paru mengisi rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula didalam dasar leher. Menurut Drs.H. Syaifuddin, A.Mk, paru-paru adalah salah satu bentuk pernapasan yang berada didalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viretalis. Kedua paru-paru sangat lunak, elastis, sifatnya ringan terapung didalam air, dan berada didalam ronnga torak. Paru-paru yang berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena adanya partikel-partikel debu yang masuk dimakan oleh fagosit.

Berikut ini merupakan penyakit yang terdapat didalam paru-paru: 1. Asbestosis, silikosis, dan pneumokoniosis disebabkan oleh menghirup partikel yang mengiritasi dan membuat peradangan jaringan paru-paru, mengarah ke timbulnya fibrosis. Pada penyakit paru-paru akibat aktivitas, terdapat penebalan perlahan (fibrosis) jaringan paru-paru, yang akhirnya menimbulkan pembentukan jaringan parut ireversibel. 2. Silikosis adalah salah satu penyakit paru akibat lingkungan sekitar. Penyakit ini merupakan suatu pneumokoniosis yang disebabkan oleh inhalasi partikelpartikel Kristal silika bebas. 3. Asbestosis adalah penyakit paru yang disebabkan banyaknya zat asbes yang terhirup paru-paru, sehingga menyebabkan kerusakan berat. Pada beberapa kasus asbestosis, dapat terjadi kanker paru-paru. 4. Kanker paru-paru, keberadaan tumor ganas di paru-paru disebut kanker paruparu. Kanker paru-paru adalah kanker paling umum di dunia dan lebih dari satu juta kasus baru ditemukan setiap tahun. Penyebab paling sering kanker paru-paru yang ditemukan hampir 90 persen dari seluruh kasus adalah rokok. Banyaknya zat iritan yang terhirup saat bernapas memicu pertumbuhan sel abnormal di dalam paru-paru, tapi rokok mengandung ribuan zat karsinogen (penyebab kanker). Kanker paru-paru dapat menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lain. Metastasis ke tulang dapat menimbulkan rasa nyeri dan patah tulang. Dalam otak

menyebabkan sakit kepala dan penurunan kesadaran, serta dalam hati menyebabkan penurunan berat badan dan ikterus di mana kulit menjadi berwarna kekuningan. Dalam kasus yang sangat jarang, kanker paru-paru disebabkan oleh asbes, zat kimia beracun, atau gas radioaktif radon. Seperti penyakit kanker lainnya, kanker paru-paru pun dapat dipicu oleh keberadaan faktor genetik dan penerapan gaya hidup yang tidak sehat, yang umumnya seperti merokok dan terlalu banyak minum-minuman alkohol, serta kurangnya berolahraga. Gejala awal kanker paru-paru tidak spesifik. Namun, umumnya batuk yang terus-menerus biasanya gejala paling awal. Karena kebanyakan orang yang menderita kanker paru-paru adalah perokok, maka biasa disebut "batuk perokok". Gejala lain berupa batuk berdarah, mengi, berat badan turun, suara serak yang terus menerus, dan nyeri dada. Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum. 2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.

3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya. 4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ± 5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (Guyton & Hall). Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20 25% lebih kecil daripada pria, dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis (Guyton & Hall). 2. Makna dan pengukuran Volume Paru-paru Pada percobaan ini volume tidal diperoleh dengan cara melakukan ekspirasi dan inhalasi normal. Spirometer ditiup saat praktikan melakukan ekshalasi normal tersebut. Besar volume tidal biasanya 500 ml untuk pria maupun wanita. Kesalahan yang terjadi pada nilai volum tidal pada pria dapat disebabkan karena praktikan menghirup napas dalam sehingga udara yang dikeluarkan banyak. Volume ekspirasi cadangan diukur dengan cara praktikan menghirup napas normal, namun menghembuskan napas sekuat-kuatnya pada spirometer. Nilai volum ekpirasi cadangan sendiri adalah pengurangan angka yang tercatat pada spirometer dikurangi dengan volum tidal yang telah diukur sebelumnya. Volume ekspirasi cadangan berdasarkan literatur adalah sekitar 1200 ml untuk pria dan 700

ml untuk wanita. Kesalahan yang terjadi pada percobaan dapat terjadi karena praktikan berusaha untuk memaksakan proses ekspirasi secara berlebihan (dari yang mestinya dilakukan). Kapasitas vital diukur dengan cara melakukan inspirasi sekuat-kuatnya dan ekspirasi sekuat-kuatnya. Saat melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, udara dihembuskan ke dalam spirometer. Angka yang ditunjuk oleh jarum pada spirometer merupakan kapasitas vital paru-paru (dalam ml). Menurut literatur, volume kapasitas vital paru-paru untuk pria adalah sekitar 4500 ml sedangkan untuk wanita 3100 ml. Dari kapasitas vital ini dapat diketahui volume inspirasi cadangan dengan mengurangi kapasitas vital dengan volume tidal dan volume ekspirasi cadangan. Laki-laki memiliki volume inspirasi cadangan yang lebih tinggi dibandingkan wanita, yaitu sekitar 3100 ml, untuk pria, dan 1900 ml, untuk wanita. Data yang diperoleh jauh di bawah dari data dari literatur. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dari kapasitas total, volume tidal, dan volume ekspirasi cadangan sudah berbeda jauh dari data literatur. Hal inilah yang menyebabkan hasil untuk volume inspirasi cadangan juga berbeda dengan data dari literatur. Pada umumnya perbandingan antara volume tidal, volume ekspirasi cadangan dan volume inspirasi cadangan adalah 1:2:6 untuk pria. Sedangkan untuk wanita, perbandingannya sebesar 2:3:8. Namun dari hasil percobaan menunjukan bahwa perbandingan tidak sesuai dengan literatur. Kesalahan ini bisa disebabkan oleh pernapasan yang kurang normal dari praktikan. Bisa juga disebabkan kondisi

lingkungan, contohnya keadaan udara di dalam ruangan tempat praktikum berlangsung. Sebagai aplikasi dalam pengukuran volume respirasi adalah untuk mendeteksi patologi pada volume paru-paru. Contohnya pada orang asma konstriksi jalannya udara cenderung menutup sebelum ekshalasi penuh. Hasilnya fungsi paru-paru menunjukkan pengurangan kapasitas vital, pengurangan ekspirasi cadangan, dan kecepatan pergerakan udara. Pada saat kontriksi saluran udara akan menghasilkan suara yang tidak normal pada serangan asma. Kondisi itu membatasi penggembungan maksimal paru-paru yang berefek sama terhadap kapasitas vital. Karena hal tersebut, inspirasi cadangan menjadi rendah. Meskipun demikian ekspirasi cadangan dan pergerakan kecepatan ekspirasi relatif normal. Pada orang normal volume udara dalam paru bergantung pada bentuk dan ukuran tubuh. Posisi tubuh juga mempengaruhi volume dan kapasitas paru, biasanya menurun bila berbaring, dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada posisi ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu kecenderungan isi abdomen menekan ke atas melawan diafragma pada posisi berbaring dan peningkatan volume darah paru pada posisi berbaring, yang berhubungan dengan pengecilan ruang yang tersedia untuk udara dalam paru. (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah bentuk anatomi tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan dan pengembangan paru dan rangka dada (Compliance paru). Penurunan kapasitas paru dapat disebabkan oleh kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada penyakit poliomyelitis atau cedera saraf spinal, berkurangnya compliance paru, misalnya pada penderita asma kronik, tuberkulosa,

bronchitis kronik, kanker paru dan pleuritis fibrosa dan pada penderita penyakit bendungan paru, misalnya pada payah jantung kiri. (guyton, 1994). 3. Cara Sederhana Mengukur Volume Kapasitas Paru-paru Untuk mengukur volume dalam kapasitas paru-paru dapat menggunakan alat sederhana yakni spirometer. Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru dan dicatat dalam grafik volum per waktu. Galen melakukan eksperimen volumetric terhadap saluran udara manusia. Dia menyuruh seorang anak menghirup dan mengeluarkan udara dan menemukan volum gas,setelah beberapa waktu,tetap. Galen menemukan ukuran yang mutlak dari ukuran paru-paru. Borelli mencoba untuk mengukur volume inspirasi dalam satu kali bernafas. Dia melakukannya dengan menghisap cairan dari tabung silinder. Goodwyn E. menghisap air ke dalam bejana berisi udara yang sudah diukur beratnya dalam skala. Dia menyebutkan bahwa kapasitas vital paru-paru dapat mencapai 4460 ml. Dia memeriksa temperaturnya, tapi dia tidak menggunakan nose-clip. Menzies R. mencelupkan seorang laki-laki ke dalam air berisi lebih dari satu barel ke dagunya dan mengukur kenaikan dan penurunan tingkatan sekitar

dagu. Dengan metode body plethysmography, dia menentukan volume tidal paruparu. Davy H. mengukur kapasitas vital paru-parunya sendiri sebesar 3110 ml. volume tidal paru-paru sebesar 210 ml menggunakan gasometer dan volume residu paru-paru sebesar 590-600 ml menggunakan metode pengenceran hydrogen. Maddock, A.B. mempublikasikan di Lancet, sebuah surat untuk editor tentang Pulmometer nya. Penemuan luar biasa yang saya temukan sangat berguna untuk mengukur kekuatan dari paru-paru di dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda. John Hutchinson mempublikasikan laporannya tentang air di spirometer yang tetap digunakan sampai hari ini hanya dengan perubahan kecil (perubahan besar yang terjadi sekarang adalah penambahan alat pengukur grafik dan waktu dan reduksi masa bel). Hutchinson mencatat kapasitas vital paru-paru 4000 orang dengan spirometernya. Dia menunjukan bahwa kapasitas vital paru-paru berbanding lurus dengan tinggi dan dia pun menunjukan bahwa kapasitas vital paru-paru tidak memiliki kaitan dengan berat badan. Hutchinson telah memulai pekerjaannya dengan spirometers pada tahun 1844. Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah udara yang di hirup dan dihembuskan oleh mahluk hidup. Volume udara pernapasan pada keadaan normal biasa disebut tidal volume (volume pasang) yang besarnya 550 mm. Volume udara yang di hembuskan secara maksimal disebut kapasitas vital. Seorang laki-laki mampu mencapai kapasitas sebesar 4,5 liter, sedangkan perempuan hanya sekitar 3,5 liter.

Spirometer terdiri atas tangki yang berisi air. Di dalamnya terdapat tabung yang bagian bawahnya terbuka. Pada bagian samping tabung terdapat pipa yang ujungnya dapat dihirupoleh orang yang akan diperiksa. Apabila orang tersebut menghirup udara melalui ujung pipa tersebut, volume udara dalam tabung akan berkurang sehingga tabung akan tenggelam dalam air. Sebaliknya, bila orang tersebut menghembuskan napas, volume udara akan bertambah dan tabung akan naik kembali. Perbedaan volume udara ketika menghirup dan menghembuskan nafas itulah yang di pakai untuk mengukur volume pernapasan. Pemeriksaan ini penting untuk menilai kapasitas paru-paru dan mengdiagnosis penyakit. Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik napas dan menghembuskan napas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara. Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru 500 ml. Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernapasan terdapat keadaan reserve; akhir darisuatu inspirasi dengan suatu usaha agar mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebut inspiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu respirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut dengan expiratory reserve volume yang jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebut fungtional residual capacity (FRC). Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi

maupun ekspirasi, kedua keadaan yang ekstrim ini disebut vital capacity. Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan apapun paruparu tetap mengandung udara, udara ini disebut residual volume (kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa. Kapasitas vital dalam paru-paru terdiri dari: 1. Udara Pernapasan (UP) Udara yang masuk keluar saat bernapas biasa, dan volume udara yang masuk keluar sebanyak 5.00 ml. 2. Udara Cadangan Inspirasi atau Udara Komplementer (UK) Udara yang masi dapat dimasukan ke paru-paru secara maksimal setelah inspirasi normal, dan besarnya udara komplementer adalah 1.500 ml. 3. Udara Suplementer (US) Udara yang masi dapat dikeluarkan dari paru-paru secara maksimal setelah ekspirasi biasa, dan besarnya adalah 1.200 ml. 4. Kapasitas Vital Paru (KVP) Merupakan kemampuan paru-paru mengeluarkan udara secara maksimal setelah melakukan inspirasi dan besarnya kapasitas Vital Paru-paru adalah 4.500 ml. Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernapas dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi

helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya dipergunakan spirometer. Penderita disuruh bernafas dalam satu menit yang disebut respiratory minute volume. Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama 15 menit disebut maximum voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan pernafasan. Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol. Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar. Dengan adanya alat ukur ini sangat baik untuk mengukur tingkat kapasitas paru-paru bagi perokok aktif, karena dengan adanya alat sederhana ini maka dalam pengukuran tingkat kesehatan tubuh akan menjadi lebih muda. 4. Definisi Rokok Serta Perilaku Tidak Merokok Definisi rokok menurut wikipedia adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar

pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Menurut Harissons (1987), merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok batangan maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang dibakar adalah 90 o C untuk ujung rokok yang dibakar dan 30 o C untuk ujung rokok yang terselip di dalam bibir perokok. Menurut Sitepoe (2000), asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedang asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh si perokok disebut sidestream smoke. Kedua asap tersebut yang mengakibatkan timbulnya perokok pasif. Ogawa (2006), mendefinisikan kebiasaan merokok sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok menganggu kesehatan, kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Diperkirakan setiap tahunnya dua setengah juta orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok (Crofton, 1990).

Rokok yang dihisap mengandung berbagai macam bahan kimia dengan berbagai jenis daya kerja terhadap tubuh, asap rokok mengandung 4000 jenis bahan kimia, beberapa bahan kimia yang terdapat dalam rokok yang memberikan efek terhadap kesehatan yakni nikotin, tar, karbonmonoksida serta berbagai logam berat lainnya. Oleh karena itu seseorang akan terganggu kesehatannya bila merokok terus-menerus. ( Sitepoe, 2000) Ada beberapa jenis rokok yang dikenal dikalangan masyarakat yaitu rokok putih, rokok kretek, rokok kelembak, rokok cerutu, rokok pipa dan lain-lain. Rokok putih adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau saja tanpa dicampur dengan bahan-bahan yang lain sedangkan rokok kretek adalah rokok yang terbuat dari tembakau dan juga cengkeh. Rokok kelembak adalah rokok yang terbuat dari tembakau yang dicampur dengan tembakau. Rokok cerutu adalah rokok yang terbuat dari daun tembakau kering yang dirajang agar lebar disusun sedemikian rupa dan kemudian dibalut dengan daun tembakau. ( Sitepoe, 2000) Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sanagat merugikan, baik untuk diri sendiri dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dilihat dari sisi individu yang bersangkutan, ada beberapa riset yang mendukung pernyataan tersebut. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung didalam rokok seperti nikotin, tar, dan karbonmonoksida akan memacu kerja dari susunan syarap simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat. ( Kendal dan Hemman, 1998)

Dilihat dari sisi orang disekeliling bahwa merokok dapat berdampak negativ bagi para perokok pasif. Resiko yang ditanggung oleh perokok pasif lebih berat dibandingkan dengan perokok aktif, karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah. ( Safarino dalam Cahyani, 1995) Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia sudah merupakan kebiasaan yang fenomena. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukannya semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda. Hasil riset Lembaga Menanggulangi Merokok (Republika, 1998) mengemukakan bahwa usia masyarakat di Indonesia yang sudah mulai merokok adalah pada usia 9 tahun. Smet (1994), mengatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa peilaku merokok dimulai pada saat masa anak-anak dan masa remaja. Menurut Depkes RI (1996) bahwa banyak remaja yang tidak menyadari tentang dampak yang ditimbulkan oleh rokok terhadap gangguan kesehatan yang sangat menganggu kesehatannya seperti sakit tenggorokan (batuk-batuk), kanker paru-paru, penyakit jantung dan pembuluh darah, kelahiran prematur (dini), kulit tidak elastis dan mudah keriput serta prestasi kerja yang menurun.

Hal lain yang mendukung bahwa remaja dengan tingkat pendidikan sekolah menengah sangat rentan terhadap rokok karena remaja khususnya remaja laki-laki, pada saat ini masih dalam tahap perkembangan mental atau pencarian jati diri dimana salah satunya adalah pengaruh teman sebaya (Adiputra, 2005). Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok dikalangan masyarakat. Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok adalah fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor didalam diri juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Secara umum merokok rata-rata sudah dimulai sejak usia remaja yang diakibatkan oleh pergaulan sehari-hari. Remaja yang mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989), berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak semuanya dapat berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara untuk menemukan jati dirinya. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991), bahwa perilaku mero kok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Dalam artian simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Disisi lain saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin akan terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan.

Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Artinya perilaku merokok adalah perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan karena sifat nikotin adalah adaktif, jika di hentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stres. Dikatakan oleh Klinke dan Meeker (dalam Aritonang, 1997), motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan dan relaksasi. Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal dan Clearly (dalam C ahyani, 1995), terdapat empat tahap merokok sehingga menjadi perokok aktif. 1. Seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara melihat, mendengar, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini yang menimbulkan seseorang berminat untuk merokok. 2. Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak perilaku merokok tersebut. 3. Apabila seseorang telah mengkonsumsi lebih dari 4 batang rokok perhari, maka akan mempunyai kecenderungan menjadi perokok. 4. Tahap yang terakhir adalah sudah merupakan tahap merokok yakni salah satu bagian dari cara pengaturan diri. Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan. Selain faktor-faktor perkembangan remaja dan kepuasan psikologis, masih banyak faktor dari luar individu yang berpengaruh pada proses pembentukan

perilaku merokok. Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari dari pihak-pihak lain. Batasan operasional penduduk umur 15 tahun keatas yang tidak pernah merokok dalam1 bulan terakhir. Rumah tangga yang tidak merokok adalah rumah tangga dimana tidak ada anggota rumah tangga umur 15 tahun keatas yang merokok di dalam rumah setiap hari. Berdasarkan batasan operasional ini, maka yang dimaksud dengan tidak merokok adalah penduduk yang tidak merokok selama sebulan penuh setelah dilakukan survei. Oleh sebab itu mantan perokok adalah termasuk kategori tidak merokok. Perilaku tidak merokok penduduk usia 15 tahun keatas selama 3 tahun (2004-2007) memang mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 3,0 %. Apabila peningkatan perilaku tidak merokok ini konsisten, maka pada tahun 2010 akan menjadi sekitar 70,0 %. Artinya tinggal 30,0 % saja penduduk Indonesia umur 15 tahun keatas yang masih merokok. Perilaku tidak merokok pada perempuan jelas lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan perilaku merokok dalam kelompok umur dapat disimpulkan tidak ada hubungannya. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa presentase terendah perilaku tidak merokok adalah pada umur antara 25-59 tahun. Dilihat dari tempat pemukiman, perilaku tidak merokok penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk pedesaan. Hal ini berarti, penduduk pedesaan lebih banyak yang merokok dibandingkan dengan penduduk perkotaan. Dari segi pendidikan, kelompo orang yang berpendidikan rendah justru lebih tinggi presentase yang merokok, dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Hal ini bertentangan dengan teori karena mestinya orang yang berpendidikan tinggi lebih

mengetahui bahaya-bahaya merokok bagi kesehatan, sehingga lebih menghindari rokok. 5. Pengaruh Rokok Terhadap Sistem pernapasan 1. Dampak Rokok pada Paru-paru Dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar ( hyperthropy) dan kelenjar mukus bertambah banyak ( hyperplasia) sehingga terjadi penyempitan saluran napas. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru pada perokok akan timbul permasalahan fungsi paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi unsur utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM) termasuk emfisema paru-paru, bronkhitis kronis, dan asma (Hans, 2003). Herminto (1998) juga menyatakan bahwa, penurunan fungsi paru akan mulai terlihat pada lama pernapasan yang terjadi pada 2 tahun dan seterusnya akibat debu dan kebiasaan merokok. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Menurut Ghalenium (2006), m erokok juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, memekatkan darah sehingga mudah menggumpal, menganggu irama jantung. Kandungan nikotin, gas CO, radikal bebas dan zat-zat tersebut dapat merusak lapisan endotel dalam pembuluh darah. Apabila terbentuk suatu plak dalam pembuluh darah, dapat menjadi suatu proses awal terjadinya arterosklerosis yang dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskuler (Syaifuddin, 2001). Sehingga dalam diri perokok tidak hanya saja beresiko terjadi gangguan paru-paru tetapi juga beresiko terhadap gangguan jantung dan pembuluh darah, hal ini akan berakibat pada penurunan kinerja jantung paru. Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dalam tubuh manusia salah satunya penyakit yang berhubungan dengan paru-paru, yakni kangker paru-paru. Penyakit kangker paru-paru lebih berbahaya dari penyakit TBC paru, apalagi kangker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak ditemukan dan sering di jumpai pada kaum pria. Penyakit kangker paru-paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyabab utamanya. Hal ini talah dibuktikan pada beberapa penelitian baik yang didalam maupun luar negeri. ( Aditama, 1997) Rokok juga merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya

merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janian. Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi. 2. Kandungan Asap Rokok Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan dan terdapat lebih dari 200 macam racun (Mu tadin, 2007). Asap rokok itu mengandung antara lain karbon monoksida (CO), nikotin, dan polycyclic aromatic hidrocarbon yang mengandung zat pemicu terjadinya kanker ( tar, benzopyrenes,, nitroso-nor-nicotin, kadmium, hydrogen cyanide, vinyl chlorid, toluane, arsanic, phenol butana, amonia, methanol, acaton) selain itu asap rokok yang dihirup juga mengandung komponen gas dan partikel yang berbahaya (Guidotti et al, 2007).

Lebih dari 3040 jenis bahan kimia yang dijumpai dalam daun tembakau kering, bahan-bahan kimia tersebut berasal dari pertumbuhan dari daun tembakau itu sendiri yang bersumber dari tanah, udara dan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan tembakau maupun saat penanaman tembakau itu sendiri. (Roberts, 1988) Penelitian terbaru menunjukkan adanya bahaya dari asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau bisa disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan tambakau tanpa asap (tembakau kunyah). Telah ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana bahan racun ini lebih banyak terdapat pada asap samping. Misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak terdapat pada asap samping dari pada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amonia 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruangan setelah rokok padam. Pada waktu rokok dibakar berarti semua zat kimia yang terkandund didalam bahan baku rokok dan bahan tumbuhan lainnya ikut terbakar, maka akan terbentuk bahan kimia hasil pembakaran. (Stepoe, 2000) Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Partikel yang dibebaskan selama merokok sebanyak 5x10 ppm.

Komponen gas terdiri dari nikotin, timah hitam, karbonmonoksida, tar dan masih banyak lagi seperti karbondioksida, amonia dan lain-lain. Asap yang di embuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap sampingan merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok dan juga didalam daun tembakau yang tidak terbakar adalah sebagai berikut: 1. Nikotin. Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung. Nikotin, merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan beracun pada dosis tinggi. Zat yang terdapat dalam tembakau ini sangat adiktif, dan mempengaruhi otak dan system saraf. Efek jangka panjang penggunaan nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mendapatkan tingkat kepuasan (Hans, 2003).

Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan saraf, juga meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin juga menyebabkan orang ketagihan merokok. (Sitepoe, 2000) Akibat adanya nikotin seseorang menjadi perokok dan selalu ingin meroko lagi atau ketagihan terhadap rokok. Sebaliknya merokok yang hanya sekali-sekali belum tentu akan terganggu kesehatannya. (Benowitz NL, 1994) menyatakan kadar nikotin sebesar 5 mg perhari dari rokok yang dihisap akan menimbulkan ketagihan. 2. Timah hitam Timah hitam merupakan partikel dari asap rokok. Setiap batang rokok yang dihisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Bila seseorang menghisap satu bungkus perhari (10 batang) berarti menghasilkan 10 mikrogram perhari dan apabila seseorang menghisap lebih dari 20 batang rokok perhari, maka kadar timah hitam dalam tubuh mencapai 20 mikrogram sedangkan batas bahaya kadar timah hitam dalam tubuh adalah 20 mikrogram perhari. (Sitepoe, 2000) 3. Gas karbonmonoksida Menurut Guidotti (1989), gas yang bersifat toksis dan bertolak belakang dengan gas oksigen dalam transport hemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6 % gas CO pada saat merokok. Kandungan kadar karbon monoksida dalam rokok kretek lebih rendah dibandingkan kandungan karbon monoksida dalam rokok putih. (Sitepoe, 2000) Karbonmonoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Jadilah hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen. Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15 persen. Gas karbonmonoksida (CO) mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (Oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan asupan oksigen melalui kompensasi pembuluh darah dimana pembuluh darah akan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses arterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil, kekurangan oksigen karena CO (karbon monoksida). (Theodorus, 1994). Bila seorang merokok 10-12 batang sehari, hemoglobin akan mengandung 4,9 % karbon monoksida, kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan akan menurun sebesar 5 %. Penurunan kadar oksigen sebesar itu memang tidak tampak tandatandanya pada waktu perokok beristirahat. Tetapi pada waktu pecandu rokok melakukan latihan-latihan olahraga, akan nampak sekali kerugian tersebut terhadap

tubuhnya. Bila kita hentikan kebiasaan merokok ini barulah setelah 2-3 hari karbon monoksida dapat keluar dari aliran darah kita (Sumosarjuno, 1996). 4. Tar Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengedapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Tar mengandung zat kimia sebagai penyebab terjadinya kangker dan mengganggu mekanisme alam pembersih paruparu, sehingga banyak polusi udara yang tertinggal menempel di paru-paru dan saluran bronchial. Tar dapat membuat sistem pernapasan terganggu salah satu gejalanya adalah pembengkakan selaput mucus. Efek merokok terhadap paru adalah sebagai penyebab kanker paru. Dibandingkan bukan perokok, pria yang merokok berisiko terjadi kanker paru 23 kali lebih besar dan wanita yang merokok berisiko 13 kali terjadi kanker paru. Merokok menyebabkan sekitar 90% kematian oleh karena kanker paru di kalangan pria dan sekitar 80% kematian di kalangan wanita di Amerika Serikat. Merokok dengan kadar tar rendah tidak mengurangi risiko terjadi kanker paru secara substansial. Merokok menyebabkan luka terhadap saluran pernafasan dan kantor udara dari paru-paru yang dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif (seperti asma bronkiale, emfisema). Perokok lebih banyak terkena infeksi saluran

pernafasan bagian bawah seperti pneumonia atau bronkitis akut dibandingkan bukan perokok. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lainnya yang dibakar. Sebab tar hanya dapat dijumpai pada rokok yang sudah dibakar, selain itu minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Didalam tar juga dijumpai karsinogenik yang akan memicu munculnya kangker paru-paru. Selain itu juga dijumpai nitrosoamine nikotin didalam rokok yang berpotensi besar sebagai karsinogenik terhadap jaringan paru-paru. Bahan ini terdapat dalam tembakau, tetapi tidak dijumpai dalam cengkeh. (Sitepoe, 2000) Di samping itu masih banyak logam berat dan senyawa lain yang dikeluarkan oleh hasil pembakaran asap rokok. Tercatat ada 4000 bahan kimia yang dihasilkan, 200 diantaranya beracun dan 43 diantarnya diyakini dapat menimbulkan kanker. Diantara bahan beracun tersebut adalah Hydrogen Cyanide (racun hukuman mati, Arsenic (racun semut putih), Acetone (penghapus cat), Methanol (bahan bakar roket), Napthalene (kabur barus), Cadmium(dipakai accu mobil, baterai), Toluene (pelarut), Ammonia (pembersih toilet/lantai), Methane (Gas bua ng), Butane (bahan bakar korek api) dll. B. Kerangka Berfikir Mungkin hanya rokok, satu-satunya produk yang menyampaikan pemberitahuan dan justru menyebabkan orang untuk berpikir tentang kerugian merokok. Contohnya, Merokok bisa menimbulkan kanker, impotensi, serangan jantung, berbahaya bagi janin dan lain sebagainya.

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Kebiasaan merokok menganggu kesehatan, kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Diperkirakan setiap tahunnya dua setengah juta orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Merokok menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). PPOK adalah penyakit progresif yang membuat seseorang sulit untuk bernapas. Banyak perokok tidak tahu bahwa mereka telah terkena penyakit ini hingga sudah terlambat. Tidak ada obat untuk penyakit ini dan tidak ada cara untuk membalikkan kerusakan. Untuk itu jika ingin kesehatan tubuh tetap terjaga terutama paru-paru maka hindari dan kurangi kebiasaan merokok karena dengan merokok akan membahayakan diri sendiri juga orang di lingkungan sekitar kita. Nikotin ini berasal dari tembakau rokok, dan tembakau rokok menghasilkan berbagai macam penyakit yang akan mengganggu cara kerja paru-paru sehingga kemampuan paruparu akan lemah apabila sering menghisap tembakau tersebut. Kemampuan kapasitas paru-paru tiap orang sangat berbeda-beda, salah satu faktor yang

membedakannya adalah usia. Selain faktor usia, merokok juga sangat berpengaruh pada kemampuan paru-paru seseorang. Bagaimana kemampuan paru-paru perokok aktif? Kemampuan paru-paru seorang perokok aktif apabila seseorang merokok dalam jumlah yang banyak dalam sehari (12-16) batang perhari maka perlahanlahan kemampuan paru-paru akan semakin lemah dan lama-kelamaan akan tidak dapat berfungsi lagi sampai menyebabkan resiko kematian. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Jadi dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan kegiatan bodoh yang dilakukan manusia yang mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan sosial, pahala, persepsi positif, dan lain sebagainya. Ketika seseorang menawarkan rokok maka tolak dengan baik. Merasa kasihanlah pada mereka yang merokok. Jangan dengarkan mereka yang menganggap anda lebih rendah dari mereka jika tidak merokok. karena dalam hati dan pikiran mereka yang waras mereka ingin berhenti merokok. Selain itu juga banyak gejala yang timbul akibat merokok terlalu berlebihan yang berpengaruh pada paru-paru, semakin banyak kita menghisap rokok maka resiko kemampuan paru-paru semakin melemah dahkan menyebabkan kematian. C. Hipotesis Dalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontolan terhadap perlakuan. Untuk penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Memang adakalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.